Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR – DASAR ILMU TANAH

ACARA V
PENGENALAN PROFIL TANAH

Oleh :
M. Mughliman Aqil Syahri
A0B022028
Kelompok : 2
Rombongan : 2

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2022
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah adalah kumpulan dari tubuh alam yang menduduki orizon besar
daratan. Tanah mampu menembuhkan tanaman selain itu tanah juga merupakan
tempat makhluk hidup lainnya hewan dan manusia melangsungkan hidupnya. Tanah
mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim dan jasad hidup yang bertindak
terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu. Tanah juga merupakan media
yang sangat dibutuhkan oleh tanaman yang ada di bumi sebab tanah sangat
dibutuhkan dalam kehidupan karena dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan bagi
tanaman. Tanah merupakan bagian lapisan kulit bumi yang lunak dan gembur di
mana tanah berasal dari batuan induk. Tanah terdiri dari lapisan-lapisan dengan
berbeda warna sampai ke bagian dalam yang memiliki tekstur keras dan sulit
ditembus bahan induk. Tanah memiliki berbagai sifat yang menentukan kualitas tanah
seperti sifat biologi, sifat kimia dan sifat fisika. Bagian tanah yang terdapat pada
lapisan paling atas disebut dengan top soil selanjutnya tanah akan membentuk
berbagai lapisan hingga membentuk profil tanah.
Profil tanah merupakan irisan vertical tanah dari lapisan paling atas sehingga
ke bebatuan induk tanah (regolit), yang biasanya terdiri horizon-horizon O-A-E-B-C-
R. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut Solum Tanah, horizon
O-A disebut lapisan tanah atas dan horizon E-B disebut lapisan tanah bawah. Profil
tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan cara
membuat lubang dengan ukuran panjang dan lebar serta kedalaman tertentu sesuai
dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tanah merupakan tubuh alam yang
terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam (natural forces) terhadap
proses pembentukan mineral dan pelapukan bahan-bahan koloid (Hanafiah, 2009).
Profil tanah merupakan suatu iris dan melintang pada tubuh tanah, dibuat
dengan cara membuat lubang dengan ukuran panjang, dan lebar serta kedalam
tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tanah merupakan
tubuh alam yang terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam (natural
forces) terhadap proses pembentukan mineral, serta pembentukan dan pelapukan
bahan-bahan koloid (Hakim,dkk : 1982).
Pada praktikum acara 5 ini, terdapat lima lapisan tanah yaitu horison O, horizon A1,
horizon A2, horizon B1, dan horizon B2.

1. Horizon O: kedalaman lapisan yang telah di amati 0 cm sampai 32 cm.


Lapisan ini merupakan lapisan organik yang berada di atas tanah mineral.
Terdapat banyak akar tanaman, dan jasad renik tanah. Berwarna gelap dan
kaya akan humus. Horizon O merupakan horizon bagian atas, lapisan tanah
organik, yang terdiri dari humus daun dan alas. Horizon organik merupakan
tanah yang mengandung bahan organik > 20% pada seluruh penampang tanah,
tanah mineral biasanya kandungan bahan organik kurang dari 20% karena
sifat-sifatnya didominasi oleh bahan mineral.
2. Horizon A : kedalaman lapisan yang telah di amati 32 cm sampai 75 cm . Lapisan ini
merupakan lapisan tanah paling atas. Pada umumnya berupa tanah organik karena
berupa tanah muda sehingga masih terpengaruh oleh kondisi di atas
permukaan tanah. Lapisan ini ditandai dengan adanya zona perakaran dan
kegiatan jasad hidup tanah. Zona evaluasi yang mempunyai banyak humus.
Berwarna keabuan dan sedikit pucat. Horizon A merupakan horison di
permukaan yang tersusun oleh campuran bahan organik dan bahan mineral.
Horizon A juga disebut sebagai horison eluviasi (pencucian). Ada 3 jenis
horison A, antara lain :

