Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIAN

ACARA I
KUALITAS AIR

Semester:
Genap 2019

Oleh:
Azzam Afiq Naufal
A1D017199
Rombongan10
PJ Asisten: Simbar Sulanjari Susanto

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019

1
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk

kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air

menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil³)

tersedia di bumi. Untuk menentukan kualitas air, pengamatan dilakukan berdasarkan

berbagai parameter air baik fisika, kimia, dan biologinya.

Dari segi parameter fisika yaitu suhu, tingkat kecerahan, tingkat kekeruhan dan

tingkat kedalaman. Parameter kimia yaitu Ph, O2 terlarut dan CO2 bebas, sedangkan

untuk parameter biologi yaitu plankton dan bentos. Pengukuran kualitas air dilakukan

pada ekosistem perairan seperti kolam waduk, sungai, laut, danau, teluk, delta,

semenanjung dan perairan lainnya.

Manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi kondisi

lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan

pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk mencegah aktivitas

manusia yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas air dan produksi

ikan. Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah

pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2

bebas, pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas), sedangkan yang kedua adalah

pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (plankton dan benthos).

2
Dalam pengukuran kualitas air secara umum, menggunakan metode purposive

sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengaan memperhatikan berbagai

pertimbangan kondisi serta keadaan daerah pengamatan. Pola temperatur ekosistem

air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran

panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga oleh

faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di

samping itu pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor

anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas

yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan

hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung.

Oleh karena itu, kualitas air irigasi menjadi hal yang harus diperhatikan dengan baik

agar produksi pertanian dapat memenuhi standar kuantitas maupun kualitas. Kualitas

air untuk pertanian ini, harus tetap dijaga baik sebelum maupun sesudah memasuki

areal pertanian.

B. Tujuan

Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mengetahui kualitas air untuk

irigasi pertanian serta mampu mengukur dan menentukan parameter-parameter

kualitas air untuk irigasi.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

Air merupakan regulator yang universal dimana hampir berbagai macam zat

terlarut di dalamnya dan berinteraksi langsung dengan sistem yang terdapat dalam

setiap organisme hidup. Kualitas air merupakan salah satu aspek yang semakin

banyak mendapatkan perhatian dan pengelolaan sumber daya air. Kualitas air secara

umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan ke

kegiatan lain. Sebagai contoh: kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan

kualitas air untuk keperluan air minum. Kualitas air mengacu pada kandungan

polutan yang terkandung dalam air dan kaitannya untuk menunjang kehidupan

ekosistem yang ada di dalamnya. Dalam memahami kualitas air, kita perlu

mengetahui sifat-sifat air terlebih dahulu (Haslam, 1995).

Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau

komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu

parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia

(pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya), dan parameter biologi

(keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya) (Effendi, 2003). Pengukuran kualitas

air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah pengukuran kualitas air

dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2 bebas, pH, Konduktivitas,

Kecerahan, Alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah pengukuran kualitas air

dengan parameter biologi (Plankton dan Benthos) (Sihotang, 2006).

4
Parameter Fisika, Suhu: Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh

berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan

udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan

oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur

perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan

oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik,

penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air

terkena cahaya matahari secara langsung (Barus, 2003).

Parameter Kimia: 1. pH (Derajat Keasaman) pH adalah suatu ukuran keasaman

dan kadar alkali dari sebuah contoh cairan. Kadar pH dinilai dengan ukuran antara 0-

14. Sebagian besar persediaan air memiliki pH antara 7,0-8,2 namun beberapa air

memiliki pH di bawah 6,5 atau diatas 9,5. Air dengan kadar pH yang tinggi pada

umumnya mempunyai konsentrasi alkali karbonat yang lebih tinggi. Alkali karbonat

menimbulkan noda alkali dan meningkatkan farmasi pengapuran pada permukaan

yang keras. Perubahan pH berkaitan dengan kandungan oksigen dan karbondioksida

dalam air. Pada siang hari jika oksigen naik akibat fotosintesa fitoplankton, maka pH

juga naik. Pada pagi jika pH kurang dari 7, hal ini menunjukan bahwa tambak atau

kolam banyak mengandung bahan organik. Kestabilan pH perlu dipertahankan karena

pH dapat mempengaruhi pertumbuhan organisme air, mempengaruhi ketersediaan

unsur P dalam air dan mempengaruhi daya racun amoniak dan H2S dalam air

(Subarijanti, 2005). 2. DO (Disolved Oxigent) Oksigen adalah unsur fital yang di

perliukan oleh semua organisme untuk respirasi dan sebagai zat pembakar dalm

5
proses metabolisme. Oksigen juga sangat dibutuhkan mikro organisme (bakteri)

untuk proses dekomposisi. Kandungan oksigen dalam air yang ideal adalah antara 3-7

ppm. Jika kandungan oksigen kurang dari 3 ppm, maka ikan maupun udang akan

berada di permukaan air bahkan bagi udang yang sedang molting, jika oksigen 1-2

ppm, udang bisa mati, demikian pula jika oksigen terlalu tinggi, ikan maupun udang

bisa mati karena terjadi emboli dalam darah (Subarijanti, 2005).

Peraturan pemerintah nomor 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air

menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air

menurut peruntukannya adalah sebagai berikut (Effendi, 2003) : 1. Golongan A, yaitu

air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan

terlebih dahulu. 2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air

minum. 3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan

dan peternakan. 4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan

pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air. Secara

global dinyatakan bahwa hanya 3% dari total air di bumi adalah air bersih. Sisanya

adalah laut atau lautan. Dari 3% tersebut 79% merupakan es dan gletser, dan hanya

1% yang merupakan air permukaan. Dari air permukaan ini 52% terdapat di danau,

1% di sungai, 38% di dalam tanah (soil moisture), 8% adalah uap air dan sisanya air

yang ada dalam kehidupan organism. Tiap tahun, 40.000 km3 tersedia untuk

keperluan manusia, kira-kira sekitar 4.000 km3 yang benar-benar di eksplorasi (water

withdrawal). Untuk keperluan pertanian 70%, industri 22% dan domestik (keperluan

rumah tangga) 8%. Dalam pengelolaan sumber daya air terdapat beberapa masalah

6
pokok yang sangat serius sebagai berikut: (1) kecenderungan penggunaan air yang

belum efisien, (2) kerusakan lahan di daerah tangkapan hujan, (3) erosi dan

sedimentasi, (4) fluktuasi debit pada musim kemarau dan musim hujan, (5)

bertambahnya limbah yang masuk sungai, (6) berkurangnya kemampuan pemulihan

kembali sungai (Arsyat dan Rustiadi, 2008).

