Anda di halaman 1dari 14

PENGERTIAN TANAH

Tanah sebagai salah satu unsur utama dari ekosistem mempunyai peran ganda

sebagai media produksi pangan dan sandang serta obat-obatan juga sebagai

penyangga utama terciptanya lingkungan yang sehat serta berperan dalam

menjaga keragaman biodiversity. Tanah yang merupakan tubuh alam yang

dihasilkan dari berbagai proses dan faktor pembentuk yang berbeda dari satu

tempat ke tempat lainya dan dengan demikian akan memerlukan mananjemen

berbeda pula untuk tetap menjaga keberlanjutan fungsi-fungsi tanah tersebut

(Lopulisa, 2004)

Tanah yang terbetuk dipermukaan bumi secara langsung atau tidak,

berkembang dari bahan mineral dan batuan-batuan. Melalui proses pelapukan,

baik secara fisik maupun kimia dibantu oleh pengaruh atmosfer, maka batu-

batuan berdisintegrasi dan terdisintegrasi menghasilkan bahan induk lepas dan

selanjutnya, dibawa pengaruh proses-proses pedogenetik berkembang menjadi

tanah (hakim 1986), dan di ikuti oleh proses pencampuran bahan organik dan

bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan

dari bahan-bahan tanah dari bagian atas tanah ke bagian bawah dan berbagai

proses lain yang dapat menghasilkan horizon-horizon tanah (Hardjowigeno,

2007).

Ada lima Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembentukan Tanah Yaitu: 1)

Iklim; Suhu dan CH berpengaruh terhadap intensitas reaksi kimia dan fisika di
dalam tanah 2) Organisme; Akumulasi bahan organik, siklus hara, dan

pembentukan unsur tanah sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme 3) Bahan

Induk; Susunan kimia dan mineral bahan induk sangat mempengaruhi intensitas

pelapukan dan sifat tanah 4) Relief; Perbedaan tinggi atau bentuk wilayah atau

bentang lahan, dan 5) Waktu; Banyaknya waktu untuk membentuk tanah

berbeda-beda, tergantung struktur batuan. Pada Gunung Krakatau letusan tahun

1983, membentuk horizon A setebal 25 cm selama 100 tahun (1883-1983) pada

kondisi tidak terjadi erosi. Jika bagian yang terjadi erosi Lapisan horizon A

setebal 5 cm (Hardjowigeno, 2007).

MORFOLOGI TANAH

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di

lapang (Hardjowigeno, 1993). Pengetahuan mengenai morfologi tanah dapat

memberikan gambaran perubahan atau evolusi yang terjadi dalam tubuh tanah

melalui deskripsi dan interpretasi sifat-sifat profil tanah yang dapat dijadikan

sebagai informasi awal dalam mengklasifikasikan tanah.Klasifikasi tanah

sangat penting untuk mengorganisasi pengetahuan kita tentang tanah sehingga

sifat-sifat tanah dan produktivitasnya dapat diketahui.Pemborosan pemanfaatan

lahan yang dapat mengancam kelestarian sumber daya lahan dapat dihindari

jika penggunaan suatu jenis tanah didasarkan atas sifat-sifat yang dimilikinya,

sehingga pemanfaatan atas tanah dapat lebih produktif.


Profil tanah adalah urutan susunan horison yang tampak dalam anatomi tubuh

tanah. Profil tanah terdiri dari lapisan tanah (solum) dan lapisan bahan induk.

Solum tanah adalah bagaian dari profil tanah yang terbentuk ekibat proses

pembentukan tanah (horison A dan B). Profil tanah tebalnya berlainan mulai

dari yang setipis selaput sampai setebal 10 meter. Pada umumnya tanah makin

tipis mendekati kutub dan makin tebal mendekati khatulistiwa. Uraian profil

tanah dimulai dengan menentukan batas horison (lapisan), mengukur dalamnya

dan mengamati profil tanah secara keseluruhan.

Horison adalah lapisan dalam tanah yang kurang lebih sejajar dengan

permukaan tanah dan terbentuk karena proses pembentukan tanah. Disamping

masing-masing horison diamati sifat-sifatnya meliputi : warna, tekstur,

konsistensi, struktur, kutan, konkresi dan nodul, pori-pori tanah, pH lapang,

batas-batas horison.

Batas satu horison dengan horison lainnya dalam suatu profil tanah dapat

terlihat jelas atau baur. Pengamatan lapang ketajaman peralihan horison ini

dapat dibedakan beberapa tingkatan, yaitu dikatakan 1) nyata (bila lebar

peralihan kurang dari 2,5 cm), 2) jelas (lebar peralihan 2,5 –6,5 cm ), 3)

berangsur (lebar peralihan 6,5 –1,25 cm) dan 4) baur (lebar peralihan > 12,5

cm). Disamping topografi dari batas horison tersebut dapat rata, berombak,

tidak teratur atau terputus.

Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, karena warna

tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut.
Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya oleh perbedaan

kandungan bahan organik, apabila kandungan bahan organik dalam tanah

tinggi maka tanah akan berwarna kelam atau gelap, bentuk dan banyaknya

senyawa Fe dalam tanah, kondisi drainase dalam tanah atau keadaan basah

dan kering yang silih berganti, pada saat kondisi tanah basah maka suasananya

reduktif besi dalam bentuk Fe++meninggalkan bercakwarna abu-abu

kebiruan, dan bila kondisi kering maka kondisinya oksidatif besi dalam

bentuk Feri (Fe+++) dan warna merah kuning.

Warna tanah ditentukan dengan menggunakan warna-warna baku yang

terdapat dalam buku Munsell Soll Color Chart. Warna baku ini disusun oleh

tiga variabel yaitu hue, value dan chroma. Hue adalah warna spektrum yang
dominan sesuai dengan panjang gelombangnya, hue dibedakan menjadi 5 R,

7,5 R, 10 R, 2,5 YR, 5 YR, 7,5 YR 10 YR, 2,5 Y, 5 Y, yaitu mulai dari

spectrum paling merah (5R) sampai spektrum dominan paling kuning (5

Y).Value menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai dengan banyaknya

sinar yang dipantulkan, yang dibedakan dari 0 sampai 8 dimana makin tinggi

nilai value menunjukkan warna makin terang.Chroma menunjukkan

kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum, juga dibagi dari 0

sampai 8, semakin tinggi nilai chroma menunjukkan kemurnian spektrum

atau kekuatan warna spektrum makin meningkat. Warna tanah dicatat

dengan menggunakan notasi, misalnya 7,5 YR 5/4(Coklat).

Tekstur adalah perbandingan relatif fraksi pasir, debu dan liat yang menyusun

masaa tanah. Tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah, berupa

kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikat air oleh tanah.

Pembatasan ketiga fraksi maisng-masing terkstur tanah dapat digambarkan

dalam segitigas tekstur atau trianguler texture. Titik sudutnya menunjukkan

100% salah satu fraksi, sedangkan tiap sisi mengambarkan % berat masing-

masing fraksi mulai 0% samapai 100%. Segitiga ini terbagi atas 13 bidang yang

menunjukkan maisng-masing terkstur tanah. Contoh 35% liat +40% debu +25%

pasir termasuk tekstur tanah lempung berliat, sedangkan 10% liat +5 % debu

+85% pasir termasuk pasir berlempung.


Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akbiat

melekatnya butir-butir tanah satu samalain. Satu unit struktur disebut ped.

Apabila unit-unit struktur tersebut tidak terbentuk maka dikatakan bahwa tanah

tersebut tidak berstruktur. Dalam hal ini ada dua kemungkinan yaitu : 1) Butir

tunggal (single grain) = butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain (contoh

tanah pasir); 2) Pejal (massive) = buitr-butir tanah melekat satu sama lain

dengan kuat sehingga tidak membentuk gumpalan-gumpalan (ped).

Penyipatan strukur tanah meliputi 3 hal yaitu bentuk, tingkat perkembangan dan

ukuran.

a. Bentuk struktur

Bentuk struktur tanah dibedakan menjadi :

1. Lempeng (platy) : sumbu vertikal lebih pendek dari sumbu horisontal.


2. Prismatik (prismatic) : sumbu vertikal lebih panjang dari sumbu horisontal.

Sisi atas tidak membulat.

3. Tiang (columnar) : sumbu vertikal lebih panjang dari sumbu horisontal. Sisi-

sisi atas membulat.

4. Gumpal bersudut (angular blocky) : sumbu vertikal sama dengan sumbu

horisontal. Sisi-sisi membentuk sudut tajam.

5. Gumpal membulat (subangular blocky) : sumbu vertikal sama dengan sumbu

horisontal. Sisi-sisi membentuk sudut membulat.

6. Granuler (granular) : membulat, atau banyak sisi. Masing-masing buitr ped

tidak porous.

7. Remah (crumb) : membulat atau banyak sisi, sangat porous.

b. Tingkat Perkembangan atau Kemantapan Struktur

1. Lemah : butir-butir strukutr dapat dilihat, tetapi sudah rusak dan hancur

waktu diambil dari profil tanah untuk diperiksa.

2. Sedang : butir-butir struktur agak kuat dan tidak hancur waktu diambil dari

profil untuk diperiksa.

3. Kuat : butir-butir struktur tidak rusak waktu diambil dari profil tanah dan

tidak hancur walaupun digerak-gerakkan.

c. Ukuran Struktur

1. Untuk bentuk struktur lempeng, granuler dan remah :

- sangat halus/tipis : < 1 mm. - halus : 1-2 mm. - sedang : 2-5 mm. - kasar/tebal

: 5-10 mm. - sangat kasar : > 10 mm.


