Anda di halaman 1dari 18

BAB III

IDENTIFIKASI TANAH DAN SIFAT-SIFAT FISIKA TANAH


3.1. Sifat-sifat morfologi tanah

Morfologi tanah mencakup : horisonisasi, warna tanah, konsistensi, struktur, tekstur


tanah, drainase, dan lain-lain

a. Solum tanah
Solum tanah adalah kedalaman lapisan tanah dari permukaan hingga bahan induk
tanah. Solum tanah tidak dapat direkayasa, karena kedalaman solum tanah tergantung
dari perkembangan tanah (umur tanah), sehingga solum tanah merupakan faktor yang
permanen. Sedangkan profil tanah adalah penampang melintang (vertikal) tanah yang
terdiri atas lapisan tanah (solum) dan lapisan bahan induk.
Solum tanah terdiri dari beberapa lapisan berbeda yang disebut horizon. Lapisan-
lapisan tersebut umumnya hanya terdiri dari horizon A dan horizon B. Pada lapisan A yang
disebut horizon elluviasi, biasanya kaya dengan kandungan organik (campuran humus dan
tanah) namun kandungan ini akan semakin menurun hingga lapisan tanah sebelah bawah
(regolith bedrock). Horizon /Lapisan atas dapat dibedakan menjadi 4 yaitu :
a) Horizon A1 merupakan bahan mineral campuran dengan humus, berwarna gelap.
b) Horizon A2 (E) merupakan horizon pencucian berwarna putih yang tinggal hanya
SiO2
c) Horizon A3 merupakan horizon peralihan ke horizon B, tetapi pada umumnya lebih
menyerupai horizon A
d) Horizon B merupakan lapisan illuviasi (penimbunan bahan-bahan yang tercuci
dari horizon A, antara lain : liat, Fe, Al dan bahan organik.

Gb . Horizon yang terdapat di solum tanah


Keterangan tentang deferensiasi horizon :
 O Horizon - Bagian atas, lapisan tanah organik, yang terdiri dari humus daun dan
alas (decomposed masalah organik).
 A Horizon - juga disebut lapisan tanah, yang ditemui di bawah cakrawala O dan E
di atas cakrawala. Bibit akar tanaman tumbuh dan berkembang dalam lapisan
warna gelap. Itu terdiri dari humus (decomposed masalah organik) dicampur
dengan partikel mineral.
 E Horizon – disebut juga horizon eluviation (leaching) adalah lapisan warna terang
dalam hal ini adalah lapisan bawah dan di atas A Horizon B Horizon. Hal ini terdiri
dari pasir dan lumpur, setelah kehilangan sebagian besar dari tanah liat dan
mineral sebagai bertitisan melalui air tanah (dalam proses eluviation).
 B Horizon - disebut juga lapisan tanah sebelah bawah – horizon ini adalah lapisan
bawah dan di atas E Horizon C Horizon. Mengandung tanah liat dan mineral
deposit (seperti besi, aluminium oxides, dan calcium carbonate) yang diterima dari
lapisan di atasnya ketika terlapuk dan mengalir bersama air dari tanah di lapisan
atas. Horizon ini juga biasa disebut horizon illuviasi (tempat terjadinya
penimbunan partikel yang berasal dari pencucian lapisan di atasnya).
 C Horizon - disebut juga regolith: di lapisan bawah dan di atas Horizon B. R
Horizon terdiri dari sedikit rusak bedrock-up. Tanaman akar tidak menembus ke
dalam lapisan ini, sangat sedikit bahan organik yang ditemukan di lapisan ini.
 R Horizon – disebut juga the unweathered rock (bedrock) yang lapisan bawah
semua lapisan lainnya.

Batas bawah yang memisahkan dari bahan bukan tanah yang terletak dibawahnya,
adalah yang paling sulit ditetapkan. Tanah tersusun dari horizon-horizon dekat permukaan
bumi yang berbeda kontras tehadap bahan induk di bawahnya, telah mengalamiperubahan
interaksi antara iklim, relief dan jasad hidup selama waktu pembentukannya.

b. Warna Tanah
Warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah tersebut dengan warna
standar pada buku Munsell Soil Color Chart. Diagram warna baku tsb disusun atas 3
variabel, yaitu (1) Hue, (2) Value, da (3) Chrome.
Warna tanah yang bervariasi dapat digambarkan sebagai petunjuk mengenai sifat-sifat
tanah yaitu kandungan bahan organik, kondisi drainase dan aerase tanah. Warna tanah
juga digunakan untuk klasifikasi tanah dan mencirikan perbedaan horizon-horizon dalam
tanah berdasarkan perbedaan warna tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi warna
tanah adalah : 1. kandungan bahan organik 2. sistem drainase 3. jenis mineral besi.
Warna gelap tanah pada umumnya disebabkan kandungan bahan organik yang tinggi.
Bahan organik dalam tanah akan menghasilkan warna kelabu gelap dan coklat gelap
kecuali terdapat pengaruh mineral seperti besi oksida ataupun akumulasi garam-garam
sehingga sering terjadi modifikasi warna-warna tersebut. Pada tanah yang memiliki sistem
drainase yang jelek biasanya terjadi akumulasi bahan organik pada lapisan atas tanah
sehingga memberikan warna gelap. Pada lapisan tanah yang lebih rendah mengandung
lebih sedikit bahan organik akan memberikan warna agak kelabu ringan. Jika pada lapisan
terjadi fluktuasi air (air turun-naik) maka pada lapisan ini akan terlihat karatan atau bercak
berwarna kuning. Jika permukaan air tanah menurun akan menyebabkan aerasi tanah
membaik, kelembaban dan temperatur juga lebih baik yang mengakibatkan
berlangsungnya aktifitas kimia. Mineral-mineral besi dalam tanah seperti goethit akan
memberikan warna kuning pada tanah dan hematit akan memberikan warna merah.
Warna tanah dengan akurat dapat diukur dengan sifat-sifat prinsip warnanya, yaitu
Hue, Value, dan Chroma. Warna tanah ditentukan dengan membandingkan tanah-tanah
dengan sebuah tabel warna baku yang ada di Munsell Soil Color Chart yang berisi 175
warna yang disusun secara sistematik pada 7 label yang sesuai dengan Hue, Value, dan
Chroma. Hue adalah panjang gelombang dominan atau warna dari cahaya. Value disebut
juga kekerasan cahaya atau brilliance adalah jumlah total cahaya. Chroma adalah
kemurnian relative (relative purity) dari panjang gelombang cahaya yang dominan.
Warna ini meningkat dengan menurunnya proporsi sinar putih. Notasi warna
menurut Munsell merupakan angka numerik yang sistematis dan terdapat huruf-huruf
penunjukan tiap variable sifat warna. Hubungan-hubungan antara satu warna dengan yang
lainnya ditunjukkan dengan menggunakan tabung kubus padat, dimana Hue, Value dan
Chroma diletakkan sepanjang ketiga sumbu. Tiap warna mewakili titik dalam kubus ini
selengkapnya akan memiliki tiga koordinat dari titik tersebut. Ketiga sifat-sifat tersebut
selalu memberikan urutan-urutan Hue, Value dan Chroma. Misalnya dalam notasi Munsell
10 YR 6/4, 10 YR adalah Hue, 6 adalah Value dan 4 adalah Chroma. Warnanya coklat
kuning yang terang. Notasi Munsell untuk contoh tanah secepatnya dapat ditetapkan
dengan membandingkan warna contoh tanah dengan warna tanah standart pada colour-
chart. Yang biasanya dipakai adalah Munsell Soil colour Chart yang dipakai oleh USDA
(Amerika).