Air irigasi didistribusikan ke petak pertanian dengan jumlah dan kualitas air

sesuai kebutuhan tanaman yang diusahakan, serta mengalirkan kelebihan air ke

tempat lain hingga tidak merusak tanaman. Air irigasi yang cukup dengan kualitas air

yang sesuai dengan peruntukan tanaman dapat mendukung pertanian sehat. Salah satu

parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas air adalah baku mutu air, yaitu

batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar dalam air tetapi masih

sesuai dengan peruntukannya. Sesuai keputusan Menteri Kependudukan dan

Lingkungan Hidup Negara tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan, air

irigasi termasuk golongan D yang diperuntukkan bagi pertanian dan dapat pula

digunakan untuk usaha perkotaan, industri, dan listrik tenaga air. Persyaratan kualitas

air golongan D ini lebih rendah disbanding golongan A, B, dan C yang berturut-turut

diperuntukkan bagi air minum, mandi, serta peternakan dan perikanan. Berbagai

persyaratan tersebut meliputi sifat fisik, kimia dan biologi. Sifat fisik memuat seperti

kekeruhan dan warna kekeruhan air terkait padatan yang tersuspensi, sementara sifat

kimia diantaranya adalah derajat keasaman, kadar O2 terlarut, serta padatan terlarut

seperti nitrat fosfat dan residu pestisida. Untuk sifat biologi, parameter yang

7
digunakan adalah jumlah mikroorganisme pathogen yang ada di dalam air

(Suriawiria, 2005).

Pencemaran air dapat dijadikan indikator penentuan kualitas air. Pencemaran

air dikelompokkan menjadi empat, yaitu dari bahan organik, anorganik, zat kimia,

dan limbah. Bahan buangan organik biasanya berupa limbah yang dapat terdegradasi

oleh mikroorganisme sehingga dapat meningkatkan perkembangan mikroorganisme.

Sementara itu, bahan buangan anorganik berupa limbah yang tidak dapat membusuk

dan mikroorganisme tidak dapat mendegradasinya. Macam-macam bahan anorganik

berasal dari logam-logam seperti ion kalsium (Ca), ion timbal (Pb), ion magnesium

(Mg), ion arsen (As), dan air raksa (Hg). Bila logam-logam tersebut mencemari air,

maka akan menimbulkan akumulasi yang pada akhirnya menyebabkan air menjadi

sadah dan mengganggu kesehatan manusia. Bahan buangan yang berasal dari zat

kimia dihasilkan oleh sabun, pestisida, zat warna kimia, larutan penyamak kulit, dan

zat radioaktif. Limbah adalah zat, energi atau komponen lain yang dikeluarkan/

dibuang akibat sesuatu kegiatan baik industry maupun non-industri. Limbah bisa

merusak kualitas air untuk pertanian dan membahayakan kesehatan tanaman

budidaya (Rahmawati, 2011).

Masalah yang ditimbulkan oleh air irigasi terkait kualitasnya dapat berupa

salinitas, daya hantar listrik (EC), kandungan lumpur, pH, akumulasi Na+. Cl-, dan

BO3- yang bersifat racun, serta kandungan N yang tinggi. Kesemuanya itu dapat

menurunkan kuantitas maupun kualitas hasil panen atau bersifat korosif terhadap alat-

alat pertanian. Salinitas terjadi bila garam-garam yang berasal dari air tanah yang

8
dangkal dan salin atau dari garam-garam yang terlarut dalam air irigasi terakumulasi

pada zona perakaran sehingga tanaman tidak mampu menyerap air dari tanah dalam

jumlah cukup banyak untuk memenuhi kebutuhannya. Apabil penyerapan air sangat

menurun maka tanaman akan memperlihatkan gejala kekeringan dan bila tidak segera

diatasi dapat merugikan atau bahkan kegagalan panen (Chapra, 1997).

Kriteria air yang bagus digunakan dalam sektor pertanian, antara lain air

tersebut tidak memiliki konsentrasi garam yang tinggi karena dengan tingginya

tingkat konsentrasi garam maka akan meningkatkan tekanan osmotic yang

berpengaruh dalam penghambatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain

itu, air yang bagus digunakan untuk pertanian juga harus memiliki kandungan sodium

yang rendah karena sodium terdapat di koloid tanah dan akan berfluktuasi sesuai

penambahan air irigasi atau air hujan dan sistem koloid tanah, sebab air yang baik

bagi pertumbuhan tanaman adalah yang bersodium rendah. Kriteria lain adalah nilai

pH berkisar antara 6,5 – 8,4 atau pH netral, karena apabila pH tinggi atau lebih dari

8,5 sering ada HCO3- dan CO3- dalam konsentrasi tinggi atau disebut alkalinity.

Selain itu, air yang baik untuk pertanian juga harus memilih nutrisi yang tidak

berlebih karena apabila nutrisinya berlebih maka akan mengurangi kualitas hasil

pertanian (Effendi, 2003).

9
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Adapun bahan dan alat yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan praktikum

acara 1 tentang kualitas air. Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah air

irigasi. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain ember, erlenmeyer,

gelas ukur, corong, pH paper, TDS meter, DO meter, EC meter, turbidimeter, kertas

saring, aquades.

B. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dari acara 1 tentang kualitas air anata lain sebagai

berikut:

1. Persiapan Contoh

Contoh air irigasi diambil dari lapangan sebelum dianalisis terlebih dahulu

diperiksa label dan nomor. Diulang sebanyak 3 kali dan masing-masing disiapkan

untuk dianalisis menggunakan DO meter, EC meter, Turbidimeter, TDS meter,

dan pH paper.

2. Penetapan Kadar Lumpur

Peralatan yang dibutuhkan antara lain erlenmeyer, gelas ukur, kertas saring

berlipat, corong berdiameter 15 cm, erlemeyer, dan oven. Pereaksi yang

dibutuhkan adalah aquades. Cara kerja: Kertas saring berlipat yang sudah

10
diketahui bobotnya (A mg) disimpan diatas corong yang beralas erlenmeyer. Gelas

ukur yang berisi air irigasi sebanyak 250 ml disaring diatas kertas saring sampai

habis. Kemudian kertas saring dipanaskan pada suhu 105 0C selama 1-3 jam.

