Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan sifat-sifat

fisik dan kimia pada laboratorium. Tanah tersebut dapat diambil dari berbagai

tempat seperti tanah lapang yang sudah dikeringkan. Tujuan dari pengambilan

contoh tanah sendiri untuk menggambarkan keadaan sebenarnya sifat fisik dan

sifat kimia di lapangan.

Schoder (1972) menyatakan bahwa tanah itu sebagai suatu sistem tiga fase yang

mengandung air, udara, bahan-bahan mineral dan organic yang dipengaruhi faktor

lingkungan terhadap permukaan bumi dan kurun waktu sehingga terbentuk

perubahan dengan ciri-ciri morfologi yang khas, sehingga dapat menjadi tempat

tumbuh berbagai tanaman. Tubuh alam mengalami differensiasi membentuk

horizon-horison mineral dan organik dengan kedalaman yang berbeda dan

perbedaan sifat bahan induknya. Perbedaan sifat bahan induknya dari morfologi,

komposisi kimia, sifat-sifat fisis dan kehidupan biologisnya.

Tanah tersusun dari bahan organik sebesar 5 %, bahan mineral sebesar 45%, udara

sebesar 25%, dan air sebesar 25%. Melalui susunan tanah tersebut terbentuk tubuh

tanah. Akibatnya berangsung proses pembentukan tanah, sehingga terjadi

perbedaan pada morfologi, kimia, fisis, dan biologi dari tanah. Perbedaan tersebut

disebabkan oleh faktor pembentuk tanah yaitu iklim, bahan induk, topografi,

organisme, dan waktu. Sehingga untuk mengetahui keadaan tanah pada suatu
tempat perlu dilakukan pengambilan contoh tanah untuk di analisis. Pengambilan

contoh tanah sendiri dibagi menjadi 3 yaitu pengambilan contoh tanah utuh,

pengambilan contoh tanah agregat, dan pengambilan contoh tanah tidak utuh

(terganggu). Pengambilan contoh tanah dilakukan untuk menganalisis tanah yang

diolah menjadi data karakteristik tanah yang tidak dapat diperoleh secara

langsung.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum acara 1 penyiapan contoh tanah yaitu menyiapkan contoh

tanah kering angin/ udara dengan diameter 2 mm dan contoh tanah halus

(diameter 0,5 mm) yang digunakan untuk acara penetapan kadar air, derajat kerut

tanah, dan pengenalan contoh tanah dengan indra

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian tanah menurut Jooffe dan Marbut (1949) adalah tubuh alam (natural

body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam

(natural material) dipermukaan bumi. Pandangan revolusioner tentang tanah

dikembangkan oleh Dokuchaev di Rusia pada sekitar tahun 1870, berdasarkan

hasil pengamatan terhadap :

1. Perbedaan-perbedaan berbagai jenis tanah dan dijumpainya suatu jenis

tanah yang sama jika kondisinya relative sama;

2. Masing-masing jenis tanah mempunyai morfologi yang khas sebagai

konsekuensi keterpaduan pengaruh spesifik dari iklim, jasad hidup

(tanaman dan ternak), bahan induk, topografi, dan umur tanah; dan

3. Tanah merupakan hasil evolusi alam yang bersifat dinamis sepanjang

masa

Dinamika dan evolusi alam ini terhimpun dalam definisi tanah adalah “bahan

mineral yang tidak padat (unconsolidated) terletak di permukaan bumi, yang telah

dan akan tetap mengalami perlakuan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor genetic

dan lingkungan yang meliputi bahan induk, iklim (termasuk kelembaban dan

suhu), organisme (makro dan mikro) dan topografi pada suatu periode waktu

tertentu”. Satu penciri-beda utama adalah tanah ini secara fisik, kimiawi dan

biologis, serta ciri-ciri lainnya umumnya berbeda dibanding bahan induknya, yang

3
variasinya tergantung pada faktor-faktor pembentuk tanah. (Hanafiah, Kemas Ali,

2005)

Menurut Rachman, A. dan Abdurachman, A. (2006) ada beberapa jenis contoh

tanah diantaranya:

1. Contoh tanah utuh (Undisturbed soil sample)

Contoh tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari lapisan tanah

tertentu dalam keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya hampir menyamai

kodisi lapang. Contoh tanah tersebut digunakan untuk penetapan angka berat

volume, distribusi pori pada berbagai tekanan, dan permealitas.

