Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH

ACARA 1
PENGAMATAN HORIZON TANAH DAN PENENTUAN SIFAT FISIK
TANAH DI LAPANGAN

Dosen Pengampu : Drs. Rudi Hartono , M.Si

Oleh:

Nama Mahasiswa : Dya Wahyu Kusumaningtyas


NIM : 170721636535
Offering :B
Asisten Praktikum : 1. M.Aunal Mu’thi
2. M.Rasnanda Asyari

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2018
ACARA 1

PENGAMATAN HORIZON TANAH DAN PENENTUAN SIFAT FISIK


TANAH DI LAPANGAN

I. TUJUAN

1. Mahasiswa dapat mengetahui horizon tanah

2. Mahasiswa dapat mengetahui sifat fisik tanah secara kualitatif di


lapangan

II. ALAT dan BAHAN


 Alat
1. Buku Munsle
2. Plastik Sampel
3. Yallon
4. GPS
 Bahan
1. Sampel Tanah di Desa Tegalweru Kec.Dau

III. DASAR TEORI

Pada mulanya tanah dipandang sebagai lapisan permukaan bumi (natural


body) yang berasal dari bebatuan (natural material) yang telah mengalami
serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam (nature force), sehingga membentuk
regolit (lapisan berpartikel halus). Konsep ini dikembangkan menurut para
Geologis pada akhir abad XIX. Pada saat ilmu kimia berkembang seorang ahli
kimia bernama Berzelius (1803) menyatakan bahwa tanah merupakan
laboratorium kimia dimana proses dekomposisi dan reaksi sintesis kimia
berlangsung secara tenang (isa darmawijaya, 1990:4). Pada tahap ini tanah sudah
tidak dipandang lagi sebagai alat produksi pertanian melainkan sebagai tempat
berlangsungnya segala reaksi kimia yang terjadi dialam. Bersamaan dengan
kemajuan ilmu kimia dan fisika bernama Thaer (1909) menyatakan bahwa
“permukaan bumi kita terdiri atas bahan remah dan lepas yang ditanah”. Tanah
merupakan akumulasi dan campuran berbagai bahan terutama terdiri atas unsur-
unsur Si, Al, Ca, Mg, 6 Fe dan lain-lainnya (isa darmawijaya, 1990:5) dengan
definisi ini thaer mengklasifikasikan tanah atas dasar pertikelnya seperti pasir,
debu dan lempung yang ternyata masih tetap digunakan sebagai salah satu ciri
klasifikasi tanah terbaru. Pada tahun 1927, Marbut, seorang ahli tanah dari
Amerika Serikat berusaha keras menggunakan ide pedologi Rusia yang
dikembangkan oleh Dokuchaev. Dia membuat definisi tanah sebagai berikut:
“tanah merupakan lapisan paling luar kulit bumi yang biasanya bersifat tak padu
(unconsolidated), mempunyai tebal mulai dari selaput tipis sampai lebih dari tiga
meter yang berbeda dengan bahan di bawahnya, biasanya dalam hal warna, sifat
fisik, susunan kimia, mungkin juga proses-proses kimia yang sedang berlangsung,
sifat biologi, reaksi dan morfologinya (Isa Darmawijaya, 1990:8).
Tanah merupakan hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di muka
daratan bumi. Tanah terbentuk di bawah faktor lingkungan yang bekerja dalam
masa yang sangat panjang. Tanah memepunyai organisasi dan morfologi. Tanah
merupakan media bagi tumbuhan tingkat tinggi dan pangkalan hidup bagi hewan
dan manusia. Tanah merupakan system ruang-waktu, bermatra empat.
Definisi tanah yang menggunakan dasar dari pengertian tanah, berbunyi
sebagai berikut : tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas yang menempati
sebagian besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan
memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak
terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu
pula (Isa Darmawijaya, 1990:9). Dari definisi tersebut nampak bahwa terdapat
lima faktor yang berpengaruh dalam pembentukan tanah, yaitu iklim, jasad hidup,
bahan induk, relief, dan waktu.