Selanjutnya, kertas saring yang berisi lumpur ditimbang (B mg).Kadar lumpur

ditetapkan dengan rumus berikut ini:

Kadar lumpur (mg/l) = (B – A) x 1000 ml /(ml contoh) yang disaring.

Dimana:

A = berat kertas saring kosong (mg)

B = berat kertas saring+lumpur kering

1000 = faktor dari ml ke l

3. Penetapan daya hantar listrik

Peralatan yang dibutuhkan antara lain EC meter, erlemeyer 100 ml, tissue.

Pereaksi yang digunakan antara lain aquades. Cara Kerja: Alat EC meter

dinyalakan, elektrode dicuci dengan aquades lalu keringkan dengan tisue. Alat

dikalibrasi dengan memasukkan elektrode ke dalam larutan baku NaCL.

Pembacaan alat ditetapkan menjadi 1.413 µS cm-1. Setelah kalibrasi selesai

elektroda dikeringkan. Elektrode ke dimasukkan dalam contoh yang akan diukur

(kira-kira 50 ml) dan dibaca setelah angka mantap. Setiap akan mengukur contoh

elektrode dicuci dan dikeringkan dengan tisu. Setelah selesai elektrode dicuci

dengan aquades dan dilap sampai kering. Alat dimatikan.

4. Penetapan kandungan terlarut

11
Peralatan yang dibutuhkan antara lain TDS meter, erlemeyer 100 ml, tissue.

Pereaksi yang digunakan antara lain aquades. Cara Kerja: Alat TDS meter

dinyalakan, elektrode dicuci dengan aquades lalu keringkan dengan tisue.

Elektrode dimasukkan ke dalam contoh yang akan diukur (kira-kira 50 ml) dan

dibaca setelah angka mantap. Setiap akan mengukur contoh elektrode dicuci dan

dikeringkan dengan tisu. Setelah selesai elektrode dicuci dengan aquades dan dilap

sampai kering. Alat dimatikan.

5. Penetapan kadar oksigen

Peralatan yang dibutuhkan antara lain DO meter, erlemeyer 100 ml, tissue.

Pereaksi yang digunakan antara lain aquades. Cara Kerja : Alat DO meter

dinyalakan, elektrode dicuci dengan aquades lalu dikeringkan dengan tisue.

Elektrode dimasukkan ke dalam contoh yang akan diukur (kira-kira 50 ml) dan

dibaca setelah angka mantap. Setiap akan mengukur contoh elektrode dicuci dan

dikeringkan dengan tisu. Setelah selesai elektrode dicuci dengan aquades dan dilap

sampai kering. Alat dimatikan.

6. Penetapan tingkat kejenuhan air

Peralatan yang dibutuhkan antara lain Turbidimeter, erlenmeyer 100 ml,

tissue. Pereaksi yang digunakan antara lain aquades. Cara Kerja: Contoh air

dimasukkan dalam tabung turbidi. Kemudian alat dinyalakan. Tunggu “ready”

berkedip 10 kali kemudian dicatat nilai yang keluar. Alat dimatikan. Setelah

selesai tabung turbidi dicuci dengan aquades dan dilap sampai kering.

12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Alat Ukur Kualitas Air


No. Nama Alat Fungsi Cara Kerja
1. Turbidimeter Untuk analisis kekeruhan Larutan yang akan di ukur
air atau larutan. di masukan ke dalam
tabung alat tersebut
Satuan: NTUs hingga garis panah putih.
Turbidimeter di nyalakan
hingga angka berkedip
14x. Tabung di masukan
ke dalam alat, kemudian
tekan tombol enter, baca
angka setelah angka
mantap, kemudian di
catat.
2. TDS Meter Untuk mengukur partikel TDS Meter di nyalakan,
padatan terlarut yang kemudian di masukan ke
tidak tampak oleh mata. dalam larutan yang akan
di ukur, baca angka
Satuan: PPM setelah angka mantap.
TDS Meter di matikan,
kemudian di cuci dengan
cara di masukkan ke
dalam aquades.
3. pH Meter Untuk mengukur suhu pH meter di nyalakan,
(kadar keasaman atau kemudian di masukkan ke
basa) suatu larutan. dalam larutan yang akan
diukur, tunggu hingga
angkannetral, kemudian di
catat.

13
4. TDS Meter Untuk mengukur partikel TDS Meter di nyalakan,
padatan terlarut yang kemudian di masukan ke
tidak tampak oleh mata. dalam larutan yang akan
di ukur, baca angka
Satuan: µs/cm setelah angka mantap.
TDS Meter di matikan,
kemudian di cuci dengan
cara di masukkan ke
dalam aquades.
5. DO Meter Untuk mengukur kadar DO meter di nyalakan di
oksigen terlarut di dalam masukan ke dalam larutan
air atau larutan. yang akan di ukur, baca
angka setelah mantap. DO
Satuan: % meter di matikan
kemudian di cuci dengan
cara di masukan ke dalam
aquades.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Kualitas Air


Hasil Pengamatan Rata-rata
No. Nama Alat
U1 U2 U3

1. Turbidimeter 3,92 NTU 2,31 NTU 2,90 NTU 3,04 NTU

2. TDS Meter 163 ppm 165 ppm 162 ppm 163,33 ppm

3. pH Meter 6,2 6,1 6,0 6,1

4. EC Meter 204 µs/cm 206 µs/cm 206 µs/cm 205,33 µs/cm

Keterangan :
EC Meter
< 500 (baik)
500 – 2000 (sedang)
>2000 (jelek)

14
TDS Meter
<1000 (baik)
1000 – 2000 (sedang)
>2000 (jelek)
pH Meter
6,5–7,5 (baik)
5,5–6,4/7,6–8,5 (sedang)

<5,5/8,5 (jelek)
Turbidimeter
65 (baik)

5,25 (sedang)

>25 (jelek)

Kesimpulan :
1. Tingkat kejenuhan air dari tiga sampel diperoleh rata-rata sebesar 3,04 NTU yang

artinya memiliki kualitas yang baik.