c. Suhu Tanah
Jika temperatur tanah turun secara drastis, maka kehidupan jasad hidup di dalam
tanah turun aktifitasnya sehingga akhirnya proses kehidupan jasad-jasad itu terhenti. Hal
yang sama juga terjadi pada tanaman-tanaman yang tumbuh pada tanah itu. Proses
pertumbuhan kebanyakan tanama-tanaman pertanian yang penting akan sangat lambat
jika temperatur tanah 40oF dan giat kembali jika temperature 70-90oF.. Temperatur tanah
juga sangat menentukan proses-proses kimiawi dan aktifitas jasad-jasad renik yang dapat
merombak hara-hara tanaman menjadi bentuk tersedia bagi tanaman. Pertumbuhan
tanaman juga ditentukan oleh sistem aerasi tanah yang baik dan juga oleh temperatur.
Keseimbangan panas tanah terdiri dari peristiwa berganti-ganti dari peningkatan dan
penurunan energi panas. Radiasi sinar matahari yang diterima oleh permukaan tanah
sebagiannya akan direfleksikan kembali ke udara (atmosfer) dan sebagian diabsorbsi
tanah. Tanah-tanah berwarna gelap dan tanah-tanah mengandung kwarsa yang banyak
dan berwarna terang akan mengabsorbsi kira-kira 30-80 % radiasi yang masuk. Dari
jumlah total radiasi matahari yang tersedia untuk bumi, sekitar 34% akan direfleksikan
kembali ke ruang angkasa, 19% diabsorbsi atmosfer dan 47% diabsorbsi oleh bumi. Panas
yang diabsorbsi tanah akan hilang kembali melalui : a. penguapan (evaporasi) b. re-radiasi
ke atmosfer sebagai radiasi gelombang panjang c. pemanasan udara di atas tanah d.
pemanasan tanah sendiri. Tanah yang tinggi kandungan airnya akan panas perlahan-lahan
dalam musim penghujan, tetapi akan cepat panas bila di musim kemarau. Drainase sangat
penting dan mempengaruhi temperatur tanah. Suhu tanah dapat dikontrol dengan
pembuangan air berlebihan dengan pembuatan parit-parit drainase, perlindungan tanah
dengan tanaman dan penggunaan mulsa. Pengaruh mulsa organik yang berwarna terang
bagi tanah : a. memantulkan sebagian radiasi matahari b. memperlambat hilangnya panas
oleh radiasi c. meningkatkan infiltrasi air dan d. mengurangi evaporasi air di permukaan
tanah. Penggunaan mulsa plastik yang berwarna gelap akan memberikan pengaruh pada
tanah sebagai berikut : a. mengabsorbsi sebagian besar radiasi b. mengurangi hilangnya
panas dari tanah oleh radiasi matahari c. mengurangi evaporasi air dari permukaan tanah.
Selain itu sering digunakan mulsa plastik yang jernih yang berguna untuk meningkatkan
temperatur tanah di daerah musim panas yang dingin

