Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan kumpulan butiran (agregat) mineral alami yang bisa


dipisahkan oleh suatu cara mekanik bila agregat tersebut diaduk dalam air atau
kumpulan mineral, bahan organic dan endapan-endapan yang relative lepas (loose),
yang terletak diatas batuan dasar (bedrock). Tanah sangat vital peranannya bagi
semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan
menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang
berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan
tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian
besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.
Tanah litosol merupakan jenis tanah yang terbentuk dari batuan beku yang
berasal dari proses meletusnya gunung berapi dan juga sedimen keras dengan
proses pelapukan kimia (dengan menggunakan bantuan organisme hidup) dan fisika
(dengan bantuan sinar matahari dan hujan) yang belum sempurna. Dan hal ini tentu
membuat struktur asal batuan induknya masih terlihat. Tanah litosol disebut juga
dengan tanah yang paling muda, sehingga bahan induknya dangkal dan sangat
sering terlihat di permukaan sebagai batuan padat yang padu. Tanah litosol ini
merupakan jenis tanah yang belum lama mengalami pelapukan dan sama sekali
belum mengelami perkembangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian tanah litosol ?
2. Bagaimana susunan horizon tanah litosol?

3. Bagaimana cara pengamatan tanah di lapangan?


4. Bagaimana sifat dan ciri tanah litosol?

5. Dimana saja penyebaran jenis tanah litosol di Indonesia?


1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu tanah latosol.


2. Untuk mengetahui bagaimana susunan horizon tanah litosol.

3. Untuk mengetahui bagaimana cara pengamatan tanah di lapangan.


4. Untuk mengetahui bagaimana sifat dan ciri tanah latosol.

5. Untuk mengetahui penyebaran jenis tanah ltosol di Indonesia.

1
BAB II
METODE PENULISAN
2.1 Sumber dan Jenis Data
Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan makalah ini berasal dari
berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.
Beberapa jenis referensi utama yang digunakan adalah jurnal ilmiah edisi online,
dan artikel ilmiah yang bersumber dari internet. Jenis data yang diperoleh variatif
dan bersifat kualitatif.

2.2 Pengumpulan Data


Metode penulisan bersifat studi pustaka. Informasi didapatkan dari berbagai
literatur dan disusun berdasarkan hasil studi dari informasi yang diperoleh.
Penulisan diupayakan saling terkait antar satu sama lain dan sesuai dengan topik
yang dibahas.

2.3 Analisis Data


Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik kajian.
Kemudian dilakukan penyusunan makalah berdasarkan data yang telah
dipersiapkan secara logis dan sistematis. Teknik analisis data bersifat deskriptif
argumentatif.

2.4 Penarikan Kesimpulan


Kesimpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah,
tujuan penulisan, serta pembahasan. Simpulan yang ditarik mempresentasikan
pokok bahasan makalah, serta didukung dengan saran praktis sebagai rekomendasi
selanjutnya.

2
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Tanah Litosol
Tanah litasol sendiri adalah jenis tanah yang berbatu- batu dengan lapisan
tanah yang tidak terlalu tebal.Yang mana jenis tanah ini pembentukannya dari
bahan batuan beku yang dihasilkan dari serangkaian peristiwa letusan gunung
berapi serta dari batuan sedimen yang dihasilkan dari peristiwa pelapukan kimia
(yang memanfaatkan adanya sebuah dukungan dari organisme hidup) dan fisika
(dengan bantuan sinar matahari dan hujan) yang belum sempurna. Pada dasarnya
tanah litosol merupakan tanah yang baru mengalami perkembangan dan merupakan
tanah yang masih muda. Terbentuk dari adanya perubahan iklim, topografi dan
adanya vulkanisme.
3.2 Susunan Horizon Tanah Litosol

