ada
dua
memegang
Sebenarnya kedudukan Bank Indonesia lebih tinggi dari pada Pemerintah. Karena
jika membutuhkan uang, maka Pemerintah harus berhutang kepada Bank
Indonesia. Sehingga kebijakan Pemerintah sebenarnya bergantung kepada
kebijakan BI....
Di dunia perbankan, dalam hubungannya dengan penciptaan uang, ada 2 jenis
Bank, yaitu...
1. Bank Sentral
Satu2nya Bank yang mempunyai hak istimewa untuk mencetak Rupiah
dalam bentuk kertas & koin.
2. Bank Sirkulasi/ Bank komersial/ Bank umum.
Bank yang berada di bawah jaringan Bank Sentral & bertugas
mensirkulasikan Rupiah kertas dari Bank Sentral.
Meskipun tidak punya hak istimewa untuk mencetak uang kertas, namun
Bank sirkulasi mempunyai hak istimewa untuk menciptakan Rupiah
digital menggunakan rumusan fractional reserve Banking... Akan kita
bahas nanti... :-)
Sebagaimana telah anda ketahui, bahwa sistem keuangan global saat ini
menggunakan sistem uang = hutang. Maka, Bank hanya akan menciptakan uang
baru saat ada yang berhutang kepadanya.
Bank Sentral akan menciptakan uang kertas baru ke peredaran jika
Pemerintah berhutang kepadanya, dan Bank sirkulasi akan menciptakan uang
digital baru jika ada Masyarakat yang berhutang kepadanya...
Jangan bingung dengan pernyataan di atas... :-)
Mari kita pahami secara bertahap...
Sekarang perhatikan skema sederhana berikut ini...!!!
perhatikan 2 point penting berikut ini...
Namun sebelumnya,
Keterangan...
1.
Utang
Negara)
lalu
Yang perlu anda pahami adalah bahwa SUN merupakan hutang nasional
kita. Hutang ini nantinya akan dibayar oleh seluruh Rakyat. Ya... akan
dibayar oleh anda dan saya serta keturunan kita dengan pajak selama
beberapa tahun kedepan.
Timbul pertanyaan.....!!???
Pada langkah ke 6, sebagian Rupiah yang sudah ada dalam peredaran
digunakan untuk membayar hutang. Maka jumlah uang dalam peredaran pasti
berkurang... dan lama kelamaan pasti akan habis untuk membayar hutang
kepada Bank Sentral.... ???
Sekarang perhatikan...
Pada contoh diatas, sebelumnya belum ada Rupiah sama sekali di
Masyarakat. Lalu Pemerintah berhutang 1 milyar Rupiah yang akan dibayar
dalam 10 tahun plus bunga. Maka di peredaran hanya ada Rupiah sebanyak 1
milyar kan... yaitu Rupiah yang dipinjam Pemerintah dari Bank Sentral...
Ok... Katakanlah setiap tahun cicilan hutang Pemerintah adalah 100juta
Rupiah, maka dalam 10 tahun hutang pokok tersebut akan lunas. Dan ini
berarti tiap tahun jumlah Rupiah dalam peredaran berkurang 100juta kan...
Jadi, pada tahun kedua, Rupiah yang ada dalam peredaran tinggal
900juta, karena yang 100juta sudah digunakan untuk membayar cicilan
pertama. Dan pada tahun ketiga tinggal 800juta, dst.... hingga akhirnya habis
pada tahun ke 10...
Saat Rupiah yang ada di peredaran sudah habis, Pemerintah baru bisa
membayar hutang total senilai 1 milyar Rupiah, dan itu baru hutang pokok,
sedang bunga belum terbayar.....
Lantas darimanakah Pemerintah mendapatkan Rupiah untuk membayar
bunga tersebut, padahal sudah tidak ada Rupiah lagi di peredaran...??? Dan
mengapa pada kenyataannya selama ini juga tetap ada Rupiah di
peredaran....???
Jawabnya adalah... Pemerintah harus berhutang lagi kepada Bank
Sentral...!!!
Karena ada bunga yang harus dibayar dari setiap Rupiah yang ada
dalam peredaran, maka jumlah hutang pasti selalu lebih besar daripada
jumlah Rupiah yang ada dalam peredaran... Sehingga, agar tetap ada
Rupiah dalam peredaran namun juga bisa membayar hutang + bunga yang
lalu, maka Pemerintah harus berhutang lebih banyak lagi di tahun
berikutnya....
Menutup hutang lama dengan hutang baru yang lebih besar..., lalu
menutup hutang baru yang lebih besar tersebut dengan hutang yang lebih
baru & lebih besar lagi..., begitu seterusnya...