d. Struktur tanah
Struktur tanah ialah susunan partikel-partikel tanah membentuk pola keruangan.
Proses yang terlibat dalam pembentukan struktur tanah ialah agregasi tanah, dengan atau
tanpa diikuti sementasi. Agregasi adalah peristiwa elektrokinetik pengendapan partikel
tanah dari suspensi. Pengendapan terjadi karena partikel-partikel tanah mengelompok
sehingga memperoleh massa yang lebih besar. Pengelompokan dapat terjadi karena
potensial zeta partikel-partikel tanah menurun yang menyebabkan gaya tolak antar partikel
mengecil sehingga gaya tarik gravitasi antar massa partikel dapat bekerja. Potensial zeta
adalah muatan listrik negatif partikel. Potensial ini dapat turun karena sebagian atau
seluruh muatan listrik negatif dinetralkan oleh kation-kation yang terjerap. Gaya tarik
gravitasi antar partikel dinamakan gaya van der waals. Gaya ini timbul karena elektron-
elektron dalam atom/molekul bertetangga bergerak menyesuaikan diri satu dengan yang
lain. Daya penetral kation makin kuat dengan makin besar martabatnya dan dengan makin
dekat jarak antara kation dan partikel tanah. Katin Ca2+ dan Mg2+ berdaya penetral lebih
kuat daripada kation Na+. Hal ini disebabkan karena Ca2+ dan Mg2+ bermartabat lebih
besar daripada Na+ dan kedua kation divalen tersebut dapat terjerap lebih dekat pada
partikel tanah karena selaput hidratasi mereka lebih tipis daripada selaput Na+. Ion Na
dengan daya pengimbang kecil dan selaput hidratasi tebal bahkan cenderung
mendispersikan partikel-partikel dalam suspensi atau memantapkan partikel tanah dalam
keadaan terdispersi. Selaput hidratasi yang tebal menghalangi partikel-partikel tanah saling
mendekat. Agregasi ialah peristiwa penggabungan jonjot-jonjot tanah menjadi gumpalan.
Jonjot tanah tergabung oleh kohesi (tarikan molekuler) dan adhesi (tegangan permukaan).
Tegangan permukaan dibangkitkan oleh tarikan oleh molekul tanah dan molekul air.
Masalah kohesi dan adhesi akan dibahas lanjut dalam uraian tentang konsistensi tanah.
Agregasi dapat diikuti oleh sementasi, yaitu perekatan partikel-partikel yang tergumpal oleh
suatu bahan. Bahan perekat dapat berupa semen anorganik (selaput lempung,
seskuioksida atau endapan kalsium karbonat), semen organik (lendir bakteri, eksudat akar,
hasil pencernaan fauna tanah, atau hasil dekomposisi bahan organik seperti lemak, lilin,
lignin, protewin dan damar), dan pengikat berupa jaringan organisme berbentuk
benang(rambut akar dan miselium jamur serta aktinomisetes). Sementasi sangat
memperkokoh agregasi sehingga tidak mudah terceraikan atau terdispersi. Penjonjotan
menjadi prasyarat agregasi dan agregasi menjadi prasyarat sementasi. Struktur tanah
adalah sifat fisik tanah, tetapi pembentukannya berlangsung secara fisikokimia dan banyak
melibatkan proses biologi.
Struktur tanah menggambarkan susunan atau agregasi gumpal tanah menjadi bentuk-bentuk
tertentu. Kondisi struktur berhubungan dengan tingkat kegemburan atau keremahan tanah. Selain
berdasarkan derajat kekuatan agregatnya, struktur tanah dapat dibedakan berdasarkan bentuknya
atau sering disebut tipe dan kelas struktur. Kita mengenal tujuh tipe kelas struktur, sebagai berikut.
Struktur tanah dapat diklasifikasikan menurut :
A. Bentuk :
1. Granuler, satuan struktur membentuk membola, partikel-partikel tersusun lebih rapat,
berpori lebih sedikit; contoh horison tanah permukaan berwarna gelap
2. Lempeng (platy), yaitu bentuk gumpal tanah yang menyerupai lempengan-lempengan
pipih atau keping. Berdasarkan ketebalannya, tipe lempeng terdiri atas lima kelas struktur,
yaitu:
 sangat tipis, jika ketebalan lempengnya kurang dari 1 mm;
 tipis, jika ketebalan lempengnya berkisar antara 1–2 mm;
 sedang, jika ketebalan lempengnya berkisar antara 2–5 mm;
 kasar, jika ketebalan lempengnya berkisar antara 5–10 mm;
 sangat kasar, jika ketebalan lempengnya lebih dari 10 mm.
3. Tiang Prismatik, yaitu bentuk agregat yang ujung atau rusuknya bersegi. • prismatik,
bidang atas tiang mendatar; contoh horison bawah tanah yang terbentuk di kawasan iklim
kering sampai setengah kering Berdasarkan ukurannya, tipe tiang prismatik dibedakan
atas lima kelas struktur, yaitu:
 sangat halus, jika ketebalannya kurang dari 10 mm;
 halus, jika ketebalannya berkisar antara 10–20 mm;
 sedang, jika ketebalannya berkisar antara 20–50 mm;
 kasar, jika ketebalannya berkisar antara 50–100 mm;
 sangat kasar, jika ketebalannya lebih dari 100 mm.
4. Tiang Kolumner, yaitu bentuk agregat yang rusuknya bersegi tetapi bagian ujungnya
membulat. satuan struktur bersumbu tegak lebih panjang daripada sumbu datar, berpori
terbatas, terutama berarah tegak.. • Kolumner, bidang atas tiang cembung; contoh horison
bawah tanah terbentuk di kawasan iklim kering sampai setengah kering berkejenuhan Na
tinggi - lempeng, satuan struktur bersumbu tegak lebih pendek daripada sumbu datar,
berpori terbatas, terutama berarah mendatar; contoh horison tanah di bawah horison
permukaan berwarna pucat. Berdasarkan ukurannya, tipe tiang prismatik dibedakan atas
lima kelas struktur, yaitu:
 sangat halus, jika ketebalannya kurang dari 10 mm;
 halus, jika ketebalannya berkisar antara 10–20 mm;
 sedang, jika ketebalannya berkisar antara 20–50 mm;
 kasar, jika ketebalannya berkisar antara 50–100 mm;
 sangat kasar, jika ketebalannya lebih dari 100 mm.
5. Gumpal Bersudut, yaitu bentuk agregat tanah yang rusuk-rusuknya bersegi tajam, dan
gumpal membulat yaitu yang rusuknya bersegi tapi tidak terlalu tajam. satuan struktur
berbentuk bak-kubus, partikel-partikel tersusun rapat, berpori sedikit; contoh horison
bawah tanah yang terbentuk di kawasan beriklim/ bermusim kemarau tegas • gumpal
membulat, kubus bersudut tumpul dan berbidan cembung, berpori lebih banyak • gumpal
menyudut, kubus menyudut tajam dan berbidang rata, berpori lebih sedikit. Berdasarkan
ukurannya, tipe gumpal bersudut dan membulat dapat dibedakan menjadi lima kelas
struktur, yaitu:
 sangat halus, jika ukurannya kurang dari 5 mm;
 halus, jika ukurannya berkisar antara 5–10 mm;
 sedang, jika ukurannya berkisar antara 10–20 mm;
 kasar, jika ukurannya berkisar antara 20–50 mm;
 sangat kasar, jika ukurannya lebih dari 50 mm.
6. Sferoid (polyeder Kersal) dan Sferoid remah, yaitu yang bentuknya remah gembur
dan berporus. satuan struktur berbentuk membola, partikel-partikel tersusun longgar,
berpori banyak; contoh horison tanah permukaan yang kaya bahan organik Berdasarkan
ketebalannya, tipe ini dibedakan atas lima kelas struktur, yakni:
 sangat halus, jika ketebalannya kurang dari 2 mm;
 halus, jika ketebalannya berkisar antara 1–2 mm;
 sedang, jika ketebalannya berkisar antara 2–5 mm;
 kasar, jika ketebalannya berkisar antara 5–10 mm;
 sangat kasar, jika ketebalannya lebih dari 10 mm.
7. Tidak berstruktur, terdiri atas bentuk butir tunggal dan pejal (massif).Satuan struktur
alami tidak terbentuk atau samar - kersai, partikel tunggal tidak teragregasi; contoh tanah
pasir - pejal, partikel-partikel memadu secara merata; contoh kerak tanah dan lapisan
padas Pada umumnya struktur tanah ini terdapat pada horizon A dan B pada tanah yang
belum berkembang, mis. Tanah Entisol.