a) A1 : lapisan ini kedalaman 32 cm sampai 57 cm pada saat pengamatan. Bahan


mineral campur dengan humus dan berwarna gelap.
b) A2 : lapisan ini kedalaman 57 cm sampai 75 cm pada saat pengamatan. Horizon
dimana terjadi pencucian (aluviasi) maksimum terhadap liat Fe, Al dan bahan
organik.
c) A3 : tidak di amati. Horizon peralihan A ke B, lebih menyerupai A
1. Horizon B: kedalaman lapisan yang telah di amati 75 cm sampai 120 cm.
Lapisan ini merupakan zona pengendapan partikel tanah yang tercuci dari
horizon A. Pada lapisan ini terdapat bahan organik namun tidak sebanyak
seperti pada lapisan tanah atas atau horizon A. Zona akumulasi yang sedikit
humusnya, berwarna coklat kuning atau coklat kemerahan. Horizon B adalah
horison illuvial atau horison pengendapan sehingga terjadi akumulasi dari
bahan-bahan yang tercuci dari horizon diatasnya. Horizon iluviasi
(penimbunan) dari bahan-bahan yang tercuci di atasnya (liat, Fe, Al, bahan
organik). Ada 3 Jenis Horizon B, yaitu :

a) B1 : lapisan ini kedalaman 75 cm sampai 92 cm pada saat pengamatan.


Peralihan dari A ke B, lebih menyerupai B
b) B2 : lapisan ini kedalaman 92 cm sampai 120 cm pada saat pengamatan.
Penimbunan (iluviasi) maksimum liat, Fe dan Al oksida, kadang-kadang bahan
organik.
c) B3 : tidak di amati. Peralihan B ke C, lebih menyerupai B.
Horison tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari proses
pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon-horison tersebut akan
menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Penampang horizon tanah tersebut
akan menunjukan susunan horizon yanag disebut profil tanah.
B. Tujuan

Tujuan dari praktikum penyiapan contoh tanah yaitu untuk memberikan


pemahaman kepada mahasiswa agar bisa mengetahui prosedur pengamatan profil
tanah yang berkaitan dengan praktikum Dasar–Dasar Ilmu Tanah. Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mengetahui dan menetapkan warna dasar dari beberapa
jenis-jenis tanah dengan menggunakan buku Musell Soil Color Chart, menentukan
tekstur tanah, menentukan struktur tanah dan menetapkan konsistensi dari berbagai
jenis tanah-tanah dalam keadaan basah, lembab dan kering.