Jadi, selalu lebih besar
pengeluaran daripada pemasukan negara... Hal ini biasa kita dengar dengan
istilah defisit spending/ defisit anggaran...
Inilah tujuan dari sistem uang hutang, yaitu HUTANG ABADI YANG
TERUS BERTAMBAH JUMLAHNYA....
Gali lobang baru, untuk menutup lobang yang lama... Dan karena ada
bunga yang harus dibayar, maka lama kelamaan lobang yang digali harus
semakin dalam.... Jadi, bisa dikatakan bahwa yang dilakukan Pemerintah
adalah menutup defisit spending dengan cara melakukan defisit spending
yang lebih besar lagi setiap tahunnya.... :-)
Ya... agar bisa membayar hutang + bunga yang lalu, dan tetap ada
Rupiah dalam peredaran, maka hutang nasional harus semakin bertambah
tiap tahun.... Hutang yang dibebankan kepada Rakyat harus semakin
besar agar sistem keuangan tidak runtuh...
Dan karena hutang nasional semakin besar, maka cicilan hutang pun juga
semakin besar.... Sehingga porsi APBN yang digunakan untuk membayar
cicilan hutang pokok + bunga akan semakin besar pula... Dan agar tetap bisa
membayar cicilan hutang pokok + bunga yang semakin besar, maka Pemerintah
pasti akan melakukan penghematan dengan cara mengurangi anggaran
belanja publik dalam APBN nya... Seperti mengurangi subsidi pendidikan,
kesehatan, BBM, dll.... Apakah anda sudah merasakannya.... ??? :-)
Sekarang... Perhatikan ilustrasi yang tidak lazim berikut ini.... :-)
1. Jika Pemerintah meminjam Rupiah pertama ke peredaran, dan itu adalah
satu2nya Rupiah yang ada di Indonesia...
Perhatikan gambar dibawah ini... :-)
Dst.......
4. Hasilnya, tentu saja sampai kapanpun tetap tidak akan pernah ada cukup
Rupiah dalam peredaran untuk membayar hutang + bunga... Karena
selalu ada bunga yang harus dibayar dari setiap Rupiah yang ada di
peredaran...
Setiap Rupiah yang dihutangkan ke Pemerintah harus dikembalikan +
bunga.... Jadi jumlah hutang harus semakin besar agar Pemerintah bisa
membayar hutang pokok + bunganya, dan tetap ada Rupiah dalam
peredaran...
Jadi pada dasarnya, sistem keuangan seperti ini adalah sistem yang mustahil...
Karena kemampuan Pemerintah untuk membayar hutang terbatas... Jika jumlah
hutang harus terus bertambah tiap tahunnya, maka suatu saat pasti akan benar2
jauh lebih besar pasak daripada tiang..., sehingga suatu saat seluruh pendapatan
negara pun kurang untuk membayar cicilan hutang + bunga....
Sistem uang hutang pasti akan runtuh dengan sendirinya suatu saat nanti...!!!
Nah..., apa yang akan terjadi jika Pemerintah berhenti berhutang untuk
menghentikan defisit anggaran...?
Apakah pembayaran cicilan hutang + bunga dari SUN juga akan berhenti...???
Tentu saja tidak...!!! Ada cicilan yang harus dibayar setiap bulannya atas hutang
pokok + bunga dari setiap Rupiah yang ada di peredaran saat ini... dan
pembayaran cicilan ini tidak pernah berhenti...!!!
Jika Pemerintah berhenti berhutang, maka tidak ada Rupiah baru dalam
peredaran untuk menggantikan Rupiah lama yang sudah digunakan untuk
membayar hutang + bunga... Rupiah akan lenyap semua dari peredaran...
Saat Pemerintah membayar cicilan hutang + bunga kepada Bank Sentral, maka
Rupiah yang digunakan untuk membayar cicilan tersebut masuk ke Bank Sentral
lagi dan menghilangkan hutang dari pembukuan. Namun sebaliknya, hilangnya
hutang tersebut juga mengakibatkan hilangnya Rupiah dari peredaran, karena
Rupiah sudah pulang lagi ke Bank Sentral...
Jadi, disini Rupiah dan hutang adalah seperti materi & anti materi, saling
melenyapkan satu sama lain...
Jika Pemerintah hanya membayar hutang, tanpa berhutang lagi, maka seluruh
Rupiah yang ada dalam peredaran akan lenyap. Jika jumlah hutang tidak
meningkat setiap tahunnya, maka sistem keuangan akan hancur karena sudah
tidak ada lagi uang dalam peredaran....
Berikut gambaran jika Pemerintah tidak berhutang lagi, dan hanya membayar
hutang saja....