B. Berdasarkan Ukuran : besar rata-rata satuan struktur dipilahkan menjadi lima kelas
ukuran, yaitu : sangat halus, halus, sedang, kasar dan sangat kasar. Batasan kelas ukuran
berbeda untuk bentuk struktur masing-masing. Tabel 3.2 memuat batasan kelas ukuran
menurut Soil Survey Division Staff (1993).

Tabel Klasifikasi Ukuran Struktur Tanah


Kelas ukuran Bentuk struktur
(mm) lempeng Tiang gumpal Remah & granuler
Sangat halus <1 <10 <5 <1
Halus 1-2 10-20 5-10 1-2
Sedang 2-5 20-50 10-20 2-5
Kasar 5-10 50-100 20-50 5-10
Sangat kasar >10 >100 >50 >10

C. Tingkat agregasi : bagian fraksi debu dan liat yang teragregasi menjadi gumpalan
berukuran lebih besar daripada fraksi debu, dinyatakan dengan persen berat terhadap
berat total fraksi debu dan liat.

e. Kemantapan agregat :
Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan
pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Seorang ahli
tanah yang lain menyatakan bahwa, Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-
rata agregat tanah melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau
penggenangan air. Kemantapan tergantung pada ketahanan jonjot tanah melawan
daya dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatanKemantapan tergantung
padaketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan sementasi
atau pengikatan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kemantapan agregat
antara lain bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat,
serta tingkat agregasi tanah. Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung pada
keutuhan tenaga permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan
antarkoloid-partikel di dalam agregat pada saat basah. Pentingnya peran lendir
(gum) microbial sebagai agen pengikat adalah menjamin kelangsungan aktivitas
mikroba dalam proses pembentukan ped dan agregasi.

Struktur tanah disyarati oleh tekstur, adanya bahan organik dan bahan-bahan
perekat lain serta nisbah atau perbandingan antara berbagai kation yang ada dalam tanah.
Struktur tanah berpengaruh penting atas regim udara dan air dalam tanah, antaran hidrolik
dan konsekuensinya yang berpengaruh atas pertumbuhan akar dan kegiatan biologi dalam
tanah.
Kemantapan agregat sangat penting bagi tanah pertanian dan kehutanan. Agregat
yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Agregat
dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk perkembangan akar tanaman melalui
pengaruhnya terhadap porositas, aerasi dan daya menahan air. Tanah yang agregatnya,
kurang stabil bila terkena gangguan maka agregat tanah tersebut akan mudah hancur.
Butir-butir halus hasil hancuran akan menghambat pori-pori tanah sehingga bobot isi tanah
meningkat, aerasi buruk dan permeabilitas menjadi lambat. Kemantapan agregat juga
sangat menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Kemampuan agregat untuk
bertahan dari gaya perusak dari luar (stabilitas) dapat ditentukan secara kuantitatif melalui
Aggregate Stability Index (ASI). Indeks ini merupakan penilaian secara kuantitatif terhadap
kemantapan agregat (Santi, 2008).

Beberapa Tinjauan Pustak


Agregat tanah merupakan partikel-partikel primer di dalam tanah tergabung dalam
suatu kelompok yang dinamakan sebagai agregat tanah, yang merupakan satuan dasar
struktur tanah (Baveretal.,1972;Theng, 1987). Agregat terbentuk diawali dengan suatu
mekanisme yang menyatukan partikel-partikel primer membentuk kelompok atau gugus
(cluster) dan dilanjutkan dengan adanya sesuatu yang dapat mengikat menjadi lebih kuat
(sementasi). Pembentukan agregat tanah melalui proses penjonjotan yang dilanjutkan
dengan agregasi dengan atau tanpa diikuti proses sementasi (Baveretal., 1972;
Notohadiprawiro, 1996).
Kemantapan agregat merupakan kemampuan agregat tanah untuk bertahan
terhadap pengaruh tetesan air hujan atau pembenaman dalam air. Pengukuran
kemantapan agregat dapat dilakukan dengan metode pengayakan basah dan pengayakan
kering (kuantitatif) atau dengan metode pembenaman dalam air dan alkohol (kualitatif)
(Septiawan, 1987).
Agregat yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan
tanaman. Agregat dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk perkembangan akar
tanaman melalui pengaruhnya terhadap porositas, aerasi dan daya menahan air. Pada
tanah yang agregatnya, kurang stabil bila terkena gangguan maka agregat tanah tersebut
akan mudah hancur. Butir-butir halus hasil hancuran akan menghambat pori-pori tanah
sehingga bobot isi tanah meningkat, aerasi buruk dan permeabilitas menjadi lambat
(Septiawan, 1987).
Kemantapan agregat sangat menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi.
Kemampuan agregat untuk bertahan dari gaya perusak dari luar (stabilitas) dapat
ditentukan secara kuantitatif melalui Aggregate Stability Index (ASI). Indeks ini merupakan
penilaian secara kuantitatif terhadap kemantapan agregat. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kemantapan agregat antara lain pengolahan tanah, aktivitas
mikroorganisme tanah, dan penutupan tajuk tanaman pada permukaan tanah yang dapat
menghindari splash erotion akibat curah hujan tinggi.
Kemantapan agregat merupakan sifat fisik tanah yang memanifestasikan
ketahanan agregat tanah terhadap pengaruh disintegrasi oleh air dan manipulasi
mekanik (Juryetal., 1991) cit (Septiawan, 1987). Oleh karena itu pengukuran aggregat
yang berkaitan dengan pengaruh dispersif air sangat relevan untuk dilakukan.
Pengukuran kemantapan bisa dibatasi pada hanya agregat makro, agregat mikro,
bahan yang dapat didispersikan, atau dapat meliputi rentang ukuran aggregate yang
luas. Hasil pengukuran akan sangat ditentukan oleh kelas ukuran agregat dan kadar
air awal dari agregat yang digunakan, serta kondisi bagaimana pembasahan itu
terjadi (Kay dan Angers, 2000) cit (Septiawan, 1987). Kemantapan agregat dipengaruhi
oleh banyak faktor, diantaranya jenis dan kadar Iiat, bahan organik. serta jenis dan
jumlah kation terjerap.

g. Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah menyatakan daya bahan tanah melawan gaya tusuk, deformasi
atau gaya pematahan. Konsisitensi merupakan ungkapan mekanik daya ikat antar partikel
yang berkaitan dengan tingkat dan macam kohesi dan adhesi. Ini berarti konsistensi oleh
kadar air tanah. Faktor-faktor lain yang berpengaruh adalah bahan-bahan penyemen
agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi. Konsistensi berkaitan
erat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur tanah, seperti tekstur, macam liat,
dan kadar bahan organik. Tanah bertekstur sama dapat berbeda konsistensinya karena
berbeda macam liatnya.
Kohesi diwujudkan oleh tarikan molekuler yang terdapat pada tanah yang berpermukaan
jenis besar, partikel-partikel tanah terletak dengan permukaan terluasnya saling
berhadapan dan partikel-partikel berada dekat satu dengan yang lain. Kohesi paling besar
terdapat dalam tanah kering dan menurun tajam dengan masuknya air di sela-sela partikel
tanah
Adhesi diujudkan oleh tegangan permukaan yang timbul pada antarmuka antara
air dan udara dalam pori-pori tanah. Besarnya adhesi ditentukan oleh tegangan permukaan
tiap satuan bidang singgung dan luas bidang singgung. Pada kadar air terbatas, tegangan
permukaan pada tiap satuan bidang singgung tinggi (meniskus air sangat cekung), akan
tetapi luas bidang singgung sempit, maka kekuatan adhesi kecil. Kenaikan kadar air
memperluas bidang singgung dan hanya menurunkan sedikit tegangan permukaan tiap
satuan bidang singgung, maka kekuatan adhesi meningkat. Kenaikan kadar air lebih lanjut
meningkatkan luas bidang singgung dan menurunkan secara tajam tegangan permukaan
tiap satuan bidang singgung (kecepatan meniskus air sangat berkurang). Akibatnya
kekuatan adhesi hilang dan tanah berubah menjadi lumpur. Gambar 3-3 di bawah
menunjukkan hubungan kohesi dan adhesi dengan kadar air dan konsekuensinya atas
konsistensi tanah. Oleh karena konsistensi bergantung pada kadar air, perbandingannya
harus dikerjakan pada keadaan lengas yang sama. Gambar 3-3. Hubungan Kohesi dan
Adhesi dengang kelembaban Tanah dan Konsekuensinya atas konsistensi Tanah
Konsistensi dapat dibagi menurut tingkat kebasahan tanah : 1. Tanah kering. Tanah
berada pada tahana padat, tingkat nisbi konsistensi sangat tinggi dengan sifat sangat
keras, keras, teguh atau rapuh, tergantung pada jumlah tapak singgung antarpartikel tiap
satuan volum dan daya tumpu tinggi dengan pengukuran penetrometer. Kohesi menjadi
pelaku utama. 2. Tanah lembab. Tanah berada pada tahana setengah padat, tingkat nisbi
konsistensi rendah dengan sifat lunak atau gembur dan agak lekat atau tidak lekat dan
daya tumpu cukup tinggi. Kohesi sama-sama menjadi pelaku utama. 3. Tanah basah.
Tanah berada pada tahan liat, tingkat nisbi konsistensi tinggi dengan sifat sangat liat, liat
atau agak liat, dan sangat lekat, lekat atau agak lekat dan daya tumpu sangat rendah
sampai rendah. Adhesi menjadi pelaku utama. 4. Tanah sangat basah atau jenuh air.
Tanah berada pada tahana lumpur (bubur), tingkat nisbi konsistensi sanagt rendah dengan
sifat kental dan daya tumpu dapat dikatakan nihil. Atterberg membuat batas-batas
konsistensi yang dikenal dengan batas-batas Atterberg. Batas-batas ini dapat digambarkan
dengan diagram garis seperti gambar di bawah ini. Gambar 3-4. Batas-Batas Atterberg
Batas Atterberg adalah persen berat kadar lengas tanah yang menandai terjadinya
perubahan konsistensi secara nyata dan jelas. Nilai-nilai ini terutama digunakan dalam
pekerjaan rekayasa teknik, namun secara terbatas juga dugunakan dalam bidang
pertanian. Urutan konsistensi berikut dijumpai sewaktu tanah berubah secara berangsur
dari jenuh air ke kering. 1. Batas liat atas (BLA) atau batas cair (BC). Kadar lengas tanah
yang membatasi konsistensi lumpur/bubur dan liat. 2. Batas lekat (BL). Kadar lengas tanah
yang konsistensinya berubah dari lekat ke taklekat. Adhesi mencapai puncak di BL. BL
dapat berada di atas atau di bawah BC. 3. Surplus (S). Selisih kadar lengas BL dengan
BC. Dalam hal ini kadar lengas BL lebih tinggi daripada BC, dan S bernilai positif. Dalam
hal sebaliknya, S bernilai negatif. S positif menandakan tanah ringan, bertekstur kasar
sampai sedang, tingkat agregasi tinggi dan daya tambat air kecil. Untuk mencapai puncak
adhesi diperlukan air lebih banyak. S bernilai negatif menandakan tanah berat, bertekstur
halus, tingkat agregasi rendah dan daya tambat air besar. Puncak adhesi dapat dicapai
dengan jumlah air lebih sedikit. 4. Batas liat bawah (BLB) atau batas gulung (BG). Kadar
lengas yang membatasi konsistensi liat dan setengah padat (takliat). 5. Indeks keliatan (Ip).
Selisih kadar lengas BLA dan BLB. Ip makin besar menandakan tanah makin liat. Diantara
BLA dan BLB tanah bersifat basah. 6. Batas berubah warna (BBW) atau batas kerut (BK).
Kadar lengas tanah pada batas antara konsistensi setengah padat dan padat. BBW
merupakan puncak kohesi. Di BBW tanah mulai mengering. Udara mulai mengisi pori-pori
yang semula berisi air. Maka terjadi perubahan warna mendadak ke lebih muda. Tanah
tidak dapat mengerut lebih jauh lagi. 7. Jangka oleh (JO). Secara umum, tanah untuk
pertanaman sebaiknya diolah dalam rentangan antara BLB dan BBW. Di bawah BBW
tanah sudah kering dan memerlukan tenaga untuk mengolah terlalu banyak dan struktur
tidak dapat terbentuk baik. Diatas BLB tanah sudah bersifat liat sehingga peka akan
kerusakan struktur. JO adalah selisis kadar lengas BLB dan BBW. Mengolah tanah
diantara BLA dan BL tidak baik karena selain struktur peka terhadap kerusakan juga
memerlukan tenaga untuk mengolah banyak karena atanah berkonsistensi lekat (melekat
pada alat-alat pengolah tanah). Kecuali pada pengolahan tanah sawah yang mana
tanahnya justru diolah pada waktu tanah berkonsistensi lumpur. Struktur memang rusak,
tetapi tenaga mengolah ringan. Tabel 3 di bawah ini menyajikan penggolongan secara
kuantitatif batas-batas Atterberg. BBW rendah bersamaan dengan BLB tinggi
menyebabkan tanah mudah diolah karena tersedia rentangan kadar lengas tanah yang
lebar yang baik untuk mengolah tanah (JO lebar). BL tinggi dan S positif juga mengurangi
kendala konsistensi tanah untuk mengolah.
Tabel . Pengggolongan kuantitatif batas-batas Atterberg Harkat Keliatan