2. Kandungan terlarut pada air dari tiga sampel diperoleh rata-rata sebesar 163,33

ppm. Hal ini berarti kandungan terlarut pada sampel menunjukkan kualiatas baik.

3. Kandungan pH pada air pada tiga sampel diperoleh rata-rata 6,1. Hal ini berarti

pH pada sampel menunjukkan kualitas sedang.

4. Daya hantar listrik (DHL) dari tiga sampel diperoleh rata-rata sebesar 205,33

µs/cm. Hal ini berarti DHL pada sampel menunjukkan kualitas baik.

15
B. Pembahasan

Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau

komponen lain di dalam air (Sahabuddin et al., 2014). Kualitas air secara umum

ditunjukkan oleh mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau

keperluan tertentu. Kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain,

sebagai contoh kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk

keperluan air minum (Sudaryono, 2004). Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian

air untuk dipergunakan bagi pemenuhan kebutuhan tertentu bagi kehidupan manusia,

seperti untuk mengairi tanaman, minuman ternak, dan kebutuhan langsung untuk

diminum, mandi, mencuci, dan sebagainya. Kualitas air ditentukan oleh kandungan

sedimen tersuspensi dan bahan kimia yang terlarut di dalam air tersebut (Arsyad

2000).

Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau

komponen lain di dalam air (Yudo, 2010)). Kualitas air secara umum ditunjukkan

oleh mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan

tertentu. Dengan demikian kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan

lain, sebagai contoh kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air

untuk keperluan air minum (Sholihin, 2010).

Kualitas air merupakan istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan

air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan/irigasi,

industri, rekreasi dan sebagainya. Kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk

16
menjamin keamanan dan kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat

diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang

biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna).

Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau komponen

lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter

fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH,

oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya), dan parameter biologi

(keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya) (Effendi, 2003).

Kualitas air memiliki standar sesuai dengan tujuan digunanakannya air tersebut.

Standar kualitas air yang ditetapkan Pemerintah Indonesia diatur melalui Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Peraturan ini klasifikasi mutu air ditetapkan

menjadi IV kelas.

1. Kelas I, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku, air minum, dan

atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

kegunaan tersebut.

2. Kelas II, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana atau

Sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk

mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air

yang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas III, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan

air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukan lain

17
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas IV, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman

dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

kegunaan tersebut (Machdar, 2018).

Peraturan pemerintah nomor 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air

menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air

menurut peruntukannya adalah sebagai berikut (Effendi, 2003) : 1. Golongan A, yaitu

air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan

terlebih dahulu. 2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air

minum. 3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan

dan peternakan. 4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan

pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.

Alat-alat yang digunakan untuk mengetahui kualitas air yaitu pH meter, EC

meter, TDS meter, Turbidimeter dan DO meter:

1. pH meter

pH meter merupakan suatu pernyataan dari konsentrasi ion hidrogen (H+)

di dalam air, besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion

H. Besaran pH berkisar antara 0-14, nilai pH kurang dari 7 menunjukkan

lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan

yang basa, untuk pH =7 disebut sebagai netral (Hardjojo dan Djokosetiyanto,

2005).

18
Fungsinya adalah digunakan untuk mengukur pH (keasaman atau

alkalinitas) dari suatu cairan (meskipun probe khusus terkadang digunakan

untuk mengukur pH zat semi padat). PH meter yang biasa terdiri dari

pengukuran khusus probe (elektroda gelas) yang terhubung ke meteran

elektronik yang mengukur dan menampilkan pH membaca. Prinsip kerja alat ini

yaitu semakin banyak electron pada sampel maka akan semakin bernilai asam

begitu sebaliknya, karena batang pada pH meter berisi larutan elektrolit lemah

(Shmaefsky, 2006). Adapun cara-cara menggunakan alat pH meter dengan

benar, diantaranya:

1. Sediakan larutan yang akan di ukur keasamannya. Siapkan sesuai kebutuhan,

jangan terlalu banyak jangan pula terlalu sedikit, secukupnya saja.

2. Sebelum di ukur, terlebih dahulu perhatikan kadar suhu larutan yang akan di

ukur dengan suhu larutan yang sudah dikalibrasi sebelumnya. Pastikan

keduanya harus sama, misalnya jika suhu larutan yang sudah dikalibrasi

sebesar dua puluh derajat celcius,maka suhu cairan yang akan diukur juga

harus sama.

3. Buka penutup elektroda pada alat ph dengan menggunakan air khusus,

kemudian bersihkan dengan tisu sampai kering.

4. Hidupkan alat pH, lalu celupkan elektroda ke dalam cairan yang akan diukur,

kemudian putar-putar elektroda larut menjadi homogen.

19
5. Kemudian tekan tombol yang bertuliskan MEAS lantas akan muncul kata

HOLD di layar. Lalu tunggu beberapa saat hingga muncul angka PH yang

menunjukan kadar ph pada cairan tersebut. Setelah itu matikan alat tersebut.

Gambar 1.1 PH meter

2. EC meter

Electrical Conductivity (EC) merupakan karakteristik penting dari air atau

air limbah karena DHL merefleksikan tingkat ketidakmurnian atau tingkat

pencemarannya. EC dapat dikatakan sama dengan DHL karena memiliki arti

yang sama. Fungsi pengukuran DHL didasarkan pada kemampuan kation dan

anion untuk menghantarkan arus listrik yang dialirkan ke dalam air. Oleh

karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi,

semakin tinggi pula nilai DHL. Besarnya nilai DHL bergantung kepada

kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi total maupun

relatifnya (Candra, 2007).

Prinsip kerja alat ini adalah banyaknya ion yang terlarut dalam contoh air

berbanding lurus dengan daya hantar listrik. Cara kerja alat ini yaitu alat EC

20
meter dinyalakan, alat ditunggu sampai “Ready”, elektrode dicuci dengan

aquades dan dikeringkan dengan tissue. Elektrode dimasukkan kedalam air

yang akan diukur. Setelah angka yang muncul stabil, kemudian dicatat.Setiap

selesai mengukur, alat dicuci dan dikeringkan.

