Anda di halaman 1dari 8

konstruksi beton bertulang

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Beton bertulang (reinforced concrete) adalah struktur komposit yang sangat baik untuk
digunakan pada konstruksi bangunan. Pada struktur beton bertulang terdapat berbagai
keunggulan akibat dari penggabungan dua buah bahan, yaitu beton (PC + aggregat halus +
aggregat kasar + zat aditif) dan baja sebagai tulangan. Kita tahu bahwa keunggulan dari beton
adalah kuat tekannya yang tinggi, sementara baja tulangan sangat baik untuk menahan gaya
tarik dan geser. Penggabungan antara material beton dan baja tulangan memungkinkan
pelaku konstruksi untuk mendapatkan bahan baru dengan kemampuan untuk menahan gaya
tekan, tarik, dan geser sehingga struktur bangunan secara keseluruhan menjadi lebih kuat dan
aman.
Karena kelebihan yang dimilikinya, maka penggunaan beton bertulang sebagai bahan
struktur utama bangunan sangat populer. Beton bertulang lebih menjadi pilihan dibandingkan
material lain seperti bambu, kayu, beton konvensional atau baja. Penerapan beton bertulang
pada struktur bangunan biasanya dapat dijumpai pada: pondasi (jenis pondasi dalam seperti
tiang pancang, bored pile), balok ikat (sloof), kolom, balok, plat beton, dan dinding geser
(shear wall).
Namun dibalik kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh beton bertulang jika dibandingkan
dengan bahan material lainnya, beton bertulang juga memiliki masalah yang dapat
mengurangi keunggulannya. Diantara masalah yang sering dijumpai adalah masalah
keretakan yang terjadi pada bahan tersebut. Keretakan pada beton bertulang dapat timbul
pada saat pra-konstruksi dan pasca konstruksi.

1.2  Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain :
1.      Apa yang di maksud Konstruksi Beton Bertulang ?
2.      Apa saja yang terdapat pada Bahan Campuran Beton  ?
3.   Apa saja Faktor - Faktor Penyebab Keretakan Beton Yang Terjadi Saat Pembuatan Beton
Bertulang ?
4.     Apa saja Kelebihan dan kekurangan Beton Bertulang Dalam Suatu Konstruksi

1.3  Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a)      Untuk mengetahui makna dalam Konstuksi Beton Bertulang
b)      Untuk mengetahui Bahan Campuran Beton  
c)      Untuk mengetahui Faktor - Faktor Penyebab Keretakan Beton Yang Terjadi Saat Pembuatan
Beton Bertulang
d)     Untuk mengetahui Kelebihan dan kekurangan Beton Bertulang Dalam Suatu Konstruksi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Konstruksi Beton Bertulang

Konstruksi beton bertulang adalah salah satu dari beberapa jenis material konstruksi
yang paling banyak digunakan disamping material baja dan kayu. Beton bertulang adalah
merupakan gabungan 2 bahan yang berbeda yaitu beton dan baja tulangan. Beton adalah
merupakan material / bahan yang mempunyai kuat tekan yang tinggi dan kuat tarik yang
rendah. Sedangkan baja tulangan mempunyai kuat tarik yang tinggi sehingga batang tulangan
yang ditanamkan pada beton akan memberikan kuat tarik yang diperlukan didalam beton
bertulang. Sebagai gambaran fungsi beton dan tulangan baja diperlihatkan pada gambar 1.1.1
yaitu balok sederhana di atas dua tumpuan.

