Anda di halaman 1dari 7

NAMA : IMMANUEL GRITANICO

NIM : 201222019152759
PRODI : TEKNIK SIPIL REG B
MATKUL : MEKANIKA TANAH 1

SIFAT FISIS TANAH

Tanah di alam merupakan butiran tanah. Butiran-butiran tersebut memiliki daya adhesi dan kohesi antar
butirannya. Kondisi ini disebut dengan sifat fisis tanah. Sifat fisis tanah dapan mengidentifikasi jenis tanah
yang ada didalam.

1. Warna Tanah
Warna tanah merupakan salah satu sifat yang mudah dilihat dan menunjukkan sifat dari tanah
tersebut. Warna tanah merupakan campuran komponen lain yang terjadi karena mempengaruhi
berbagai faktor atau persenyawaan tunggal. Urutan warna tanah adalah hitam, coklat, karat, abu-abu,
kuning dan putih (Syarief, 1979).
Warna tanah dengan akurat dapat diukur dengan tiga sifat-sifat prinsip warnanya. Dalam
menentukan warna cahaya dapat juga menggunakan Munsell Soil Colour Chart (MSC) sebagai
standar: warna dasar atau warna matriks dan warna karatan sebagai hasil dari proses oksidasi dan
reduksi di dalam tanah (Balai Penelitian Tanah 2004). Cara penggunaan MSCC adalah dengan
mengecek kemiripan warna tanah pada pedoman warna yang terdapat dalam MSCC. Selama
penggunaannya, buku tersebut perlu dibawa ke lapangan untuk dijadikan pedoman dalam
mencocokkan warna tanah.
Pada buku MSCC (Munsell 2009), dijelaskan bahwa terdapat tiga variabel penting pada
warna tanah seperti: hue, value, dan chroma (HVC). Berdasarkan hal tersebut, maka fitur warna tanah
yang akan diekstraksi pada aplikasi yang dibuat adalah fitur warna pada ruang citra hue, value, dan
chroma (HVC). Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya,
value menunjukkan gelap terangnya warna sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan, dan
chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum. Chroma didefinisikan juga
sebagai gradasi kemurnian dari warna atau derajat pembeda adanya perubahan warna dari kelabu atau
putih netral ke warna lainnya.

Mineral-mineral yang terdapat dalam


jumlah tertentu dalam tanah kebanyakan
berwarna agak terang (light). Sebagai akibatnya,
tanah-tanah itu berwarna agak kelabu terang, jika
terdiri dari mineral-mineral serupa itu yang
sedikit mengalami perubahan kimiawi. Warna gelap pada tanah umumnya disebabkan oleh
kandungan tinggi dari bahan organik yang terdekomposisi, jadi, dengan cara praktis persentase bahan
organik di dalam tanah diestimasi berdasarkan warnanya. Bahan organik di dalam tanah akan
mengahsilkan warna kelabu gelap, coklat gelap, kecuali terdapat pengaruh mineral seperti besi oksida
ataupun akumulasi garam-garam sehingga sering terjadi modifikasi dari warna-warna di atas.

2. Tekstur Tanah
Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat, yaitu partikel tanah yang
diameter efektifnya ≤ 2 mm. Di dalam analisis tekstur, fraksi bahan organik tidak diperhitungkan.
Bahan organik terlebih dahulu didestruksi dengan hidrogen peroksida (H2O2). Tekstur tanah dapat
dinilai secara kualitatif dan kuantitatif. Cara kualitatif biasa digunakan surveyor tanah dalam
menetapkan kelas tekstur tanah di lapangan.
Sistem klasifikasi fraksi partikel menurut International Soil Science Society (ISSS), United
States Departement of Agriculture (USDA) dan United States Public Roads Administration (USPRA).

Tanah dengan berbagai perbandingan pasir, debu dan liat dikelompokkan atas berbagai kelas
tekstur seperti digambarkan pada segitiga tekstur. Cara penggunaan segitiga tekstur adalah sebagai
berikut:
Misalkan suatu tanah mengandung 50% pasir, 20% debu, dan 30% liat. Dari segitiga tekstur
dapat dilihat bahwa sudut kanan bawah segitiga menggambarkan 0% pasir dan sudut kirinya 100%
pasir. Temukan titik 50% pasir pada sisi dasar segitiga dan dari titik ini tarik garis sejajar dengan sisi
kanan segitiga (ke kiri atas). Kemudian temukan titik 20% debu pada sisi kanan segitiga. Dari titik ini
tarik garis sejajar dengan sisi kiri segitiga, sehingga garis ini berpotongan dengan garis pertama.
Kemudian temukan titik 30% liat dan tarik garis ke kanan sejajar dengan sisi dasar segitiga sehingga
memotong dua garis sebelumnya. Dari perpotongan ketiga garis ini, ditemukan bahwa tanah ini
mempunyai kelas tekstur "lempung liat berpasir".

