Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Lugito (2012), tanah mempunyai sifat kompleks, terdiri atas komponen padat
yang berinteraksi dengan cairan dan udara. Komponen pembentuk tanah merupakan padatan,
cairan dan udara jarang berada dalam kondisi setimbang, selalu berubah mengikuti perubahan
yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu udara, angin dan sinar
matahari.
Pengambilan contoh tanah merupakan tahap penting untuk penetapan sifat-sifat fisik
tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analasis sifat fisik tanah harus dapat menggambarkan
keadaan sesungguhnya dari sifat fisik tanah di lapangan.
Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh
tanah (horizon/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan
diteliti secara lebih detail di laboratorium. Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan 2
teknik yaitu pengambilan contoh tanah secara utuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak
utuh (Lugito, 2012).
Sebagaimana dikatakan dimuka bahwa pengambilan contoh tanah disesuaikan dengan
contoh tanah dalam keadaan agregat utuh sifat–sifatnya. Ada 3 macam pengambilan contoh
tanah yaitu pertama contoh tanah utuh yang diperlukan untuk analisis penetapan berat isi, ukuran
pori, dan permeabilitas. Kedua, contoh tanah dalam keadaan agregat utuh untuk penetapan
kemantapan agregat dan kemantapan agregat ukuran. Dan terakhir, contoh tanah terganggu, yang
diperlukan untuk penetapan kadar lengas, tetapan atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung,
kadar air, pH tanah, kandungan bahan organik, dan juga kandungan unsur hara tanah seperti
P–tersedia, total N, dan lain–lain (Maryenti, 2012).

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum penetapan persiapan pengambilan contoh tanah yaitu untuk
memberikan pemahaman kepada mahasiswa agar bisa mengetahui prosedur pengambilan contoh
tanah utuh dan tanah tidak utuh yang berkaitan dengan praktikum Dasar–Dasar Ilmu Tanah.
Kegunaan dari praktikum ini agar mahasiswa dapat mengetahui prosedur pengambilan
contoh tanah utuh dan tanah tidak utuh.

1
1.3 Manfaat
manfaat dari pratikum ini adalah untuk mengetahui pH tanah, dan memudahkan kita
untuk memilih tanaman yang cocok ditanam dilahan yang mempunyai pH yang berbeda-beda.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengambilan Contoh Tanah Utuh (Undisturbed Soil Sample)


Pengambilan contoh tanah berupa contoh tanah terganggu dan agregat utuh. Contoh tanah
terganggu digunakan untuk analisis sebaran partikel tanah (tekstur tanah) dan kandungan bahan
organik tanah, sedangkan agregat utuh digunakan untuk analisis kemantapan agregat tanah (Foth,
1986).
Contoh tanah yang baik hanya akan diperoleh jika pengambilan memperhatikan syarat–
syarat sebagai berikut. Pertama, dengan memperhatikan perbedaan-perbedaan dalam hal
topografi, sifat atau watak tanah, warna tanah, dan perbedaan-perbedaan lain yang menimbulkan
kelalaian. Kedua, merupakan contoh individual yang banyak tergantung dari keadaan lokasi yang
dalam hal ini yaitu kalau tanahnya homogen sebaiknya diambil lima sampai dua puluh contoh
lain. Contoh-contoh tanah individual ini sebaiknya diambil dan dikumpulkan atau dicampur
merata disebut contoh tanah rata-rata, dan kalau contoh tanah homogen itu luas 2-5 Ha yang
terdiri dari suatu contoh tanah individual. Dan terakhir, contoh tanah dari kasus seperti tanah dari
perumahan jalan, tanggul persawahan, selokan, tanah bekas penimbunan pupuk, supaya jangan
diambil atau sama sekali tidak boleh dianalisa (Poerwowidodo, 1991).