Mungkin anda pernah mendengar para politisi mengatakan bahwa akan melunasi
hutang nasional dan tidak akan melakukan defisit anggaran lagi. Hal itu tidaklah
mungkin dalam sistem keuangan yang saat ini... Karena, agar sistem uang hutang
terus berjalan, maka jumlah hutang harus selalu meningkat setiap tahunnya....
Apakah anda paham atau bingung dengan ilustrasi yang tidak lazim diatas... ???
:-)
Sekarang perhatikan....
Pernyataan I
Jika Bank Sentral adalah benar2 milik Pemerintah/Negara, lantas mengapa
Rupiah yang dicetaknya harus diberikan dalam bentuk hutang + bunga kepada
Pemerintah... ???
Yang pada gilirannya hal tersebut membuat Pemerintah kerepotan dalam
mengatur APBN nya, karena harus mengalokasikan sebagian pendapatan pajak
untuk membayar hutang kepada Bank Sentral. Bahkan porsi untuk membayar
hutang akan terus meningkat tiap tahunnya, sehingga semakin mengurangi belanja
publik & semakin menyengsarakan Rakyatnya...?
Dan juga kemanakah profit yang didapat oleh Bank Sentral selama ini...? Dan
jika profit tersebut hanyalah kertas Rupiah, Bank Sentral kan bisa ngeprint
sebanyak yang dia mau...??? Dan jika profit yang diperoleh Bank Sentral
akhirnya diberikan kepada pemerintah lagi, lalu untuk apa Bank Sentral
menghutangkan Rupiah yang dicetaknya kemudian menyuruh Pemerintah
membayarnya + bunga...???
Dan jika kita perhatikan, maka sebenarnya bukan Pemerintahlah yang
membayar hutang kepada Bank Sentral. Akan tetapi, Rakyatlah yang
membayar hutang kepada Bank Sentral lewat pajak yang dipungut oleh
Pemerintah...
Pemerintah hanyalah perantara untuk melegalkan sistem
uang hutang dan menarik pembayaran hutang pokok + bunga dari Rakyat....
Pernyataan II
Jika Bank Sentral adalah benar2 milik Pemerintah & Rakyat, seharusnya
menggunakan sistem uang negara/ sistem uang gratis, dimana Bank Sentral
mencetak sejumlah Rupiah yang diperlukan, lalu memberikannya secara gratis
kepada Pemerintah... Bukan sistem uang hutang... !!! Bukan dalam bentuk
hutang...!!!
Jadi Rupiah tersebut dapat beredar secara permanen di Masyarakat, karena
tidak harus dikembalikan kepada Bank Sentral. Maka dalam skema sederhana di
atas, tanda panah (6a) akan hilang, karena tidak ada hutang + bunga yang harus
dibayar. Dan yang diberikan oleh Pemerintah kepada Bank Sentral adalah SPMR
(Surat Perintah Mencetak Rupiah), bukan SUN (Surat Utang Negara).... :-)
Pemerintah ga perlu repot2 mikir utang kepada Bank Sentral, dan pendapatan
pajak pun murni sepenuhnya untuk operasional Pemerintahan dan belanja publik
guna mensejahterakan Rakyatnya.... Sehingga, dengan sistem uang negara
seperti ini; maka sekolah, rumah sakit, dan program sosial yang lain pun bisa
murah, bahkan gratis, karena disubsidi sepenuhnya dari pendapatan pajak
negara.... Enak tow.... :-)
Tapi mengapa selama ini Bank Sentral selalu menghutangkannya kepada
Pemerintah...???
Inilah sistem perbudakan modern...!!! Seluruh Rakyat, melalui Pemerintahnya
akan terikat kontrak hutang yang abadi kepada Bankir.... Bukan hanya sekedar
abadi, namun hutang tersebut juga harus terus bertambah....
Keterangan...
Currency Money
Demand Money
Quasi Money
M1
M2
Currency vs M2
SUN
Dan
OK... sebelum menjawab pertanyaan itu, mari kita pahami proses penciptaan uang
digital oleh perbankan modern melalui fractional reserve banking berikut ini....
JUAL BELI RUPIAH DIGITAL...!!!
Saat anda menabung/ menyimpan uang anda ke Bank, maka sebenarnya saat itu
juga anda membeli/ menukar Rupiah kertas anda dengan Rupiah digital.
lalu
Bank
akan
Jadi, jika tabungan anda 1 juta, maka Bank hanya menyimpan 100 ribu Rupiah
kertas untuk anda & menghutangkan yang 900 ribu kepada orang lain...