C. Manfaat

Manfaat dari adanya praktikum ini yaitu mengetahui pH setiap tanah, konsistensi
setiap tanah, tekstur tanah, warna tanah, struktur tanah, dan horizon – horizon setiap
lapisan tanah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam pertanian, tanah dapat diartikan lebih khusus sebagai media tumbuhnya
tanaman darat. Tanah sendiri berasal dari hasil pelapukan batuan yang bercampur
dengan sisa – sisa bahan organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup
diatasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air
(Hardjowigeno, 2010).
Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah
pada dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia
dan/atau biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan
sedimen dan tanah (soil). Hasil pelapukan batuan-batuan yang bercampur dengan sisa
batuan dari organism yang hidup diatasnya.  Selain itu, terdapat pula udara dan air di
dalam tanah.  Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga
tidak meresap ketempat lain, di samping pencampuran bahan organik didalam proses
pembentukan tanah, terbentuk pula lapisan-lapisan  tanah (Hardjowigeno, 2010).
Tanah merupakan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh-berkembangnya perakaran penopang tegak-tumbuhnya tanaman dan
penyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan
penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-
unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan lain-lain); dan
secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif
dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi
tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk
menghasilkan bomass dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan, industri
perkebunan, maupun kehutanan (Hanafiah, 2005).
Tanah yang semakin gelap warnanya akan semakin banyak kandungan bahan
organiknya. Warna pucat atau kekuningan ini menunjukkan berasal dari mineral
kuarsa, sedang warna merah menunjukkan berasal dari mineral mengandung besi.
Warna kuning, coklat, atau merah menunjukkan drainase baik, sedang warna kelabu
kebiruan atau bercak-bercak menunjukkan drainase jelek. Warna putih atau pucat
menunjukkan horison pengendapan (akumulasi) bahan dari horison diatasnya.
(Soepardi, 1983).
Profil tanah adalah merupakan irisan yang melintang pada tubuh tanah yang
dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran panjang dan lebar tertentu dan
kedalaman tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan
penelitian. Penelitian juga biasa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis
tanah tertentu. Setiap jenis tanah dan tipe–tipe tanah memiliki ciri khas yang di
pandang dari sifat–sifat fisik, kimia maupun biologinya. Dalam hal ini menyangkut
tanah yang memiliki horizon sebagai akibat berlangsungnya evolusi genetik dalam
tanah (Foth. 1988).
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan
cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman
yang tertentu pula sesuai dengan keadaan keadaan tanah dan keperluan penelitian.
Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dianamakan muka air tanah.
Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada
rongga-rongga udara (Bale, 2000).
Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia dan biologi
tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan klasifikasi
tanah dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan tanah yang lebih
tepat. Adapun faktor-faktor pembentuk tanah, maka potensi untuk membentuk
berbagai jenis tanah yang berbeda amat besar, ( Foth. 1988).
Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan-lapisan paling atas
hingga bebatuan induk tanah (regolit), yang biasanya terdiri dari horison-horison O-
A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut solum
tanah, meskipun tanah terdiri dari beberapa horison, namun bagi tetanaman yang
sangat penting adalah horizon O-A (lapisan atas) yang biasanya mempunyai
ketebalan dibawah 30cm, bahkan bagi tanaman berakar dangkal seperti padi, palawija
dan sesayuran yang berperan adalah kedalaman dibawah 20cm (Hakim, 2007).
Profil tanah adalah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran panjang dan lebar tertentu dan
kedalaman tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan
penelitian. Dimana penelitian juga biasa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
jenis tanah tertentu. Setiap jenis tanah dan tipe–tipe tanah memiliki ciri khas yang di
pandang dari sifat–sifat fisik, kimia maupun biologinya. Dalam hal ini menyangkut
tanah yang memiliki horizon sebagai akibat berlangsungnya evolusi genetik dalam
tanah (Foth. 1988).
Profil dari tanah mineral yang telah berkembang lanjut biasanya memiliki
horison-horison, horison-horison tersebut diantara lain yaitu :
1. Horison O adalah horison yang terdiri dari bahan serasah atau sisa-sisa tanaman
(Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi serasah (Oa). Horison ini
ditemukan terutama pada tanah-tanah hutan yang masih utuh. Merupakan horison
organik yang terbentuk diatas lapisan tanah mineral.
2. Horison A1 adalah horison mineral yang berbahan organik tanah (BOT) tinggi
sehingga berwarna agak gelap. A2 – Horison dimana terdapat pencucian (eluviasi)
maksimum terhadap liat, Fe, A dan bahan organik. A3 – Horison peralihan ke B,
lebih menyerupai A. Horison dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan
organik dan bahan mineral. Merupakan horison eluvasi, yaitu horison yang
mengalami pencucian.
3. Horison E adalah horison mineral yang telah tereloviasi (tercuci) sehingga kadar
BOT, liat silikat, Fe dan Al rendahtetapi kadar pasir & debu kuarsa (seskuoksida)
dan mineral resisten lainnya tinggi serta berwarna terang.
4. Horison B adalah horison illuviasi yaitu horison akumulasi bahan eluvial dari
horison diatasnya.
5. Horison C adalah lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan bahan
induk atau belum terjadi perubahan secara kimiawi.
6. Horison R adalah batuan keras yang belum dilapuk sehingga tidak dapat ditembus
akar tanaman (Buckman, 1992).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Bor tanah, Abney level
(clinometer) untuk mengukur kemiringan tanah, kompas, altimeter, Ph saku, botol
semprot, kertas label, meteran, larutan H2O2 3%, larutan HCl 10 %, larutan αα-
dipiridil dalam 1N NH4Oac netral, aquades, buku Munsell Soil Color Chart, kantong
plastik, spidol, buku pedoman pengamatan tanah lapang, dan daftar isian profil.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah contoh tanah.

