“Morfologi Tanah” 1. Definisi morfologi tanah menurut ahli (minimal 2) lalu berdasarkan definisi tersebut jelaskan pendapat Anda mengenai morfologi tanah. Jawab: Morfologi tanah merupakan sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang (Rajamuddin U. A dan Idham A., 2014). Morfologi tanah merupakan sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang (Setiawan et al., 2020). Morfologi tanah merupakan sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapangan (Efriandi, 2020). Dari ketiga pendapat di atas mengenai definisi morfologi tanah, yang sama-sama berpendapat bahwa morfologi tanah merupakan sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang, sehingga dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa morfologi tanah merupakan suatu uraian tanah mengenai sifat-sifat dan ciri-ciri tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Ciri-ciri dari morfologi tanah merupakan petunjuk dari proses-proses yang telah dialami oleh suatu jenis tanah selama pelapukan dan perkembangannya. Adapun morfologi yang dapat diamati adalah ketebalan horizon, batas horizon, batas topografi, struktur tanah, konsistensi, plastisitas, warna matriks, dan karatan tanah serta perakaran. 2. Jelaskan bagaimana ciri-ciri Horizon O, A, E, B, C, dan R? Jawab: Horizon merupakan lapisan tanah yang terdapat di dalam tanah yang membentuk suatu pola yang hampir sejajar dengan permukaan tanah. Horizon dapat terbentuk melalui proses-proses pembentukan tanah atau pedogenesis. Horizon dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya yaitu warna, tekstur, konsistensi, struktur, ada tidaknya kutan atau selaput liat, sarang rayap, kascing, gejala redoksimorfik, konkresi, nodul, pori-pori tanah, pH, dan batas-batas horizon. Setiap horizon tanah memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda baik dari sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi. Oleh karena itu horizon tanah memiliki simbol yang berbeda-beda yaitu O, A, E, B, C, dan R. Berikut ini adalah ciri-ciri setiap horizon tanah menurut Gunawan et al., (2020): a). Horizon O Horizon O merupakan Horizon organik. Disebut dengan Horizon organik karena pada Horizon O sebagian besar tersusun atas bahan organik, baik yang masih segar maupun yang sudah mengalami pembusukan, dan terbentuk di bagian paling atas yaitu berada di atas Horizon mineral. Horizon O berwarna kelam hingga hitam. Menurut Gunawan et al., (2020), Horizon O didominasi oleh bahan organik. b). Horizon A Horizon A merupakan Horizon mineral. Letak Horizon A berada di bawah Horizon O. Pada Horizon A dapat dikelompokkan menjadi A1, A2, dan A3. Menurut Gunawan et al., (2020), Horizon A merupakan Horizon mineral di permukaan tanah atau di bawah Horizon O dan memiliki salah satu atau kedua sifat yaitu (1) merupakan akumulasi bahan organik halus yang tercampur dengan bahan mineral dan tidak didominasi oleh sifat Horizon E dan B. (2) menunjukkan sifat sebagai hasil dari pengolahan tanah atau suatu penggembalaan. c). Horizon E Horizon E merupakan Horizon mineral yang memiliki sifat utama terjadi pencucian liat silikat, besi, alumunium, atau kombinasinya, bahan organik, dan lainnya sehingga yang tertinggal pasir dan debu. Umumnya memiliki warna yang pucat. Warna tersebut lebih terang daripada Horizon A di atasnya atau Horizon B di bawahnya (Gunawan et al., 2020). d). Horizon B Horizon B merupakan Horizon mineral, yang dapat ditandai dengan adanya penimbunann basa, lempung, besi, aluminium, atau bahan organik yang