2. Agregat utuh (Undisturbed soil agregate)

Contoh tanah agregat utuh dalam contoh tanah berupa bongkahan alami yang

kokoh dan tidak mudah pecah. Contoh tanah ini diperuntukan bagi analisis indeks

kesetabilan agregat (IKA). Contoh diambil menggunakan cangkul pada

kedalaman 0-20 cm.

3. Contoh tanah tidak utuh/terganggu (Disturbed soil sample)

Contoh tanah terganggu dapat juga digunakan untuk analisis sifatsifat kimia

tanah. Contoh kondisi tanah terganggu tidak sama dengan keadaan dilapang,

karena sudah terganggu sejak dalam pengambilan contoh. Contoh tanah ini dapat

dikemas menggunakan kantong plastik tebal atau tipis. Kemudian diberi label

yang berisikan informasi tentang lokasi, tanggal pengambilan, dan kedalaman

tanah. Label ditematkan di dalam atau diluar kantong plastik.

4
III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Pelaksanaan praktikum acara 1 Penyiapan Contoh Tanah dilaksanakan pada hari

Kamis, 11 April 2019 yang bertempat di Ruang Laboratorium Tanah Fakultas

Pertanian Unsoed pukul 09.00-11.00.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum acara 1 Penyiapan Contoh Tanah yaitu

contoh tanah tergannggu yang telah diambil dari lapang dan sudah

dikeringanginkan selama kurang lebih satu minggu.

Alat yang digunakan dalam praktikum acara 1 Penyiapan Contoh Tanah yaitu

mortir dan penumbuknya, saringan (2 mm, 1 mm, 0,5 mm), tambir untuk

peranginan, kantong plastik, dan spidol untuk menulis label.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja praktikum acara 1 penyiapan contoh tanah sebagai berikut :

1. Menumbuk contoh tanah yang sudah dikeringanginkan dalam mortir secara

hati-hati, kemudian mengayak dengan saringan berturut-turut dari yang

berdiameter 2 mm, 1 mm, dan 0,5 mm. Contoh tanah yang tertampung di

atas saringan 1 mm adalah contoh tanah yang berdiameter 2 mm, sedang

yang lolos saringan 0,5 mm adalah contoh tanah halus (<0,5 mm).

5
2. Memasukkan contoh tanah yang diperoleh ke dalam kantong plastik dan

memberi label seperlunya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dalam praktikum ini hasil berupa contoh tanah yang sudah ada dan disediakan

oleh laboratorium dan pihak asisten, sehingga praktikan tidak melakukan

praktikum pada acara 1 penyiapan contoh tanah. terdapat contoh tanah agregat

utuh serta contoh tanah 0,5 mm dan 2 mm yang sudah mengalami beberapa

tahapan.

B. Pembahasan

Menurut Sarwono Hardjowigeno (2010) bahwa dalam pertanian, tanah diartikan

lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari

hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dan organisme

(vegetasi atau hewan) yang hidup diatasnya atau didalamnya. Selain itu, di dalam

tanah terdapat pula udara dan air. Tanah terdiri dari berbagai macam, misalnya

entisol, inceptisol, andisol, ultisol, vertisol, dan lain-lain.

a. Tanah Entisol

Tanah Entisol merupakan tanah yang relatif kurang menguntungkan untuk

pertumbuhan tanaman, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan

produktivitasnya dengan jalan pemupukan. Sistem pertanian konvensional selama

6
ini menggunakan pupuk kimia dan pestisida yang makin tinggi takarannya.