Setiap tanah dicirikan oleh susunan horizon yang berbeda beda sehingga
secara garis besar profil tanah biasanya terdiri atas beberapa horizon yang mana
dibedakan berdasarkan warna, sifat fisik, kimiawi serta sifat morfologi lainnya.
Horizon tanah mineral yang telah mengalami perkembangan lanjutan biasanya
memiliki beberapa horizon yang dikelompokan berdasarkan lapisan tanah untuk
menghindari erosi tanah. Solum terbagi menjadi dua yaitu lapisan atas dan lapisan
bawah, pada lapisan atas atau top soil memiliki dua horizon yaitu horizon O dan
horizon A, lapisan tanah bagian bawah memiliki dua horizon juga yaitu horizon E
dan B. Namun pada profil tanah dengan susuan lengkap memiliki banyak horizon
dengan sifat dan karakteristik yang unik atau khas.

3
Susunan lapisan tanah paling atas hingga paling bawah terdiri atas horizon
O, A, E, B, C dan R sebagi berikut:

a. Horizon O

Terletak bagian paling atas lapisan tanah, merupakan lapisan tanah yang
mengandung bahan organik hasil pelapukan dan hanya mengandung humus.
Horizon ini sangat mudah ditemukan pada hutan hutan alami yang belum terganggu
manusia. Horizon organik merupakan tanah yang mengandung bahan organik lebih
dari 20 persen dari total keseluruhan penampang tanah.

Horizon O terbagi lagi menjadi dua yaitu horizon O1 yang terbentuk dari sisa sia
tanaman yang masih terlihat berupa guguran bunga dan daun ataupun ranting pohon
sedangkan horizon O2 terletak dibawah O1 yang terbentuk dari sisa sisa jasad
bagian tanaman yang sudah tidak terlihat atau berbentuk lagi karena sudah
mengalami pelapukan lanjutan.

b. Horizon A

Merupakan horizon yang masih berada dalam kesatuan top soil yang mengandung
campuran bahan organik hasil pelapukan dan mineral. Horizon A juga disebut
sebagai horizon pencucian bahan organik dan terbagi menjadi 3 bagian lagi
meliputi:

• A1 merupakan horizon yang menjadi tempat pencampuran bahan organik dan


mineral tanah. Karena masih kaya akan bahan organik sehingga masih berwarna
gelap. Bahan organik pada horizon A1 ini membentuk partikel khas atau bahan
organik yang menyelimuti mineral.
• A2 merupakan horizon yang dikenal sebagai zona pencucian atau eluviasi, pada
lapisan ini bahan organik akan tercuci secama maksimal seperti kation organik dan
unsur seperti besi, mangan, aluminium atau zat basa lainnya telah tercuci sehingga
hanya menyisahkan bahan resisten yang bersifat kasar seperti kuarsa dan hal ini
menyebabkan warna horizon A2 terang, memiliki tekstur kasar dan struktur lebih
longgar daripada lapisan lain.
• A3 merupakan horizon peralihan antara A ke B atau C, memiliki warna yang hampir
sama dengan A2. Namun sering terjadi kondisi peralihan yang kurang jelas karena
hanya memberikan tanda dan warna, oleh karena itu horizon A3 sering disebut
horizon AB jika beralih ke horizon B, atau disebut AC jika langsung beralih ke C.

4
c. Horizon E

Merupan horizon yang penampakan-nya hampir sama dengan A2 yakni berwarna


terang, memiliki kadar organik rendah tetapi kadar pasir debu kuarsa tinggi. Hal ini
dapat terjadi demikian karena horizon E juga merupakan zona eluviasi atau
pencucian.

d. Horizon B

Berbeda dengan fungsi horizon A2 dan B yang merupakan zona pencucian, horizon
B justru merupakan tempat dimana terjadi penimbunan atau pengendapan, oleh
karena itu pada horizon ini terdapat akumulasi dari bahan bahan yang tercuci pada
horizon diatasnya seperti Fe, Al, Mn dan materi organik lainnya.

Ciri atau tanda horizon B yaitu terdapat konsentrasi residu debu kuarsa
(sesquioksida) dan lempung sebagai hasil dari pelarutan karbonat dan garam garam
lainnya, selain itu terdapat perubahan bahan bahan dari kondisi asalnya atau proses
alterasi sehingga terbentuk gumpalan (blocky), butiran (granule) dan dan tiang
(prismatic).