Gambar 2.1 EC meter

3. TDS meter

TDS atau jumlah zat padat terlarut (total dissolved solids) adalah bahan

padat yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan pengeringan pada

suhu 103°C-105°C dalam portable water kebanyakan bahan bakar terdapat

dalam bentuk terlarut yang terdiri dari garam anorganik selain itu juga gas-gas

yang terlarut. Kandungan total dissolved solids pada portable water biasanya

berkisaran antara 20 sampai dengan 1000 mg/l dan sebagai suatu pedoman

kekerasan dari air akan meningkatnya total solids, disamping itu pada semua

bahan cair jumlah koloit yang tidak terlarut dan bahan yang tersuspensi akan

meningkat sesuai derajat dari pencemaran (sutrisno, 1991).

21
Fungsi TDS Meter ini adalah untuk mengukur kualitas cairan yang

digunakan pada pengairan, pemeliharaan air aquarium, pembuatan air mineral,

air reverse osmosis, air aki, air limbah, air sadah, budidaya hidroponik, koloid

perak, proses kimia, Air destilasi air pada kolam renang, dan juga untuk

mengetahui air minum mana yang aman dikonsumsi tubuh serta biasa juga

untuk mengetahui kualitas air murni. Terlebih dahulu sediakan air yang akan

diuji pada sebuah tempat atau gelas. Selanjutnya celupkan TDS meter kedalam

air tersebut. Selanjutnya akan terbaca angka yang berubah ubah pada layar

displaynya. Pada saat seperti itu sebaiknya ditunggu terlebih dahulu sekitar 2

hingga 3 menit sampai angka digital menjadi stabil. Terdapat beberapa fitur

yang dimiliki diantaranya adalah sangat akurat dan tepat dikarenakan

menggunakan mikroprosesor; memiliki fungsi hold yang digunakan untuk

menyimpan pengukuran, membaca dan merekam; memiliki fungsi auto-off

yang secara otomatis dapat menutup setelah 10 menit tidak digunakan, dengan

demikian mampu menghemat baterai; tampilan besar dan mudah dibaca layar

LCD.

22
Gambar 3.1 TDS meter

4. Turbidimeter

Turbidimeter merupakan alat yang digunakan untuk menguji kekeruhan,

yang biasanya dilakukan pengujian adalah pada sampel cairan misalnya air.

Salah satu parameter mutu yang sangat vital adalah kekeruhan yang kadang-

kadang diabaikan karena dianggap sudah cukup dilihat saja atau alat ujinya

yang tidak ada padahal hal tersebut dapat berpengaruh terhadap mutu. Oleh

sebab itu untuk mengendalikan mutu dilakukan uji kekeruhan dengan alat

turbidimeter. Turbidimeter merupakan salah satu alat yang berfungsi untuk

mengetahui/mengukur tingkat kekeruhan air (Hefni, 2003).

Prinsip umum dari alat turbidimeter adalah sinar yang datang mengenai

suatu partikel ada yang diteruskan dan ada yang dipantulkan, maka sinar yang

diteruskan digunakan sebagai dasar pengukuran (Day and Underwood, 2002).

Alat turbidimeter yang dipraktikan aplikasinya ini cahaya masuk melalui

sample (air keran toilet, air tadah hujan, dan air sungai), kemudian sebagian

23
diserap dan sebagian diteruskan, cahaya yang diserap itulah yang merupakan

tingkat kekeruhan. Maka jika semakin banyak cahaya yang diserap maka

semakin keruh cairan tersebut (Hefni, 2003).

Gambar 4.1 Turbidimeter

5. DO meter

Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut

dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter

penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam

bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam

suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut

memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui

bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat

sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan

mikroorganisme (Fauzi et al., 2003).

Kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh

banyaknya oksigen dalam air. Prinsip kerja Dissolve oxygen meter yaitu

24
berdasarkan fenomena palarografi, yang terjadi kepada dua elektrode katode

dan anode. Cara penggunaan Dissolved oxygen meter cukup mudah hanya

dengan mencelupkan alat Dissolved oxygen meter kedalam sampel air lalu

melihat hasil skala yang sudah tertera pada layar DO Meter (Fauzi et al., 2003).

Gambar 5.1 DO meter

Kriteria air yang bagus digunakan dalam sektor pertanian, antara lain air

tersebut tidak memiliki konsentrasi garam yang tinggi karena dengan tingginya

tingkat konsentrasi garam maka akan meningkatkan tekanan osmotic yang

berpengaruh dalam penghambatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain

itu, air yang bagus digunakan untuk pertanian juga harus memiliki kandungan sodium

yang rendah karena sodium terdapat di koloid tanah dan akan berfluktuasi sesuai

penambahan air irigasi atau air hujan dan sistem koloid tanah, sebab air yang baik

bagi pertumbuhan tanaman adalah yang bersodium rendah. Kriteria lain adalah nilai

pH berkisar antara 6,5 – 8,4 atau pH netral, karena apabila pH tinggi atau lebih dari

8,5 sering ada HCO3- dan CO3- dalam konsentrasi tinggi atau disebut alkalinity.

Selain itu, air yang baik untuk pertanian juga harus memilih nutrisi yang tidak

25
berlebih karena apabila nutrisinya berlebih maka akan mengurangi kualitas hasil

pertanian (Nawawi, 2001).

Salinitas adalah kandungan garam dalam air yang dapat mempengaruhi

potensial osmotis dan pertumbuhan tanaman. Salinitas air irigasi dinyatakan dalam

jumlah kandungan garam terlarut (tingkat salinitas air irigasi berbeda-beda, ada yang

rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi), sedangkan menurut (Redyy,1993). Salinitas

menunjukkan kadar senyawa kimia yang terlarut dalam tanah. Tanah salin adalah

tanah yang mengandung senyawa organik seperti (Na+, Mg2+, K+, Cl+, SO42-,

HC03-, dan CO32-) dalam suatu larutan sehingga menurunkan produktivitas tanah.

Salinitas tanah yang tinggi, akan merusak kesuburan tanah, karena akan mematikan

organisme penyubur tanah seperti bakteri dan cacing tanah. Pada wilayah pertanian

maju cacing tanah diupayakan agar tetap hidup melalui rekayasa lingkungan,

sehingga mampu mengembalikan kesuburan tanah (Lines and Kelly, 2000).