Prosentase Tekstur Rentangan BL - BLB Rentangan BL- BLA

0–5 1–3 < 20 (ringan)

6 – 10 4–8 21 – 30 (ringan)

11 – 17 9 – 15 31 – 45 (sedang)

18 – 30 16 – 25 46 – 60 (berat)

31 – 43 26 – 40 61 – 100 (S.Berat)

> 43 > 40 >100 (S.Berat)

g. Porositas Tanah
Ruang pori total tanah adalah bagian tanah yang ditempati udara dan air.
Persentase volume ruang pori total disebut porositas. Jumlah ruang pori ini sebagian besar
ditentukan oleh susunan butir-butir padat. Kalau letaknya satu sama lain cenderung erat,
seperti dalam pasir atau subsoil padat, porositas totalnya rendah dan jika tersusun dalam
agregat yang bergumpal seperti pada tanah-tanah bertekstur sedang yang tinggi
kandungan bahan organiknya, ruang pori per satuan volume akan tinggi. Berlaku
ketentuan umum di atas dibuktikan dengan menggunakan rumus di bawah ini. % ruang
padat = kerapatan massa X 100 kerapatan partikel Karena % ruang pori + % ruang padat =
100 maka % ruang pori = 100 - % ruang padat % ruang pori = 100 - kerapatan massa X
100 kerapatan partikel Tanah pasiran dengan kerapatan massa 1,50 gram/cm3 dan
kerapatan partikel 2,65 gram/cm3 akan memiliki ruang pori 43,4%, jika dua gambaran ini
dimasukkan dengan tepat dalam rumus tadi. Pada umumnya dalam tanah ada dua macam
pori, pori makro dan pori mikro. Pori-pori makro mempunyai ciri menunjukkan lalu lintas
udara dan memudahkan perkolasi air. Sebaliknya pori-pori mikro sangat menghambat lalu
lintas udara sedangkan gerakan air sangat dibatasi menjadi gerakan kapiler yang lambat.
Dalam tanah pasir meskipun jumlah ruang pori rendah, lalu lintas udara dan air sangat
lancar karena pori-pori makro menguasai tanah tersebut. Dalam tanah bertekstur halus lalu
lintas udara dan air relatif lambat walaupun jumlah ruang pori sangat besar. Di sini terdapat
pori-pori mikro yang berisi penuh dengan air. Air ini tertahan oleh pori-pori mikro masing-
masing. Jika tanah permukaan memiliki tekstur lempung berdebu berbutir baik dengan
kadar lengas optimum bagi pertumbuhan tanaman, jumlah ruang pori seluruhnya tidak
hanya mendekati 50 %, tetapi juga pembagian antara udara dan air harus dalam keadaan
seimbang. Dalam keadaan ini hampir seluruh pori mikro diisi oleh air dan pori makro diisi
oleh udara. Ruang pori total pada tanah pasir mungkin rendah tetapi mempunyai proporsi
yang besar yang disusun oleh komposisi pori-pori yang besar yang sangat efisien dalam
pergerakan udara dan airnya. Persentase voleme yang dapat terisi air pada tanah pasir
rendah yang menyebabkan kapasitas menahan air rendah. Sebaliknya tanah-tanah
permukaan dengan tekstur halus mempunyai ruang pori total lebih banyak dan proporsinya
relatif besar yang disusun oleh pori-pori mikro, sehingga tanah mempunyai kapasitas
menahan air yang tinggi. Air dan udara bergerak melalui tanah dengan perlahan-lahan,
sebab hanya terdapat sedikit pori-pori makro. Ukuran ruang pori tanah sama pentingnya
dengan jumlah total ruang pori.

h. Tekstur dan Ukuran Butir Tanah

Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Istilah tekstur
menyiratkan hal yang kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, tekstur menyatakan rasa
dari bahan tanah, apakah kasar dan terasa berpasir atau halus dan lembut. Seorang ahli
fisika tanah yang berpengalaman bisa menjelaskan tekstur dengan menekan atau
menggosok tanah yang lembab diantara jari-jari tangannya, apakah suatu tanah bertekstur
kasar atau halus, juga mampu secara semi kuantitatif menentukan kelas-kelas tekstur
sedang suatu tanah. Sedangkan dalam arti yang lebih kuantitatif, istilah tekstur tanah
menyatakan distribusi ukuran partikel yang terdapat pada suatu tanah. Metode tradisional
pencirian ukuran partikel tanah adalah membagi susunan ukuran partikel menjadi tiga
kisaran bahan tunggal yaitu pasir, debu dan liat. Pemisahan tanah biasanya
dikelompokkan menjadi partikel-partikel mineral dengan ukuran yang lebih kecil dari kerikil
(diameter kurang dari 2 milimeter) seperti tercantum dalam Tabel 2 berikut.