2. Untuk bentuk struktur gumpal membulat dan gumpal menyudut :

- sangat halus : < 5 mm. - halus : 5-10 mm. - sedang : 10-20 mm. - kasar : 20-50

mm. - sangat kasar : > 50 mm.

3. Untuk bentuk struktur prismatik dan tiang :

- sangat halus/tipis : < 10 mm. - halus : 10-20 mm. - sedang : 20-50 mm. -

kasar/tebal : 50-100 mm. - sangat kasar : > 100 mm.

Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi di antara partikel-partikel

tanah dan ketahanan massa tanah terdapat perubahan bentuk oleh tekanan dan

berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Konsistensi tanah

ditentukan oleh tekstur dan struktur tanah. Pentingnya konsistensi tanah adalah

untuk menentukan cara penggrapan tanah yang efisien dan penetrasi akar

tanaman di lapisan tanah bawahan. Penentuan konsistensi tanah harus


disesuaikan dengan kandungan air tanah yaitu dalam keadaan basah, lembab

atau kering.

Penentuan pH tanah dalam klasifikasi dan pemetaan tanah diperlukan untuk

menaksir lanjut tidaknya perkembangan tanah, respon tanah terhadap

pemupukan, kebutuhan kapur dan lain-lainnya. Penentuan pH tanah dapat

dikerjakan secara ekeltrometrik dan kolorimetrik. Pengukuran pH tanah di

lapang biasanya digunakan cara yang sederhana yaitu dengan lakmus atau pH

stick.

Padas adalah lapisan tanah yang mampat, padat dan keras terbentuk selama

bagian proses pembentukan tanah atau warisan suatu daur pelapukan menjadi

bahan induk tanah yang sekarang ada.

Padas dapat terbentuk karena : 1) terlalu beratnya masaa yang ada di atasnya

(misalnya akibat pembajakkan yang terlalu berat atau adanya glacier), 2)

pemadatan akibat cuaca yang membekukan, 3) agregasi tanah disertai

perubahan temperatur, 4) karena pengikatan yang sangat erat berupa sementasi,

baik oleh bahan perekat besi, bahan organik silikat ataupun liat.

JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA

Tanah Organosol terbentuk dari pelapukan benda organic seperti tumbuhan,

gambut dan rawa. Biasanya terdapat di daerah yang memiliki iklim basah dan

memiliki curah hujan tinggi. Tanah Argosolmengalami pembusukan sehingga

jenis tanah tersebut dapat berwarna hitam sampai yang paling terang berwarna
cokelat. Tanah ini umumnya terdapat dirawa-rawa kalimantan, sumatra dan

papua. Tanaman yang dapat tumbuh pada tanah jenis ini adalah tanaman padi,

nanas, palawija dan karet. Tanah ini biasanya ditemukan di daerah pantai dan

hampir tersebar di seluruh pulau di Indonesia seperti sumatera, papua,

Kalimantan, jawa, Sulawesi dan nusa tenggara.

Tanah Aluvial merupakan jenis tanah yang terjadi karena endapan lumpur

biasanya yang terbawa karena aliran sungai. Tanah ini biasanya ditemukan

dibagian hilir karena dibawa dari hulu. Tanah ini biasanya bewarna coklat

hingga kelabu.Tanah Aluvial sangat cocok untuk tanaman persawahan.

Persebaran tanah ini di daerah lembah sungai hingga dataran pantai.Tanah ini

banyak tersebar di Indonesia dari sumatera, Kalimantan, Sulawesi, papua dan

jawa.

Tanah Kapur, seperti dengan namanya tanah kapur berasal dari batuan kapur

yang mengalami pelapukan. Tanah kapur hanya dapat di tanami tanaman

palawija, hutan jati, steps, dan savana. Tanah kapur tersebar di daerah yang

kering seperti di gunung kidul Yogyakarta, dan di daerah pegunungan kapur

seperti di Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur.

Tanah Vulkanis merupakan tanah yang terbentuk dari luapan lahar dan abu

vulkanik yang berasal dari letusan gunung merapi. Saat gunung merapi meletus

berbagai material yang ada didalamnya menyembur keluar. Tanah ini biasanya

terdapat didaerah lereng-lereng gunung berapi, misalnya di daerah jawa,


sumatra, bali, minahasa, lombok, dan lain-lain. Tanaman yang tumbuh pada

tanah Andosol ialah rumput, hutan hujan tropis dan bambu.

Tanah Pasir, seperti dengan namanya tanah pasir merupakan pelapukan dari

batuan pasir. Tanah ini biasanya banyak di daerah sekitar pantai atau daerah

kepulauan. Tanah ini biasanya ditanami lada , kacang tanah dan kelapa.