B. Prosedur Kerja

1. Pilih tempat pembuatan profil. Sebelumnya dilakukan dengan pengeboran


(boring) di tempat-tempat sekitar profil yang akan dibuat sedalam 1 meter pada
2 atau 3 temapat berjarak 1 meter, yang berguna supaya tercapai keseragaman.
2. Kenali lubang sedemikian rupa sehingga terbentuk profil tanah dengan ukuran
panjang 2 m, lebar 1,5 m dan kedalaman 1,5 m di depan bidang pengamatan
profil dibuat tangga (trap) kebawah untuk memudahkan pengamat turun.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil sebagaimana terlampir

B. Pembahasan

Proses pembentukan tanah (genesa) bisa dimulai dari pelapukan batuan-


batuan induk yang menjadi bahan induk tanah, lalu diikuti dengan pecampuran bahan
organik dengan bahan mineral di permukaan tanah, pembentukan struktur tanah,
pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas tanah ke bagian bawah tanah, dan
berbagai proses lain yang dapat menghasilkan horizon-horizon atau lapisan-lapisan
Profil tanah dideskripsikan untuk mengetahui morfologi tanah. Profil tanah
merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dimulai dari permukaan tanah
hingga lapisan bahan induk di bawah tanah.
Dalam Soil Survey Staff (2014) terdapat Sembilan horizon utama dalam
tanah yang masing-masing diberi symbol dengan huruf kapital dimulai dari atas ke
bawah. Penjelesannya yaitu:
1. Horizon O, merupakan horizon yang penyusun utamanya adalah bahan
organik, baik yang jenuh dengan air ataupun yang tidak jenuh dengan air.
Horizon O terdiri dari seresah yang belum atau telah terdekomposisi,
seperti daun-daun, ranting, lumut, bahan yang telah terdekomposisi dan
mungkin berada di bagian atas tanah mineral dan organik. Fraksi lapisan
ini berbentuk kecil dan umumnya setengah dari massa total.
2. Horizon L, merupakan horizon limnik yang tersusun dari bahan limnik
mineral dan bahan limnik organik. Horizon ini meliputi bahan tanah
gambut tersedimentasi, tanah diatoma dan napal. Horizon ini berada pada
histosol.
3. Horizon A, merupakan horizon mineral yang terbentuk pada permukaan
tanah atau di bawah horizon O yang menunjukkan hilangnya seluruh atau
sebagian besar struktur batuan asal. Jika suatu horizon permukaan
memiliki sifat horizon A dan E tetapi akumulasi bahan organik
terhumifikasi lebih dominan, maka horizon tersebut termasuk horizon A.
4. Horizon E merupakan horizon mineral dengan sifat utamanya mengalami
proses eluviasi liat silikat, besi, alumunium, serta bahan organik, sehingga
menyisakan partikel-partikel pasir dan debu yang berwarna cerah. Horizon
E berada dekat permukaan tanah di bawah horizon O atau A dan di atas
horizon B.
5. Horizon B, merupakan horizon mineral yang terbentuk di bawah suatu
horizon A, E, atau O. Horizon B dicirikan oleh hilangnya seluruh atau
sebagian besar struktur batuan asalnya.
6. Horizon C, merupakan horizon mineral, tidak termasuk batuan dasar yang
sangat tersementasi dan keras yang mengalami sedikit proses pedogenesis
serat kurang memiliki sifat-sifat horizon O, A, E, B, atau L. Dalam
horizon ini, terdapat sedimen, saprolit,batuan dasar, dan bahan-bahan
geologi lainnya.
7. Horizon R, merupakan batuan dasar yang tersementasi kuat hingga
mengeras seperti granit, basalt, kuarsit, batugamping, dan batupasir.