masing- masing telah tercuci di Horizon A. Horizon B memiliki konsentrasi atau lempung yang terbentuk karena larutnya karbonat atau garam-garam lain. Horizon B memiliki ciri-ciri yaitu warna yang lebih kelam, tekstur yang lebih halus, dan struktur yang lebih mampat apabila dibandingkan dengan Horizon A di atasnya. Horizon B dapat dikelompokkan menjadi B1, B2, dan B3. Menurut Gunawan et al., (2020), Horizon B terbentuk di bawah Horizon A, E, dan O dan memiliki salah satu atau lebih sifat sebagai berikut: (1) terdapat penimbunan (illuviasi) liat, besi, alummunium, humus, karbonat, gipsum atau silika (salah satu kombinasinya). (2) terdapat bukti terjadinya pemindahan karbonat. (3) penimbunan relatif (residual seskuioksida Fe2O3 dan Al2O3) akibat dari pencucian silika. (4) memiliki warna dengan value yang rendah, kroma lebih tinggi dan hue lebih merah dibandingkan Horizon di atas atau di bawahnya, tanpa adanya iluvasi besi. (5) perubahan (alterasi) yang menghasilkan liat, atau membebaskan oksida atau kedua-duanya dan yang memiliki bentuk struktur granular, gumpal, atau prismatik apabila perubahan volume menyertai perubahan kelembaban tanah, atau (6) mudah hancur atau rapuh dan memiliki bukti alterasi lain seperti struktur prismatik atau ada akumulasi liat iluviasi. e). Horizon C Horizon C merupakan horizon mineral namun masih berbentuk bahan induk. Horizon C kurang dipengaruhi oleh proses perkembangan tanah, dan tidak memperlihatkan ciri-ciri diagnostik Horizon A ataupun B. Menurut Gunawan et al., (2020), bahwa lapisan C adalah bahan endapan, saprolit, batuan yang tidak padu dan bahan geologi yang agak keras tetapi pecahan kering udara atau lebih kering dan dapat hancur apabila direndam dalam air selama 24 jam, sedangkan jika lembab dapat digali dengan cangkul. f). Horizon R Horizon R merupakan lapisan batuan induk tanah yang berupa batuan yang masih utuh. Menurut Gunawan et al., (2020), bahwa lapisan R merupakan lapisan batuan yang keras, pecahan kering udara atau lebih kering tidak dapat hancur apabila direndam dalam air selama 24 jam, dan batuan yang lembab tidak dapat digali dengan cangkul. 3. Dari DATA BIG yang ada pada link, coba tentukan Horizonnya apa berdasarkan hasil deskripsinya di lapangan? Serta alasannya mengapa demikian. Jawab: a). Kedalaman 0-28 cm, Cokelat Gelap (7,5YR 3/3) Lembab; Lempung Liat Berdebu; Gumpal Membulat; Sedang; Sedang; Gembur; Lekat; Plastis; Batuan, : Pori-pori mikro Biasa, meso Biasa dan makro Sedikit; Akar halus Biasa, sedang, kasar : pH Agak Masam 5,5-6,5, : Batas Rata dan Baur, Beralih ke- Berdasarkan DATA BIG di atas maka dapat diketahui bahwa yang dimaksud adalah tanah Horizon A sesuai dengan ciri-ciri yang dimilikinya yaitu memiliki kedalaman 0-28 cm, memiliki warna yang gelap, tanah yang gembur, dengan pori-pori mikro dengan ukuran yang biasa, terdapat akar halus, bertekstur sedang hingga kasar, memiliki pH agak masam, memiliki batas yang rata dan baur. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiharyanto dan Nurul K (2009), bahwa Horizon A merupakan Horizon permukaan tanah yang berwarna gelap, berstruktur gembur, bertekstur sedang hingga kasar. Menurut Setiawan et al., (2020), Horizon A memperlihatkan warna tanah 7,5YR 3/3, dijumpai batas yang baur dan diberi simbol AB karena telah terjadi peralihan antara Horizon A menuju Horizon B. b). Kedalaman 28-49 cm; Cokelat Gelap (7,5YR 3/4) Lembab; Lempung Berliat; Gumpal Membulat; Sedang, Sedang; Teguh, Lekat, Plastik; Batuan,: Pori-pori mikro