Lantas bagaimana jika anda ingin menukarkan kembali seluruh Rupiah digital
anda, kan hanya disediakan 10% Rupiah kertas untuk anda....?
Jangan khawatir, Bank memiliki banyak nasabah seperti anda... Jika anda ingin
menukar seluruh Rupiah digital anda ke Rupiah kertas lagi, maka Bank akan
memberikan Rupiah kertas kepada anda dari 10% nasabah2 lain yang belum
diambilnya.... Beres tow, seperti inilah cara kerja piramida keuangan... :-)
Ok.... Setelah 900 ribu itu dipinjam oleh orang lain, maka sekarang di peredaran
ada 1.900.000 Rupiah. Karena anda memiliki 1 juta dan si peminjam memiliki 900
ribu...
Tentu saja seseorang meminjam uang ke Bank pasti ingin membeli sesuatu,
katakanlah motor. Lalu setelah 900 ribu tersebut digunakan untuk membeli
motor, maka oleh si penjual motor, uang tersebut dimasukkan ke Bank lagi.
Meskipun Bank penjual motor ini berbeda dengan Bank anda, pada dasarnya tetap
sama saja, karena seluruh Bank bekerja sebagai satu kesatuan dibawah jaringan
Bank Sentral.
Setelah 900 ribu tersebut masuk Bank lagi, berdasarkan fractional reserve
maka yang 90% akan dihutangkan lagi, yaitu sebesar 810 ribu. Lalu setelah 810
ribu tersebut masuk ke Bank lagi, maka akan di hutangkan lagi sebesar 729
ribu.... Masuk lagi, dihutangkan lagi... Masuk lagi, dihutangkan lagi... Dst.....
Sehingga hanya berdasarkan Rupiah kertas sebesar 1 juta, secara teoritis Bank
bisa menciptakan Rupiah digital total senilai 10 juta... Wow.....
Oleh karena itulah, Rupiah kertas yang dicetak oleh BI biasa disebut sebagai
Base Money/Uang Primer... Karena Rupiah kertas inilah yang digunakan sebagai
dasar oleh Bank2 di bawah jaringan Bank Indonesia untuk menciptakan Rupiah
digital menggunakan prinsip fractional reserve banking....
Jadi berdasarkan contoh yang tidak lazim tersebut, dapat kita ketahui bahwa
ternyata seluruh Rupiah yang ada di Indonesia ini bukanlah apa2.... Nggak
sesuatu banget gitu loh.... Hanyalah sekumpulan angka kertas yang diprint oleh
BI dan angka digital yang diketik oleh perbankan....
Dapat kita ketahui, berdasarkan base money & fractional reserve banking
tersebut, Rupiah yang ada dalam peredaran, sebagian di print dan sebagian besar
lagi diketik dan hanya ada dalam komputer perbankan.... Nah lho.....
Dan ternyata memang benar.... dari tabel data JUB di atas pun dapat kita lihat,
bahwa dari tahun ke tahun jumlah Rupiah digital selalu jauh lebih besar daripada
Rupiah kertas.... Jika di rata2 dari tahun 1996 2013, maka dalam peredaran,
jumlah Rupiah kertas hanya 9,82%. Sisanya 90,18% hanyalah angka digital yang
ada dalam komputer perbankan....
Mantap tow....
Bisa anda lihat dari grafik diatas, demand money (Rupiah digital, dalam bentuk
tabungan yang bisa diambil setiap saat) selalu lebih besar daripada currency
money (Rupiah kertas). Sehingga jika seluruh nasabah mengambil dananya secara
bersamaan pasti Bank akan kekurangan likuiditas... Dan ini baru demand money
lho...., apalagi jika Masyarakat juga menarik quasi money (Rupiah digital, dalam
bentuk deposito berjangka)... Jumlah deposito berjangka jauh lebih besar
daripada tabungan lho... silahkan lihat pada tabel JUB diatas...
Jika Masyarakat menarik dananya dari Bank secara bersamaan... Maka seluruh
Rupiah kertas yang ada di Indonesia, baru bisa memenuhi sekitar 10%
permintaan Masyarakat..... Yang 90%, jangan berharap lagi... ?#@%!!
Namun, sebagaimana kita ketahui, bahwa selama ini dikatakan bahwa dana
nasabah yang disimpan di Bank tetap aman, karena dijamin oleh Pemerintah.
Jaminan seperti apakah itu....???
Sekarang mari kita perhatikan...!!!
Saat terjadi rush, seluruh Rupiah kertas yang ada di Indonesia baru bisa
memenuhi sekitar 10%..., Lantas darimana Pemerintah mendapatkan Rupiah
kertas untuk memenuhi yang 90%... Darimanakah Pemerintah mendapatkan
Rupiah kertas sebanyak itu untuk menjamin dana masyarakat...???