Dari gambar diatas terlihat bahwa akibat beban P yang bekerja di atas balok tersebut
maka balok akan mengalami lentur sehingga bagian atas dari garis netral penampang tertekan
dan bagian bawah garis netral penampang tertarik. Fungsi beton adalah untuk menahan gaya
tekan yang terjadi diatas garis netral, sedangkan tulangan baja diperlukan untuk menahan
gaya tarik yang terjadi dibawah garis netral pada balok beton bertulang tersebut. Baja dan
beton dapat bekerja sama atas dasar beberapa alasan :
1.    Terjadinya lekatan (bond, atau interaksi antara batang tulangan dan beton keras
disekelilingnya) yang mencegah terjadinya slip dari baja relatif terhadap beton.
2.      Beton mempunyai sifat kedap air, sehingga mencegah terjadinya korosi pada baja tulangan.
3.  Angka kecepatan muai yang hampir sama antara beton dan baja yaitu dari 0,000010 sampai
dengan 0,000013 untuk beton dan 0,000012 untuk baja per derajat celcius () sehingga
tegangan antara beton dan baja akibat perubahan suhu dapat diabaikan.
Retak-retak rambut arah melintang di daerah tarik di dekat tulangan baja tarik dalam
batas-batas tertentu masih diperbolehkan. Hal ini diakibatkan karena beton tidak kuat
menahan tarik. Selama beban retak yang terjadi masih dibawah lebar retak yang diijinkan
maka retak tersebut tidak mempengaruhi kekuatan struktur.
2.2  Bahan Campuran Beton
Campuran beton didapat dengan cara mencampurkan semen, agregat halus, dan agregat
kasar serta air. Pada kondisi tertentu yang diinginkan, seperti untuk mempercepat pengerasan
beton, atau sebaliknya untuk memperlama waktu pengerasan dan untuk mempermudah
pengerjaan beton terutama untuk beton bermutu tinggi maka didalam campuran beton dapat
ditambahkan bahan campuran tambahan. Karena cara pencampuran beton dalam kondisi
basah, maka campuran beton mudah dibentuk sesuai dengan bentuk cetakannya. Bila didalam
cetakan tersebut diletakkan baja tulangan  di daerah yang sudah ditentukan dan beton yang
masih dalam kondisi basah diamsukkan kedalam cetakan tersebut, kemudian beton mengeras,
maka antara beton dan baja akan menjadi satu kesatuan yang monolith yang disebut beton
bertulang.
Untuk mendapatkan mutu beton yang baik, maka masing-masing material harus
memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan didalam peraturan beton. Makin
baik mutu material pembentuk beton maka kekuatan beton akan semakin baik. Disamping
mutu material pembentuk beton, kekuatan beton juga tergantung dari komposisi masing-
masing material didalam campuran beton.
1)      Semen
Semen adalah suatu jenis bahan yang dipakai untuk merekatkan agregat kasar dan halus
dengan media air. Hal ini dikarenakan semen mempunyai sifat adesif (adhesive) dan kohesif
(cohesive) yang dapat menyebabkan melekatnya fragmen-fragmen material menjadi satu
massa yang padat.
Jenis semen yang banyak digunakan dalam bangunan tehnik sipil adalah jenis semen
Portland yang dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang komposisi utamanya adalah
Kalsium dan Alumunium silikat. Penambahan air pada mineral ini menghasilkan suatu pasta
yang jika mongering akan mempunyai kekuatan seperti batu.
Bahan baku utama pembentuk semen dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini
Tabel 1.1 Susunan Unsur Semen Biasa
No Oksida Persen
1 Kapur (CaO) 60 – 65
2 Silika (SiO2) 17 – 25
3 Alumina (AL2O3) 3–8
4 Besi (Fe2O3) 0,5 – 6
5 Magnesia (MgO) 0,5 – 4
6 Sulfur (SO3) 1–2
7 Soda / Potash (Na2O+K2O) 0,5 – 1

