1.1.1 Erosi
Erosi adalah satu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik
disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin, 2002). Erosi merupakan tiga proses yang
berurutan, yaitu pelepasan (detachment), pengangkutan (transportation), dan pengendapan
(deposition) bahan-bahan tanah oleh penyebab erosi (Asdak, 2010).
Dan pada laporan ini metode yang digunakan adalah USLE. Model USLE sendiri adalah
metode yang paling umum digunakan. Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memprakirakan
besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tata guna lahan dan kondisi iklim yang berbeda.
USLE memungkinkan perencana memprediksi laju erosi rata-rata lahan tertentu pada suatu
kemiringan dengan pola hujan tertentu untuk setiap jenis tanah dan penerapan pengelolaan lahan
(tindakan konservasi lahan). USLE dirancang untuk memprediksi erosi jangka panjang dari erosi
lembar (sheet erosion) dan erosi alur di bawah kondisi tertentu. Skema persamaan USLE dapat
dilihat pada Gambar 2.4. Persamaan USLE dapat memprediksi erosi pada lahan-lahan non
pertanian, tapi tidak dapat untuk memprediksi pengendapan dan tidak memperhitungkan hasil
sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai (Suripin, 2002). Persamaan USLE adalah
sebagai berikut:
𝐸𝑎 = 𝑅 × 𝐾 × 𝐿𝑆 × 𝐶 × 𝑃(Error! No text of specified style in document..1)
Keterangan:
Ea = Banyaknya tanah tererosi per satuan luas per satuan waktu
(ton/ha/tahun)
R = Faktor erosivitas hujan dan aliran permukaan.
K = Faktor erodibilitas tanah.
LS = Faktor panjang kemiringan lereng.
C = Faktor tanaman penutup lahan dan manajemen tanaman.
P = Faktor tindakan konservasi praktis.
Keterangan:
R = Faktor erosivitas hujan (ton/ha/tahun)
n = Jumlah kejadian hujan dalam setahun.
EI30 = Interaksi energi dengan intensitas maksimum 30 menit.
Dalam penelitian Bols pada tahun 1978 untuk menentukan besarnya erosivitas hujan
berdasarkan penelitian di Pulau Jawa dan Madura (Suripin 2002), didapatkan persamaan
sebagai berikut:
Keterangan:
EI30 = Indeks erosi hujan bulanan (ton/ha)
Pb = Curah hujan bulanan (cm)
N = Jumlah hari hujan per bulan.
Pmax = Jumlah hujan maksimum harian (24 jam) dalam bulan yang
bersangkutan.
EI30 tahunan adalah jumlah bulanan.
Keterangan:
M = Persentase pasir sangat halus dan debu
(diameter 0,1 – 0,05 dan 0,05 – 0,02 mm) x (100% liat).
a = Persentase bahan organik.
b = Kode struktur tanah yang digunakan dalam klasifikasi tanah
(Tabel 2.16)
c = Kelas permeabilitas profil tanah (Tabel 2.17).
Untuk menggunakan nomograf dan persamaan yang telah disebutkan diperlukan data
analisis struktur tanah, yaitu persentase kandungan pasir
(2,0 – 10 mm), persentase pasir sangat halus (0,1 – 0,05 mm), persentase debu (0,05 – 0,02
mm), persentase liat (lebih kecil dari 0,002 mm), persentase bahan organik, struktur tanah,
dan permeabilitas profil tanah (Arsyad, 2010).
Di mana untuk menghitung nilai K dengan nomograf dan persamaan, berikut disajikan
pada Tabel 2.16 Penilaian Struktur Tanah.
Selain itu untuk menghitung nilai K dengan nomograf dan persamaan menggunakan
penilaian permeabilitas tanah seperti pada Tabel 2.17.
Jika data-data yang dibutuhkan untuk menggunakan nomograf dan perhitungan tidak
ada, maka untuk mendapatkan nilai dari faktor erodibilitas tanah dapat diperoleh dari
pengukuran di lapangan atau di laboratorium. Adapun nilai faktor K dapat dilihat dari Tabel
2.18.
