Anda di halaman 1dari 11

III.

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Perkebunan Kelapa Sawit Mitra Sejati

Sejahtera Bersama Kota Subulussalam. Adapun untuk analisis tanah dilakukan di

Laboratorium Fisika Tanah dan Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas

Syiah Kuala. Penelitian ini direncanakan mulai dari bulan November 2018 sampai

dengan Januari 2019

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah, ArcGis 10.4.1

untuk pembuatan peta SPL dan peta TBE, alat tulis, printer, Global Positioning

System (GPS) untuk menentukan posisi Satuan Peta Lahan (SPL) yang diamati di

lapangan, ring sample untuk mendapatkan sampel tanah yang akan di analisis di

laboratorium, bor tanah, bor kedalaman efektif, cangkul, parang, plastik sampel.

Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah; Administrasi

Kota Subulussalam, peta tematik Kota Subulussalam, dan data curah hujan PT.

Mitra Sejati Sejahtera Bersama.

3.3. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif yang didasarkan pada hasil pengamatan di lapangan dan analisis tanah

di laboratorium. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu persiapan,

pengumpulan data, pelaksanaan lapangan, analisis laboratorium, analisis data,

pembahasan, dan kesimpulan. Agar lebih jelas bisa dilihat diagram alir penelitian

pada Gambar 1, halaman 29.


21

3.3.1. Persiapan

Tahapan persiapan penelitian ini meliputi survey awal ke lokasi yang akan

dijadikan tempat penelitian sekaligus untuk memperoleh informasi terhadap

kondisi dilapangan yang meliputi letak penelitian yaitu PT. Mitra Sejati Sejahtera

Bersama Kota Subulussalam, peta yang dibutuhkan sebagai peta dasar, yaitu peta

lokasi PT. Mitra Sejati Sejahtera Bersama Kota Subulussalam, peta penggunaan

lahan, peta jenis tanah, dan peta lereng. Peta-peta tersebut ditumpang tindihkan

untuk penentuan Satuan Peta Lahan (SPL). Untuk tabel SPL dapat dilihat pada

lampiran 2.

3.3.2. Pengumpulan data

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sifat fisik

tanah berdasarkan hasil analisis laboratorium, berupa analisis tekstur, dan

permeabilitas. Dan data sifat kimia tanah yang dianalisis adalah C-Organik.

Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi

penelitian, peta jenis tanah, peta kemiringan lereng, peta penggunaan lahan di PT.

Mitra Sejati Sejahtera Bersama Kota Subulussalam, dan data curah hujan PT.

Mitra Sejati Sejahtera Bersama.

3.3.3. Pelaksanaan Lapangan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan yaitu mengamati nilai kelas

struktur tanah, mengamati nilai C dan nilai P, dan pengambilan sampel tanah

untuk dianalisis di laboratorium. Ada dua jenis dalam pengambilan sampel yaitu:

Pengambilan sampel tanah terganggu dilakukan pada setiap satuan lahan

dari tanah pada lapisan top soil untuk analisis tekstur dan C-Organik.

Pengambilan sampel tanah terganggu dilakukan dengan cara memasukkan bor


22

kedalam yang diputar searah jarum jam dengan kedalaman sampai 20 cm. Adapun

cara pengambilan sampel tanah tidak terganggu yaitu dengan menggunakan ring

sampel. Ring sampel dimasukkan ke dalam lapisan tanah pada kedalam 0-20 cm.

untuk menekan ring sampel agar memasuki lapisan tanah yaitu dengan cara

menumpang tindihkan dua ring sampel yang kemudian ditekan menggunakan

kayu secara perlahan hingga mencapai lapisan tanah. Hal ini lakukan agar

mendapatkan tanah utuh tanpa mengalami kerusakan pada bagian atas tanah.

3.3.4. Analisis Laboratorium

Analisis laboratorium dilakukan untuk menentukan nilai erodibilitas, yang

diamati seperti persentase bahan organik, permeabilitas, dan tekstur tanah,

sementara struktur tanah diamati di lapangan. Sifat-sifat tanah yang diamati di

laboratorium dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Sifat-sifat tanah yang dianalisis di laboratorium


No Parameter Metode Analisis
1. C-organik Walkley and Black
2. Permeabilitas Metode Penggenangan
3. Tekstur (empat fraksi) Metode Pipet

3.3.5. Analisis Data

Prediksi tingkat erosi tanah dihitung dengan menggunakan persamaan

Universal Soil Loss Equation (USLE) yang dikemukakan oleh Wischmeir dan

Smith (1978), (Arsyad 2010).