Semen Portland di Indonesia menurut standart SII – 81 dibagi menjadi lima jenis berdasarkan
kegunaannya yaitu :
Jenis I      : Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan
khusus.
Jenis II    : Semen Portland yang penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi
sedang.
Jenis III   : Semen Portland yang penggunaannya menuntut persyaratan awal yang tinggi.
Jenis IV   : Semen Portland yang penggunaannya menuntut pensyaratan panas hidrasi yang tinggi.
Jenis V    : Semen Portland yang penggunaannya menuntut persyaratan tahan terhadap sulfat.
          Jenis semen-semen tersebut didasarkan atas besarnya prosentase dari komposisi dan
kadar senyawa yang ada di dalam semen Portland.
          Beton yang terbuat dari semen Portland pada umumnya memerlukan waktu kurang
lebih selama 14 hari untuk mengeras sehingga cetakan beton dapat dibongkar dan beban-
beban mati dari konstruksi dapat dipikul. Kekuatan beton rencana dapat dicapai dalam waktu
28 hari.
2)      Agregat
       Agregat biasanya menempati 60 % sampai 80 % dari isi total beton. Karena prosentase
yang besar tersebut maka sifat-sifat agregat dapat mempengaruhi perilaku dari beton. Agregat
ini khusus berdegradasi sedemikian rupa sehingga seluruh masa beton menjadi satu kesatuan
yang utuh dan rapat, dan agregat yang lebih kecil berfungsi sebagai pengisi diantara celah-
celah agregat yang berukuran lebih besar.
Ada 2 macam jenis agregat untuk beton, yaitu :
a)      Agregat kasar (batu pecah, kerikil)
       Agregat kasar adalah agregat yang ukurannya sudah melebihi 6 mm. Sifat agregat kasar
dapat mempengaruhi kekuatan akhir dari beton dan daya tahan terhadap desintegrasi beton,
cuaca, dan efek-efek perusak lainnya. Agregat kasar ini harus bersih dari bahan organic
supaya terjadi ikatan yang baik dengan gel semen.
Jenis-jenis agregat kasar :
1.      Batu pecah alami : bahan ini didapat dari batu pecah yang digali. Batu ini dapat berasal dari
gunung berapi, jenis sediment atau jenis metamorf. Walaupun dapat memberikan kekuatan
yang tinggi pada beton, tetapi kurang memberikan kemudahan dalam pengerjaan.
2.      Kerikil alami : bahan ini didapat dari proses pengikisan pada tepi atau dasar sungai oleh
aliran air. Kerikil mempunyai kekuatan yang lebih rendah dibandingkan batu pecah, tetapi
memberikan kemudahan dalam pengerjaan.
3.      Agregat kasar buatan / slag : bahan ini berasal dari batu pecah alami yang diperkecil
gradasinya dengan menggunakan mesin pemecah batu (stone cruiser) sehingga akan didapat
ukuran gradasi yang diinginkan. Bahan ini sangat baik untuk campuran beton karena
mempunyai permukaan yang kasar sehingga ikatan antara permukaan agregat dan gel semen
akan lebih baik yang selanjutnya dapat meningkatkan kekuatan beton.
Menurut peraturan SKSNI-T-1993-03 besar butiran agregat kasar dibatasi yaitu :
a.       Ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih dari  kali jarak bersih antar tulangan
atau antar tulangan dan cetakan.
b.      Ukuran maksimum agregat tidak boleh lebih dari  kali tebal pelat.
          Adapun gradasi kerikil didasarkan pada analisa ayakan dan ditetapkan seperti yang
tercantum dalam tabel 1.2 dibawah ini
Tabel 1.2. Gradasi agregat kasar
Persen berat butir yang lolos ayakan
Lubang
Berat butir maksimum
Ayakan (mm)
40 mm 20 mm
40 95 – 100 100
20 30 – 70 95 – 100
10 10 – 35 25 – 55
4,8 0–5 0 – 10

b)     Agregat Halus


          Agregat halus adalah merupakan bahan pengisi (dapat berupa pasir) yang lolos
saringan No.4 (5 mm dalam diameter). Agregat halus yang baik harus bersih dari bahan
organic, lempung atau partikel yang lebih kecil dari saringan No.100.
Adapun gradasi kerikil didasarkan pada analisa ayakan dan ditetapkan seperti yang tercantum
dalam tabel 1.3 dibawah ini
Tabel 1.3. Gradasi agregat halus (pasir)
Persen perat butir yang lolos ayakan
Lubang ayakan (mm)
Zone 1 Zone 2 Zone 3 Zone 4
10 100 100 100 100
4,8 90 – 100 90 – 100 90 – 100 95 – 100
2,4 60 – 95 75 – 100 85 – 100 95 – 100
1,2 30 – 70 55 – 90 75 – 100 90 – 100
0,6 15 – 35 35 – 59 60 – 79 80 – 100
0,3 5 – 20 8 – 33 12 – 40 15 – 50
0,16 0 – 10 0 - 10 0 – 10 0 – 15
 Keterangan :   Zone 1 : Pasir kasar
                        Zone 2 : Pasir agak kasar
                        Zone 3 : Pasir agak halus
                        Zone 4 : Pasir halus

