Anda di halaman 1dari 7

Nama : Dita Ayu Suci Permatasari

Nim : 205040200111082
Kelas E Agroekoteknologi
Praktikum Dasar Ilmu Tanah

1. Jelaskan perbedaan metode kualitatif dan kuantitatif dalam penentuan kelas


tekstur! (jelaskan dengan bahasa kalian sendiri, lebih baik jika ditambah dengan
literatur)
Tanah merupakan sumber alam yang menyokong kehidupan berbagai makhluk
hidup di muka bumi. Menurut Tewu et al., (2016) tanah merupakan media tumbuh
tanaman yang memiliki karakteristik tersendiri, yang terbentuk akibat pengaruh
iklim dan jasad hidup terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu.
Sifat tanah sangat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman, baik sifat
fisik, sifat bilogi maupun sifat kimia. Sifat fisik tanah antara lain adalah tekstur,
struktur, dan permeabilitas. Sedangkan sifat biologi tanah antara lain adalah
mikroorganisme pengurai dalam tanah. Dan sifat kimia tanah antara lain adalah pH
tanah dan kandungan unsur hara tanah (Tewu et al., 2016).
Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menunjukkan komposisi
partikel penyusun tanah sebagai perbandingan dari fraksi pasir, debu, dan liat.
Menurut Basir (2019) tekstur tanah menunjukkan persentase relatif fraksi-fraksi
pasir, debu, lempung, dan lempung berliat.
Untuk mengetahui tekstur tanah maka perlu dilakukan penentuan kelas tekstur.
Penentuan kelas tekstur dapat dilakukan dengan metode kualitatif dan metode
kuantitatif. Metode kualitatif adalah metode lapangan yaitu menentukan tekstur
dengan perasaan, misalnya merasakan keleketan dan kasar atau halusnya sampel
tanah. Sedangkan metode kualitatif adalah metode analisis, menganalisis dengan
metode ayakan, metode pipet, dan metode hidrometer. Menurut pendapat Basir
(2019) penelitian dengan metode kualitatif adalah penelitian non matematis yaitu
dengan proses menghasilkan data-data hasil temuan dari sebuah pengamatan,
survey maupun kegiatan wawancara. Sedangkan penelitian dengan metode
kuantitatif adalah pendekatan melalui perhitungan tabulasi.

2. Apa perbedaan tanah bertekstur lempung dan liat? (jelaskan dengan bahasa
kalian sendiri)
Tanah lempung memiliki tekstur sedang yaitu tidak kasar dan tidak licin. Tanah
dengan tekstur lempung akan berat bila diolah, sangat liat dan lekat sehingga dapat
dibentuk menjadi bola, memiliki aerasi dan drainase yang buruk. Sedangkan tanah
liat memiliki tekstur sedang dan agak halus. Tanah liat mempunyai sifat yang
lengket, umumnya tanah liat akan lengket ketika basah, dan kita akan mudah untuk
mengubah bentuknya. Tanah liat bisa menjadi gumpalan yang keras saat sudah
kering.

3. Diketahui suatu sampel tanah dapat dibentuk menjadi bola tetapi mudah hancur,
tanah terasa kasar, sedikit halus, dan tidak mudah lengket, tanah tidak dapat dipilin
menjadi pita. Termasuk kedalam tekstur apakah tanah tersebut? Fraksi apa yang
paling dominan? (sertakan literatur)
Tanah yang memiliki ciri-ciri dapat dibentuk menjadi bola tetapi mudah hancur,
tanah terasa kasar, sedikit halus, dan tidak mudah lengket, tanah tidak dapat dipilin
menjadi pita adalah tanah pasir berlempung dengan fraksi dominan adalah fraksi
pasir. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukarman et al., (2017) tanah pasir
berlempung memiliki sifat dan rasa tanah yang sangat kasar, dapat membentuk bola
yang mudah sekali hancur serta agak melekat. Menurut pendapat Basir (2019)
contoh tanah yang bertekstur kasar meliputi kelas tekstur pasir berlempung dan
pasir. Menurut Wedhana et al., (2018) bahwa tanah bertekstur kasar (pasir
berlempung) memiliki solum yang lebih dangkal, terdapat pada bukit pasir pantai,
mempunyai permeabilitas atau drainase tanah yang cepat dan daya menahan air
serta bahan organik dan kadar air tanah yang rendah.
Pori-pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara
dan air). Susunan pori-pori tanah terdiri dari pori drainase cepat, pori drainase
lambat, pori-pori makro, pori daya menahan air tanah dan ruang pori total. Tanah
dengan tekstur pasir berlempung memiliki permeabilitas dan drainase tanah yang
cepat. Tanah bertekstur pasir berlempung atau didominasi pasir memiliki pori-pori
makro (kasar). Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang mudah hilang
karena gaya gravitasi). Tanah dengan banyak pori-pori kasar akan sulit menahan
air sehingga tanaman mudah kekeringan. Kaitannya dengan tekstur, biasanya tanah
yang memiliki tekstur kasar akan memiliki ruang pori (porositas) yang lebih banyak
dibandingkan dengan tanah yang bertekstur lebih halus. Volume pori tanah yang
besar karena memiliki fraksi pasir yang tinggi menyebabkan proses terjadinya laju
infiltrasi yang semakin besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Musdalipa et al.,
(2018) bahwa semakin besar volume pori tanah maka laju infiltrasi akan semakin
besar. Proses penyerapan air tanah atau yang disebut dengan laju infiltrasi sangat
dipengaruhi oleh jenis tanah yang didapatkan di lahan.