3. Struktur Tanah
Struktur tanah adalah susunan komposisi partikel tanah dari lapisan terbawah hingga
permukaan. Partikel ini terdiri dari pasir, debu, batuan kerikil, batuan padat serta tanah liat dan
terbentuk secara alami. Meskipun bahan organik didalamnya masih saling terkait satu sama lain,
namun susunan partikel tersebut dibedakan pada setiap tingkatnya. Kondisi tersebut menyebabkan
setiap kedalaman lapisan tanah memiliki bentuk, sifat, ukuran dan komponen yang berbeda.
Campuran partikel seperti karbon, silika hingga oksida juga turut berpengaruh pada struktur
dalam tanah. Selain itu, faktor yang mempengaruhi struktur tanah adalah curah hujan yang berbeda
di setiap daerah. Hal ini cukup berpengaruh pada kualitas tanah. Tanah yang terletak di daerah dengan
curah hujan tinggi cenderung memiliki struktur remah. Sedangkan daerah yang panas biasanya
memiliki struktur yang lebih prismatik di bagian lapisan bawah.
Berdasarkan bentuknya, jenis-jenis struktur tanah bisa dibedakan menjadi tujuh bagian:
a. Lempeng (Platy)
Memiliki struktur yang sumbu horizontalnya lebih panjang daripada sumbu
vertikalnya. Namun, jika dilihat nampak seperti lempengan tanah.
b. Prismatik (Prismatic)
Memiliki struktur yang sumbu horizontalnya lebih pendek daripada sumbu
vertikalnya. Namun, jika dilihat dari atas tidak berbentuk membulat.
c. Tiang (Columnar)
Memiliki struktur yang sumbu horizontalnya lebih panjang daripada sumbu vertikal.
Dan jika dilihat sedikit membulat.
d. Gumpal Bersudut (Angular Blocky)
Struktur ini terbentuk dari gumpalan-gumpalan tanah yang membulat dan secara fisik
terlihat cukup jelas. Seperti pada struktur gumpal membulat, tanah dengan struktur ini
juga menggumpal namun memiliki rusuk bersegi yang tajam.
e. Butiran (Granular)
Struktur granular memiliki karakteristik dengan bentuk membulat dan mempunyai
banyak sisi serta setiap gumpalannya tidak berpori. Tanah dengan struktur ini cenderung
tidak terlalu kering.
f. Remah (Crumb)
Bersifat kebalikan dengan granular, tanah dengan struktur remah cenderung lebih
kering dan gumpalan tanahnya terlihat berpori. Tanah dengan struktur ini sering dijumpai
pada wilayah dengan curah hujan rendah.

4. Kadar Air Tanah


Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa air terdapat dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh
massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air
dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. Karena
adanya gaya-gaya tersebut maka air dalam tanah dapat dibedakan menjadi:

a. Air hidroskopik,
adalah air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan tanaman,
kondisi ini terjadi karena adanya gaya adhesi antara tanah dengan air. Air hidroskopik
merupakan selimut air pada permukaan butir-butir tanah.

b. Air kapiler,
adalah air dalam tanah dimana daya kohesi (gaya tarik menarik antara sesama butir-
butir air) dan daya adhesi (antara air dan tanah) lebih kuat dari gravitasi. Air ini dapat bergerak
secara horisontal (ke samping) atau vertikal (ke atas) karena gaya gaya kapiler. Sebagian
besar dari air kapiler merupakan air yang tersedia (dapat diserap) bagi tanaman.
5. Konsistensi Tanah
Konsitensi tanah menunjukan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-
butir tanah dengan benda lain. Tanah dengan struktur baik (granuler, remah) mempunyai tata udara
yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Tanah yang mempunyai
konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Karena tanah
dalam keadaan lembab, basah dan kering maka penyipatan konsistensi tanah harus pada kondisi
tersebut.

Isitilah-istilah yang digunakan untuk menggambarkan konsistensi tanah adalah:


a. Tanah basah
• Tidak lengket : Tidak ada adhesi antara tanah dengan jari.
• Agak lengket : Sedikit ada adhesi tanah dengan jari tetapi mudah dilepas lagi.
• Lengket : Ada adhesi tanah pada jari dan kalau dipijit memapar.
• Sangat lengket : Ada adhesi kuat antara tanah dengan jari, ibu jari dan telunjuk
sukar dilepaskan.
• Tidak liat : Tidak dapat membentuk gilingan-gilingan kecil.
• Agak liat : Dapat dibentuk gilingan-gilingan yang kecil dan mudah
dirubah bentuknya.
• Liat : Dapat dibentuk gilingan-gilingan kecil dan bentuk-bentuk
tertentu yang hanya dapat dirubah dengan tekanan.
• Sangat liat : Dapat dibentuk gilingan-gilingan kecil dan hanya dapat dirubah
bentuknya dengan pijikan kuat.