c)      Air

           Air digunakan dalam pembuatan beton supaya terjadi reaksi kimiawi engan semen,
membasahi agregat dan sebagai pelumas campuran agar mudah dalam proses pengerjaannya.
Air minum umumnya dapat digunakan untuk membuat campuran beton. Untuk menghasilkan
beton dengan kekuatan lebih dari 90 % biasanya digunakan air minum.
Ada beberapa persyaratan air sebagai bahan pencampur beton yaitu :
1.      Tidak mengandung klorida (CI) lebih dari 0.5 mg/liter
2.      Kandungan senyawa sulfat tidak boleh lebih dari 1 gram/liter
3.      Kandungan Lumpur tidak lebih dari 2 gram/liter
4.      Tidak mengandung zat organic, asam, serta garam-garam yang dapat merusak beton lebih
dari 15 mg/liter.

d)     Bahan Campuran Tambahan


            Didalam pembuatan campuran beton, disamping agregat kasar,agregat halus, semen
dan air dapat ditambahkan bahan campuran tambahan (admixtures) bahan ini dapat merubah
sifat beton untuk dapat berfungsi lebih baik, mudah dikerjakan atau lebih ekonomis.
Ada 7 type / jenis bahan tambahan yaitu :
Type A    : Water Reducing Admixtures, yaitu bahan tambahan yang mengurangi jumlah air pencampur
yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu.
Type B    : Reducing Admixtures, yaitu bahan tambahan yang berfungsi menghambat pengikatan beton.
Type C    : Accelerating Admixtures, adalah bahan tambahan yang berfungsi mempercepat pengikatan
dan pengembangan kekuatan awal beton.
Type D    : Water Reducing and retarding Admixtures, berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air
pencampur yang menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan menghambat
pengikatan beton.
Type E     : Water Reducing and Accelarating Admixtures, berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan
mempercepat pengikatan beton.
Type F     : Water Reducing, high ringe admixtures, berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur
yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi sebanyak 12 % atau lebih.
Type  G   : Water-reducing, high range and retarding admixtures, berfungsi untuk mengurangi jumlah air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi sebanyak 12 %
atau lebih dan menghambat pengikatan beton.
3)      Kuat Tekan Beton
       Kuat tekan beton dapat bervariasi tergantung dari perbandingan campuran antara semen,
agregat kasar, agregat halus, dan air serta berbagai jenis campuran (admixtures) dan juga
lama serta kualitas perawatan. Faktor lain semen merupakan factor utama didalam
menentukan kekuatan beton. Seperti terlihat pada gambar 1.4.4.1. terlihat bahwa semakin
rendah factor air semen (campuran semakin kental), semakin tinggi kekuatan beton tetapi
sulit pengerjaannya. Sedangkan semakin tinggi factor air semen (campuran semakin encer)
semakin mudah pengerjaannya sedangkan kekuatan beton akan menurun. Sehingga
diperlukan sejumlah perbandingan air-semen tertentu untuk memberikan aksi kimiawi
didalam pengerasan beton sehingga mudah pengerjaannya tetapi tidak menurunkan
kekuatannya.