4. Diketahui suatu sampel tanah dalam keadaan basah terlihat melekat di ibu jari
dan telunjuk. Setelah ditekan, kedua jari cenderung mudah merekat satu sama lain
dan sulit untuk dilepaskan. Selain itu, tanah mudah dipilin dan dibentuk menjadi
gulungan cincin. Bagaimana konsistensi dan plastisitas sampel tanah berdasarkan
deskripsi tersebut! Bandingkan dengan literatur.
Sampel tanah dalam keadaan basah saat diuji konsistensinya, hasilnya adalah
sampel tanah merekat satu sama lain pada ibu jari dan telunjuk, cenderung merekat
dan sulit untuk dilepaskan. Hal ini menunjukkan bahwa konsistensi sampel tanah
tersebut adalah sangat lekat. Sedangkan saat sampel tanah diuji plastisitasnya maka
hasilnya adalah sampel tanah mudah dipilin dan dibentuk menjadi gulungan cincin.
Hal ini menunjukkan plastisitas sampel tanah tersebut adalah sangat plastis.
Konsistensi keadaan basah adalah jika kadar air tanah lebih dari kapasitas lapangan.
Konsistensi basah ditetapkan dalam dua cara, yaitu berdasarkan kelekatan dan
plastisitasnya.
Menurut Ansori (2010) tanah lempung mempunyai sifat plastis/liat jika dicampur
air, sehingga tanah lempung juga sering disebut dengan tanah liat. Lempung, coklat
kekuningan, warna homogen, didominasi oleh clay mineral, lengket, sangat plastis
sehingga mudah dibentuk. Menurut Sukarman et al., (2017) konsistensi basah
sangat lekat terjadi apabila setelah ditekan, massa tanah melekat pada kedua jari
dan kalau ditarik massa tanah tersebut seperti elastis antara jari dan massa tanah.
Menurut Sukarman et al., (2017) plastisitas adalah derajat kohesi tanah atau
kemampuan tanah berubah di bawah pengaruh tekanan dan meninggalkan bentuk
setelah tekanan dihentikan. Plastisitas ditentukan dengan cara menggulung tanah
dengan tangan sampai terbentuk suatu benang atau semacam kawat berdiameter ±
3 cm. Menurut pendapat Sukarman et al., (2017) terbentuk llastisitas sangat lengket
terjadi apabila lempeng 4 cm panjang dan 2 mm tebal dapat terbentuk, bila dipegang
pada ujungnya tidak akan rusak bentuknya.

5. Tabel Proporsi Tekstur Tanah

Sampel Tanah Proporsi (%) Fraksi Tanah


Pasir (%) Liat (%) Debu (%)
A 20 50 30
B 55 15 30

a. Tentukan kelas tekstur pada masing-masing sampel tanah (Sampel A dan B)