8. Horizon M, merupakan horizon pembatas perakaran yang terletak di
bawah tanah yang terdiri dari bahan-bahan industri hasil olahan pabrik dan
tersusun secara horizontal dan hampir bersambungan. Contohnya, telstil,
aspal, beton, karet, dan plastic.
9. Horizon W (air), menunjukkan lapisan air yang berada di dalam atau di
bawah tanah. Lapisan ini tidak digunakan untuk air yang dangkal dan es
atau salju. Horizon ini diberi symbol Wf jika lapisan tersebut beku
permanen.
Sudah pasti horizon tanah tidak muncul dengan sendirinya. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi horizon tanah yaitu,iklim, bahan induk, bahan organik
humus, dan bahan mineral. Semakin dangkal solum, maka semakin tidak subur
kondisi tanah tersebut dan semakin menghambat pertumbuhan tanaman. Semakin
tinggi bahan organik dan humus, maka tanah akan semakin baik juga untuk
digunakan. Bahan induk juga berpengaruh dalam susunan mineral dan berpengaruh
dalam susunan jaringan tanah.
Agar dapat mengetahui gambaran suatu tanah dan deskripsi atau informasi
mengenai tanah tersebut perlu diadakannya pengamatan tanah di lapangan. Morfologi
tanah dapat digunakan untuk survei tanah. Morfologi tanah berguna sebagai pengerat
faktor-faktor penghambat pertumbuhan tanaman. Morfologi tanah juga berguna
untuk memberikan gambaran perubahan atau evolusi yang terjadi dalam tanah.
Morfologi tanah dilakukan untuk mendiagnosis kondisi tanah yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman.
Ciri morfologi berfungsi untuk menunjukkan proses-proses yang terjadi pada
suatu jenis tanah selama proses pelapukan dan perkembangan tanah. Morfologi tanah
adalah karakteristik fisik dari suatu tanah. Ciri-ciri morfologi tanah berupa warna,
tekstur, struktur, konsistensi, pH, kandungan bahan-bahan tertentu, bahan induk, dan
kandungan bahan organik.
a. Warna tanah
Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun
tanah. Warna tanah berhubungan langsung secara proporsional dari total
campuran warna yang dipantulkan permukaan tanah. Warna tanah
ditentukan oleh tingkat perkembangan tanah, kandungan bahan organik,
kandungan air, dan kandungan bahan tertentu.
b. Tekstur tanah
Tekstur tanah adalah tiga fraksi tanah yaitu fraksi pasir, debu, dan
lempung dalam suatu agregat tanah. semakin banyak fraksi pasir, maka
tekstur tanah semakin kasar, sedangkan semakin banyak fraksi lempung,
tekstur tanah semakin halus.
c. Struktur tanah
Struktur tanah dapat dikatakan sebagai bentuk susunan ikatan partikel-
partikel tanah. Ikatan partikel tanah akan membentuk agregat tanah.
Bentuk dari agregat tanah dapat berupa lempeng, tiang, gumpal, remah,
granuler, berbutir tunggal, dan pijal.
d. Konsistensi tanah
Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi diantara partikel-
partikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk dari
tekanan atau berbagai kekuatan yang memengaruhinya. Konsistensi tanah
tergantung dari tekstur tanahnya.
e. pH Tanah
pH tanah adalah derajat keasaman atau kebasaan tanah. Nilai dari pH
bervariasi mulai dari 1-14 pH 7 ke bawah merupakan pH tanah menuju ke
asam, sedangkan 7 ke atas pH tanah menuju ke arah tanah basa.
Kebanyakan tanah di daerah tropis bersifat asam dan memounyai pH < 7).
f. Bahan organik
Bahan organik merupakan bahan yang berasal dari makhluk hidup atau