Biasa, meso dan makro; Akar halus Biasa, sedang, kasar; pH Netral 6,6-7,5; : Batas Rata dan Baur. Beralih ke. Berdasarkan DATA BIG di atas maka dapat diketahui bahwa yang dimaksud adalah tanah Horizon B sesuai dengan ciri-ciri yang dimilikinya yaitu memiliki kedalaman 28-49 cm, memiliki warna yang masih gelap, konsistensi tangguh, memiliki pori- pori mikro biasa, terdapat akar halus biasa, bertekstur sedang hingga kasar, memiliki pH yang netral, memiliki batas yang rata dan baur. Menurut Sugiharyanto dan Nurul K (2009), bahwa Horizon B memiliki tekstur yang gumpal atau perismatik atau tiang, berwarna lebih kelam dari horizon lainnya, berkonsistensi teguh hingga sangat teguh. Tekstur gumpal terdapat pada Horizon B tanah iklim basah. Menurut Setiawan et al., (2020), bahwa Horizon B memperlihatkan warna tanah 7,5 YR 4/3, memiliki batas yang baur dan diberi simbol BA karena merupakan horizon peralihan dari A ke B. c). Kedalaman 49-108; Cokelat Kuat (7,5YR 4/6) Lembab; Lempung Berliat; Gumpal Membulat, Sedang, Sedang; Teguh, Lekat, Plastis; Batuan, ; Pori-pori mikro Banyak, meso Sedikit dan makro Sedikit; Akar halus Sedikit, sedang, kasar ; pH Netral 6,6-7,5; : Batas dan Baur. Beralih ke- Berdasarkan DATA BIG di atas maka dapat diketahui bahwa yang dimaksud adalah tanah Horizon E sesuai dengan ciri-ciri yang dimilikinya yaitu memiliki kedalaman 49-108 cm, merupakan lapisan yang berwarna gelap dalam, terdiri dari pasir dan lumpur setelah kehilangan Sebagian besar tanah liat dan mineral sebagai bertitisan melalui air tanah, memiliki tekstur gumpal membulat, bertekstur sedang, berkonsistensi teguh, memiliki pH yang netral, memiliki batas yang baur. 4. Bagaimana cara pemilihan penentuan lokasi profil tanah? Jawab: Sebelum dilakukannya pembuatan profil tanah, yang harus dilakukan adalah memilih tempat yang akan digunakan untuk membuat profil tanah. Menurut Tim Peneliti Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (2017), yang harus diperhatikan dalam pemilihan penentuan lokasi profil tanah adalah dengan memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya. Lokasi pembuatan profil tanah dapat dilakukan pada tanah yang memiliki keadaan belum terganggu, kecuali untuk tanah bahan ubahan manusia atau bahan terangkut manusia. Jika pembuatan profil tanah dilakukan pada tanah yang sudah diolah untuk pertanian, maka lapisan tanah di bawah lapisan olah harus belum dirusak oleh tenaga mekanis. Pembuatan profil tanah tidak boleh dilakukan pada bekas timbunan sampah/pupuk, tanah galian atau timbunan tanah lainnya, bekas bangunan atau jalan, kuburan, ubinan, pesemaian, percobaan, tempat sampah, atau pembuanagn kotoran, dan bekas-bekas material lainnya. Untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengamatan, maka profil tanah tidak boleh dibuat terlalu dekat (<50 m) dari jalan, saluran air, perumahan, pekarangan, Gudang, pabrik, bengkel atau tempat bangunan lainnya. Pembuatan profil tanah harus representatif secara spasial dan dapat mewakili satuan tanahnya sesuai dengan kategori klasifikasi yang digunakan dengan memperhatikan panggunaan lahannya. Lokasi merupakan pewakil dari satuan peta tanah (SPT) yang dideliniasi, maka sebaiknya lokasi berada di tengah-tengah SPT (tidak berada di pinggiran). Suatu SPT yang Sebagian besar penggunaan lainnnya berupa semak belukar, maka lokasi profil tanah harus terletak pada penggunaan semak belukar, tidak yang masih berupa hutan atau penggunaan lahan lainnya. Untuk pemetaan lokasi profil tanah detail dengan