Tanah Humus merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan tumbuh-

tumbuhan. Mengandung banyak unsur hara dan mineral dan sangat subur.

tanaman yang bisa tumbuh di tanah humus yaitu contohnya kelapa, nanas, dan

padi. Tanah ini terdapat di daerah yang ada banyak hutan. Persebarannya di

Indonesia meliputi daerah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua dan sebagian

wilayah dari Sulawesi

Tanah Laterit memiliki warna merah bata karena mengandung banyak zat besi

dan alumunium. Tanaman yang dapat tumbuh ditanah jenis ini antara lain

tanaman sayuran, padi, buah-buahan, palawija, karet, cengkih, kopi, kelapa

sawit dan kakao. Di indonesia sendiri tanah ini sepertinya cukup fimiliar di

berbagai daerah, terutama di daerah desa dan perkampungan. Persebarannya

sendiri di Indonesia meliputi Kalimantan, Lampung, Jawa Barat, dan Jawa

Timur.

Tanah Podzolit memiliki berbagai campuran tekstur mulai pasir hingga

bebatuan kecil. Persebaran tanah ini antara lain meliputi Kalimantan utara,

Sulawesi utara dan papua serta daerah lainnya yang tidak pernah kering alias
selalu basah. Tanaman yang cocok ditanami di tanah podzolit yaitu Kelapa,

jambu mete, karet, dan kelapa sawit.

PERANAN TANAH DALAM BIDANG PERTANIAN

Pemahaman fungsi tanah sebagai media tumbuh dimulai sejak peradaban

manusia mulai beralih dari manusia pengumpul pangan yang tidak menetap

menjadi manusia pemukim yang mulai melakukan pemindah tanaman

pangan/nonpangan ke areal dekat mereka tinggal. Pada tahap berikutnya, mulai

berkembang pemahaman fungsi tanah sebagai penyedia nutrisi bagi tanaman

tersebut, sehingga produksi yang dicapai tanaman tergantung pada kemampuan

tanah dalam penyediaan nutrisi ini (kesuburan tanah). Berkembangnya areal

pemukiman/perkotaan, terjadi benturan kepentingan antara kebutuhan lahan

untuk sarana transportasi dan pendirian bangunan dengan kebutuhan lahan

pertanian, yang seringkali menyebabkan tergusurnya lahan pertanian yang

produktif semata-mata karena alasan finansial.

Menurut Kemas Ali Hanafiah, tanah pada masa kini sebagai media

tumbuh tanaman didefinisikan sebagai “lapisan permukaan bumi yang secara

fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh-berkembangnya perakaran penompang

tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara secara

kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa

organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca,

Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan lain-lain) dan secara biologis berfungsi
sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan

hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang

ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk

menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan,

industri perkebunan, maupun kehutanan (Dasar-dasar ilmu tanah, 2009:4)”.

Atas dasar definisi ini maka tanah sebagai media tumbuh mempunyai empat

fungsi utama, yaitu :

1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran yang mempunyai dua peran

utama, yaitu :

- Penyokong tegak tumbuhnya trubus (bagian atas) tanaman

- Sebagai penyerap zat-zat yang dibutuhkan tetanaman

2. Penyedia kebutuhan primer tanaman untuk melaksanakan aktivitas

metabolismenya, baik selama pertumbuhan maupun untuk berproduksi,

meliputi air, udara dan unsur-unsur hara

3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman yang berfungsi dalam menunjang

aktivitasnya supaya berlangsung optimum, meliputi zat-zat aditif yang

diproduksi oleh biota terutama mikroflora tanah seperti :

- Zat-zat pemacu tumbuh (hormone, vitamin dan asam-asam organic khas)

- Antibiotik dan toksin yang berfungsi sebagai anti hama-penyakit tanaman di

dalam tanah dan


- Senyawa-senyawa atau enzim yang berfungsi dalam penyediaan

kebutuhanprimer tersebut atau transformasi zat-zat toksik eksternal seperti

pestisida dan limbah industry berbahaya

4. Habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung

atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman

tersebut, maupun yang berdampak negative karena merupakan hama-penyakit

tanaman.

Fungsi-fungsi tanah yang sedemikian vitalnya dalam penyediaan bahan pangan,

papan dan sandang bagi manusia (juga bagi hewan) ini membawa konsekuensi

bahwa seorang ahli tanah tidak saja dituntut untuk berpengetahuan tantang

tanah sebagai tempat tumbuh dan penyedia kebutuhan tanaman, tetapi juga

harus memahami fungsi tanah sebagai pelindung tanaman dari serangan hama-

penyakit dan dampak negatif pestisida maupun limbah industri berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai