Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAH HUTAN

ACARA I
PENGAMBILAN CONTOH TANAH

Oleh :
Nama : ‘Aisya Assrafy
NIM : 19/439062/KT/08872
Shift : Kamis, Pukul 15.00 WIB
Co-Ass : Alif Brilianto

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN TANAH HUTAN


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
ACARA I
PENGAMBILAN CONTOH TANAH

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini, yaitu:
1. Mengetahui cara pengambilan contoh tanah.
2. Mengetahui perbedaan pengambilan contoh tanah yang disesuaikan dengan
sifat-sifat tanah yang akan disidik.

II. DASAR TEORI


Menurut James (1995) dalam Notohadiprawiro (2001), tanah adalah
salah satu sistem bumi, yang bersama dengan sistem bumi lain, yaitu air alami
dan atmosfer, menjadi inti fungsi, perubahan, dan kemantapan ekosistem. Dari
perspektif ilmu dan lingkungan, tanah merupakan ekosistem yang beraneka pada
skala lokal dan sumberdaya yang sangat heterogen dari segi kimia, fisik, dan
hayati.
Analisis terhadap sifat fisik tanah membutuhkan contoh tanah yang
berbeda, ada beberapa jenis contoh tanah, diantaranya ada contoh tanah tidak
terusik (undisturbed soil sample), agregat tidak terusik (undisturbed soil
agregate), dan contoh tanah terusik (disturbed soil sample). Masing-masing
contoh tanah diperuntukkan pada analisis yang berbeda. Contoh tanah terusik
digunakan untuk analisis sifat kimia tanah, contoh tanah tidak terusik digunakan
untuk analisis berat volume, dan contoh tanah agregat tidak terusik digunakan
untuk analisis Indeks Kestabilitas Agregat (Suganda dkk, 2006)
Pengambilan contoh tanah merupakan langkah untuk menentukan sifat-
sifat fisik suatu tanah. Dari hasil analisis sifat fisik tersebut, dapat diketahui
keadaan tanah sesungguhnya di lapangan. Sifat fisik yang mungkin didapat
antara lain berat volume (BD), berat jenis partikel (PD), tekstur tanah,
permeabilitas tanah, agregat tanah, pori tanah, kadar air tanah, dan kembang-
kerut tanah.
Variasi terhadap sifat tanah diuraikan menurut tempat dan waktu, yang
dapat disebabkan oleh alam maupun intervensi manusia. Variasi akibat proses
alam diasumsikan bahwa tempat yang berdekatan akan memiliki sifat yang tidak
jauh berbeda. Selain itu, pengaruh terhadap sifat tanah dari luar diuraikan
menurut ruang dan waktu, seperti pengolahan tanah, penutupan tajuk, dan bahan
pembenah tanah.
Menurut Notohadiprawiro (2001), struktur tanah merupakan salah satu
sifat fisik tanah, yang pembentukkannya berlangsung secara fisik dan kimia
serta melibatakan proses biologis. Struktur majemuk tanah digolongkan menjadi
lima, yaitu:
1. Remah, struktur berbentuk membola, berpori banyak
2. Granuler, struktur berbentuk membola, berpori lebih sedikit
3. Gumpal, struktur berbentuk bak-kubus, berpori sedikit, seperti pada
horison bawah tanah yang terbentuk di kawasan iklim kemarau
3.1. Gumpal membulat, berbentuk kubus bersudut tumpul, berpori
banyak
3.2. Gumpal menyudut, berbentuk kubus bersudut tajam, berpori lebih
sedikit
4. Tiang, struktur bersumbu tegak lebih panjang dari sumbu datar, berpori
terbatas
4.1. Prismatik, bidang atas tiang mendatar
4.2. Kolmuner, bidang atas tiang cembung
5. Lempeng, struktur bersumbu tegak lebih pendek dari sumbu datar,
berpori terbatas, seperti pada horison tanah di bawah horison permukaan
yang berwarna pucat
Selain memiliki struktur, tanah juga mempunyai tekstur, yaitu tingkat
kehalusan atau kekasaran tanah pada perabaan berkenaan dengan perbandingan
berat antarfraksi tanah. Tekstur tanah terbagi berdasarkan ukuran fraksi
penyusunnya, yaitu pasir jika diameternya 2,0 – 0,02 mm, debu jika diameternya
0,02 – 0,002 mm, dan lempung jika diameternya < 0,002 mm (Notohadiprawiro,
2001). Menurut penelitian Hamid, dkk (2017), ciri-ciri tanah berpasir yaitu
lapisan top soil hampir tidak ada, tingkat keasaman tinggi serta sangat miskin
unsur hara, sehingga minim vegetasi. Tanah lempung menurut Indera K, dkk
(2018), mempunyai sifat lengket, sulit menyerap air, tanah dapat terpecah
menjadi butiran-butiran sangat halus saat kering, serta berwarna hitam terang.
III. ALAT DAN BAHAN
Pada praktikum ini digunakan alat:
1. Tabung berbentuk silinder (cincin) terbuat dari kuningan berukuran
tinggi 4 cm dengan diameter luar 7,93 cm dan diameter dalam 7,63 cm,
atau terbuat dari baja anti karat (stainless steel) berukuran tinggi 5,1 cm
dengan diameter luar 5,3 cm dan diameter dalam 5 cm. tebal tabung
(cincin) ini harus memenuhi ketentuan yaitu nisbah luasnya (area ratio)
lebih kecil 0,1 untuk menghindari adanya tekanan dari samping oleh
tabung tersebut saat dibenamkan ke dalam tanah. Penghitungan nisbah
luas yaitu sebagai berikut:
Nisbah luas (Area Ratio)
[( ) ( ) ]
A=
( )

2. Palu
3. Balok kayu
4. Sekop/cethok
5. Bor
Pada praktikum ini digunakan bahan:
1. Tanah yang berada di belakang gedung laboratorium.