Horizon tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil


proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon-horizon tanah tersebut
akan menghasilkan tanah. Penampang tegak dari tanah menunjukkan susunan
horizon tanah yang disebut profil tanah. Dalam pembuatan profil tanah di
lapangan, terdapat tiga syarat yang harus diperhatikan yaitu: vertikal, baru, dan
tidak terkena sinar matahari secara langsung. Profil tanah yang sempurna berturut-
turut dari atas ke bawah memiliki horizon O, A, B, dan C.
Pada fase pembentukan horizon-horizon utama tanah, peranan semua
factor pembentukan tanha menjadi sangat penting. Secar sistematis fase
pembentukan gorizon-horizon utama ini dapat dibagi menjadi beberapa tahap
sebagai berikut:
1. Tahap pembentukan horizon O
Pada tahap ini terjadi pertumbuhan vegetasi di atas horizon C
kemudian mati atau melepas sisa-sisa bagian tanaman yang mati,
tertimbun di permukaan atau kemudian terdekomposisi menjadi humus
atau berupa seresah. Timbunan ini membentuk horizon O (organik) atau H
(histik). Bahan organik berasal dari sisa atau vegetasi yang tumbuh di atas
horizon C tersebut atau berasl dari tempat lain. Dengan demikian Horizon
O ialah horizon timbunan bahan organik, berwarna gelap bila sudah
terdekomposisi, terdapat dan terlihat adanya jaringan tumbuhan dan
umumnya terletak di permukaan tanah, berstruktur lepas atau gembur
(remah).

2. Tahap pembentukan horizon A


Horizon A sering diktakan sebagai horizon eluviasi (pencucian),
terbentuk dari hasil percampuran antara tanah mineral dengan bahan
organic yang dapat dilakukan oleh :
a. organikme tanah (dekomposisi dan mineralisasi serta metabolism)
b. manusia ( dekomposisi dan mineralisasi serta metabolisme)
c. proses alam lainnya

3. tahap pembentukan horizon B


Horizon B adalah sub horizon tanah yang terbentuk dari adanya
pencucian (elleviasi) koloid liat tanah atau koloid organic pada horizon A,
sehingga terbentuknya horizon Albik (E). kemudian ditimbun yanga ada
dibawahnya (illuviasi) atau horizon B. dengan demikian horizon B
merupakan horizon tanah dibawah permukaan (sub horizon, bertekstur
gumpal atau prismatic atau tiang(kolumnar) berwarna kelam dari horizon
lainnya dan berkonsisten teguh hingga sangat teguh.
4. tahap pembentukan horizon C
tahap pelapukan batuan menjadi tanah mineral sebagai akibat dari efek
komponen iklim terhadap batuan. Efek iklim ini mempengaruhi sifat fisik
dan kimia batuan sehingga sifat dan kimia batuan terubah menjadi mineral
tanah dnegna indicator terbentuk horizon C.horizon C juda berasal dari
translokasi dan deposisi bahan atau lapisan (horizon) tanah yang tererosi
dari lain tempat yang disebut dengan bahan colluvium dan alluvium laut
sungai.

Cara menentukan horizon tanah dilapangan dengan cara jalan membuat


prifil atau penampang jalan. Profil tanah adalah lubang yang digali pada tanah
dengan ukuran panjang, lebar dan dalam berturut-turut 50, 100, dan 150 cm.
dalamnya profil agak bervariasi, prinsipnya sampai bahan induk tanah. Ukuran
profil dapat lebih sempit dan dangkal pada tanah-tanah yang dangkal. Salah satu
bidang tegak profil lurus profil yang terkena sinar matahari diambil sebagai
bidang deskripsi profil. Dengan sebuah pisau dan meteran, horizon atau lapisan
profil dapat dicukil-cukil dilihat warna, tekstur, struktur dan konsistensinya.
Kemudian ditentukan tebal batas peralihan dengan patokan sebagai berikut :

1. tebal ditentukan dengan sentimeter.