Tabel Error! No text of specified style in document..3Jenis Tanah dan Nilai Faktor Erodibilitas
Tanah (K)
(Sutapa, 2010)
No. Jenis Tanah Nilai K
1 Latosol cokelat kemerahan dan litosol 0,43
2 Latosol kuning kemerahan dan litosol 0,36
3 Komlek mediteran dan litosol 0,46
4 Latosol kuning kemerahan 0,56
Tabel 2.18Jenis Tanah dan Nilai Faktor Erodibilitas Tanah (K)
(lanjutan) (Sutapa, 2010)
No. Jenis Tanah Nilai K
5 Grumusol 0,20
6 Alluvial 0,47
7 Regosol 0,40
8 Latosol 0,31
𝐿 𝑧
𝐿𝑆 = (22) (0,006541𝑆 2 + 0,0456𝑆 2 + 0,065)(Error! No text of specified style in
document..4)
Keterangan:
L = Panjang lereng (m) yang diukur dari tempat mulai terjadinya aliran
air di atas permukaan tanah sampai tempat mulai terjadinya pengendapan
disebabkan oleh berkurangnya kecuraman lereng atau dari tempat aliran air di
permukaan tanah masuk ke badan air/ saluran.
S = Kemiringan lereng (%)
z = Konstanta yang besarnya bervariasi tergantung besarnya S
(lihat Tabel 2.19).
Selain menggunakan perhitungan dan nomograf di atas, nilai kemiringan lereng juga
dapat diperoleh dari nilai yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan. Nilai kemiringan
lereng tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.20.
Tabel Error! No text of specified style in document..5Nilai Faktor Kelas Lereng (LS)
(Sutapa, 2010)
Kelas Kemiringan Lereng Penilaian
Lereng (%) LS
I 0–8 0,4
II 8 - 15 1,4
III 15 - 25 3,1
IV 25 – 40 6,8
V >40 9,5
4) Faktor tanaman penutup lahan dan manajemen tanaman (C)
Faktor ini menggambarkan nisbah antara besarnya erosi dari lahan yang bertanaman
tertentu dan dengan manajemen (pengelolaan) tertentu terhadap besarnya erosi tanah yang
tidak ditanami dan diolah bersih. Pada tanah gundul (petak baku) nilai C = 1,0. Faktor ini
mengukur kombinasi pengaruh tanaman dan pengelolaannya. Penentuan nilai C sangat sulit,
dikarenakan banyaknya ragam cara bercocok tanam untuk suatu jenis tanaman tertentu
dalam lokasi tertentu. Berhubung berbagai lokasi tersebut memiliki iklim yang berbeda
dengan berbagai ragam cara bercocok tanam sehingga penentuan nilai C memerlukan
banyak data. Besarnya angka C tidak selalu sama dalam waktu satu tahun (Asdak, 2002).
Sehingga faktor C dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
C = Koefisien penutupan lahan (Tabel 2.21)
Ci,j = Koefisien penutupan lahan dengan pengolahan i, dan umur j.
Ai,j = Luas lahan dengan pengolahan i, dan umur j.
Pi,j = Hujan pada luas daerah A dengan pengolahan i, dan umur j.
Tabel Error! No text of specified style in document..8Batas Maksimum Laju Erosi yang dapat
diterima untuk Berbagai Macam Kondisi Tanah
(Suripin, 2002)
Laju Erosi
Kondisi Tanah
(kg/m2/th)
Skala makro (misal DAS) 0,2
Tabel 2.23Batas Maksimum Laju Erosi yang dapat diterima untuk Berbagai Macam Kondisi
Tanah
(lanjutan) (Suripin, 2002)
Laju Erosi
Kondisi Tanah
(kg/m2/th)
Skala meso (misal lahan pertanian):
- Tanah berlempung tebal dan subur (Mid-West,
0,6 – 1,1
USA)
0,2 – 0,5
- Tanah dangkal yang mudah tererosi
1,3 – 1,5
- Tanah berlempung tebal, yang berasal dari endapan
vulkanik
Tanah yang mempunyai kedalaman:
- 0 -25 cm 0,2
- 25 – 50 cm 0,2 – 0,5
- 50 – 100 cm 0,5 – 0,7
- 100 – 150 cm 0,7 – 0,9
- > 150 cm 1,1
Tanah tropika yang sangat mudah tererosi 2,5
Skala mikro (misal daerah terbangun) 2,5
Tanah dangkal di atas batuan 0,112
Tanah dalam di atas batuan 0,224
Tanah lapisan dalam padat di atas batuan lunak 0,448
Tanah dengan permeabilitas lambat di atas batuan
1,121
lunak
Tanah yang permeabel di atas batuan lunak 1,341