Anda di halaman 1dari 7

RESUME PERTEMUAN PERTAMA MATA KULIAH STRUKTUR BETON BERTULANG Disusun Oleh : Hari Sumaryono Andre Obrien Damanik

21010112120007 21010112120011

Muhammad Arsyadi Huda 21010112120019 Maghfur Rozak Hesna Rianti Dakhi 21010112130081 21010112140090

1. PENDAHULUAN A. BETON Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah atau agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air. Bentuk suatu massa mirip batuan. Terkadang satu atau lebih bhan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik tertentu seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas dan waktu pengerasan. Bahan penyusun beton secara umum dibedakan atas semen : sebagai bahan pengikat hidrolis, Agregat : sebagai bahan batu-batuan yang netral (tidak bereaksi) dan merupakan bentuk sebagian besar beton, air, dan bahan tambahan / admixture : bahan kimia tambahan yang ditambahkan ke dalam spesi beton untuk mengubah sifat beton yang dihasilkan. Beton memiliki sifat dan karakkteristik sendiri. Di antaranya memiliki kuat tekan dan kuat Tarik. Kuat tekan beton ditentukan dngan melakukan uji kegagalan terhadap silinder beton 6 inci x 12 inci yang brumur 28 hari pada tingkat pebebanan tertentu. Selama periode 28 hari ini silinder beton biasanya ditempatkan di dalam air atau di dalam sebuah ruangan dengan temperature tetap dan kelembaban 100 persen. Kebanyakan beton memiliki kekuatan pada kisaran 3000 hingga 7000 psi. 1 psi = 0.006894757 MPa. Untuk aplikasi yang umum digunakan beton dengan kekuatan 3000 dan 4000 psi, sementara untuk konstruksi beton prategang 5000 dan 6000 psi. Nilai-nilai kuat tekan beton yang diperoleh dari hasil pengujian sangat dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk dari elemen uji dan cara pembebanannya.

Beton tidak memiliki modulus eastisitas yang pasti, nilainya tergantung dari kekuatan beton. Modulus elastisitas atau E adalah nilai perbandingan antara tegangan (gaya per satuan luas) dan regangan (perubahan panjang dibagi panjang mula-mula). Atau dengan kata lain modulus elastisitas adalah nilai tegangan yang dibutuhkan untuk merubah panjang suatu bahan sebesar satu satuan panjang. Beton memiliki sifat yang unik yaitu akan menyusut secara perlahan seiring berjalannya waktu terutama setelah beton dirawat dan mengering. Proses penyusutan ini dapat digambarkan sebagai berikut. Ketika bahan-bahan untuk beton dicampur dan diaduk, pasta yang terdiri dari semen dan air mengisi ronggga-rongga di dalam agregat dan mengikat agregat tersebut menjadi satu. Campuran ini harus cukup dapat dikerjakan dan dapat mengalir sehingga campuran tersebut dapat masuk di antara sela-sela tulangan dan memenuhi seluruh cetakan. Untuk dapat mencapai tingkat kepampuan kerja seperti ini, biasanya digunakan air yang lebih banyak daripada yang seharusnya agar semen dan air dapat bereaksi bersama. Setelah beton selesai dirawat dan mulai mengering kelebihan campuran air ini mencari jalan ke permukaan beton tempat di mana campuran ini akan menguap yang mengakibtakan beton akan menyusut. Susut berlangsung selama bertahuntahun tetapi dalam kondisi normal sekitar 90 persen susut terjadi pada tahun pertama. Batang dengan penampang melintang yang kecil akan mengalami penyusutan yang lebih proporsional daripada batang dengan penampang melintang yang besar Beton adalah material yang memiliki tingkat daktilitas yang sangat kecil atau bahkan hamper tidak ada. Daktilitas adalah kemampuan material mengembangkan regangannya dari pertama kali leleh hingga akhirnya putus atau bisa diartikan seberapa plastis material tersebut. Sehingga dapat dikatakan beton adalah material yang getas, arrtinya titik lelehnya sama dengan titik putusnya. Jadi saat dia leleh saat itu juga dia putus.

