Anda di halaman 1dari 5

III. 4.c.

KEGIATAN BELAJAR 4
PROSES-PROSES PERKEMBANGAN TANAH
Oleh: Ir.Yeniwarti Dalim, MS dan Dedi Hermon, MP
Tanah merupakan suatu system dinamik yang teratur dimana proses
pembentukan tanah merupakan akibat bahwa dari luar tanah menerima energi
tertentu dan dalam jangka waktu tertentu berubah dengan teratur. Peristiwa
perubahan tanah menurut waktu dikenal dengan perkembangan tanah yang
dapat dibedakan atas 2, yaitu: (1) horizonisasi (perkembangan tanah azazi)
merupakan proses pembentukan horizon tanah dan (2) haplodisasi
(perkembangan tanah khas) merupakan proses pembentukan horizon tanah
dihalangi oleh bentukan-bentukan atau persitiwa khas di dalam tanah.
Horizonisasi
a. Pembentukan Horizon O
Dekomposisi bahan organik dan sintesa senyawa komplek organik baru
dinamakan humifikasi. Dipermukaan tanah akan tertimbun bahan-bahan yang
akan mengalami humifikasi dan campuran hasil-hasil humifikasi. Bahan-bahan
itu terdiri atas daun-daun yang gugur, dahan, ranting, dan batang, serta
vegetasi herba dan sisa-sisa hewan. Dalam proses humifikasi sebagian besar
mineral menjadi bebas sedangkan sebagian lagi dicerna oleh jasad renik,
terabsorbsi dalam sintesa humus dan terlindi ke bawah, sehingga hasil reaksi
ini akan membentuk humus.
Selain proses humifikasi membentuk humus, bahan organik juga dapat
mengalami proses dekomposisi dengan membebaskan CO2, air, gas, mineral-
mineral tertentu yang dinamakan proses mineralisasi. Proses ini terjadi di dalam
horizon O bersama-sama dengan humifikasi. Hanya bedanya kalau humifikasi
menghasilkan asam- asam organik dan bagian acidoid complex humus, maka
sebaliknya mineralisasi menghasilkan bertambahnya basa dengan menambah
basidoid complex humus yang berarti pula mengurangi kemasaman tanah atau
menambah reaksi alkalis.
Dengan demikian horizon O dapat didefenisikan sebagai lapisan tanah
atas yang sebagian besar terdiri dari bahan organik, baik masih segar maupun
telah membusuk di atas horizon mineral. Sebagai batas kandungan bahan
organik horizon ini adalah 30% atau lebih, jika tanah bertekstur liat kandungan
bahan organic >50%, atau kandungan bahan organik >20% jika tanahnya tidak
mengandung partikel lempung. Warna umumnya gelap sampai hitam. Horizon
ini dapat dibedakan atas:
1. Horizon Oi, merupakan horizon organik yang dicirikan oleh bahan organiknya
masih mempunyai cirri dan bentuk terlihat jelas dengan mata biasa serupa
dengan bahan asalnya, seperti tulang daun, batang, sisa tubuh hewan,
hyphae fungi masih terlihat jelas. Lapisan ini dinamakan dengan lapisan
mulsa (mulch).
2. Horizon O2, dicirikan oleh sisa tumbuhan dan hewan sudah menampakan
cirri terlapuka atau sudah terlapuk sehingga bentuknya sudah berubah dari
bentuk bahan asalnya. Horizon ini berwujud penimbunan bahan organic
berwarna hitam yang dinamakan dengan humus.
b. Pembentukan Horizon A (Elluviasi Horizon)
Air yang merembes dari horizon O merupakan sebagai filtrat yang
melarutkan hasil humifikasi dan mineralisasi akan mempengaruhi batuan lapuk
yang terdapat di bawahnya. Reaksi yang ditimbulkan adalah pembebasan asam
dan mineral K, Ca, Mg, Mn, Al, Fe, dan basa lain. Dengan demikian unsur-unsur
tesebut hilang ke lapisan bawah. Jadi secara umum, terbentuknya horizon A
adalah karena proses pemindahan bahan- bahan tanah dari lapisan permukaan
ke lapisan bawah permukaan. Secara morfologi horizon A dicirikan oleh tekstur
yang kasar dan kadar lempung yanag lebih sedikit dari pada horizon di
bawahnya, struktur umumnya butir atau remah, dan konsistensi umumnya lunak
dan gembur. Horizon A dapat dibedakan atas 3, yaitu:
1. Horizon A1, horizon mineral yang terbentuk pada lapisan atas yang
menampakan cirri- ciri pencampuran antara bahan mineral dengan bahan
organik. Partikel mineralnya diselimuti oleh bahan organik sehingga memberi
warna hitam pada horizon
2. Horizon A2, disebut juga dengan horizon elluviasi maksimal, karena kation,
bahan organic, Fe terlindi kelapisan bawah, sehingga pada horizon akan
tertinggal SiO2 kasar. Hal ini menyebabkan horizon lebih berwarna cerah,
tekstur kasar, struktur remah atau butir dan konsistensi umumnya gembur
3. Horizon A3, merupakan horizon peralihan ke horizon B tapi warna lebih
mendekati warna horizon A2. Kalau peralihan horizon kurang jelas dan
hanya menampakan cirri dan warna campuran, maka horizon ini diberi
symbol AB jika beralih ke horizon B atau AC jika beralih ke horizon C
c. Pembentukan Horizon B (Illuviasi Horizon)
Horizon B mulai terbentuk dari dasar (bahan induk) ke atas dengan
dicirikan oleh kamampatan (compactness) karena penimbunan butir-butir halus
dari lapisan atas (horizon A), tekstur halus, dan terjadi akumulasi endapan
CaCO3, MgCO3, gips, dan lain- lain. Horizon B juga dibedakan atas 3, yaitu:
1. Horizon B1 merupakan horizon peralihan dengan horizon A tapi mempunyai
warna dan cirri horizon B
2. Horizon B2 merupakan horizon illuviasi maksimal, sehingga warna tanah
lebih kelam, tekstur halus, dan struktur umumnya padat (gumpal)
3. Horizon B3 juga merupakan horizon peralihan dari horizon B ke horizon C
atau R dengan warna dan ciri lebih mendekati warna dan ciri horizon B2.
Kalau memperlihatkan campuran yang sukar dibedakan dengan horizon C
maka disimbolkan dengan horizon BC atau BR dengan horizon R
d. Pembentukan Horizon C (Bahan Induk)
Horizon ini berupa kerekel atau lapukan awal dari batuan dibawahnya
dan merupakan awal pembentukan dan perkembangan tanah dan tidak
memperlihatkan cirri- ciri horizon A atau horizon B.
e. Lapisan Batuan Induk (Horizon R), merupakan lapisan batuan keras dan
padat dan dianggap sebagai batuan induk tanah