A = R . K . LS . C . P ................................................................(1)

Keterangan :

A = Besarnya tanah tererosi (ton/ha/tahun)

R = Faktor erosivitas hujan


23

K = Faktor erodibilitas tanah

LS = Faktor panjang dan kemiringan lereng

C = Faktor penutup tanah dan pengelolaan tanaman

P = Faktor tindakan konservasi tanah

1. Faktor Erosivitas Hujan (R)

Erosivitas hujan (R) merupakan potensial hujan untuk mengerosi tanah

(Wischmeier dan Smith, 1978). Jika data hujan harian maksimum pada bulan

yang akan dihitung erosivitasnya tidak ada dan hanya ada tersedia data hujan

bulanan, maka dapat digunakan rumus Lenvain (Asdak, 1995) sebagai berikut:
1 ,36
Rm=2.21 P m .............................................................................(2)

Keterangan :

Rm = Erosivitas hujan bulanan

Pm = Curah hujan bulanan (cm)

2. Faktor Erodibilitas Tanah (K)

Erodibilitas (K) adalah kepekaan tanah terhadap erosi Besarnya nilai K

ditentukan oleh tekstur, struktur, permeabilitas, dan bahan organik tanah.

Penentuan besarnya nilai K dapat dilakukan dengan menggunakan rumus

Wischmeier & Mannering (1969) yaitu sebagai berikut:

100 K=1 . 292[2. 1 M ¿ ¿ 1 . 14 ( 10−4 ) ( 12−a )+ 3 .25 ( b−2 ) +2 .5 (c−3)]¿ ...... (3)

Keterangan :

K = Faktor erodibilitas
M = % debu + pasir sangat halus x (100 - % liat)
a = % bahan organik (% C x 1,724)
b = Kelas struktur tanah
c = Kelas permeabilitas tanah
24

Tabel 2. Klasifikasi erodibilitas tanah (K)


No Kelas Nilai K Kriteria
1. I 0,00-0,10 Sangat rendah
2. II 0,11-0,20 Rendah
3. III 0,21-0,32 Sedang
4. IV 0,33-0,40 Agak tinggi
5. V 0,41-0,55 Tinggi
6. VI 0,56-0,64 Sangat tinggi
Sumber : Arsyad (2010)

Tabel 3. Penilaian struktur tanah


No Kelas Struktur Tanah Nilai
1. Granuler sangat halus < (1 mm) 1
2. Granuler halus (1-2 mm) 2
3. Granuler sedang - kasar (2-10 mm) 3
4. Gumpal (Blocky), lempung (platy) atau masive 4
Sumber : Arsyad (2010)

Tabel 4. Kelas permeabilitas tanah


No Klas Permeabilitas cm/jam Nilai
1. Sangat lambat (very slow) < 0,5 6
2. Lambat (slow) 0,5 - 2,0 5
3. Agak lambat (moderate to slow) 2,0 - 6,3 4
4. Sedang (moderate) 6,3 - 12,7 3
5. Agak cepat (moderate to rapid) 12,7 - 25,4 2
6. Cepat (rapid) > 25,4 1
Sumber : Arsyad (2010).

3. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)

Dalam menentukan faktor panjang dan kemiringan lereng (LS) dilapangan

menggunakan nilai indeks yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan. Adapun

nilai kelas dari kemiringan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Penilaian kelas lereng (LS)


No. Kemiringan (%) Keterangan LS
1. 0–8 Datar – Landai 0,4
25

2. 8 – 15 Landai - Agak Miring 1,4


3. 15 – 25 Agak Miring – Miring 3,1
4. 25 – 40 Miring - Agak Curam 6,8
5. > 40 Curam - Sangat Curam 9,5
Sumber : Dephut (2000)

4. Faktor Upaya Pengelolaan Konservasi Tanah (P)

Faktor upaya pengelolaan konservasi (P) dievaluasi dengan mengamati

upaya konservasi yang dilakukan di lapangan. Indeks pengelolaan konservasi

tanah dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 6. Nilai faktor pengelolaan konservasi tanah (P)


No. Tindakan khusus konservasi tanah Nilai P
1 Teras bangku
- kontruksi baik 0,04
- kontruksi sedang 0,15
- kontruksi kurang baik 0,35
- teras tradisional baik 0,40
2 Strip tanaman rumput (padang rumput) 0,40
3 Pengolahan tanah dan penanaman menurut garis
kontur
- kemiringan 0 – 8 % 0,50
- kemiringan 9 – 20 % 0,75
- kemiringan > 20 % 0,90
4 Tanpa tindakan konservasi 1,00
Sumber : Arsyad (2010)

5. Faktor Pengelolaan Tanaman (C)

Faktor pengelolaan tanaman (C) adalah nisbah besarnya erosi dari tanah

yang bertanaman dengan pengelolaan tertentu terhadap besarnya erosi tanah yang

tidak ditanami dan diolah bersih. Faktor pengelolaan tanaman (C) dievaluasi dari

jenis penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 6.