Tabel . Beberapa Ciri Karakteristik Pemisahan Tanah

Jenis Diameter Diameter Jumlah Luas permukaan


a) b)
mm mm partikel/gram dalam 1 gram, cm2
Pasir sgt kasar 2,00-1,00 - 90 11
Pasir kasar 1,00-0,50 2,00-0,20 720 23
Pasir sedang 0,50-0,25 - 5700 45
Pasir halus 0,25-0,10 0,20-0,02 46000 91
Pasir sgt halus 0,10-0,05 - 722000 227
Debu 0,05-0,002 0,02-0,002 5776000 454
Liat < 0,002 < 0,002 90250853000 8000000c)

a). Sistem united States Departemen of Agriculture (USDA)


b). Sistem International soil Science society (ISSS)

c). Luas permukaan partikel-partikel liat monmorillonit yang berbentuk lempung ditentukan
dengan metoda retensi glycol oleh Sor Kemper (SSA proceedings, vol.23, p.106, 1959).
Pasir merupakan suatu fraksi berukuran 2,0-0,05 milimeter dan berdasarkan sistem USDA
dibedakan menjadi pasir sangat halus, halus, sedang, kasar dan sangat kasar. Butiran
pasir biasanya tersusun dari kuarsa, tapi mungkin juga fraksi feldspar, mika dan kadang-
kadang mineral-mineral berat seperti zircon, tourmalin dan horblende. Umumnya fraksi
pasir mempunyai dimensi relatif sewragam dan bisa dinyatakan berbentuk bulat, meski
tidak selamanya rata dan kadang mempunyai permukaan cukup bergerigi. Debu adalah
fraksi dengan ukuran 0,05-0,002 milimeter. Partikel debu mirip partikel pasir tapi
mempunyai ukuran luas permukaan yang lebih besar per satuan massa dan sering
dilapisai oleh lempung yang mengikat kuat. Fraksi liat dengan ukuran kurang dari 0,002
milimeter merupakan fraksi koloid. Partikel liat mencirikan bentuk lempeng atau bentuk
jarum dan biasanya termasuk dalam kelompok aluminosilikat. Karena liat mempunyai luas
permukaan per satuan massa lebih besar dan aktifitas fisika kimia aktif, liat berperan
sebagai penentu yang mempunyai pengaruh besar pada sifat tanah. Partikel liat dapat
mengikat air sehingga tanah mengembang saat pembasahan dan menyusut saat kering.
Liat akan bersifat plastis dan menjadi lengket bila lembab dan kemudian mengeras dan
retak membentuk fraksi semen keras bila kering. Penentuan kelas tekstur tanah dapat
dilakukan dengan metoda lapang dan di laboratorium. Di lapang para ahli-ahli tanah
menentuan kelas tekstur tanah dengan cara mengambil sejumlah kecil tanah dan dibasahi
dengan air sampai kondisi lembab dan dirasakan dengan perasaan penentuan kelas
teksturnya. Hal ini bergantung kepada kemampuan penentu tektur tersebut sehingga tidak
bisa disebut akurat. Untuk lebih teliti kelas tekstur tanah ditentukan di laboratorium dengan
menggunakan beberapa metoda diantaranya metoda hydrometer, pipet dan metoda
centrifuge yang bekerja berdasarkan hukum Stokes. Gambaran tekstur tanah secara
keseluruhan disebut kelas tekstur yang ditentukan bwerdasarkan perbandingan massa
ddari tiga fraksi pembentuk tanah. Tanah-tanah dengan proporsi pasir, debu dan liat yang
berbeda dikelompokkan menjadi kelas-kelas yang berbeda, sepeerti terlihat pada gambar
segitiga tekstur USDA (Gambar 3-1). Untuk menjelaskan penggunaan segitiga tekstur,
anggap suatu tanah tersusun dari 50% pasir, 20% debu dan 30% liat. Pojok kiri bawah
segitiga menyatakan 100% pasir, pojok kanan bawah menyatakan 0% pasir. Sekarang
lihat titik 50% pada sisi bawah segitiga dan ikuti garis diagonal arah kiri di atas titik tersebut
dan sejajar garis nol untuk pasir. Kemudian tentukan garis 20% debu yang sejajar dengan
garis nol debu yaitu sisi kiri segitiga. Titik perpotongan antara pasir dan debu serta garis
30% Gambar 3-1. Segitiga tekstur, yang menunjukkkan persentase liat (< 0,002 mm), debu
(0.002 – 0,05 mm), dan pasir (0,05 – 2,0 mm). untuk liat adalah titik yang kita cari. Pada
contoh ini titik tersebut berada pada wilayah sandy clay loam (lempung liat berpasir). Dari
segitiga tekstur tersebut terdapat 12 kelas tekstur tanah yaitu : Pasir, pasir berdebu,
lempung, lempung berpasir, lempung liat berpasir, lempung berdebu, lempung berliat,
lempung liat berdebu, debu, liat berdebu, liat berpasir, dan liat.

