Anda di halaman 1dari 5

NAMA : AINUR ROCHIMAH NURUL AZIZAH

NIM : 205040201111160
KELAS :N
MATKUL : DASAR ILU TANAH

MORFOLOGI TANAH
1. Definisi morfologi tanah:
Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari
di lapang. Pengetahuan mengenai morfologi tanah dapat memberikan gambaran
perubahan atau evolusi yang terjadi dalam tubuh tanah melalui deskripsi dan
interpretasi sifat-sifat profil tanah yang dapat dijadikan sebagai informasi awal
dalam mengklasifikasikan tanah. Klasifikasi tanah sangat penting untuk
mengorganisasi pengetahuan kita tentang tanah sehingga sifat-sifat tanah dan
produktivitasnya dapat diketahui. (Ulfiyah dan Idham, 2014)
Akibat interaksi antara kekuatan fisika, kimia serta biologi pada batu-
batuan dan bahan induk tanah maka terbentuklah beragam jenis tanah yang
mempunyai sifat dan ciri yang berbeda. Bentuk luar dari tanah yang beragam ini
dapat diamati dilapangan. Ilmu yang mempelajari bentuk dan sifat-sifat tanah
yang dapat diamati dan dipelajari di lapangan disebut morfologi tanah. (Prekdi S.
et al, 2019)
2. Ciri-ciri Horizon O, A, E, B, C, dan R:
Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut solum tanah,
horizon O-A disebut lapisan tanah atas dan horizon E-B disebut lapisan tanah
bawah, berikut urutan lapisan tanah dari lapisan paling atas hingga paling bawah
menurut Hanafiah (2018):
o Oi : serasah (sisa-sisa tetanaman)
o Oa : bahan organik tanah (BOT) (hasil dekomposisi serasah)
o A : horizon mineral ber-BOT tinggi sehingga berwarna agak gelap.
o E : horizon mineral telah tereluviasi (tercuci) sehingga kadar BOT,
liat-silikat, Fe dan Al rendah tetapi pasir dan berdebu kuarsa (susqui-
oksida) dan mineral resisten lainnya tinggi, berwarna terang.
o EB : lapisan transisi, bersifat lebih dekat ke E.
o BE : lapisan transisi, bersifat lebih dekat ke B.
o B : horizon illuvial (akumulasi bahan eluvial), telah berkembang jika
terjadi dinamika kelembaban tanah.
o BC: lapisan transisi
o C : lapisan = R apabila belum terjadi perubahan
o R : bebatuan / bahan induk tanah
3. Horizon pada data BIG:
Lapisan horizon yang pertama termasuk kedalam horizon O pada
kedalaman 0-28 cm dengan memiliki ciri-ciri berwarna cokelat gelap (7,5YR 3/3)
lembab, bertekstur lempung liat, memiliki sruktur sedang, gembur, kelekatan
lekat, plastisitas lastis, pori-pori mikro biasa, akar halus biasa, pH agak masam
5,5-6,5; batas jelas. Menurut Prekdi S. et al (2019), hal tersebut terjadi karena
horison O merupakan horison yang mengandung kadar bahan organik tinggi
sedangkan fraksi mineralnya sangat sedikit. Ketebalan horison O sangat
tergantung kepada adanya akumulasi bahan organik di permukaan tanah. Jika
terjadi akumulasi bahan organik yang banyak maka horison O akan tebal dan
sebaliknya tipis jika akumulasi bahan organik sedikit atau bisa saja tidak terdapat
sama sekali horison O. Pada horison ini terjadi aktivitas biologi yang tinggi.
Lapisan horizon yang kedua termasuk ke dalam horizon A pada kedalaman
28-49 cm, berwarna cokelat gelap (7,5YR 3/4) lembab, bertekstur lempung
berliat, memiliki struktur sedang, kelekatan lekat, plastisitas plastis, pori-pori
mikro biasa, akar halus biasa, pH Netral 6,6-7,5, batas baur. Menurut Predi S. et
al (2019), hal tersebut terjadi karena Horison A adalah horison mineral yang
terdapat dibawah Horison O. Horison A terbentuk akibat akumulasi bahan organik
halus yang telah melapuk dan bercampur dengan bahan mineral tanah. Aktivitas
biologi dapat diamati dengan jelas dan banyak dijumpai perakaran kasar, halus
dan sedang.
Lapisan horizon yang ketiga termasuk ke dalam horizon E pada kedalaman
49-108 cm, berwatna cokelat kuat (7,5YR 4/6) lembab, bertekstur lempung