menggunakan segitiga tekstur dan jelaskan secara singkat tahapannya! (jelaskan
dengan bahasa kalian sendiri)
b. Pembahasan singkat tentang hasil kelas tekstur setiap sampel tanah dan
bandingkan dengan literatur.
(A)
a. Diketahui proporsi tekstur tanah dari sampel tanah A, yaitu proporsi fraksi pasir
20%, proporsi fraksi liat 50%, dan proporsi fraksi debu 30%. Untuk menentukan
kelas tekstur kita bisa menggunakan segitiga tekstur yaitu dengan menarik garis
pada segitiga tekstur sesuai dengan data yang ada. Dapat dilihat sudut kanan bawah
segitiga menggambarkan 0% pasir dan sudut kirinya 100% pasir. Temukan titik
20% pasir lalu tarik garis sejajar ke kiri atas segitiga. Kemudian temukan titik 50%
liat lalu tarik garis ke kanan sejajar dengan sisi dasar segitiga, sehingga garis ini
akan berpotongan dengan garis sebelumnya. Kemudian temukan titik 30% debu
dan tarik garis ke sisi kiri bawah segitiga sehingga memotong dua garis
sebelumnya. Dari perpotongan inilah akan diketahui titik pusat perpotongan dari 3
garis dan dapat ditentukan kelas teksturnya, yaitu clay atau “liat”.
b. Tanah liat mempunyai sifat yang lengket, umumnya tanah liat akan lengket
ketika basah, dan kita akan mudah untuk mengubah bentuknya. Tanah liat bisa
menjadi gumpalan yang keras saat sudah kering. Ini terjadi karena kandungan jenis
mineral lempung yang banyak terdapat pada tanah liat. Tanah liat sulit menyerap
air karena tanah liat sangat padat. Sesuai dengan pendapat Sukarman et al., (2017)
kelas tekstur liat memiliki rasa dan sifat tanah yaitu berat, membentuk bola dengan
sempurna, bila kering sangat keras, sangat melekat.
(B)
a. Diketahui proporsi tekstur tanah dari sampel tanah B, yaitu proporsi fraksi pasir
55%, proporsi fraksi liat 15%, dan proporsi fraksi debu 30%. Untuk menentukan
kelas tekstur kita bisa menggunakan segitiga tekstur yaitu dengan menarik garis
pada segitiga tekstur sesuai dengan data yang ada. Dapat dilihat sudut kanan bawah
segitiga menggambarkan 0% pasir dan sudut kirinya 100% pasir. Temukan titik
55% pasir lalu tarik garis sejajar ke kiri atas segitiga. Kemudian temukan titik 15%
liat lalu tarik garis ke kanan sejajar dengan sisi dasar segitiga, sehingga garis ini
akan berpotongan dengan garis sebelumnya. Kemudian temukan titik 30% debu
dan tarik garis ke sisi kiri bawah segitiga sehingga memotong dua garis
sebelumnya. Dari perpotongan inilah akan diketahui titik pusat perpotongan dari 3
garis dan dapat ditentukan kelas teksturnya, yaitu sandy loam atau “lempung
berpasir”.
b. Tanah lempung berpasir adalah tanah yang memiliki tekstur agak kasar, yakni
seimbang antara memiliki fraksi kasar dan halus. Oleh karena itu tanah lempung
dapat dibentuk menjadi bola, namun akan mudah hancur. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sukarman et al., (2017) kelas tekstur tanah lempung berpasir memiliki
rasa dan sifat tanah yaitu agak kasar, membentuk bola yang mudah sekali hancur
serta agak melekat.