Horizon B juga disebut sebagai horizon pencucian bahan organik dan terbagi
menjadi 3 bagian lagi meliputi:

• B1 merupakn horizon yang berada didekat dengan horizon A sehingga memiliki


tanda tanda fisik yang hampir mirip dengan horizon A2 atau A3.
• B2 terletak dibawah horizon B1, merupakan horizon yang memiliki ciri paling
mencolok dari horizon B. Memiliki ciri atau tanda khas seperti warna paling kelam
dan massa jenis paling berat dan lebih padat dibandingkan dengan B1
• B3 merupakan peralihan antara horizon B dengan C atau R. Meskipun berada di
zona perbatasan, horizon B3 memiliki ciri ciri mendekati tanda horizon B secara
umum. Jika horizon peralihan ini sulit dibedakan dengan horizon lain maka bisa
diberikan simbol BC jika berbatasan dengan horizon C dan simbol BR jika
berbatasan langsung dengan horizon R.

e. Horizon C

Merupakan lapisan tanah yang bahan utama penyusunnya masih berupa batuan
keras dan belum terjadi perubahan baik secara fisik ataupun struktur kimiawi-nya.
Tidak bisa ditembus oleh akar-akar tanaman dan mengandung bahan organik yang
sangat sedikit. Horizon C ini tidak terbagi lagi karena hanya memiliki satu sifat
yang benar benar berbeda dibandingkan dengan horizon O, A dan B.

5
f. Horizon R

Merupakan lapisan terdalam yang masih berbentuk batuan induk yang sangat keras,
tidak ada aktivitas organik didalamnya. Tidak terdapat tanah lagi dibawah horizon
R ini yang ada hanyalah jenis jenis air tanah dalam atau artesis jika terus mengebor
menembus batuan induk ini. Namun lambat laun seiring berjalannya waktu batuan
induk yang ada di horizon R ini akan berangsur angsur menjadi tanah, namun
memerlukan waktu ribuan hingga jutaan tahun,

Profil tanah terdiri atas beberapa horizon, diantara horizon tersebut ada batasan
batasan yang pengelompokan-nya terbagi menjadi 4 batas peralihan jika dilihat
secara visual jika seandainya penampang tanah dipotong secara vertikal yang
penjelasan-nya sebagai berikut.

• Batas horizon secara nyata jika area peralihan memiliki ketebalan dibawah 2.5 cm
• Batas horizon jelas apabila area peralihan memiliki jarak atau ketebalan antara 2.5
cm hingga 6.5 cm.
• Batas horizon berangsur apabila zona peralihan yang terjadi pada suatu lapisan
tanah dengan jarak berkisar antara 6.5 cm hingga 12.5 cm
• Batas horizon baur jika area peralihan terjadi pada jarak diatas 12.5 cm dan biasanya
sudah sulit membedakan diantara dua buah horizon karena batas yang samar.

3.3 Cara Pengamatan Tanah di Lapangan

Pengamatan tanah dapat dilakungan dengan cara sebagai berikut:

1. Penentuan tekstur tanah dilakukan dengan metode perasaan.

a. Tanah dibasahi dengan air dan dibentuk bola. Apabila bola rusak, maka
tanah termasuk berpasir dan kasar.

b. Apabila bola tanah tidak rusak, tanah diletakkan diantara jari telunjuk dan
jempol, lalu dipilin hingga membentuk pasta tanah. Selama dipilin, dapat
dirasakan tekstur tanah. Rasa kasar menunjukkan tanah berpasir, lengket
mengindikasikan adanya klei, sedangkan rasa licin menunjukkan adanya
debu.

c. Selanjutnya pasta tanah dibentuk gulungan panjang sambil diperhatikan


ketahanannya terhadap tekanan dan kelekatannya pada ibu jari.