Sodisitas adalah kandungan sodium dalam air yang dapat menimbulkan efek

beracun bagi tanaman. Sedangkan menurut (FAO, 1976), Karakteristik lahan yang

menggambarkan sodisitas adalah kandungan natrium (Na+ ) dapat ditukar, yang

dinyatakan dalam nilai exchangeable sodium percentage atau ESP (%) yaitu dengan

perhitungan : ESP (%) = Nadd x 100 x KTK-1 21 Penyerapan Na + oleh partikel-

partikel tanah akan mengakibatkan pembengkakan dan penutupan pori-pori tanah

yang memperburuk pertukaran gas, dispersi material koloid tanah, struktur tanah,

serta pH tanah menjadi lebih tinggi karena kompleks serapan dipenuhi oleh ion Na+

sehingga persentase ESP pun meningkat.

26
Toksisitas adalah kandungan ion yang spesifik yang dapat menimbulkan

gangguan pada tanaman selain cadmium (boron, Chlor dan beberapa logam berat.

Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam

kemampuannya menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan mekanisme biologi

pada suatu organisme (Wirasuta, 2006).

Menurut Sahabuddin et al. (2014), kualitas air yaitu sifat air dan kandungan

makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dapat

diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang

biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi atau uji kenampakan (bau dan warna).

Kualitas air dapat dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter fisika

(suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen

terlarut, BOD, COD dan sebagainya) dan parameter biologi (keberadaan plankton,

bakteri dan sebagainya).

Manfaat mengetahui kualitas air bagi bidang pertanian adalah sebagai patokan

atau informasi primer dalam menentukan berbagai hal yang berkaitan dengan tingkat

produksi pertanian seperti menentukan tanaman yang cocok baik spesies maupun

kultivar/ varietasnya. Contohnya, pH yang ditolerir oleh cabe tidaklah sama dengan

padi dan bahkan dalam 1 spesies (cabe keriting dan rawit) pun akan berbeda. Selain

itu, kualitas air juga menentukan tahan atau tidaknya tanaman untuk bertahan dalam

cekaman toksin (racun) pada air. Lalu, air yang berkualitas bagi bidang pertanian juga

diharapkan merupakan air yang “subur” yakni air yang mengandung zat organik dan

anorganik atau mikroorganisme baik (positif) sehingga secara tidak langsung dapat

27
menentukan banyaknya biaya untuk membeli pupuk tambahan (Ayers dan Westcot.

1989).

Pengujian kualitas air perlu dilakukan karena pemantauan kualitas air pada

perairan atau irigasi memiliki tujuan sebagai berikut menurut Meynendonckx et al.

(2006) :

1. Mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk parameter fisika, kimia dan biologi.

2. Membandingkan nilai kualitas air tersebut dengan kriteria baku mutu

sesuai dengan PP No. 82 Tahun 2001.

3. Menilai kelayakan suatu sumber daya air untuk kepentingan tertentu.

Hal yang penting untuk diperhatikan dalam air irigasi adalah masalah kualitas

airnya, oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian kualitas air. Pentingnya

mempelajari kualitas air irigasi karena dapat menentukan batasan dan pengunaan dari

air irigasi untuk pertanian, dan juga mengetahui apakah air tersebut tercemar dan

tidak baik digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari juga sebagai air pertanian. Air

irigasi berperan sangat penting dan merupakan salah satu kunci keberhasilan

peningkatan produksi tanaman padi di lahan sawah (Sinaga et al., 2013).

Air irigasi yang baik menurut Nawawi (2001), yaitu air tersebut tidak memiliki

konsentrasi garam yang tinggi (salinitas) karena dengan tingginya tingkat konsentrasi

garam maka akan meningkatkan tekanan osmotik yang berpengaruh dalam

penghambatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, air yang bagus

digunakan untuk pertanian juga harus memiliki kandungan sodium yang rendah

(sodivitas) karena sodium terdapat di koloid tanah dan akan berfluktuasi sesuai

28
penambahan air irigasi atau air hujan dan sistem koloid tanah, sebab air yang baik

bagi pertumbuhan tanaman adalah yang bersodium rendah. Kriteria lain adalah nilai

pH berkisar antara 6,5 – 8,4 atau pH netral, karena apabila pH tinggi atau lebih dari

8,5 sering ada HCO3- dan CO3- dalam konsentrasi tinggi atau disebut alkalinity.

Selain itu, air yang baik untuk pertanian juga harus memilih nutrisi yang tidak

berlebih karena apabila nutrisinya berlebih (toksisitas) maka akan mengurangi

kualitas hasil pertanian.

Air yang digunakan sebagai sumber irigasi harus memenuhi syarat atau baku

mutu kualitas air tertentu agar tidak membahayakan tanaman dan tidak

mempengaruhi hasil tanaman dalam jangka waktu tertentu. Kualitas air irigasi ini

dipengaruhi oleh kandungan sedimen dan unsur-unsur kimia yang terkandung di air.

Karakter fisik seperti suhu juga memiliki pengaruh yang cukup besar bagi

pertumbuhan tanaman ( Kurnia, 2004).

Karakter atau ciri air irigasi yang baik bagi tanaman yaitu setiap bentuk

penggunaan air memerlukan standar kualitas air yang berbeda sehingga indikator

yang diperlukan tidak sama. Indikator kimia yang diukur antara lain meliputi

keasaman, salinitas, beberapa bentuk oksigen, fosfor, nitrogen, pestisida dan logam

berat. Kelompok yang termasuk indikator fisika adalah suhu, kekeruhan dan

sedimentasi. Indikator biologi/ekologi antara lain meliputi bakteri, spesies indikator

akuatik, kesehatan biologi komunitas, keragaman hayati, keragaman fungsional, dan

peralihan habitat (Harker et al., 2004).

29
Penetapan kadar oksigen, tingkat kejenuhan air, kandungan terlarut, dan daya

hantar listrik dapat menggunakan metode pengukuran dengan alat-alat tertentu.

1. Penetapan Daya Hantar Listrik

Electrical Conductivity (EC) merupakan karakteristik penting dari air atau air

limbah karena DHL merefleksikan tingkat ketidakmurnian atau tingkat

pencemarannya. EC dapat dikatakan sama dengan DHL karena memiliki arti yang

sama. Fungsi pengukuran DHL didasarkan pada kemampuan kation dan anion untuk

menghantarkan arus listrik yang dialirkan ke dalam air. Oleh karena itu, semakin

banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL.

Besarnya nilai DHL bergantung kepada kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu,

serta konsentrasi total maupun relatifnya (Candra, 2007).