Grafik di atas menunjukkan hubungan tegangan dan regangan dari beton. Dari grafik dapat disimpulkan bahwa regangan berbanding lurus dengan tegangan dan langsung putus ketika mencapai titik leleh (puncak grafik) tanpa melewati daerah plastis terebih dahulu. Semua beton akan mencapai kekuatan pucak pada regangan sekitar 0,02.

B. Baja Baja pada dasarnya ialah besi (Fe) dengan tambahan unsur Karbon ( C ) sampai dengan 1.67% (maksimal). Bila kadar unsur karbon ( C) lebih dari 1.67%, maka material tersebut biasanya disebut sebagai besi cor (Cast Iron). Makin tinggi kadar karbon dalam baja, maka akan mengakibatkan hal- hal sbb:

Kuat leleh dan kuat tarik baja kan naik, Keliatan / elongasi baja berkurang, Semakin sukar dilas. karena itu adalah penting agar kita dapat menekan

Oleh

kandungan karbon pada kadar serendah mungkin untuk dapat mengantisipasi berkurangnya keliatan dan sifat sulit dilas di atas, tetapi sifat kuat leleh dan kuat tariknya tetap tinggi. Penambahan unsur unsur ini dikombinasikan dengan proses heat treatment akan menghasilkan kuat tekan yang lebih tinggi, tetapi keuletan dan keliatan, dan kemampuan khusus lainnya tetap baik. Unsur unsur tersebut antara lain: Mangan (Mn), Chromium (Cr), Molybdenum (Mo), Nikel (Ni) dan tembaga (Cu). Tetapi proporsional pertambahan kekuatannya tidak sebesar karbon. Pertambahan kekuatannya semata mata karena unsur tersebut memperbaiki struktur mikro baja. Untuk memahami pengaruh komposisi kimia dan heat treat terhadap sifat akhir baja, maka kita perlu menganal faktor facktor sbb:

Struktur mikro, Unsur Fe dan C menyususun diri dalam suatu struktur berulang dalam pola tiga dimensi yang dinamakan pengulangan / dengan kristal. Kristal susunan ) sama disebut

kristal yang berorientasi (arah

sebagai butir. Susunan kumpulan butir satu dengan yang lain pada suatu fasa tertentu dinamakan struktur mikro, contoh struktur mikro antara lain: ferit, perlit dan sementit.

Ukuran butiran, Penghalusan butir baja akan menghasilkan: Peningkatan kuat leleh (yield strength), Perbaikan sifat keuletan (toughness) dan keliatan (ductility),

Penghalusan butiran dapat dilakukan dengan penambahan unsur niobium, vanadium dan aluminium dengan jumlah maksimal 0.05% atau dengan heat treatment.

Kandungan nonlogam. Unsur unsur non-logam yang umumnya dibatasi jumlahnya di dalam produk baja adalah Sulfur (S) dan Fosfor (P). Tinggi kadar kedua unsur tersebut bisa menurunkan keliatan (ductility) baja dan meningkatkan

kemungkinan retak pada sambungan las. Pada baja khusus mampu las, kandungan kedua unsur di atas dibatasi kurang dari 0.05%.

Endapan di permukaan antar butiran. Unsur unsur lain yang juga dapat menurunkan keuletan baja baja anatar lain: timah (Sn), antimon (Sb) dan arsen (As) hingga baja menjadi getas. Sifat getas ini ditimbulkan oleh pengendapan atau berkumpulnya unsur unsur di atas bidang batas antar butir baja pada suhu 500 600o .