Disinilah Pemerintah berperan sebagai My Hero dalam sistem uang hutang.
Selama ini dikatakan bahwa, jika terjadi kekacauan moneter, maka
Pemerintah akan menjamin & menyelamatkan dana Masyarakat... Namun
sebenarnya yang terjadi adalah Pemerintah akan menyelamatkan sistem riba
uang hutang perbankan dari kehancuran dengan membebankan hutang lebih
banyak kepada Rakyat....
Kok bisa...????
Penjelasan...
1. Pertama tama terjadi kepanikan, sehingga Masyarakat menarik dananya dari Bank
secara bersamaan, rush, alias menukarkan Rupiah digital mereka menjadi
Rupiah kertas secara bersamaan....
2. Bank kekurangan likuiditas, alias kekurangan Rupiah kertas. Karena memang
selama ini, di Indonesia, Rupiah kertas hanya ada sekitar 10%. Karena pada
sistem riba uang hutang, Bank umum dilegalkan untuk menciptakan Rupiah digital
menggunakan rumusan fractional reserve banking atas base money/ Rupiah
kertas. Jadi, sebagian besar uang yang ada di Indonesia diciptakan oleh Bank
Sirkulasi, dengan cara mengetiknya.... dan hanya ada sebagian kecil uang kertas
yang diciptakan oleh BI dengan cara mengeprintya... :-)
3. Jika rush tersebut dibiarkan maka Bank akan colapse alias scam...
a. Jika ini terjadi pada satu Bank tertentu, maka disebut Bank run.
b. Jika ini terjadi pada banyak Bank secara bersamaan, maka disebut Bank
panic, yang bisa menyebabkan scam nasional.
Karena sistem uang hutang perbankan memonopoli sistem keuangan, maka jika
yang terjadi adalah scam nasional, hal ini akan menyebabkan terjadinya
kekacauan sosial ekonomi dimana mana. Masyarakat akan mengalami kerugian
besar2an, sekitar 90% uang Masyarakat akan lenyap. Karena Masyarakat sudah
tidak mempercayai sistem perbankan lagi, sehingga tidak ada Masyarakat yang
percaya & mau bertransaksi dengan Rupiah digital perbankan lagi....
4. Karena sistem uang hutang perbankan selama ini telah memonopoli sistem
keuangan, maka perbankan menjadi to big to fail.... Terlalu besar akibatnya jika
dibiarkan runtuh... Jika terjadi scam nasional, hal ini akan mempengaruhi kondisi
ipoleksosbudhankam suatu negara. Sehingga Pemerintah tidak menginginkan hal
itu terjadi....
5. Pemerintah akan menjadi My Hero untuk menyelamatkan sistem uang hutang
perbankan. Pemerintah akan melakukan Bailout/Jaminan untuk memenuhi
kekurangan likuiditas agar tidak terjadi scam nasional.... Lantas, darimana
Pemerintah mendapatkan Rupiah kertas untuk melakukan bailout...?
Pemerintah akan menerbitkan SUN, alias berhutang kepada BI untuk
mendapatkan Rupiah kertas guna memenuhi kekurangan likuiditas tersebut.
Sehingga hutang nasional jadi membengkak dalam waktu singkat...
Ingat..., dalam sistem uang hutang, hanya BI satu2nya sumber Rupiah kertas &
setiap Rupiah yang keluar dari BI adalah hutang yang harus dibayar + bunga.
6. Bank Indonesia segera ngeprint Rupiah kertas yang dibutuhkan oleh Pemerintah,
lalu membagikannya kepada berbagai Bank yang membutuhkan Rupiah kertas
tersebut melalui Pemerintah.
7. Masyarakat secara bertahap mendapatkan Rupiah kertas mereka dari perbankan.
Sehingga, lama kelamaan timbul kepercayaan Masyarakat lagi atas sistem uang
hutang perbankan. Tapi ingat, Masyarakat juga dibebani dengan hutang nasional
yang membengkak...
8. Masyarakat membayar pajak, lalu sebagian dana pajak tersebut digunakan untuk
membayar hutang Pemerintah kepada BI. Karena hutang membengkak, maka
cicilan hutang + bunga pun juga membengkak. Pemerintah mengalami defisit
anggaran, dan akan melakukan 2 hal untuk menutupnya....
a. Menerbitkan SUN lagi untuk menutup SUN yang lama, alias gali lobang
tutup lobang...
b. Mengurangi belanja publik, seperti mengurangi subsidi pendidikan,
kesehatan, BBM, dll...