Prinsip kerja EC meter adalah banyaknya ion yang terlarut dalam contoh air

berbanding lurus dengan daya hantar listrik. Cara kerja alat ini yaitu alat EC meter

dinyalakan, alat ditunggu sampai “Ready”, elektrode dicuci dengan aquades dan

dikeringkan dengan tissue. Elektrode dimasukkan kedalam air yang akan diukur.

Setelah angka yang muncul stabil, kemudian dicatat.Setiap selesai mengukur, alat

dicuci dan dikeringkan.

2. Penetapan Kandungan Terlarut

TDS atau jumlah zat padat terlarut (total dissolved solids) adalah bahan padat

yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan pengeringan pada suhu 103°C-

105°C dalam portable water kebanyakan bahan bakar terdapat dalam bentuk terlarut

yang terdiri dari garam anorganik selain itu juga gas-gas yang terlarut. Kandungan

30
total dissolved solids pada portable water biasanya berkisaran antara 20 sampai

dengan 1000 mg/l dan sebagai suatu pedoman kekerasan dari air akan meningkatnya

total solids, disamping itu pada semua bahan cair jumlah koloit yang tidak terlarut

dan bahan yang tersuspensi akan meningkat sesuai derajat dari pencemaran (sutrisno,

1991).

Langkah yang harus dilakukan menggunakan TDS Meter cukup mudah.

Terlebih dahulu sediakan air yang akan diuji pada sebuah tempat atau gelas.

Selanjutnya celupkan TDS meter kedalam air tersebut. Selanjutnya akan terbaca

angka yang berubah ubah pada layar displaynya. Pada saat seperti itu sebaiknya

ditunggu terlebih dahulu sekitar 2 hingga 3 menit sampai angka digital menjadi stabil.

Terdapat beberapa fitur yang dimiliki diantaranya adalah sangat akurat dan tepat

dikarenakan menggunakan mikroprosesor; memiliki fungsi hold yang digunakan

untuk menyimpan pengukuran, membaca dan merekam; memiliki fungsi auto-off

yang secara otomatis dapat menutup setelah 10 menit tidak digunakan, dengan

demikian mampu menghemat baterai; tampilan besar dan mudah dibaca layar LCD.

3. Tingkat Kejenuhan Air

Turbidimeter merupakan alat yang digunakan untuk menguji kekeruhan, yang

biasanya dilakukan pengujian adalah pada sampel cairan misalnya air. Salah satu

parameter mutu yang sangat vital adalah kekeruhan yang kadang-kadang diabaikan

karena dianggap sudah cukup dilihat saja atau alat ujinya yang tidak ada padahal hal

tersebut dapat berpengaruh terhadap mutu. Oleh sebab itu untuk mengendalikan mutu

dilakukan uji kekeruhan dengan alat turbidimeter. Turbidimeter merupakan salah satu

31
alat yang berfungsi untuk mengetahui/mengukur tingkat kekeruhan air (Effendi,

2003).

Alat turbidimeter yang dipraktikan aplikasinya ini cahaya masuk melalui

sample (air keran toilet, air tadah hujan, dan air sungai), kemudian sebagian diserap

dan sebagian diteruskan, cahaya yang diserap itulah yang merupakan tingkat

kekeruhan. Maka jika semakin banyak cahaya yang diserap maka semakin keruh

cairan tersebut (Hefni, 2003).

4. Kadar Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut

dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter

penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk

konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air.

Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas

yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah

tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu

menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme (Fauzi et al., 2003). Cara

penggunaan Dissolved oxygen meter cukup mudah hanya dengan mencelupkan alat

Dissolved oxygen meter kedalam sampel air lalu melihat hasil skala yang sudah

tertera pada layar DO Meter (Fauzi et al., 2003).

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil dari pegukuran 4

jenis alat ukur. Pengamatan dilakukan 3 kali ulangan pada pengujian yang dilakukan

menggunakan alat. Berikut adalah hasil pengukuran dari praktikum yang dilakukan:

32
Hasil pengukuran daya hantar listrik menggunakan EC meter termasuk dalam

kategori baik yaitu sebesar 205,33 𝜇𝑠. Menurut Morgan (2009), EC meter

memberikan indikasi mengenai larutan yang terkandung dalam nutrisi yang akan

diserap akar. Larutan yang kaya nutrisi, nilai Ecnya akan lebih besar daripada larutan

yang hanya memiliki sedikit nutrisi. Selain nutrisi, konsentrasi ion dan suhu larutan

mempengaruhi nilai EC pada suatu jenis larutan.

Hasil pengukuran bahan terlarut menggunakan TDS meter termasuk dalam

kategori baik yaitu sebesar 163,33 ppm. Menurut Frick (1990), kualitas air yang baik

dengan batas maksimal kandungan TDS nya adalah 2000 ppm. Nilai TDS digunakan

sebagi umpan boiler pada jaringan sistem. Hasil pH yang dihasilkan apabila kurang

dari 6,5 atau lebih dari 9,2 akan menyebabkan beberapa persenyawaan kimia berubah

menjadi racun. (Zulkarnaen, 2005).

Hasil pengukuran menggunakan pH meter termasuk dalam kategori sedang

yaitu sebesar 6,1. Hasil pengukuran tingkat kejenuhan air menggunakan turbidimeter

termasuk dalam kategori yang baik yaitu sebesar 3,04 NTU. Penyediaan air bersih,

selain kuantitasnya, kualitasnya harus memenuhi standar yahg berlaku. Air bersih,

merupakan praktek umum dalam menetapkan kualitas dan karakteristik dikaitkan

dengari sifat baku mutu air tertentu (standar kualitas air). Memperoleh gambaran

yang nyata tentang karakteristik air baku, diperlukan untuk pengukuran sifat-sifat air

atau biasa disebut parameter kualitas air, yang beraneka ragam. Formulasi-formulasi

yang dikemukakan dalam angka-angka standar tentu saja memerlukan penelitian yang

33
kritis dalam menetapkan sifat-sifat dari tiap parameter kualitas air (Hildebrandt, G &

W. Schott. 2001). Parameter kualitas air secara fisik dan kimia, misalnya oksigen

terlarut, (DO), pH air, kandungan organik total, temperatur air, kandungan ion-ion

terlarut dan lain-lain akan mempengaruhi kehidupan organisme lain di perairan

(Pennak, 1953).