2. batas peralihan horizon ditentukan dengan patokan empat batas lapisan
yakni lapisan nyata, jelas, berangsur dan baur.
3. Bentuk dari batas peralihan ditentukan dengan patokan bentuk batas
yakni, rat, berombak, tidak teratur dan terputus.

sifat fisik tanah secara fisika merupakan suatu system berfase tiga yaitu
fase padat, cair dan gas. Yang dimaksud dengan sifat fisik tanah adalah meliputi
tekstur, struktur, konsistensi, warna suhu, permiabilitas dan drainase tanah. Fungsi
pertama tanah sebagai media tumbuh adalah sebagai tempat akar mencari ruangan
untuk berpenetrasi (menelusup) baik secara lateral atau horizontal maupun secara
vertical.
Secara keseluruhan sifat-sifat fisik tanah ditentukan oleh

1. Ukuran dan komposisi partikel-partikel hasil pelapukan bahnan


penyusun tanah.
2. Jenis dan proposi komponen-komponen penyusun pertikel-partikel.
3. Keseimbangan antara suplai air, energy dan dan bahan dengan
kehilangannya.
4. Intensitas reaksi kimiawi dan biologis yang telah atau sedang
berlangsung.

Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan


struktur tanah ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama
lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi, dan lain-lain.
Gumpalan-gumpalan kecil (struktur tanah) ini mempunyai bentuk, ukuran, dan
kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda.
Struktur tanah dikelompokkan dalam 6 bentuk. Keenam bentuk tersebut adalah:
1. Granular, yaitu struktur tanah yang berbentuk granul, bulat dan porous,
struktur ini terdapat pada horizon A.
2. Gumpal (blocky), yaitu struktur tanah yang berbentuk gumpal membulat
dan gumpal bersudut, bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut
membulat untuk gumpal membulat dan bersudut tajam untuk gumpal
bersudut, dengan sumbu horizontal setara dengan sumbu vertikal, struktur
ini terdapat pada horizon B pada tanah iklim basah.
3. Prisma (prismatic), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar
daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya rata, struktur ini
terdapat pada horizon B pada tanah iklim kering.
4. Tiang (columnar), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar
daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya membulat, struktur ini
terdapat pada horizon B pada tanah iklim kering.
5. Lempeng (platy), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih kecil
daripada sumbu horizontal, struktur ini ditemukan di horizon A2 atau pada
lapisan padas liat.
6. Remah (single grain), yaitu struktur tanah dengan bentuk bulat dan sangat
porous, struktur ini terdapat pada horizon A.
Di lapangan
Tabel Klasifikasi struktur tanah kualitatif

Menurut Hardjowigeno (1992), tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya


tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu, dan
liat. Segitiga tekstur merupakan suatu diagram untuk menentukan kelas-sifat
tekstur tanah. Ada 12 kelas tekstur tanah yang dibedakan oleh jumlah persentase
ketiga fraksi tanah tersebut.

Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu


dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil
dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan
liat, dengan cara sebagai berikut:

1. Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat
dibentuk bola dan gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur
Pasir.
2. Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk
bola tetapi mudah sekali hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur
Pasir Berlempung.
3. Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi
mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung
Berpasir.
4. Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk
bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan
mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung.
5. Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan
gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Lempung Berdebu.
6. Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan
dapat digulung dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Debu.
7. Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh,
dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah
tersebut tergolong bertekstur Lempung Berliat.
8. Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat
dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur,
maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berpasir.
9. Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola
teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat, maka
tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berdebu.
10. Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk
bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Liat Berpasir.
11. Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola
teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Liat Berdebu.
12. Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan
baik, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Liat.
Di lapangan tekstur tanah dapat ditentukan dengan memijit atau mengulin
di antara telunjuk dan ibu jari, sambil dirasakan halus kasarnya, yaitu
dengan dirasakan adanya butir-butir pasir, debu dan lempung. Bila tanah
dalam kondisi kering harus dibasahi dahulu agar mudah diuli. Ada
beberapa ketentuan dalam menganalisis tekstur di lapangan antara lain :
a. Bila pasir terasa kasar, tidak dapat dibentuk, partikel pasir yang
dominan disebut berstekstur pasir.
b. Bila terasa halus, licin seperti sabun atau talk bila kering dapat
dibentuk tetapi mudah pecah kondisi ini seperti dikatakan bertekstur
debu.
c. Bila dalam keadaan basah atau melincir, liat dan lekat mudah sekali
dibentuk dan mudah pecah disebut bertekstur lempung.
d. Bila terasa kasar, halus dan liat bersama-sama dalam porposi yang
simbang (sama) disebut bertekstur geluh.
Tekstur tanah dapat dirasakan berdasarkan kepekaan idra perasa (kulit
jari jempol dan telunjuk) yang membutuhkan kemahiran dan
pengalaman, semakin peka indra perasa maka hasil penetapannnya
akan mendekati kebenaran atau identic dengan hasil penetapan
dilaboratorium.

Tabel Klasifikasi tekstur tanah kualitatif

Konsistensi tanah

Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi


butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan
tersebut ditunjukkan dari daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah
bentuk. Gaya yang akan mengubah bentuk tersebut misalnya pencangkulan,
pembajakan, dan penggaruan. Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa tanah-tanah
yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada
alat pengolah tanah.

Konsistensi ditetapkan dalam tiga kadar air tanah, yaitu :

1. Konsistensi basah (pada kadar air sekitar kapasitas lapangan (field


capacity) untuk menilai : a. derajat kelekatan tanah terhadap benda-
benda yang menempelinya, yang mendeskripsikan menjadi : tak lekat,
agak lekat, lekat, dan sangat lekat, serta b. derajat kelenturan tanah
terhadap perubahan bentuknya yaitu : nonplastis (kaku), agak plastis,
plastis dan sangat plastis.
2. Konsistensi lembab (kadar air antara kapasitas –lapangan dan kering
udara) untuk menilai derajat kegemburan –keteguhan tanah, dipilah
menjadi : lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh dan
ekstrem teguh.
3. Konsistensi kering (kadar air kondisi kering udara) untuk menilai
derajat kekerasan tanah, yaitu lepas, lunak, agak keras, keras, sangat
keras, ekstrem keras.

Secara lebih terinci cara penentuan konsistensi tanah dapat dilakukan


sebagai berikut:
1. Konsistensi Basah
a. Tingkat Kelekatan
yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-
butir tanah dengan benda lain, yang dibagi menjadi 4 kategori
berikut:
1. Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari
tangan atau benda lain.

2. Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari
tangan atau benda lain.

3. Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda
lain.

4. Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari
tangan atau benda lain.

b. Tingkat Plastisitas
yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan, yang
dibagi menjadi 4 kategori berikut:
1. Tidak Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk
gulungan tanah.

2. Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk


gulungan tanah kurang dari 1 cm.

3. Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah


lebih dari 1 cm dan diperlukan sedikit tekanan untuk merusak
gulungan tersebut.

4. Sangat Plastis (Nilai 3): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan


tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan tekanan besar untuk merusak
gulungan tersebut.

2. Konsistensi Lembab
Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi
dibagi 6 kategori sebagai berikut:

a. Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau
antar butir tanah mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).

b. Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali
hancur bila diremas.

c. Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat
meremas dapat menghancurkan gumpalan tanah.

d. Teguh/Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan


agak kuat saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan
gumpalan tanah.

e. Sangat Teguh/Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan


diperlukannya tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat
menghancurkan gumpalan tanah tersebut.

f. Sangat Teguh Sekali/Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan


dengan tidak hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan
berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu agar
dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.

3. Konsistensi Kering
Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering
udara dibagi menjadi 6 kategori berikut:
1. Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-
pisah atau tanah tidak melekat satu sama lain (misalnya tanah
bertekstur pasir).
2. Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur
bila diremas atau tanah berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika
ditekan sedikit saja akan mudah hancur.
3. Agak Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan
hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat
tekanan jari-jari tangan saja belum mampu menghancurkan
gumpalan tanah.
4. Keras (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan makin sulit untuk
menekan gumpalan tanah dan makin sulitnya gumpalan untuk
hancur atau makin diperlukannya tekanan yang lebih kuat untuk
dapat menghancurkan gumpalan tanah.
5. Sangat Keras (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan
yang lebih kuat lagi untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah
atau gumpalan tanah makin sangat sulit ditekan dan sangat sulit
untuk hancur.
6. Sangat Keras Sekali/Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dicirikan
dengan diperlukannya tekanan yang sangat besar sekali agar dapat
menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah baru bisa
hancur dengan menggunakan alat bantu (pemukul).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah meliputi tekstur, sifat
dan jumlah koloid organic maupun anorganik, struktur dan kadar air tanah.

penentuan di lapangan yaitu dengan..