26

Tabel 7. Nilai faktor pengelolaan tanaman (C)


No. Penggunaan Lahan Nilai C
1. Tanah terbuka/tanpa tanaman 1,0
2. Sawah 0,01
3. Tegalan 0,7
4. Ubi kayu 0,8
5. Jagung 0,7
6. Kedelai 0,399
7. Kentang 0,4
8. Kacang tanah 0,2
9. Padi 0,561
10. Tebu 0,2
11. Pisang 0,6
12. Akar Wangi (sereh wangi) 0,4
13. Rumput Bede (tahun pertama) 0,287
14. Rumput Bede (tahun kedua) 0,002
15. Kopi dengan penutup tanah buruk 0,2
16. Talas 0,85
17. Kebun campuran : - kerapatan tinggi 0,1
- kerapatan sedang 0,2
- kerapatan rendah 0,5
18. Perladangan 0,4
19. Hutan alam : - serasah banyak 0,001
- serasah kurang 0,005
20. Hutan produksi : - tebang habis 0,5
- tebang pilih 0,2
21. Semak belukar/padang rumput 0,3
22. Ubikayu + Kedelai 0,181
23. Ubikayu + Kacang tanah 0,195
24. Padi - sorghum 0,345
25. Padi - kedelai 0,417
26. Kacang tanah + Gude (tanaman polongan) 0,495
27

27. Kacang tanah + Kacang tunggak 0,571


28. Kacang tanah + Mulsa jerami 4 ton/ha 0,049
29. Padi + Mulsa jerami 4 ton/ha 0,096
30. Kacang tanah + Mulsa jagung 4 ton/ha 0,128
31. Kacang tanah + Mulsa kacang tunggak 0,259
32. Alang-alang murni subur 0,001
Sumber: Arsyad (2010)
3.3.6. Erosi Aktual dan Potensial

Nilai erosi potensial dihitung dengan menggunakan persamaan

A = R.K.LS tanpa memasukkan nilai C P, sedangkan erosi aktual dihitung dengan

memasukkan nilai C P, yaitu A = R.K.LS.C.P.

3.3.7. Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

Tingkat bahaya erosi (TBE) merupakan tingkat ancaman kerusakan yang

diakibatkan oleh erosi pada suatu lahan. Erosi tanah dapat berubah menjadi

bencana apabila laju erosi lebih cepat daripada laju pembentukan tanah.

Mengetahui besarnya erosi yang terjadi di suatu wilayah merupakan hal yang

penting karena selain dapat mengetahui banyaknya tanah yang terangkut juga

dapat digunakan sebagai salah satu jalan untuk mencari sebuah solusi dari

permasalahan tersebut.

TBE dapat dihitung dengan cara membandingkan tingkat erosi potensial

(A) di suatu lahan dengan laju erosi yang diperbolehkan (EDP) pada lahan

tersebut. Nilai EDP dapat ditentukan dengan cara merujuk kepada pedoman

penetapan nilai EDP untuk tanah-tanah di Indonesia yang disajikan pada Tabel 8,

sedangkan penentuan kategori tingkat bahaya erosi disajikan pada Tabel 9.

Nilai indeks tingkat bahaya erosi dihitung dengan menggunakan

persamaan yang dikemukakan oleh Hammer, 1981 (Arsyad, 2010) :

A
TBE ¿ ...........................................................................................(4)
EDP
28

Keterangan :

TBE = Tingkat bahaya erosi (ton ha-1 th-1)

A = Laju erosi potensial (ton ha-1 th-1)

EDP = Erosi yang Diperbolehkan (ton ha-1 th-1)

Tabel 8. Penentuan penetapan nilai EDP

No Sifat tanah dan Substrata Nilai EDP


1. Tanah dangkal di atas batuan (25 – 50 cm) 1,12
2. Tanah dengan kedalaman sedang (50 – 90 cm) di atas 2,24
batuan yang telah melapuk
3. Tanah yang dalam (>90 cm) dengan lapisan bawah yang 4,48
kedap air di atas substrata yang telah melapuk
4. Tanah yang dalam (>90 cm) dengan lapisan bawah 8,96
berpermeabilitas lambat, diatas substrata telah melapuk
5. Tanah yang dalam (>90 cm) dengan lapisan bawah 11,21
berpermeabilitas sedang, diatas substrata yang telah
melapuk
6. Tanah yang dalam (>90 cm) dengan lapisan yang 13,45
permeabel (agak cepat), diatas substrata yang telah
melapuk
Sumber : Arsyad (2010)

Tabel 9. Klasifikasi tingkat bahaya erosi

No. Laju Erosi (ton/ha/th) Kelas Erosi


1. <15 Sangat Ringan
2. 15 – 60 Ringan
3. 60 – 180 Sedang
4. 180 – 480 Berat
5 ˃ 480 Sangat Berat
Sumber : Kementan (2011)

3.3.8. Arahan Konservasi Tanah


Arahan konservasi lahan dilakukan berdasarkan pertimbangan kondisi
tingkat bahaya erosi (TBE) untuk masing-masing SPL. Penetuan dilakukan
dengan arahan upaya pengelolaan tanaman (C) dan tindakan konservasi tanah (P)
untuk masing-masing SPL.
29
30

Persiapan

Data Atribut Peta Tematik Data Spasial

Data Peta
Peta Jenis Peta
Curah Penggunaan
Tanah Lereng
Hujan Lahan

Overlay

Satuan Peta Lahan


Ground Cheek Ground Cheek
(SPL)

Sampel Tanah

a. Struktur Tanah a. Tekstur


b. Nilai C
b. Bahan Organik
c. Nilai P
c. Permeabelitas

Analisis Data Tingkat Bahaya Analisis


Lapangan Erosi Laboratorium

Kesimpulan

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

Anda mungkin juga menyukai