klasifikasi tanah pada kategori seri, maka lokasi pembuatan profil tanah harus pada tengah-tengah kisaran sifat dari klasifikasi tanah tersebut. Selain penjelasan di atas juga terdapat syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pemilihan penentuan lokasi pembuatan profil tanah, yaitu sebagai berikut: a). Jika suatu SPT berada pada beberapa wilayah yang berbeda, maka profil tanah sebaiknya tidak diambil pada satu lokasi saja, tetapi dari beberapa lokasi yang cukup luas. b). Profil tanah harus ditempatkan pada kondisi tanah yang paling dominan penyebarannya, sehingga susunan horizon yang akan ditemukan diharapkan sesuai dengan SPTnya. c). Pada lahan belereng, pembuatan profil tanah dibuat searah dengan dinding pengamatan berada di bagian lereng atas. 5. Jika suatu contoh tanah memiliki Hue: 10 YR dan Value 3 serta Chroma 2 termasuk warna apakah tanah tersebut? Jawab: Menurut pendapat Astiningrum et al., (2018), warna tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat di dalam tanah. Menentukan warna tanah dapat dilakukan dengan membandingkan warna pada buku Munsell Soil Color Chart. Diagram warna baku Munsell disusun dalam tiga variable yaitu: a). Hue merupakan warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. b). Value menunjukkan gelap terangnya warna sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. c). Chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum. Berdasarkan pada Buku Munsell Soil Color Chart tanah dengan Hue 10YR dan Value 3 serta Chroma 2 adalah very dark groyish brown. Sesuai dengan pendapat dari Wibisono et al., (2016), bahwa tanah berwarna hitam hingga coklat (10YR 2/1;10YR 3/2) pada lapisan atas. Menurut Risamasu R. G., (2010), bahwa 10YR3/2 adalah warna coklat sangat gelap dengan tekstur lempung, struktur kubus membulat dengan tingkat perkembangan lemah, Horizon Bw (16-22). DAFTAR PUSTAKA Astiningrum, M., Putra, P. A., Elly, F. 2018. Pengembangan Aplikasi Munsell Soil Color Detection Chart Index Menggunakan Metode Support Vector Machine. Jurnal Informatika Polinema. Vol. 4 No. 2 Hal: 131-138. Efriandi. 2020. Morfologi Tanah Inceptisol Setelah Dilakukan Penambangan Untuk Bahan Baku Pembuatan Batu Bata. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. Vol. 7 No. 1 Hal: 159-166. Gunawan, J., Rini, H., Rabbiri, Y. M. 2020. Buku Ajar Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Kalimantan Barat: Universitas Tanjungpura. Rajamuddin U. A dan Idham S. 2014. Karakteristik Morfologi dan Klasifikasi Tanah Inceptisol pada Beberapa Sistem Lahan di Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan. J. Agroland. Vol. 21 No. 2 Hal:81-85. Risamasu R. G. 2010. Karakteristik Morfologi dan Klasifikasi Tanah di Lokasi Sariputih, Kecamatan Wahai Seram Utara. Jurnal Budidaya Pertanian. Vol. 6 No. 2 Hal: 68-71. Setiawan, J., Abubakar, K., Teti, A. 2020. Karakteristik, Klasifikasi, dan Pengelolaan Tanah yang Terbentuk di Daerah Gunung Api Jaboi Kota Sabang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian. Vol. 5 No. 2 Hal: 283-292. Sugiharyanto dan Nurul K. 2009. Diklat Mata Kuliah Geografi Tanah (PGF – 207). Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta. Tim Peneliti Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2017. Pedoman Pengamatan Tanah di Lapangan. Jakarta: IAARD Press. Wibisono, M. G., Sudarsono, Darmawan. 2016. Karakteristik Andisol Berbahan Induk Breksi dan Lahar dari Bagian Timur Laut Gunung Gede, Jawa Barat. Jurnal Tanah dan Iklim. Vol. 40 No. 1 Hal: 61-70.