Horizon berbeda dengan lapisan tanah, horizon merupakan lapisan


tanah yang terbentuk akibat proses pembentukan tanah sedangkan lapisan
tanah tidak terbentuk akibat proses pembentukan tanah. Lapisan tanah dapat
dibedakan atas: (1) solum, merupakan lapisan tanah mineral (horizon A dan
horizon B), (2) topsoil, merupakan lapisan tanah paling atas dengan kata lain
keseluruhan dari horizon A yang kaya akan bahan organic, (3) surface soil,
merupakan lapisan tanah permukaan yang digunakan untuk pengolahan tanah,
(4) sub surface soil, merupakan bagian horizon A yang terdapat di bawah
surface soil, (5) sub soil, merupakan keseluruhan dari horizon B, dan (6)
substratum, merupakan lapisan di bawah solum baik horizon C atau R.
HORIZON TANAH LAPISAN TANAH
HORIZON O1

HORIZON O2 ^ HORIZON ORGANIK \ 1

HORIZON A1 HORIOZON ELLUVIASI t k> kt k


Surface Soil

HORIZON A2 Topsoil I
^
HORIZON A3 HORIZON MINERAL Solum t k Sub Surface Soil
>< \ F
HORIZON B1 HORIZON ILLUVIASI t K

HORIZON B2 Subsoil

HORIZON B3 ^ ^-----------------------------------A y*> F

HORIZON C (BAHAN INDUK) 1 BAHAN ASAL TANAH >k


Substratum
R (BATUAN INDUK) \T

Gambar 16. Perbedaan Horizon Tanah dengan Lapisan Tanah


(Darmawijaya, 1990; dimodifikasi oleh Dalim dan Hermon, 2005)