6. Apa tekstur tanah yang kalian dapatkan saat praktikum mandiri? Jelaskan alasan
dari hasil yang kalian dapatkan serta beri contoh tanaman apa yang cocok ditanam
pada kelas tekstur tersebut? (sertakan literatur)
Dari hasil praktikum yang sudah dilakukan, dapat diketahui kelas tekstur tanah
yaitu pasir berlempung. Sampel tanah masuk dalam kelas tekstur pasir berlempung
karena saat diuji dengan membentuk bola, sampel tanah dapat terbentuk menjadi
sebuah bola. Namun, bola tersebut mudah hancur. Lalu kemudian saat diuji dengan
membentuk sebuah pita, sampel tanah tidak dapat membentuk sebuah pita
dikarenakan hancur saat dibentuk menjadi sebuah pita. Kemudian saat diuji
teksturnya sampel tanah menunjukkan tekstur kasar. Dari ciri-ciri tersebut
merupakan ciri-ciri dari kelas tekstur pasir berlempung. Sesuai dengan pendapat
Sukarman et al., (2017) tanah pasir berlempung memiliki sifat dan rasa tanah yang
sangat kasar, dapat membentuk bola yang mudah sekali hancur serta agak melekat.
Lidah buaya merupakan salah satu komoditas unggulan di Kalimantan Barat yang
dapat tumbuh sangat baik di lahan gambut. Dilakukan sebuah penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui karakteristik tekstur tanah pada lahan lidah buaya di
Kalimantan Barat.
Lahan gambut merupakan sumber daya alam yang melengkapi keanekaragaman
kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan lahan gambut mendapat perhatian besar,
terutama untuk budidaya tanaman perkebunan. Selain itu lahan gambut juga
berpotensi besar untuk budidaya tanaman pangan. Mengingat pentingnya lahan
gambut di Kalimantan Barat secara ekonomis maupun secara ekologis, maka
diperlukan penelitian lebih lanjut yaitu dengan mengetahui karakteristik tekstur
tanah gambut pada tanah yang ditanami lidah buaya. Penelitian dilakukan untuk
mengetahui karakeristik tektur tanah di lahan gambut pada tanaman lidah buaya
melalui sieve analisys, hidrometer. Sampel penelitian ini memiliki kedalaman 350
cm. Metode pengujian sieve analisys dan Hidrometer digunakan untuk mengetahui
distribusi ukuran butir tanah butir kasar dan halus suatu tekstur tanah. Tekstur tanah
menunjukkan kasar halusnya tanah. Kelas tekstur tanah dikelompokan berdasarkan
perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat.
Hasil dari penelitian tersebut adalah dikedalaman 251-300 cm pada tanah tanaman
lidah buaya memiliki tekstur tanah pasir berlempung dengan presentase gambut
39,29% dan juga terdapat tanah mineral sebanyak 60,71%. Tekstur tanah pasir
berlempung memiliki persentase pasir 87,57%, debu 8,27%, dan liat 4,16%.
Tekstur tanah pasir berlempung masih termasuk kedalam tanah bertekstur kasar.
Dikedalaman 251-300 cm masih memiliki fraksi pasir yang lebih besar dibanding
fraksi debu dan liat, tetapi fraksi debu dan liat pada kedalaman 251-300 cm
memiliki fraksi lebih besar dibandingkan dengan kedalaman sebelumnya sehingga
teksturnya yaitu tekstur tanah pasir berlempung. Berdasarkan pengklasifikasian
tanah berdasarkan USDA pada kedalaman 251- 300 cm didapatkan tekstur tanah
pasir berlempung. Tanah berpasir yaitu tanah yang kandungan pasirnya >70%
dalam keadaan lembab tanah berpasir terasa kasar dan tidak lekat dalam kategori
ini tanah pasir dan tanah lempung berpasir. Tekstur tanah pasir berlempung
memiliki persentasi pasir yang mendominasi sehingga mempunyai pori-pori makro.
Tanah dengan tekstur pasir berlempung memiliki agregasi yang rendah sehingga
kemampuannya dalam memegang air dan hara juga rendah. Tanah dengan tekstur
pasir banyak mempunyai pori-pori makro (besar) sehingga sulit menahan air.
Tanaman lidah buaya di Desa Rasau dapat tumbuh subur karena akarnya yang
pendek dan menyebar pada batang di bagian bawah tanaman dan tidak tumbuh ke
bawah seperti akar tunjang tetapi tumbuh ke samping, tanaman lidah buaya ini
tumbuh baik di daerah bertanah gambut yang pHnya rendah dan termasuk tanaman
yang efisien dalam penggunaan air. Tanaman lidah buaya dapat tumbuh subur pada
lahan gambut di Desa Rasau Kalimantan Barat. Tanah gambut yang ditanamai lidah
buaya di Desa Rasau tanah mineralnya memiliki kelas tekstur tanah pasir, pasir
berlempung dan liat (Zainab et al., 2019).

Daftar Pustaka
Ansori, Chusni. 2010. Analisis Cadangan, Kualitas dan Dampak Penambangan
Lempung Sebagai Bahan Baku Genteng Soka dan Bata, di Kabupaten
Kebumen. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara.6(3): 132-145
Basir, M. I. 2019. Pemanfaatan Lahan Bekas Penggalian Tanah Pembuatan Batu
Bata untuk Persawahan di Desa Gentugang Kecamatan Bajeng Barat
Kabupaten Gowa. Jurnal Environmental Science.1(2): 19-27
Musdalipa, A., Suhardi, S dan Sitti, N. F. 2018. Pengaruh Sifat Fisik Tanah dan
Sistem Perakaran Vegetasi terhadap Imbuhan Air Tanah. Jurnal
AgriTechno.11(1): 35-39
Sukarman, Sofyan Ritung, Markus Anda dan Erna Suryani. 2017. Pedoman
Pengamatan Tanah di Lapangan. Jakarta: IAARD Press.
Tewu, Randy W. G., Karamoy, L. T dan Diane, D. Pioh. 2016. Kajian Sifat Fisik
dan Kimia Tanah pada Tanah Berpasir di Desa Noongan Kecamatan
Lawongan Barat. Jurnal Ilmiah Fakultas Pertanian Universitas SAM
Ratulangi.7(2)
Wedhana, I. B., Muhammad, H. I dan Rato, F. S. 2018. Analisis Pertumbuhan
Tanaman Kayu Putih (Melaleuca cajuputi sub sp. cajuputi) pada Kawasan
Hutan Lindung Dusun Malimbu dan Dusun Badung Resort Malimbu KPHL
Rinjani Barat. Jurnal Belantara.1(1): 35-44
Zainab et al. 2019. Karakterisasi Tekstur Tanah Gambut di Lahan Lidah Buaya di
Kalimantan Barat. Prosiding Seminar Nasional Fisika 5.0 (2019) (405-408):
http://proceedings.upi.edu/index.php/sinafi/article/download/829/746.

Anda mungkin juga menyukai