                Gambar 1.3.1 Pengaruh nilai perbandingan factor air-semen pada kekuatan tekan
beton umur 28 hari.
          Salah satu ukuran yang dipakai dalam pengerjaan beton adalah dengan percobaan
slump, yaitu suatu cetakan logam yang berbentuk krucut terpacung dengan tinggi 300 mm
diisi dengan beton segar. Kemudian cetakan diangkat dan pengukuran dilakukan dari
merosotnya ketinggian puncak beton segar setelah cetakan diangkat ke kedudukan semula.
Sebelum diangkat, semakin kecil nilai slumnya maka adonan beton makin kental dan sulit
pengerjaannya. Di dalam pelaksanaan konstruksi, nilai slump yang dianjurkan adalah 75 mm
sampai 100 mm. penggetaran dan pemberian seperplastisizer adalah cara-cara yang dipakai
untuk mengatasi adonan beton yang kental sehingga meningkatkan kemudahan dalam
pengerjaan.
          Kuat tekan beton fc’ ditentukan dari tes benda uji berbentuk silinder dengan diameter
150 mm dan tinggi 300 mm pada pembebanan tertentu pada umur 28 hari yang disebut
dengan kekuatan karakteristik beton. Kuat karakteristik beton inilah yang dipakai sebagai
standart kekuatan beton dan dipakai pedoman dalam perencanaan beton bertulang. Kuat tekan
beton fc’ dapat juga dilakukan dengan menggunakan benda uji berupa kubus ukuran standart
150 m x 150 mm. Untuk beton normal, maka kekuatan benda uji silinder (150 x 300) adalah
sekitar 80 % kekuatan benda uji kubus (150 m x 150 m).
4)      Kuat Tarik Beton
          Kuat tarik beton fc’t adalah berkisar antara 10 % sampai dengan 20 % dari kuat
tekannya.untuk tes pengujian tarik, cara yang sering digunakan adalah cara tes pembelahan
silinder atau tes Brazil.
          Untuk batang yang mengalami lentur, kuat tarik yang dipakai adalah besarnya modulus
Repture (fr’), bukan kekuatan pembelahan tarik ft’. Modulus repture ini diukur dari
percobaan balok sederhana berpenampang bujur sangkar 6inc ( 150 mm) dan panjang 18
inc ( 450 mm) yang diberi beban pada tiga titik sesuai ASTMC-78.ACI menspesifikasikan
Modulus Repture sebesar 7,5 (fc’)0,5psi.
Sebenarnya setiap beton bertulang yang diaplikasikan pada struktur bangunan pasti akan
terjadi retakan, yang harus dipertimbangkan adalah apakah retakan tersebut dapat ditolerir
karena tidak berbahaya atau retakan tersebut membahayan struktur bangunan secara
keseluruhan. Keretakan pada beton bertulang ini disebabkan oleh beberapa hal, karena
pengaruh dari sifat beton itu sendiri maupun faktor lingkungan luar yang mempengaruhi
beton secara langsung.
Kalau kita lihat dari jenis retakannya, ada dua jenis keretakan pada beton bertulang yaitu
retakan yang terjadi saat pembuatan beton dan retakan yang terjadi setelah beton selesai
dibuat. Dari dua jenis retakan tersebut banyak sekali berbagai faktor yang melatarbelakangi
terjadinya retakan tersebut. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya keretakan pada
beton bertulang tersebut? Berikut ini kami uraikan untuk Anda.
2.3  Faktor - Faktor Penyebab Keretakan Beton Yang Terjadi Saat Pembuatan Beton
Bertulang
1.      Sifat Beton
Untuk melihat bagaimana sifat dari beton bertulang yang dapat menimbulkan keretakan
kita harus melihat proses dari awal pembuatan beton bertulang tersebut. Pada saat awal
pembuatan beton bertulang dengan pencampuran bahan penyusunnya seperti kerikil, pasir,
air, semen, dan baja tulangan. Dalam proses pengerasannya beton akan mengalami
pengurangan volume dari volume awal. Umumnya hal ini disebabkan air yang terkandung