Peningkatan takaran ini menyebabkan terakumulasinya hara yang berasal dari

pupuk/pestisida di perairan maupun air tanah, sehingga mengakibatkan terjadinya

pencemaran lingkungan,. Tanah sendiri juga akAkan mengalami kejenuhan dan

kerusakan akibat masukan teknologi tinggi tersebut. Atas latar belakang tersebut

mulai dikembangkan sistem pertanian organik yang dahulu telah lama dilakukan

oleh nenek moyang kita. Beberapa petani di Sleman dan Magelang telah

melakukannya, sementara yang lain belum tertarik karena belum mengetahui

manfaatnya terutama terhadap perbaikan sifat tanah (Pradopo, 2000).

b. Tanah Inceptisol

Inceptisol adalah tanah muda dan mulai berkembang. Profilnya mempunyai

horison yang dianggap pembentukannya agak lamban sebagai hasil alterasi bahan

induk. Horizon-horisonnya tidak memperlihatkan hasil hancuran ekstrem.

Horizon timbunan liat dan besi alumunium oksida yang jelas tidak ada pada

golongan ini. Perkembangan profil golongan ini lebih berkembang bila

dibandingkan dengan entisol. Tanah-tanah yang dulunya dikelaskan sebagai hutan

coklat, andosol dan tanah coklat dapat dimasukkan ke dalam inceptisol. (Moch.

Munir, 1995)

c. Tanah Andisol

Tanah andisol menurut Munir (1986) dalam Moch. Munir (1995) merupakan

tanah yang tidak mempunyai horizon argilik, natrik, spodik dan oksik, tetapi

mempunyai satu atau lebih dari epipedon histik, epipedon molik, epipedon

7
umbrik, horizon kambik, horizon plakik, duripan, atau pada jeluk 18 cm setelah

dicampur mempunyai value kurang dari 3 (lembab) dan mempunyai kandungan

bahan organic lebih dari 3 persen.

Andisol menurut Darmawidjaja (1990) dalam Moch. Munir ( 1995) merupakan

tanah yang berwarna hitam kelam, sangat porous, mengandung bahan organik dan

liat tipe amortf, terutama alofan (allophone) serta sedikit silica dan alumina atau

hidroksida besi.

d. Tanah Ultisol

Fanning dan Fanning (1989) dalam Moch. Munir menyatakan bahwa ultisol

merupakan tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika,

mempunyai horizon argilik atau kandik atau fragifan dengan lapisan liat tebal.

Dalam legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah

laterik serta sebagian besar tanah podlosik, terutama tanah podlosik merah kuning

(Mohr, Baren dan Borgh, 1972).

Drissen dan Soepraptohardjo (1974) seperti dikutip Rakhman dan Tambas (1986)

menyebutkan bahwa ultisol Indonesia diperkirakan sekitar 51 jutaha atau sekitar

29,7% daratan di Indonesia. Dimana sekitar 48,3 ha atau 95% di antaranya berada

di luar Pulau Jawa.

e. Tanah Vertisol

Vertisol adalah tanah hitam berkadar lempung tinggi, tersebar di area arid,

semiarid dan tropika. Luas total Vertisol di dunia mencapai 257 juta ha, terluas di

8
India barat (79 juta ha); di Australia timur (70 juta ha); di Afrika tengah: di Sudan

(50 juta ha) Chad (16 juta ha) dan Ethiopia (12 juta ha); di Amerika: di Texas,

Nevada, California, Uruguay dan Peninsula dengan total luas 28 juta ha; sisanya

tersebar di area tropika termasuk Indonesia. Iklim mempunyai ciri beralih tegas

antara musim hujan dan musim kering, dengan bulan kering antara 3 - 6 bulan

(Thompson dan Troeh, 1975; Fitzpatrick, 1980; van Wambeke, 1992; Buol dkk.,

2003).

Hanafiah (2005) menyatakan bahwa pengambilan contoh tanah sangat

mempengaruhi tingkat kebenaran hasil analisa di laboratorium. Metode atau

pengambilan contoh tanah yang tepat sesuai dengan jenis analisis yang akan

dilakukan merupakan persyaratan yang perlu diperhatikan. Pengambilan sampel

tanah ada 3 macam, yaitu :

1. Sampel Tanah Utuh (Undisturbed Soil Sample)

Sample tanah yang diambil dari lapisan tanah tertentu dalam keadaan tidak

terganggu, sehingga kondisinya menyamai kondisi di lapangan. Digunakan untuk

penetapan berat jenis isi, berat jenis partikel, porositas tanah, kurva pF, dan

permeabilitas tanah.