9. Bank untung..., Pemerintah linglung..., Masyarakat bingung....
Jadi untuk siapakah sebenarnya jaminan Pemerintah tersebut...???
Silahkan anda pikirkan....
Ok...
Rupiah, tidak punya nilai lebih dari sekedar kertas & angka digital...
Namun angka kertas & digital ini ditetapkan oleh Pemerintah sebagai alat
pembayaran yang syah di Indonesia.
Perhatikan...!!!
Dalam proses ini, yang terjadi sebenarnya adalah Pemerintah
membuat surat utang lalu memberikannya kepada BI dengan
perantara perbankan... Kemudian giliran BI ngeprint Rupiah kertas
lalu menghutangkannya kepada Pemerintah dengan perantara
perbankan pula...
Dengan menggunakan perantara perbankan dan berbagai istilah yang
mereka gunakan... proses ini dibuat menjadi seolah olah rumit....
:-)
3. Setelah Kemenkeu menerima Rupiah hasil hutang lewat penerbitan
SUN, kemudian Kemenkeu akan mendepositkan angka2 Rupiah
tersebut ke berbagai rekening pemerintahan untuk dibelanjakan.
Lalu, pemerintah membelanjakan angka2 Rupiah tersebut ke berbagai
program sosial, kesehatan, pendidikan, pembangunan, perlengkapan
militer, bahkan operasi militer atau perang.
Kemudian pegawai pemerintahan, kontraktor,
mendepositkan bayaran mereka ke bank.
polisi
&
tentara
Dari sinilah sebagian besar seluruh Rupiah yang ada dalam peredaran
berasal....
Sekitar 90% Rupiah yang ada di Indonesia, diciptakan oleh sistem
perbankan ini, yang hanya ada dalam wujud digital.... Hanya sekitar 10%
yang diciptakan oleh pemerintah lewat BI dalam bentuk Rupiah kertas....
Sehingga jumlah Rupiah dalam peredaran semakin meningkat..., dan
sebagaimana yang telah anda ketahui, semakin banyak jumlah uang dalam
peredaran maka semakin turun nilainya.... Inilah INFLASI...!!!
Saat terjadi inflasi, yang dirasakan masyarakat adalah kenaikan harga....
Ingat... !!!
Definisi sesungguhnya dari
dalam peredaran. Naiknya
berasal dari kata inflate
itu lho.... :-)
Jadi, jika memompanya
hiperinflasi & pecah....
banyak,
maka
akan
terjadi
Akan tetapi, selama ini kita telah menukar kekayaan kita yang
sesungguhnya dengan angka.... Ya... selama ini kita telah menukar masa2
dalam hidup kita berjam-jam, berhari-hari, bertahun-tahun demi untuk
mendapatkan angka yang hanya diprint atau hanya sekedar diketik di
komputer perbankan....
Dan karena hal ini sudah terjadi bertahun tahun, dari generasi ke
generasi..., maka kita melihatnya menjadi suatu kebenaran.... Sehingga,
angka2 tersebut mewakili tenaga, pikiran, darah, dan keringat kita...
Segala sesuatu yang kita lakukan dalam hidup ini, dinilai dengan angka
Rupiah tersebut.....
Sebenarnya kitalah yang memberikan nilai kepada angka Rupiah tersebut,
bukan sebaliknya... !!! Pekerjaan yang kita lakukan & kepercayaan kita
terhadap angka Rupiah itulah yang memberikan nilai kepada Rupiah
tersebut, bukan sebaliknya...!!!
Tanpa kepercayaan kita..., tanpa pekerjaan yang kita lakukan..., angka
Rupiah tidak ada nilainya sama sekali.... Kepercayaan kita inilah yang
selama ini dimanipulasi oleh para penguasa perbudakan modern....
Bukan hanya itu saja....,
Setelah kita bekerja keras, dan mendapatkan angka Rupiah tersebut...,
maka pihak berwenang akan segera memotong angka yang kita dapatkan...
Ya, angka yang dengan susah payah kita dapatkan akan dikenai PPh (Pajak
Pengasilan).... Padahal, mereka tinggal print & ketik lho.... :-)
Mereka benar2 cepat...., belum juga sampai di tangan sudah dipotong....
:-)
Selain itu berbagai barang yang kita miliki maupun kita beli juga dikenai
pajak, mulai dari PPN, PBB, DLL....
6. Sebagian angka Rupiah dari pajak, akan dikembalikan ke BI.
Setelah Dirjen Pajak memberikan angka Rupiah yang berhasil
dikumpulkannya ke Kemenkeu, maka sebagian angka Rupiah tersebut akan
dikembalikan kepada BI sebagai cicilan untuk membayar hutang pokok +
bunga atas SUN yang dibeli oleh BI dengan Rupiah yang tinggal mereka
print....