pada campuran beton akan mengalami penguapan sebagian yang mengurangi volume beton
bertulang tersebut.Sehingga apabila dikondisikan pada saat beton mengalami pengerasan dan
akibat dari volume beton berkurang yang akan menyebabkan penyusutan pada beton tetapi
beton tersebut dibiarkan untuk menyusut tanpa adanya pembebanan maka beton pun tidak
akan mengalami keretakan. Tetapi pada kondisi sebenarnya dilapangan tidak ada beton yang
tidak mengalami pembebanan. Karena tidak ada balok atau kolom pada bangunan yang
berdiri sendiri melainkan akan bersambung satu sama lain dan hal ini akan membuat beton
bertulang bekerja menahan beban-beban pada bangunan. Sehingga apabila pada kondisi saat
beton mengalami penyusutan volume kemudian terjadi pembebanan, maka retakan pun tidak
dapat dihindari.
2.      Suhu
Tidak dapat diabaikan suhu juga dapat menyebabkan keretakan pada beton bertulang.
Maksud suhu disini adalah suhu campuran beton saat mengalami perkerasan. Karena pada
saat campuran beton bertulang mengalami perkerasaan suhu yang timbul akibat reaksi dari air
dengan semen akan terus meningkat. Sehingga pada saat suhu campuran beton ini terlalu
tinggi, pada saat beton sudah keras sering timbul retak-retak pada permukaan beton.
3.      Korosi pada tulangan
Sebenarnya untuk mengantisipasi retakan yang terjadi akibat dari sifat beton itu sendiri,
beton diberi tulangan pada bagian dalamnya yang terbuat dari baja. Sehingga diharapkan
dengan adanya baja tulangan tersebut retakan akibat dari sifat beton disebar pada keseluruhan
beton menjadi bagian-bagian yang sangat kecil sehingga retakan tersebut dapat diabaikan.
Tetapi apabila tulangan yang dipakai pada saat pembuatan beton sudah meengalami korosi,
tulangan tersebut itu pun akan menyebabkan retakan pada saat beton mengeras.
4.      Proses pembuatan yang kurang baik
Banyak sekali penyebab retak yang terjadi pada beton bertulang disebabkan oleh proses
pembuatan yang kurang baik. Seperti contoh pada saat beton mengalami perkerasan dimana
banyak mengeluarkan air, maka perlu adanya perawatan pada beton agar pengeluaran air dari
campuran beton tidak berlebihan. Tetapi akibat tidak adanya perawatan, sehingga pada saat
beton terbentuk maka terjadi banyak retakan.
5.      Material yang kurang baik.
Banyak sekali terjadi keretakan pada struktur beton bertulang diakibatkan karena
material penyusunnya yang kurang baik. Beberapa hal diantaranya yang sering ditemukan
adalah aggregat halus atau pasir yang kurang bersih, masih bercampur dengan lumpur
sehingga ikatan antara PC dan aggregat menjadi terlepas. Sehingga ketika beton mengering
maka retakan-retakan akan mudah sekali terjadi.
6.       Cara penulangan
Sering sekali saya menemukan struktur beton bertulang dibuat dengan cara yang kurang
tepat. Hal yang paling umum terjadi adalah ketebalan dari tulangan sampai permukaan beton
terlampau besar. Hal ini sebenanrnya kurang tepat karena fungsi dari baja tulangan tersebut
adalah untuk menahan gaya lintang (pada balok dan plat), deformasi akibat lendutan, serta
gaya geser.
Jika tebal selimut beton terlampau besar makan retakan biasa terjadi mulai dari
permukaan struktur beton sampai pada bagian tulangan yang ada didalamnya. Seharusnya
tulangan dibuat agak keluar, dan selimut atau kulit yang membungkus tulangan dibuat setipis
mungkin (1,5 s/d 2 cm). Karena gaya tarik dan gaya tekan paling besar terjadi pada ujung
permukaan beton tersebut.