IV. CARA KERJA


A. Pengambilan contoh tanah tidak terusik dilakukan dengan:
1. Permukaan bagian tubuh tanah yang akan diambil dibersihkan dari
penutupan tumbuhan, seresah, dan batu.
2. Tabung silinder diletakkan pada permukaan tanah yang akan disidik
dengan bagian tajam berada di sisi yang bersinggungan dengan tanah.
3. Tabung dibenamkan dengan dipukul perlahan dengan palu yang dilapisi
kayu sampai ¾ bagian.
4. Tabung silinder kedua diletakkan di atas tabung pertama, kemudian
ditekan sampai tabung pertama mencapai kedalaman yang diinginkan.
5. Tanah disekeliling tabung digali hingga tabung-tabung tersebut dapat
diambil secara bersamaan dalam keadaan bertautan.
6. Tanah lebihan di sisi depan dan belakang dirapikan dengan diusap jari-
jari.
7. Kedua mulut tabung silinder ditutup dengan tutup yang tersedia.

B. Pengambilan contoh tanah terusik dengan bor dilakukan dengan:


1. Mata bor diletakkan di permukaan tubuh tanah.
2. Pegangan bor diputar perlahan-lahan ke arah kanan dengan disertai
tekanan sampai seluruh kepala bor terbenam sedalam 20 cm.
3. Kepala bor perlahan-lahan dikeluarkan dari tubuh tanah dengan
pegangan bor diputar ke arah kiri dengan disertai tarikan.
4. Contoh tanah yang terbawa kepala bor dilepaskan perlahan sampai bersih
dan diusahakan tidak banyak merusak susunan tanah.
5. Pengeboran dilanjutkan lagi pada setiap ketebalan tanah 20 cm sampai
kedalaman yang diinginkan.
6. Contoh tanah hasil pengeboran pada setiap ketebalan 20 cm itu
diletakkan pada kertas putih menurut kedalamannya, sehingga dapat
dibandingkan morfologinya.
V. DATA DAN HASIL PERHITUNGAN
VI. PEMBAHASAN
Menurut Sosrodarsono (1984) dalam Indera K, dkk (2018) tanah merupakan
partikel-partikel mineral yang tersemen maupun hasil pelapukan dari batuan,
dimana rongga pori antar partikelnya terisi oleh udara dan atau air. Akibat
pengaruh cuaca dan pengaruh lainnya, tanah mengalami pelapukan sehingga
terjadi perubahan ukuran dan bentuk butirannya.
Pengambilan contoh tanah merupakan langkah untuk menentukan sifat-sifat
fisik suatu tanah. Analisis terhadap sifat fisik tanah membutuhkan contoh tanah
yang berbeda, ada beberapa jenis pengambilan contoh tanah, diantaranya ada
contoh tanah tidak terusik (undisturbed soil sample), agregat tidak terusik
(undisturbed soil agregate), dan contoh tanah terusik (disturbed soil sample).
Pengambilan contoh tanah terusik digunakan untuk analisis sifat kimia tanah,
sedangkan pengambilan contoh tanah tidak terusik digunakan untuk analisis
berat volume, dan contoh tanah agregat tidak terusik digunakan untuk analisis
Indeks Kestabilitas Agregat.
Menurut Indranada (1994) dalam Indera K, dkk (2018), faktor-faktor yang
mempengaruhi kadar air tanah yaitu bahan organik, kedalaman solum, iklim,
senyawa kimia, tekstur tanah, strukrur tanah, permeabilitas, serta pori tanah.

VII. KESIMPULAN
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anwar, S., & Tjahyandari S, D. (2014). Dasar-dasar Ilmu Tanah.

Hamid, I., Priatna, S. J., & Hermawan, A. (2017). Karakteristik Beberapa Sifat Fisika dan Kimia
Tanah pada Lahan Bekas Tambang Timah. Jurnal Penelitian Sains , Vol. 19(1), 23-24.

Holilullah, Afandi, & Novpriansyah, H. (2015). KARAKTERISITK SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN
PRODUKSI RENDAHDAN TINGGI DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE. Jurnal Agrotek Tropika , Vol. 3,
No. 2: 278-282.

Indera K, R., Mina, E., & Ardhika W, E. (2018). PEMANFAATAN CAMPURAN LIMBAH KARBIT
DAN FLY ASH UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH JALAN TAMAN UJUNG KULON
PANDEGLANG. Jurnal Fondasi , 12-20.

Notohadiprawiro, T. (2001). Tanah dan Lingkungan. Yogyakarta: Pusat Studi Sumberdaya


Lahan UGM.
Suganda, H., Rachman, A., & Sotono, S. (2006). Petunjuk Pengambilan Contoh Tanah. In U.
Kurnia, F. Agus, A. Adimihardja, & A. Dariah, SIFAT FISIK TANAH DAN METODE ANALISISNYA
(pp. 3-24). Bogor: Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.
IX. LAMPIRAN

Gambar 1. Pengambilan contoh tanah tidak Gambar 2. Pengambilan contoh tanah


terusik terusik

Gambar 1. Hasil pengambilan contoh tanah terusik dari masing-


masing kedalaman

Anda mungkin juga menyukai