b. Tanah lembab
• Lepas-lepas : Tidak ada adhesi antara butir-butir tanah.
• Sangat gembur : Dipijit sedikit saja mudah hancur.
• Gembur : Dipijit kuat baru hancur.
• Teguh : Dipijit sukar hancur.
• Sangat teguh : Ditekan kuat dengan tangan baru hancur.
• Luar biasa teguh : Pijitan yang sangat kuat baru hancur.
c. Tanah kering
• Lepas-lepas : Tidak ada daya kohesi antara butir-butir tanah.
• Lunak : Massa tanah mempunyai kohesi yang sangat lemah.
• Agak keras : Sedikit tahan terhadap pijitan tangan.
• Keras : Baru dapat pecah dengan pijitan keras atau kuat.
• Sangat keras : Tidak dapat pecah hanya dengan jari.
• Luar biasa keras : Hanya dapat dipecahkan dengan alat yang keras.

6. Porositas
Porositas adalah proporsi ruang pori tanah (ruang kosong) yang terdapat dalam suatu volume
tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara , sehingga merupakan indicator kondisi drainase dan
aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti tanh yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air
dan udara masuk dan keluar tanah yang secara leluasa , sebaliknya jika tanh tidal poreus (Hakim
,1996).
Porositas tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air berkaitannya dengan tingkat
kepadatan tanah. Semakin padat tanah berarti semakin sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah
semakin kecil. Sebaliknya semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut memiliki porositas
yang besar.
Tanah yang porositasnya baik adalah tanah yang porositasnya besar karena perakaran
tanaman mudah untuk menembus tanah dalam menvari bahan organik. Selain itu tanah tersebut
mampu menahan air hujan sehingga tanaman tidak selalu kekurangan air. Tetapi jika porositasnya
terlalu tinggi, juga tidak baik, karena air yang diterima tanah langsung turun ke lapisan berikutnya.
Tanah seperti ini kalau musim kemarau cepat membentuk pecahan yang berupa celah besar di tanah.
Pori-pori tanah terbagi menurut besar kecilnya ruangan atau rongga antar partikel tanah, pori
terbagi menjadi tiga kelompok yaitu :
a. Pori makro atau pori besar,
b. Pori meso atau pori sedang,
c. Pori mikro atau pori kecil.

Pori tanah jika dalam keadaan basah seluruhnya akan terisi oleh air, baik pori mikro, pori
meso ataupun pori makro. Sebaliknya pada keadaan kering, pori makro dan sebagian pori meso terisi
udara. Tanah yang strukturnya gembur atau remah dengan tindakan pengolahan tanah yang intensif
dan bertekstur lempung, umumnya mempunyai porositas yang besar. Porositas perlu diketahui karena
merupakan gambaran aerasi dan drainase tanah (Foth, 1994).

7. Stabilitas Agregat
Agregat tanah terbentuk jika partikel-partikel tanah menyatu membentuk unit-unit yang lebih
besar. Kemper dan Rosenau (1986), mendefinisikan agregat tanah sebagai kesatuan partikel tanah
yang melekat satu dengan lainnya lebih kuat dibandingkan dengan partikel sekitarnya. Dua proses
dipertimbangkan sebagai proses awal dari pembentukan agregat tanah, yaitu flokulasi dan
fragmentasi. Flokulasi terjadi jika partikel tanah yang pada awalnya dalam keadaan terdispersi,
kemudian bergabung membentuk agregat. Sedangkan fragmentasi terjadi jika tanah dalam keadaan
masif, kemudian terpecah-pecah membentuk agregat yang lebih kecil.
Tanah yang teragregasi dengan baik biasanya dicirikan oleh tingkat infiltrasi, permeabilitas,
dan ketersediaan air yang tinggi. Sifat lain adalah tanah tersebut mudah diolah, aerasi baik,
menyediakan media respirasi akar dan aktivitas mikrobia tanah yang baik (Russel, 1971).
Untuk dapat mempertahankan kondisi tanah seperti itu, maka perbaikan kemantapan agregat
tanah perlu diperhatikan. Kemantapan agregat tanah dapat didefinisikan sebagai kemampuan tanah
untuk bertahan terhadap gaya-gaya yang akan merusaknya. Gaya-gaya tersebut dapat berupa kikisan
angin, pukulan hujan, daya urai air pengairan, dan beban pengolahan tanah.
Sejumlah faktor mempengaruhi kemantapan agregat. Faktorfaktor tersebut antara lain
pengolahan tanah, aktivitas mikrobia tanah, dan tajuk tanaman terhadap permukaan tanah dari hujan.
Pengolahan tanah yang berlebihan cenderung memecah agregat mantap menjadi agregat tidak mantap.

Anda mungkin juga menyukai