6
2. Penentuan warna tanah

a. Pengamatan dilakukan di tempat teduh.

b. Tanah dibasahi sedikit sehingga menjadi agak lembab.

c. Warna tanah lembab kemudian dibandingkan dengan warna pada buku


Munsell soil color chart. Setelah itu, kode warna dicatat degan urutan kode
Hue diikuti kode Value per Chroma.

3. Penentuan konsistensi basah

a. Pasta tanah dipilin diantara ibu jari dan telunjuk. Kemudian, kedua jari
dipisahkan. Banyaknya tanah yang melekat pada jari menjadi indikator
kelekatan.

b. Pasta tanah dipilin dan dibentuk pita. Apabila pita dapat dibentuk tanpa
mematahkan strukturnya, maka tanah termasuk plastis. Tetapi, apabila tidak
dapat dibentuk pita, maka tanah termasuk tidak plastis.

3.4 Sifat dan Ciri Tanah Litosol

Tanah litosol merupakan tanah muda yg terbentuk dari material letusan


gunung berapi, tanah litosol terbentuk dari pelapukan batuan beku, sehingga jika
tanah tersebut terbentuk dari pelapukan material vulkanik maka tanah litosol
memiliki sifat basa atau ultrabasa.

Adapun beberapa ciri/karakteristik atau ciri- ciri yang dimiliki oleh tanah
litosol antara lain adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai lapisan bumi yang tidak terlalu tebal, yaitu hanya mencapai 45 cm
saja

2. Merupakan jenis tanah baru. Dikatakan sebagai anak baru karena tanah ini
terbentuk ketika batuan belum sempurna mengalami pelapukan.

3. Mempunyai penampang yang besar, berbentuk kerikil, pasir, dan bebatuan kecil

4. Megalami perubahan struktur atau profil dari batuan asal

5. Mempunyai kandungan unsur hara yang sedikit sekali

6. Terbentuk dari proses meletusnya gunung berapi

7
7. Memiliki tekstur tanah yang bervariasi

8. Memiliki kesuburan tanah yang bervarias

Beberapa tanaman yang dapat hidup di tanah litosol antara lain adalah
sebagai berikut a. Rumput-rumputan

b. Jagung

c. Bungan edelweis

3.5 Persebaran Taah Litosol Indonesia

Tanah litosol memiliki ciri khas butiran kasar berupa kerikil. Tanah ini
sangat miskin unsur hara sehingga tidak subur dan kurang baik untuk pertanian.
Karena sifat tanahnya yang kurang subur, tanah ini hanya cocok untuk ditanami
pohon besar di hutan. Tanah litosol banyak ditemukan di daerah Pulau Sumatera,
Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara, Maluku Selatan dan Papua.

8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Tanah litosol merupakan jenis tanah yang terbentuk dari batuan beku yang
berasal dari proses meletusnya gunung berapi dan juga sedimen keras dengan
proses pelapukan kimia (dengan menggunakan bantuan organisme hidup) dan fisika
(dengan bantuan sinar matahari dan hujan) yang belum sempurna. Susunan lapisan
tanah paling atas hingga paling bawah terdiri atas horizon O, A, E, B, C dan R. Pengamatan
tanah dapat dilakungan dengan cara Penentuan tekstur tanah dilakukan dengan
metode perasaan, Penentuan warna tanah, Penentuan konsistensi basah. Sifat tanah
latosol yaitu memiliki sifat basa atau ultrabasa dan memiliki ciri dengan kandungan
unsur hara yang sedikit sekali. Tanah litosol banyak ditemukan di daerah Pulau
Sumatera, Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara, Maluku Selatan dan Papua.

4.2 Saran

Sebagai mahasiswa arsitektur pertamanan kita harus tau jenis-jenis tanah


dan bagaimana karakteristiknya agar kita dapa menaman tanaman yang kita mau
dapat tumbuh dengan baik. Pada saat pembuatan makalah penulis menyadari bahwa
banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis
harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
di atas.

Anda mungkin juga menyukai