34
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum, pengukuran pH sampel air termasuk kategori

sedang yaitu sebesar 6,1. Daya hantar listrik termasuk kategori baik yaitu sebesar

205,33 𝜇𝑠. Kandungan zat terlarut dalam air termasuk kategori baik yaitu 163,33 ppm

, yang artinya tidak banyak kandungan zat beracun. Serta kejenuhan air termasuk baik

karena nilai yang didapat 3,04 NTU.

B. Saran

Saran untuk praktikum kedepannya alat yang sudah rusak secepatnya diganti

dengan yang baru. Praktikan diharapkan memperhatikan dengan baik dan seksama

penjelasan asisten praktikum.

35
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Serial Pustaka IPB Press, Bogor. Barus,
T. A, 2003. Pengantar Limnologi. Jurusan Biologi FMIPA USU, Medan

Day, R. A. dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.


Penerbit Erlangga, Jakarta

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.

Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti., I. Satyawibawa., dan R. Hartono. 2003. Kelapa Sawit


Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran.
Edisi revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Frick, H. 1979. Ilmu dan Alat Ukur Air. Kanisius. Yogyakarta.

Hardjojo, B dan Djokosetiyanto, 2005, Pengukuran dan Analisis Kualitas Air. Edisi
Kesatu, Modul 1- 6, Universitas Terbuka, Jakarta.

Harker, D. B., P.A. Chambers., A.S. Crowe., G.L. Fairchild., dan E. Kienholz,
2004. Understanding Water Quality. In The health of Our Water Toward
Sustainable Agriculture in Canada. Ed. Coote, D.R. and Gregorich,
L.J.Research Branch Agriculture and Agri-Food Canada.

Haslam, S.M. 1995. River Pollution and Ecological Perpective. John Wiley and
Sons, Chichester.

Hildebrandt, G dan W. Schott. 2001. Comparison of direct colony count methods and
the MPN-methode for quantitative detection of Listeria in model and field
conditions. Berliner und Munchener tierarztliche Wochhenschrift. 114 (12) :
453-64.

Kurnia, U. 2004. Prospek pengairan pertanian tanaman semusim lahan kering. Jurnal
Litbang pertanian. 23 (4) : 130-138.

Linsley, R. K., dan J. B. Franzini. 1996. Teknik Sumberdaya Air Jilid 2,diterjemahkan
oleh Djoko Sasongko. Penerbit Erlangga. Jakarta.

36
Machdar, I. 2018. Pengantar Pengendalian Pencemaran: Pencemaran
Air, Pencemaran Udara, dan Kebisingan. Penerbit Deepublish, Yogyakarta.

Meynendonckx, J., G. Heuvelmans, B. Muys, and J. Feyen. 2006. Effects of


Watershed and Riparian Zone Characteristics on Nutrient Concentrations in
The River Scheldt Basin. Hydrol. Earth Syst. Sci. Vol. 10 pp. 913-922.

Morgan, L. 2009. The pH Factor in Hydroponics. Edisi Amy Knoston The Best of
Growing Edge. New Moon publ. Inc. Corvallis.

Nawawi. 2011. Kualitas Air dan Kegunaannya di Bidang Pertanian.


Departemen Pendidikan, Jakarta.

Pennak, R.W. 1953. Freshwater Invertebrates of United Sates. The Ronald Press
Company. New York.

Reddy, M.P.M., 1993. Influence of the Various Oceanographic Parameters on


the Abundance of Fish Catch . Proceeding of International on
workshop on Apllication of Satellite Remote Sensing dor Identifying
and Forecasting Potential Fishing Zones in Developing Countries. India,
7-11 December 1993.

Sahabuddin, H., D. Harisuseno, dan E. Yuliani. 2014. Analisa status mutu air dan
dayatampung beban pencemaran Sungai Wanggu Kota Kendari. Jurnal
Pengairan. 5(1) : 19-28.

Shmaefsky, B.R. 2006. Biotechnology 101. Greenwood Publishing Group, USA.

Sihotang,C. dan Efawani. 2006. Penuntun Praktikum Limnologi. Fakultas Perikanan


Dan Ilmu Kelautan UNRI, Pekanbaru.

Sinaga, I.L., Jamilah, dan Mukhlis. 2013. Kualitas air irigasi di Desa Air
Hitam Kecamatan Limapuluh Kabupaten Batubara. Jurnal Online
Agroekoteknologi. 2 (1) : 186-191.

Subarijanti, H. U. 2005. Pemupukan dan Kesuburan Perairan. Fakultas Perikanan.


Universitas Brawijaya, Malang

Suriawiria, U. 2005. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Penerbit PT.
Alumni, Bandung.

37
Sutrisno, T, 1991. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta, Jakarta.

Zulkarnaen. 2005. Kajian kualitas air sungai kuantan ditinjau dari parameter
fisika, kimia dan biologi di kota kecamatan kuantan tengah kabupaten
kuantan singingi riau. Tesis. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

38
LAMPIRAN

39

Anda mungkin juga menyukai

  • Acara 2 M
    Acara 2 M
    Dokumen24 halaman
    Acara 2 M
    Lukman Andrean
    Belum ada peringkat
  • Acara 4 Insya Allah Bener
    Acara 4 Insya Allah Bener
    Dokumen24 halaman
    Acara 4 Insya Allah Bener
    Lukman Andrean
    Belum ada peringkat
  • Acara 246
    Acara 246
    Dokumen17 halaman
    Acara 246
    Lukman Andrean
    Belum ada peringkat
  • Acara 3 Aji
    Acara 3 Aji
    Dokumen26 halaman
    Acara 3 Aji
    Lukman Andrean
    Belum ada peringkat
  • A1
    A1
    Dokumen19 halaman
    A1
    Lukman Andrean
    Belum ada peringkat
  • TPTT 3
    TPTT 3
    Dokumen20 halaman
    TPTT 3
    Lukman Andrean
    Belum ada peringkat
  • Acara 10
    Acara 10
    Dokumen24 halaman
    Acara 10
    Lukman Andrean
    Belum ada peringkat
  • Acara 1ku
    Acara 1ku
    Dokumen221 halaman
    Acara 1ku
    Lukman Andrean
    Belum ada peringkat
  • Tugas Morfologi Tanah
    Tugas Morfologi Tanah
    Dokumen14 halaman
    Tugas Morfologi Tanah
    Lukman Andrean
    Belum ada peringkat