berliat, memiliki struktur gumpal membulat, kelekatan lekat, plastisitas plastis,
pori-pori meso sedikit, akar halus sedang, pH Netral 6,6-7,5, batas baur. Menurut
Prekdi S. et al (2019), hal tersebut terjadi karena Horison E (E = Eluviasi) adalah
horison yang telah mengalami pencucian dan kehilangan (eluviasi) liat, besi,
alumunium dan bahan organik sehingga horison berwarna pucat atau lebih terang
bila dibandingkan dengan horison diatas atau dibawahnya. Akibat kehilangan liat,
Fe, Al atau bahan organik, maka horison E didominasi oleh pasir dan debu saja.
4. Cara pemilihan penentuan lokasi profil tanah:
Sebelum membuat profil tanah perlu diperhatikan keadaan lingkungan
sekitarnya. Lokasi pembuatan profil tanah harus dilakukan pada tanah yang belum
terganggu, kecuali untuk tanah bahan ubahan manusia (human altered material)
atau bahan terangkut manusia (human transported material). Jika profil dibuat
pada tanah yang sudah diolah untuk pertanian, maka lapisan tanah di bawah
lapisan olah harus belum dirusak oleh tenaga mekanis. Profil tanah tidak boleh
dibuat pada bekas timbunan sampah/pupuk, tanah galian atau timbunan tanah
lainnya, bekas bangunan atau jalan, kuburan, ubinan, pesemaian, percobaan,
tempat sampah, atau pembuangan kotoran dan bekas-bekas material lainnya.
Untuk mencegah kesalahan dalam pengamatan, hendaknya profil tanah jangan
dibuat terlalu dekat (< 50 m) dengan jalan, saluran air, perumahan, pekarangan,
gudang, pabrik, bengkel atau tempat bangunan lainnya. (Sukarman et al, 2017)
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan menurut Sukarman et al (2017) adalah:
a. Jika suatu Satuan Peta Tanah (SPT) berada pada beberapa wilayah yang
berbeda, profil pewakil sebaiknya tidak hanya diambil dari satu lokasi
saja, tetapi dari beberapa lokasi yang tergolong cukup luas.
b. Profil tanah harus ditempatkan pada kondisi tanah yang paling dominan
penyebarannya, sehingga susunan horizon yang akan ditemukan
diharapkan sesuai dengan SPTnya.
c. Pada lahan berlereng, profil dibuat searah lereng dengan dinding
pengamatan berada di bagian lereng atas.
d. Dalam pemilihan lokasi profil harus diketahui dengan lakukan
pengecekkan beberapa pemboran terlebih dahulu untuk mendapatkan
tanah yang dikehendaki. Setelah ditemukan lokasi yang sesuai, baru
dilakukan penggalian profil.
e. Pada lahan basah (rawa), perlu dilakukan pembuangan air dengan cara
memompa/menimba air dari dalam profil dan perlu pembuatan tanggul
mengelilingi profil tersebut.
Menurut Sukarman et al (2017), cara menentukan lokasi profil tanah yaitu:
a. Memperhatikan wilayah sekitar untuk mengenal keadaan wilayah sambil
melakukan pemboran untuk mengetahui penyebaran dan homogenitas
sifat-sifat tanah dari lokasi tersebut.
b. Menetapkan lokasi yang representatif dengan cara melakukan pemboran
sedalam 1 meter di 2 - 3 tempat berjarak 1 meter sekitar lokasi/site yang
akan dibuat profil untuk memeriksa homogenitas tanah. Jika pada 2 - 3
pemboran tersebut menunjukkan keadaan tanah yang sama, maka tempat
pembuatan profil tanah sudah dianggap cukup representatif.
5. Hue: 10 YR dan Value 3 serta Chroma 2:
Data di atas dilihat dari buku Munsell Soil Color Chart 10 YR 3/2
termasuk ke dalam warna tanah Very Dark Grayish Brown atau cokelat keabu-
abuan sangat gelap.
DAFTAR PUSTAKA
Ulfiyah A. Rajamuddin dan Idham Sanusi. 2014. Karakteristik Morfologi dan
Klasifikasi Tanah Inceptisol pada Beberapa Sistem Lahan di Kabupaten
Jeneponto Sulawesi Selatan. Palu: J. Agroland 21 (2) : 81 – 85.
Prekdi S. et al. 2019. Praktikum Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Fakultas
Pertanian Universitas Samudra.

Anda mungkin juga menyukai