jasad organik (Khosim, 2007).
g. Bahan induk
Bahan induk adalah bahan asal yang nantinya akan terbentuk. Bahan
induk dapat berupa bahan mineral, batuan, dan bahan organik. (Atmoko,
2018).
Pada praktikum pengenalan profil tanah, jenis tanah yang digunakan adalah
tanah inseptisol. Lokasi tanah yang sudah ditentukan digali enam lapisan. Lapisan
pertama berjarak 0-34 cm dan menempati horizon A1 dimana mengandung bahan
organik halus yang tinggi dan lembek. Kejelasan tanah inseptisol yaitu baur dan batas
horizonnya berombak pada tiap lapisannya. Lapisan pertama memiliki warna dark
yellowish brown. Tanah inseptisol memiliki tekstur lempung liat berdebu di semua
lapisan. Inseptisol memiliki struktur derajat tanah cukupan, berbentuk remah, dan
berkelas sangat kasar. Konsistensi basah tanah inseptisol adalah agak lekat dan
plastis, konsistensi lembab tanah inseptisol sangat gembur, dan konsistensi keringnya
keras. Tanah inseptisol memiliki pH tanah lapang 6 yang berarti tanah tersebut asam.
Tanah inseptisol tidak mengeluarkan reaksi terhadap HCL tiap horizonnya. Reaksi
tanah inseptisol terhadap  H2O2 sebanyak 3% yaitu +1 berarti sedikit berbuih,
memiliki epipedon plaggen dengan horizon yang warnanya gelap di setiap
horizonnya, dan memiliki horison penciri bawah cambric yaitu horizon hasil
perubahan secara fisika dan pelapukan kimia pada setiap lapisannya.
Lapisan kedua berjarak 34-56 cm dan menempati horizon A2 dimana simbol
lapisannya lembek. Kejelasan tanah inseptisol yaitu baur dan batas horizonnya
berombak pada setiap lapisannya. Lapisan kedua memiliki warna dark yellowish
brown. Tanah inseptisol memiliki tekstur lempung liat berdebu di semua lapisan.
Inseptisol memiliki struktur derajat tanah cukupan, berbentuk remah, dan berkelas
sangat kasar. Konsistensi basah tanah inseptisol adalah agak lekat dan plastis,
konsistensi lembab tanah inseptisol sangat gembur, dan konsistensi keringnya keras.
Tanah inseptisol memiliki pH tanah lapang 5 yang berarti tanah tersebut asam. Tanah
inseptisol tidak mengeluarkan reaksi terhadap HCL tiap horizonnya. Reaksi tanah
inseptisol terhadap  H2O2 sebanyak 3% yaitu +2 berarti berbuih, memiliki epipedon
plaggen dengan horizon yang warnanya gelap di setiap horizonnya, dan memiliki
horison penciri bawah cambric yaitu horizon hasil perubahan secara fisika dan
pelapukan kimia pada setiap lapisannya.
Lapisan ketiga berjarak 56-75 cm dan menempati horizon B1 dimana simbol
lapisannya agak keras. Kejelasan tanah inseptisol yaitu baur dan batas horizonnya
berombak pada setiap lapisannya. Lapisan kedua memiliki warna dark yellowish
brown. Tanah inseptisol memiliki tekstur lempung liat berdebu di semua lapisan.
Inseptisol memiliki struktur derajat tanah cukupan, berbentuk remah, dan berkelas
sangat kasar. Konsistensi basah tanah inseptisol adalah agak lekat dan agak plastis,
konsistensi lembab tanah inseptisol gembur, dan konsistensi keringnya lunak. Tanah
inseptisol memiliki pH tanah lapang 6 yang berarti tanah tersebut asam. Tanah
inseptisol tidak mengeluarkan reaksi terhadap HCL tiap horizonnya. Tidak ada reaksi
tanah inseptisol terhadap  H2O2 sebanyak 3% pada lapisan ketiga, memiliki epipedon
plaggen dengan horizon yang warnanya gelap di setiap horizonnya, dan memiliki