Pada proses inilah sistem uang hutang mulai merampok anda dan saya,
merampok Masyarakat secara masal dan besar2an... Sebagian pajak yang
kita bayar tidaklah digunakan untuk pendidikan, pembangunan, kesehatan,
ataupun layanan publik lainnya. Tapi untuk membayar cicilan pokok +
bunga kepada BI...
Dan karena hutang juga semakin besar, maka cicilan pokok + bunga pun
juga semakin besar.... Sehingga agar tetap bisa membayar cicilan hutang
pokok + bunga tersebut, maka Pemerintah akan melakukan penghetaman
dengan memotong belanja publik...
Seperti mengurangi subsidi
pendidikan, kesehatan, BBM, dll... Sudahkah anda merasakannya.... ? :-)
Jika saja sistem keuangan yang digunakan bukanlah sistem uang hutang,
melainkan sistem uang negara, maka langkah 6 ini tidak akan ada....!!!
Rupiah yang berhasil dikumpulkan oleh Dirjen Pajak, akan digunakan
sepenuhnya untuk subsidi pendidikan, kesehatan, program pembangunan,
dan layanan publik lainnya yang dapat mensejahterakan Rakyat....
Sehingga sekolah, rumah sakit, dan layanan publik lainnya bisa murah
bahkan gratis.... :-)
Sistem uang hutang adalah sistem perampokan massal yang dilegalkan...!!!
7. Penguasa rahasia mendapatkan keuntungan mereka.
Ya..., pada akhirnya penguasa rahasia mendapatkan keuntungan mereka
yang begitu besar....
a. Bank2 mendapatkan keuntungan yang luar biasa karena mempunyai hak
istimewa untuk menciptakan Rupiah digital melalui Fractional Reserve
Banking (FRB) & mendapatkan bunga dari kredit yang mereka berikan
kepada masyarakat.
b. Bank2 mendapatkan bunga dari Giro Wajib Minimun (GWM) yang ada
di BI.
c. Bank2 mendapatkan profit dari jual beli Surat Utang Negara (SUN).
Namun, saat ini, sangatlah sulit bagi kita untuk mengetahui siapa saja
sang penguasa rahasia tersebut..... Karena ada berbagai kepentingan
multi nasional dibalik sistem riba uang hutang ini, ada berbagai
perusahaan multi nasional yang ikut memiliki Bank2 besar yang ada di
Indonesia.... Termasuk kepentingan IMF & World Bank yang memberikan
hutang luar negeri kepada Indonesia melalui Bank Indonesia....
Jika anda mengatakan US lah yang menjadi dalang dari semua ini....,
tidak juga...! Karena ternyata penduduk US pun bernasib sama dengan
kita...
Jika anda menyalahkan golongan tertentu..., bisa jadi golongan tersebut
hanya dimanfaatkan dan dimanipulasi oleh penguasa rahasia yang
sesungguhnya...
Saya rasa, sudah bukan saatnya bagi kita untuk mencari tahu siapa yang
seharusnya bertanggung jawab terhadap sistem ini... Percuma...!!!
Kita semua, saat ini sama2 terjebak dalam sistem perbudakan modern
ini...!!! Bahkan, saudara2 kita yang berhubungan langsung dengan proses
penciptaan Rupiah dan mendapatkan penghasilan dari sistem uang hutang
ini pun sebenarnya juga terjebak dalam sistem perbudakan modern ini...!!!
Yang perlu kita lakukan saat ini adalah mencari jalan keluar dari sistem
riba uang hutang ini...!!!
Yang perlu kita lakukan adalah... Munculkan yang benar, maka yang
keliru pasti akan ditinggalkan...!!!
Ok...
Pada dasarnya, penciptaan Rupiah berdasarkan sistem uang hutang ini,
sangatlah tidak manusiawi & tidak fair..., sistem ini merampok kekayaan
dari masyarakat pekerja yang ada di sektor produktif ke pemerintah dan
sektor perbankan....
Sistem inilah yang menyebabkan adanya siklus boom & bust dalam
perekonomian modern ini.... Sistem ini pulalah yang menyebabkan jurang pemisah
yang semakin lebar antara si kaya dengan para pekerja....
Perhatikan cuplikan dari Menanti Kemakmuran Negeri Kumpulan Esai tentang
Pembangunan Sosial Ekonomi Indonesia, Burhanuddin Abdullah (Gubernur BI ke12), berikut ini...