Tabel Klasifikasi konsistensi tanah kualitatif

IV. LANGKAH KERJA


a. Penentuan Horizon tanah :
1. Datang ke tempat yang akan diklakukan untuk meneliti
2. Lalu cermati tanah yang ada di sekitarnya
3. Karena adanya perbedaan warna di setiap lapisan tanah sehingga
kita dapat menentukan horizon tanah
4. Setelah mengetahui horizon yang ada di sekitar itu lalu tulis pada
buku

b. Penentuan Struktur Tanah :


1. Ambil sempel tanah seukuran dari setengah dari jari telunjuk
2. Lalu dipilin untuk menentukan tanah dengan satu jari terlebih
dahulu dan jika belum pecah dipilin dengan dua jari dan seterusnya
sampai sampel tanah pecah
c. Penentuan Tekstur Tanah :
1. Ambil sebagian tanah untuk menentukan struktur
2. Lalu rasakan tekstur tanah untuk merasakan komposisi dari tekstur
tesebut.
d. Penentuan Warna Tanah :
1. Pertama kita ambil sempel tanah setiap horizon dengan
menggunakan tangan
2. Lalu siapkan buku munsle untuk dijadikan panduan menentukan
warna setiap horizon
3. Lalu disimpulkan bahwa setiap horizon mempunyai warna yang
berbeda-beda sesuai dengan buku.

V. HASIL PRAKTIKUM
a. Tabel Pengamatan (terlampir)
b. Perhitungan Kemiringan Lereng (terlampir)
VI. PEMBAHASAN ( Minimal ¾ halaman A4)
Praktikum pada pengamatan horizon tanah dan penentuan sifat
fisik tanah yang dilakukan di Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten
Malang yang dilakukan pada hari Sabtu tanggal 03 Maret 2018 pukul
09.30.
Pada pengamatan tersebut kita berada dilokasi dengan koordinat S
07◦56’28.25’’ dan E 112◦33’52.53’’ dan mempunyai altitut 899 mdpl.
Lahan yang ada di desa tegal weru tersebut sebagai makam dan hutan
yang di kelola oleh warga kampungnya sendiri. Mempunyai ketebalam
solum 2,3 meter kita dapat menenmukan beberapa horizon di tebing
tersebut. Pengamatan kelompok kami horizon yang ada di tebing tersebut
terdiri dari horizon O,A dan B dengan kedalaman-kedalaman yang berbeda
horizon O mepunyai kedalaman …, horizon A mempunyai kedalaman ….,
dan horizon B mempunyai kedalaman …… warna yang terdapat pada
setiap horizon mempunyai warna yang berbeda beda misla pada horizon O
mempunyai warna ….horizon A mempunyai warna …. Dan horizon B
mempunyai warna …. Kita menentukan warna tidak boleh asal sebab pada
waktu praktikum sudah disediakan buku … untuk menentukan warna yang
ada di setia horizon. dengan begitu kita dapat menentukan struktur pada
setiap horizon. Struktur pada horizon O …., struktur pada horizon A …
horizon B…. . kita menentukan struktur tanah dengan menggunakan …..
setelah itu kita dpat menentukan tekstur tanah sesuai dengan masing-
masing horizon …
Kita tidak dapat menentukan konsistensi dikarenakan pada waktu
penelitian terjadi hujan maka dari itu apabila kita mengukur konsistensi
data yang nantinya akan tidak valid atau akurat karena ….. ordo tanah
yang ada di desa tegalweru termasuk jenis ordo tanah andisol dan litosol.

VII. KESIMPULAN
1.Sesuai tujuan no.1 (Berdasarkan pembahasan ……. Maka horizon
tanah di lokasi …….
2.Sesuai tujuan no.2 (Berdasarkan pembahasan ……. Maka ……. )

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Hanafiah, Kemas Ali. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali
Pers.

Sugiharyanto, & khotimah, nurul. 2009 .Diktat Georafi Tanah. Jurusan


pendidikan geografi, fakultas ilmu social dan ekonomi, UNY.

IX. LAMPIRAN
a. Tabel Pengamatan
b. Perhitungan Kemiringan Lereng
c. Dokumentasi (beri keterangan , contoh : a.Foto Pengambilan Sampel
Tanah)

Anda mungkin juga menyukai