horison penciri bawah cambric yaitu horizon hasil perubahan secara fisika dan
pelapukan kimia pada setiap lapisannya.
Lapisan keempat berjarak 75-83 cm dan menempati horizon B2 dimana
simbol lapisannya agak keras. Kejelasan tanah inseptisol yaitu berangsur dan batas
horizonnya berombak pada setiap lapisannya. Lapisan kedua memiliki warna dark
yellowish brown. Tanah inseptisol memiliki tekstur lempung liat berdebu di semua
lapisan. Inseptisol memiliki struktur derajat tanah cukupan, berbentuk remah, dan
berkelas sangat kasar. Konsistensi basah tanah inseptisol adalah agak lekat dan agak
plastis, konsistensi lembab tanah inseptisol gembur, dan konsistensi keringnya lunak.
Tanah inseptisol memiliki pH tanah lapang 5 yang berarti tanah tersebut asam. Tanah
inseptisol tidak mengeluarkan reaksi terhadap HCL tiap horizonnya. Tidak ada reaksi
tanah inseptisol terhadap  H2O2 sebanyak 3% pada lapisan keempat, memiliki
epipedon plaggen dengan horizon yang warnanya gelap di setiap horizonnya, dan
memiliki horison penciri bawah cambric yaitu horizon hasil perubahan secara fisika
dan pelapukan kimia pada setiap lapisannya.
Lapisan kelima berjarak 83-110 cm dan menempati horizon B3 dimana
simbol lapisannya lebih lembut dari B2. Kejelasan tanah inseptisol yaitu baur dan
batas horizonnya berombak pada setiap lapisannya. Lapisan kedua memiliki warna
dark yellowish brown. Tanah inseptisol memiliki tekstur lempung liat berdebu di
semua lapisan. Inseptisol memiliki struktur derajat tanah cukupan, berbentuk remah,
dan berkelas sangat kasar. Konsistensi basah tanah inseptisol adalah agak lekat dan
agak plastis, konsistensi lembab tanah inseptisol gembur, dan konsistensi keringnya
lunak. Tanah inseptisol memiliki pH tanah lapang 7 yang berarti tanah tersebut basa.
Tanah inseptisol tidak mengeluarkan reaksi terhadap HCL tiap horizonnya. Tidak ada
reaksi tanah inseptisol terhadap  H2O2 sebanyak 3% pada lapisan kelima, memiliki
epipedon plaggen dengan horizon yang warnanya gelap di setiap horizonnya, dan
memiliki horison penciri bawah cambric yaitu horizon hasil perubahan secara fisika
dan pelapukan kimia pada setiap lapisannya.
Lapisan keenam berjarak 110-150 cm dan menempati horizon C1 dimana
simbol lapisannya keras parah. Kejelasan tanah inseptisol yaitu baur dan batas
horizonnya berombak pada setiap lapisannya. Lapisan kedua memiliki warna dark
brown. Tanah inseptisol memiliki tekstur lempung liat berdebu di semua lapisan.
Inseptisol memiliki struktur derajat tanah cukupan, berbentuk remah, dan berkelas
sangat kasar. Konsistensi basah tanah inseptisol adalah agak lekat dan tidak plastis,
konsistensi lembab tanah inseptisol sangat teguh sekali, dan konsistensi keringnya
sangat keras sekali. Tanah inseptisol memiliki pH tanah lapang 6 yang berarti tanah
tersebut asam. Tanah inseptisol tidak mengeluarkan reaksi terhadap HCL tiap
horizonnya. Raksi tanah inseptisol terhadap  H2O2 sebanyak 3% yaitu sangat berbuih
pada lapisan keenam, memiliki epipedon plaggen dengan horizon yang warnanya
gelap di setiap horizonnya, dan memiliki horison penciri bawah cambric yaitu
horizon hasil perubahan secara fisika dan pelapukan kimia pada setiap lapisannya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Saran

Anda mungkin juga menyukai