2.2 Pengambilan contoh tanah terganggu (Disturbed Soil Sample)


Pengambilan contoh tanah berupa contoh tanah terganggu dan agregat utuh. Contoh tanah
terganggu digunakan untuk analisis sebaran partikel tanah (tekstur tanah) dan kandungan bahan
organik tanah, sedangkan agregat utuh digunakan untuk analisis kemantapan agregat tanah (Foth,
1986).
Dengan demikian pengambilan contoh tanah yang diambil di lapangan haruslah
representatif artinya contoh tanah tersebut harus mewakili suatu areal atau luasan tertentu.
Penyebab utama dari contoh tanah tidak represetatif adalah kontaminasi, jumlah contoh tanah
yang terlalu sedikit untuk daerah yang variabilitas kesuburannya tinggi (Poerwowidodo, 1991).
Contoh tanah biasa atau contoh tanah-tanah terganggu untuk penetapan-penetapan kadar
air, tekstur dan konsistensi. Pengangkutan contoh tanah terutama untuk penetapan kerapatan, pH,
dan permeabilitas harus hati-hati. Guncangan-guncangan yang dapat merusak struktur tanah

3
harus dihindarkan.Dianjurkan untuk menggunakan peti khusus yang besarnya disesuaikan
dengan jumlah tabung. Waktu penyimpanan perlu diperhatikan. Contoh tanah yang terlalu lama
dalam ruangan yang panas akan mengalami perubahan, karena terjadi pengerutan dan aktivitas
jasad mikro (Hakim dkk, 1986).

4
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu


Tempat: kampus FKIP lama Glee Gapui
Waktu : 09.30 s.d selesai.

3.2 Alat dan Bahan


Alat:
 pH soil meter
 cangkul
 pisau
 meter
 sekop
Bahan:
 Cairan HCL
 Cairan H2O
 Buku warna tanah “mancel soil call shaft”

3.3 Cara Kerja


Langkah pertama menggali tanah sedalam 1 meter kalau sudah terlihat 3 warna tanah
yang berbeda atau lebih lalu ukur jarak antara warna-warna tanah yang berbeda. Kemudian ambil
sampel tanah, disaat mengambil sampel tersebut tidak boleh hancur karna kalau hancur maka
tidak dapat melihat struktur tanah tersebut.
3.3.1 Pengambilan contoh tanah utuh (Undisturbed soil sample)
Pertama, permukaan tanah dibersihkan dari rerumputan dan sampah lalu letakkan ring
sampel yang lebih besar dengan bagian runcing diposisi bawah diatas tanah tadi. Kedua, letakkan
papan kayu diatas permukaan ring sampel lalu pukul papan kayu tersebut dengan palu sampai
ring sampel tertanam secara keseluruhan dalam tanah, usahakan agar saat memukul ring tersebut
tidak bergerak-gerak karena dapat menyebabkan tanahnya terganggu. Ketiga, letakkan ring

5
sampel yang lebih kecil tepat diatas ring sampel yang lebih besar kemudian letakkan papan tadi
diatas ring tersebut, lalu pukul lagi hingga ring tersebut tertanam seluruhnya.
Keempat, pakailah sekop kecil kemudian tusukkan ke tanah kira–kira 10 cm dari
posisi ring diusahakan tusukan sekop tersebut lebih dalam dari ring yang tertanam pertama,
kemudian angkatlah pelan–pelan sekop tersebut dengan satu orang teman kita menakan ring
sampel dengan tangan agar tidak bergerak saat kita mengangkat keluar ke dua ring tersebut.
Terakhir, Irislah dengan menggunakan pemotong bagian bawah ring sampel yang besar secara
pelan pelan, diusahakan agar tak hancur, kemudian iris tanah yang mengubungkan ring sampel
yang besar dan yang kecil dengan pemotong secara pelan pelan dan bungkuslah ring sampel yg
besar tadi dengan pelastik pembungkus lalu ikatlah dengan gelang karet.

3.3.2 Pengambilan contoh tanah terganggu (Disturbed soil sample)


Pertama, permukaan tanah dibersihkan dari rerumputan dan sampah pada tempat yang
sama dengan tanah utuh. Kedua, tanah digali dengan menggunakan sekop kecil kurang lebih
sedalam 20cm. Terakhir, masukkan tanah tersebut sekitar ½ Kg kedalam plastik pembungkus lalu
ikat dengan karet gelang.