2.4  Kelebihan dan kekurangan Beton Bertulang Dalam Suatu Konstruksi


Kelebihan tersebut antara lain :
1.      beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengankebanyakan bahan
lain.
2.      Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air,bahkan merupakan
bahan struktur terbaik untuk bangunan yang banyakbersentuhan dengan air. Pada peristiwa
kebakaran dengan intensitas ratarata, batang-batang struktur dengan ketebalan penutup beton
yang memadai sebagai pelindung tulangan hanya mengalami kerusakan pada permukaannya
saja tanpa mengalami keruntuhan.
3.      Struktur beton bertulang sangat kokoh.
4.      Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
5.      Dibandingkan dengan bahan lain, beton memiliki usia layan yang sangat
panjang. Dalam kondisi-kondisi normal, struktur beton bertulang dapat digunakan sampai
kapan pun tanpa kehilangan kemampuannya untuk menahan beban. Ini dapat dijelaskan dari
kenyataannya bahwa kekuatan beton tidak berkurang dengan berjalannya waktu bahkan
semakin lama semakin bertambah dalam hitungan  tahun, karena lamanya proses pemadatan
pasta semen.
6.      Beton biasanya merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis untuk pondasi tapak, dinding
basement, tiang tumpuan jembatan, dan bangunanbangunan semacam itu.
7.      Salah satu ciri khas beton adalah kemampuannya untuk dicetak menjadi bentuk yang sangat
beragam, mulai dari pelat, balok, dan kolom yang sederhana sampai atap kubah dan cangkang
besar.
8.      Di sebagian besar daerah, beton terbuat dari bahan-bahan lokal yang murah (pasir, kerikil,
dan air) dan relatif hanya membutuhkan sedikit semen dan tulangan baja, yang mungkin saja
harus didatangkan dari daerah lain.
9.      Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton bertulang lebih rendah
bila dibandingkan dengan bahan lain seperti struktur baja.
Kekurangan Beton Bertulang antara lain :
1.     Beton mempunyai kuat tarik yang sangat rendah, sehingga memerlukan penggunaan tulangan
tarik.
2.    Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap di tempatnya sampai beton
tersebut mengeras. Selain itu, penopang atau penyangga sementara mungkin diperlukan untuk
menjaga agar bekisting tetap berada pada tempatnya, misalnya pada atap, dinding, dan
strukturstruktur sejenis, sampai bagian-bagian beton ini cukup kuat untuk menahan beratnya
sendiri. Bekisting sangat mahal. Di Amerika Serikat, biaya bekisting berkisar antara sepertiga
hingga dua pertiga dari total biaya suatu struktur beton bertulang, dengan nilai sekitar 50%.
Sudah jelas bahwa untuk mengurangi biaya dalam pembuatan suatu struktur beton bertulang,
hal utama yang harus dilakukan adalah mengurangi biaya bekisting.
3.        Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton mengakibatkan beton
bertulang menjadi berat. Ini akan sangat berpengaruh pada struktur-struktur bentang-panjang
dimana berat beban mati beton yang besar akan sangat mempengaruhi momen lentur.
4.        Sifat-sifat beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi campuran dan
pengadukannya. Selain itu, penuangan dan perawatan beton tidak bisa ditangani seteliti
seperti yang dilakukan pada proses produksi material lain seperti struktur baja dan kayu.

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Dapat di simpulkan bahwa konstruksi beton bertulang memiliki beberapa bahan campuran
beton yang digunakan didalam pembuatan nya antara lain semen, agregat (batu pecah, kerikil,
pasir), air dll. Juga terdapat Faktor - Faktor Penyebab Keretakan Beton Yang Terjadi Saat
Pembuatan Beton yang memiliki unsur antar lain : Sifat Beton, Suhu, Korosi pada tulangan,
Proses pembuatan yang kurang baik, Material yang kurang baik, Cara penulangan. Dalam
Konstruksi beton bertulang juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan pada suatu
konstruksi dengan begitu kita dapat mendalamkan pengetahuan pada pembahasan tersebut.

3.2  Saran
Dapat disarankan bahwa konstruksi beton bertulang  sangat detail untuk kita pahami
dalam dunia konstruksi  dengan begitu kita juga dapat banyak ilmu yang kita pelajarin dalam
makalah ini, kita juga dapat terapkan dalam kehidupan nyata untuk membangun suatu
bangunan.

Anda mungkin juga menyukai