Fakta-fakta kasat mata yang sudah lama tertampilkan, seperti semakin
melebarnya kesenjangan antarindividu, kota, dan wilayah, belum berubah. Sudah
sejak lama diketahui bahwa Jakarta adalah pusat dari segalanya. Uang beredar
lebih dari 70% berada di Jakarta. Laporan dari hampir semua kantor Bank
Indonesia menunjukkan bahwa uang dari daerah terus mengalir ke Jakarta, sejak
sebelum krisis, bahkan sampai sekarang.
Tingkat penanaman kembali di daerah lebih rendah (dengan rasio pinjaman
terhadap dana pihak ketiga/LDR mencapai 30-40%) dari sumber dana yang dapat
dimobilisasi. Pada tingkat yang lebih kecil (individual), lebih dari 90% simpanan
masyarakat yang berada di bank-bank dimiliki oleh kurang dari 10% penabung.
Keadaan ini, dan yang seperti ini, sudah berlangsung lama sebelum krisis, pada
saat krisis dan berlanjut sampai sekarng.
Ketidakadilan dalam perekonomian selama ini dapat digambarkan dengan
pengukuran gini coeficient. Kurang dari 10% penduduk Indonesia menguasai 8090% dari penghasilan nasional. Ketimpangan ini jelaslah merupakan muara dari
sejumlah ketimpangan dalam memanfaatkan sumber daya nasional maupun
pemanfaatan sumber daya asing (pinjaman luar negeri).
Bayangkan coba....
70% Rupiah hanya berputar2 di Jakarta, 30% sisanya tersebar di seluruh
Indonesia... 10% penduduk Indonesia menguasai 90% penghasilan nasional,
sedangkan 90% penduduk hanya mendapat bagian 10% penghasilan nasional...
Ternyata selama ini, anda dan saya hanya memperebutkan yang 10% tersebut....
:-)
Dan semua itu bisa terjadi karena saat ini kita tidak lagi menggunakan uang
yang sesungguhnya, karena kita menggunakan mata uang yang dimonopoli oleh
Bank Sentral dengan sistem uang hutangnya....
Selamat datang di dunia perbudakan modern....
Sebagaimana yang telah anda ketahui, Bond berasal dari kata Bondage =
perbudakan...
Karena pada dasarnya, saat pemerintah menerbitkan
Bond/SUN..., maka ini merupakan janji untuk membuat kita membayar pajak
kedepannya, guna membayar hutang pokok + bunga...!!! Saat Pemerintah
menerbitkan SUN, saat itulah sebenarnya pemerintah mencuri kekayaan kita
& keturunan kita di masa depan untuk dibelanjakan pada hari ini...!!!
Tak ada yang akan bertanya kepada anda jika anda membayar pajak hari ini untuk
membayar kemakmuran yang kita nikmati pada dekade kemarin.... Tak akan ada
yang bertanya pada anak2 kita jika besok mereka akan bekerja keras untuk
membayar kemakmuran yang saat ini sedang kita nikmati....
George Washington, US founding father, pernah mengatakan....
Tidak ada generasi yang mempunyai hak untuk membuat kontrak hutang yang
lebih besar daripada yang bisa dibayarnya pada masa keberadaannya. (George
Washington)
Dengan mencuri kemakmuran dari masa depan untuk dibelanjakan saat ini,
sebenarnya kita sudah memperbudak diri kita dan generasi penerus kita...!!!
Sistem keuangan global saat ini berdasarkan pada sistem yang didesain sekitar 3
abad yang lalu untuk memperkaya sekelompok kecil orang dari sekian banyak
manusia.... PASTI ADA SUATU CARA YANG LEBIH BAIK...!!!
Sistem perbankan modern memproduksi uang dari ketiadaan. Prosesnya mungkin
merupakan teknik sulap yang paling mengherankan yang pernah ditemukan.
Perbankan dikandung dalam ketidakadilan dan terlahir dalam dosa.
Para Bankirlah yang menguasai dunia ini, meskipun kau ambil dunia ini darinya,
namun jika tetap kau tinggalkan kekuasaan untuk menciptakan uang dan
mengendalikan kredit, maka hanya dengan kibasan pena, mereka akan
menciptakan uang yang cukup untuk membelinya kembali.
Namun jika kau ingin tetap menjadi budaknya para Bankir dan membayar biaya
perbudakanmu, biarkanlah mereka tetap menciptakan uang dan mengendalikan
kredit. (Sir Josiah Stamp, Direktur Bank of England)
Compiled by :
https://semenindonesia.academia.edu/TeguhMahameru
www.teguhspeedy.blogspot.com
Dedicated to Teguh Mahameru on
www.beyondcyberaccess.blogspot.com