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Pengambilan contoh tanah utuh (Undisturbed soil sample)
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :
Gambar 1. Pengambilan contoh tanah utuh (Undisturbed Soil Sample).
4.1.2 Pengambilan contoh tanah terganggu (Disturbed soil sample)
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :
Gambar 2. Pengambilan contoh tanah terganggu (Disturbed Soil Sample).
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengambilan contoh tanah utuh (Undisturbed soil sample)
Pada percobaan yang telah dilakukan dilapang, cara kerja yang telah dilakukan
memenuhi syarat dari pengambilan sampel tanah yang baik menurut Poerwowidodo (1991) yaitu
dengan memperhatikan syarat–syarat sebagai berikut. Pertama, dengan memperhatikan
perbedaan-perbedaan dalam hal topografi, sifat atau watak tanah, warna tanah, dan perbedaan-
perbedaan lain yang menimbulkan kelalaian. Kedua, merupakan contoh individual, yang banyak
tergantung dari keadaan lokasi yang dalam hal ini yaitu, kalau tanahnya homogen sebaiknya
diambil lima sampai dua puluh contoh lain, contoh-contoh tanah individual ini, sebaiknya
diambil dan dikumpulkan atau dicampur merata disebut contoh tanah rata-rata, dan kalau contoh
tanah homogen itu luas, 2-5 Ha yang terdiri dari suatu contoh tanah individual. Dan terakhir,
contoh tanah dari kasus, seperti tanah dari perumahan jalan, tanggul persawahan, selokan, tanah
bekas penimbunan pupuk, supaya jangan diambil atau sama sekali tidak boleh dianalisa.

4.2.2 Pengambilan contoh tanah terganggu (Disturbed soil sample)


Pada percobaan yang telah dilakukan dilapang, telah dilakukannya langkah–langkah agar
sampel tanah terganggu tersebut tidak rusak. Menurut Hakim dkk (1986), pengangkutan contoh
tanah terutama untuk penetapan kerapatan, pH, dan permeabilitas harus hati-hati. Guncangan-
guncangan yang dapat merusak struktur tanah harus dihindarkan.

7
Dianjurkan untuk menggunakan peti khusus yang besarnya disesuaikan dengan jumlah
tabung. Waktu penyimpanan perlu diperhatikan. Contoh tanah yang terlalu lama dalam ruangan
yang panas akan mengalami perubahan, karena terjadi pengerutan dan aktivitas jasad mikro.

8
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pengambilan
contoh tanah utuh sangat diperlukan untuk menentukan sifat–sifat dari contoh tanah tersebut.
Jika melakukan pengambilan sampel tanah tersebut dengan cara yang benar dan memenuhi 3
syarat pengambilan, maka sampel tanah yang didapat akan baik.
Pengambilan contoh tanah terganggu juga diperlukan karena untuk menentukan sifat–
sifat dari contoh tanah tersebut yaitu seperti tekstur, reaksi tanah dan bahan organik contoh tanah
itu. Dalam pengambilan contoh tanah itu harus hati–hati karena guncangan–guncangan dapat
merusak struktur tanah itu. Dianjurkan untuk menggunakan peti khusus yang besarnya
disesuaikan dengan jumlah tabung serta waktu penyimpanan perlu diperhatikan karena contoh
tanah yang terlalu lama dalam ruangan yang panas akan mengalami perubahan.

5.2 Saran
Disarankan agar pada percobaan pengambilan sampel tanah mendatang, meskipun tempat
pengambilan kedua sampel tanah tersebut berbeda tiap kelompoknya, namun waktu pengambilan
sampel tersebut terjadi pada hari yang sama, dan dapat dibuatkan dokumentasi pengambilan agar
dapat diketahui apakah cara pengambilan sampel tanah pada semua kelompok mengikuti
prosedur yang ada atau tidak.

Kelompok 1: Muhammad haikal 17103111011


Nurul husna
Muhammad nur 17103111002
Miftahul jannah 17103111012
Kelompok 2: haris irfandi 17103111006
Maulia firdaus 17103111003
Ulfa dewi 17103111004
Aulia kanza 17103111008
Erayani 17103111005

Kelompok 3: Muhammad ludthi 17103111009


Asrul maulidin 17103111010
Zahyuna selvi 17103111007

Anda mungkin juga menyukai