Baja dibuat meliputi beberapa dapat. Tahap pertama adalah bijih besi (iron ore) dan kokas (coke) dicampur dan dipanaskan hingga menghasilkan sinter. Lalu sinter dan batu kapur (limestone) dicampur dan dimasukan ke blast furnace dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai menghasilkan besi cair. Besi cair diatas lalu dicampur dengan besi dan baja bekas dan dilelehkan di dalam electric Arc Furnace (EAF). Bahan bahan non-logam yang tidak diinginkan ditekan kandungannya dengan menambahkan bahan bahan khusus. Reaksi kimia antara bahan khusus

tersebut dengan unsur non-logam, mengakibatkan keduanya melekat dan terangkat ke permukaan yang akhirnya dibuang dinamakan mill scale. Setelah itu, besi cair dicampur dengan deoxidant untuk mengendalikan gas gas yang terlarut. Lalu dari furnace dituang ke ladle, untuk selanjutnya dituang kecetakan cetakan produk setengah jadi (slab, bloom, beam blank, dll). Pembuatan baja dengan sistem cetak langsung (casting) biasanya dilakukan dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, maksimal 30 50 ton. Penggunaan pun dalam praktiknya tidak banyak, hanya untuk penggunaan khusus seperti untuk aksesoris dan peralatan M/E. Forging adalah pembuatan material baja dengan menggunakan bloom atau billet sebagai bahan baku yang dipanaskan sampai dalam kondisi austenite dan dibentuk dengan system tekanan (press) mekanik sampai menjadi bentuk yang diinginkan. Contoh hasil forging ini adalah pipa seamless. Penjelasan Sifat sifat Mekanis Baja

Regangan (e) : besar deformasi perpanjang awal (tanpa satuan) Tegangan (s) : gaya per satuan luas dalam satuan Mpa. Elongation : pertambahan panjang pada pengujian tarik (%). Kekuatan tarik (tensile strength) : besar tegangan (gaya) yang diperlukan unutk mematahkan atau memutuskan benda uji.

Kekuatan leleh (yield strength) : besar tegangan yang diperlukan untuk mencapai regangan plastis 0.2%.

Keliatan (ductility) : besar regangan maksimal yang dapat terjadi pada saat benda uji patah atau putus dalam satuan persen (%).

Kekerasan (hardness) : ketahanan bahan terhadap penetrasi dipermukaannya, yang dinyatakan dalam Bilangan kekerasan Brinell (BHN), Vickers (DPH) dan atau kekerasan Rockwell (R). BKB dihitung berdasarkan luas daerah lekukan yang ditimbulkan, sedangkan R dihitung berdasarkan dalamnya lekukan.

Keuletan (toughness) : daya tahan bahan terhadap lenturan dan puntiran puntiran berulang ulang yang diukur dari besarnya energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu benda uji yang dinyatakan dalam satuan joule. Penilaian keuletan dilakukan dengan tes Charpy atau Izod.

Jenis dan mutu baja

Ukuran baja tulangan yang tersediaMenurut SNI 03-2847-2002, tulangan yang dapat digunakan pada elemen beton bertulang di batasi hanya pada Baja Tulangan dan Kawat Baja saja. Belum ada peraturan yang mengatur penggunaan tulangan lain,selain dari baja tulangan atau kawat baja tersebut. Baja Tulangan yang tersedia di pasaran ada 2 jenis, yaitu 1.Baja Tulangan Polos (BJTP) 2.Baja Tulangan Ulir atau Deform (BJTD) Tulangan Polos biasanya digunakan untuk tulangan geser/begel/sengkang, dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal sebesar 240 MPa (disebut BJTP-24), dengan ukuran 6, 8, 10, 12, 14 dan 16 (dengan menyatakan simbol diameter polos). Tulangan Ulir/deform digunakan untuk untuk tulangan longitudinal atau tulangan memanjang, dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal 300 MPa (disebut BJTD-30). Hubungan Tegangan dan Regangan

Grafik di atas menunjukkan hubungan tegangan dan regangan dari baja. Dari grafik dapat disimpulkan bahwa regangan berbanding lurus dengan tegangan dan tidak langsung putus melalui titik leleh (Fyield) terebih dahulu baru kemudian memasuki daerah palstis dimana tegangan tetap tetapi regangan bertambah. Sampai regangan tertentu, diagram tegangan-regangan baja memasuki daerah necking di mana untuk menambah regangan diperlukan penabahan tegangan hingga mencapai titik putus.

Anda mungkin juga menyukai