Haplodisasi
Haplodisasi dikenal juga dengan istilah perkembangan tanah khas,
yang menyebabkan terbentuknya jenis-jenis tanah tertentu dan merupakan
pengkhususan dari proses perkembangan horizonisasi. Proses haplodisasi
dapat dibedakan atas:
a. Penambahan Bahan Organik dan Mineral ke Dalam Tanah Baik Dalam
Bentuk Padat, Cair, Maupun Dalam Bentuk Gas
Proses merupakan proses yang dapat meningkatkan produktifitas
tanah, antara lain: (1) pengkayaan (enrichment), berarti penambahan bahan
tanah ke dalam suatu horizon, (2) kumulisasi, merupakan penimbunan bahan
mineral di permukaan tanah baik uleh air maupun oleh angin, (3) melanisasi,
merupakan penambahan bahan organik ke dalam tanah sehingga warna
tanah menjadi hitam, dan (4) littering, merupakan akumulasi bahan organik
kasar di atas permukaan tanah.
1. Kehilangan Bahan Organik dan Mineral dari Dalam Tanah Baik Dalam
Bentuk Padat, Cair, Maupun Dalam Bentuk Gas
Proses ini merupakan peristiwa pemiskinan tanah dari unsur-unsur
kesuburan tanah, antara alin: (1) pencucian (leaching), merupakan peristiwa
hilangnya unsur-unsur tanah akibat dihanyutkan oleh infiltrasi air dan (2) erosi
permukaan, merupakan pengikisan dan penghanyutan lapisan atas tanah
akibat run off.
2. Pemindahan Bahan-Bahan Tanah dari Suatu Lapisan ke Lapisan Lain
Proses ini merupakan perpindahan behan-bahan tanah dalam solum
tanah, baik dari lapisan bawah ke lapisan atas atau sebaliknya, diantranya
adalah proses: (1) elluviasi, merupakan pemindahan bahan-bahan tanah dari
horizon A ke horizon B, sehingga horizon A termiskinkan, (2) illuviasi,
merupakan penimbunan bahan-bahan yang dipindahkan dari horizon A,
umumnya terjadi di horizon B, (3) decalcifikasi, merupakan pemindahan CaCO3
dari suatu horizon ke horizon lain, (4) calcifitasi, merupakan proses akumulasi
CaCO3 dalam horizon tanah, (5) salinisasi, merupakan akumulasi garam-garam
mudah larut dalam horizon tanah, seperti garam sulfat, Ca, Mg, Na, dan K, (6)
desalinisasi, merupakan pemindahan garam-garam mudah larut dari suatu
horizon ke horizon lain, (7) alkalinisasi (solonisasi), akumulasi Na dalam solum
tanah, (8) dealkalinisasi, merupakan pencucian Na dalam solum tanah, (9)
lessivage, merupakan pencucian liat halus dalam bentuk suspensi melalui
retakan-retakan atau pori tanah, (10) pedoturbansi, merupakan pencampuran
secara biologik tanah akibat aktifitas hewan-hewan tanah sehingga tanh
menjadi homogen, (11) podzolisasi, merupakan pemindahan Al dan Fe secara
kimia sehingga Si tertinggal pada horizon permukaan, (12) desilikasi (feralisasi;
feritisasi; silitisasi), merupakan pemindahan silica secara kimia ke luar dari
solum tanah, sehingga kosentrasi Al dan Fe meningkat dalam tanah, (13)
leucinisasi, merupakan pembentukan horizon pucat akibat pencucian bahan
organik, dan (14) gleisasi, merupakan reduksi besi dalam keadaan an aerob.
3. Perubahan Bentuk Bahan-Bahan Mineral atau Bahan Organik dalam Tanah
Yang tergolong proses ini adalah podzolisasi, desilikasi, dan gleisasi,
walaupun ketiga proses ini juga tergolong pada proses pemindahan bahan-
bahan tanah, selain itu juga ada proses: (1) dekomposisi, merupakan
penghancuran bahan mineral atau bahan organic, (2) mineralisasi, yaitu
pelepasan unsur-unsur karena dekomposisi bahan organik, (3) humifikasi,
perubahan bahan organik kasar menjadi humus, (4) loosening, merupakan
bertambahnya pori-pori tanah akibat aktivitas tanaman, hewan, dan manusia,
dan (5) hardening, berkurangnya pori-pori tanah akibat pemadatan tanah.

Anda mungkin juga menyukai