Cara menentukan klas tekstur tanah berdasarkan segitiga tekstur (Gambar di bawah)

Tekstur tanah adalah tingkat kehalusan atau kekasaran partikel-partikel tanah. Partikel
tanah yang paling halus adalah clay (lempung/liat), slit (debu), dan sand (pasir).
Menentukan tekstur tanah berdasarkan komposisinya dapat menggunakan segitiga tekstur.
Komposisi tanah dinyatakan dalam satuan persen (%) yang terdiri dari tiga fraksi, yaitu:
1. Fraksi Pasir (X)
2. Fraksi Liat (Y)
3. Fraksi Debu (Z)

Contoh:
X1 = 10%
Y1 = 45%
Z1 = 45%
*Angka 1 tersebut menyatakan bahwa komposisi tersebut merupakan sampel ke-1 dst
Terapkan persentase komposisi tanah dengan membuat garis lurus menggunakan segitiga
tekstur.
1. Fraksi Pasir (X) dibuat dengan menarik garis \
2. Fraksi Liat (Y) dibuat dengan menarik garis /
3. Fraksi Debu (Z) dibuat dengan menarik garis ----
Setalah semua garis dibuat, cara menentukan tekstur tanah dilihat dari pertemuan antara
dua atau tiga komposisi tanah tersebut.

i. Kerapatan Massa tanah / Berat Jenis Tanah

Dua istilah digunakan untuk memperlihatkan kerapatan tanah, yaitu kerapatan


massa (kerapatan lindak, kerapatan bongkah, berat volume, BV) dan kerapatan partikel
(kerapatan jenis, kerapatan zarah, berat jenis, BJ). Kerapatan massa adalah ukuran
kerapatan dari tanah tersebut secara alami termasuk ruang porinya dan kerapatan partikel
adalah ukuran kerapatan partikel tanah. Untuk menentukan menentukan kerapatan partikel
tanah pertimbangan hanya diberikan untuk partikel yang solid yang didefenisikan sebagai
massa tiap unit volume partikel tanah yang dinyatakan dengan rumus : BJ = Bp/Vp Yang
mana Bp adalah berat partikel dan Vp adalah volum partikel dan dinyatakan dalam
gram/cm3. Untuk kebanyakan tanah-tanah mineral kerapatan partikelnya berkisar 2,65
gram/cm3. Bahan organik tanah mempunyai BJ 1,3 – 1,5 gram/cm3. BJ tanah
sesungguhnya dapat dihitung dengan rumus : BJt = BJmPm + BJoPo BJt = berat jenis
tanah BJm = berat jenis komponen mineral BJo = berat jenis komponen organik Pm =
fraksi komponen mineral di dalam tanah Po = fraksi komponen organik di dalam tanah.
Gambaran dari hubungan antara partikel padatan tanah, udara yang menempati ruang
pori dan mineral, air serta bahan organik yang terkandung dalam tanah digambarkan
sebagai berikut :

Gambaran Bulk density dan Particle density

Pada Tabel dibawah ini disajikan hubungan BJ bahan-bahan penyusun tanah menurut
Kohnke (1968).

Tabel . Berat jenis bahan penyusun tanah dalam g/cm3 Bahan BJ


Bahan penyusun tanah Berat Jenis (g / cm3)
Humus 1,3 –1,5
Liat Kaolinit 2,2 – 2,6
Ortoklas 2,2 – 2,6
Mikrilin 2,5 – 2,6
Kuarsa 2,5 – 2,6
Albit 2,5 – 2,8
Rijang (flint) 2,6 – 2,7
Kalsit 2,6 – 2,8
Anortit 2,7 – 2,8
Dolomit 2,8 – 2,9
Muskovit 2,7 – 3,0
Biotit 2,8 – 3,1
Apatit 3,2 – 3,3
Limonit 3,5 – 4,0
Magnetit 4,9 – 5,2
Pirit 4,9 – 5,2
Hematit 4,9 – 5,2

j. Berat Volume Tanah


BV ialah berat benda setiap satuan volum benda dengan rumus :
BV = Bb/Vb Dimana Bb = adalah berat benda yang sama dengan Bp
Vb =volum benda yang sama dengan Vp + Vtp. Vtp adalah volum total pori yang
terdapat diantara partikel.
Sehingga BV = Bp/(Vp = Vtp) Untuk suatu bahan yang sama, BJ selalu lebih besar
dari BV. Dengan angka-angka BJ dan BV dapat dihitung porositas total tanah (n)
yaitu persen volum total pori tanah terhadap volum total tanah. Rumusnya adalah :
N = (1 – BV/BJ) x 100% Untuk menghitung berat tanah seluas satu hektar perlu
diketahui berapa BV tanah tersebut. Satu hektar sama dengan 100 m2, jadi
mempunyai luas 10.000 m2. Volume tanah pada ketebalan 20 cm pada satu hektar
sama dengan : 10.000 m2 x 0,2 m = 2000 m3. Satu m3 tanah dengan BV = 1,3
g/cm3 beratnya 1300 kg maka berat lapisan setebal 20 cm seluas 1 hektar
mempunyai berat : 2.000 m3 x 1.300 kg = 2.600.000 kg = 2.600 ton.

Nilai bobot isi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengolahan
tanah, bahan organik, pemadatan oleh alat-alat pertanian, tekstur, struktur, dan kandungan
air tanah. Nilai ini banyak dipergunakan dalam perhitungan-perhitungan seperti dalam
penentuan kebutuhan air irigasi, pemupukan, pengolahan tanah.

Konservasi Tanah

Konservasi Tanah adalah serangkaian strategi pengaturan untuk mencegah erosi tanah
dari permukaan bumi atau terjadi perubahan secara kimiawi atau biologi akibat
penggunaan yang berlebihan salinisasi, pengasaman atau akibat kontaminasi lainnya.

Ada Beberapa macam metode Konservasi Tanah, yaitu :

1. Cara Mekanik : adalah cara pengelolaan lahan dengan menggunakan sarana fisik
seperti tanah atau batu sebagai sarana konservasi tanahnya
Misalnya : membuat bangunan terjunan air, menata batuan di teras-teras
2. Cara Vegetatif : adalah pengelolaan lahan miring dengan menggunakan
tanaman sebagai sarana konservasi tanah
Misalnya : dengan menanam rumput-rumput penguat teras di tampingan,
memberi mulsa dengan limbah hasil panen di bedengan.
3. Cara / metode Kimia : Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat
tanah yang menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi.
Misalnya : dengan menambahkan bahan pembenah tanah secara kimia untuk
meningkatkan kemantapan agregat tanah (pupuk, bahan organik)

Anda mungkin juga menyukai