2. Sampel Tanah Tidak Utuh/Terganggu ( Disturbed Soil Sample)

Sampel tanah yang diambil dengan menggunakan cangkul, sekop, atau secara

manual dengan tangan. Digunakan untuk penetapan kadar air tanah, tekstur tanah,

konsistensi, warna tanah, dan analisis kimia tanah. Digunakan untuk penetapan

sifat tanah misalnya kandungan unsur hara, kapasitas tukar kation, kejenuhan

9
basa, dan lain-lain digunakan untuk pengambilan tanah terusik/terganggu (Agus,

Cahyono 2009).

3. Sampel Tanah Agregat (Undisturbed Soil Agregate)

Sample tanah yang berupa bongkahan alami yang kokoh dan tidak mudah pecah.

Digunakan untuk penetapan kemantapan agregat, potensi mengembang dan

mengkerut yang dinyatakan dengan nilai COLE (Coefficient of Linier

Extensibility).

Beberapa sifat tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut

(bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka menjadi

pecah-pecah, sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh

kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya pengembangan dari

pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE ((Coefficient of Linier

Extensibility). Istilah COLE banyak digunkan dalam bidang ilmu tanah

(Hardjowigeno, Sarwono 1985).

Metode pengambilan contoh tanah antara lain:

1. Ratakan dan bersihkan permukaan tanah dari rumput dan serasah.

2. Gali tanah sampai kedalaman tertentu (5-10 cm) di sekitar calon tabung

tembaga diletakkan, kemudian ratakan tanah dengan pisau.

3. Letakakan tabung di atas permukaan tanah secara tegak lurus dengan

permukaan tanah, kemudian dengan menggunakan balok kecil yang

diletakkan di atas permukaan tabung, tabung ditekan sampai tiga per

empat bagian masuk ke dalam tanah.

10
4. Letakkan tabung lain di atas tabung pertama, dan tekan sampai 1 cm

masuk ke dalam tanah.

5. Pisahkan tabung bagian atas dan tabung bagian bawah.

6. Gali tabung menggunakan sekop. Dalam menggali, ujung sekop harus

lebih dalam dari ujung tabung agar tanah dibawah tabung ikut terangkat

7. Iris kemudian tanah bagian atas terlebih dahulu dengan hati-hati agar

permukaan tanah sama dengan permukaan tabung kemudian tutup tabung

menggunakan tutup plastik yang telah tersedia. Setelah itu iris dan potong

bagian kelebihan tanah bagian bawah dengan cara yang sama dan tutuplah

tabung.

8. Cantumkan label diatas tutup tabung bagian atas contoh tanah yang berisi

informasi kedalaman, tanggal, dan lokasi pengambilan contoh tanah.

(Rachman, A., & Abdurachman, A. ,2006)

Manfaat dari pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah

dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu titik pengamatan,

misalnya pada lokasi kebun percobaan atau penetapan sifat fisik tanah yang

menggambarkan suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenis tanah tertentu

dalam suatu peta tanah. Penetapan tekstur tanah dan stabilitas agregat tanah

dilakukan menggunakan contoh tanah komposit tidak terganggu (undisturbed soil

sample), dengan harapan dapat memberikan gambaran sifat-sifat fisik tanah suatu

bidang lahan dengan luasan tertentu yang relatif homogen.

(Husein, Balittanah.litbang.pertanian.go.id.)

11
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari praktikum yang sudah dilaksanakan yaitu acara I Penyiapan Contoh Tanah

dapat di simpulkan sebagai berikut :

a) Dapat menyiapkan contoh tanah yang sudah dikering digunakan pada acara

penetapan kadar air tanah,untuk acara derajat kerut tanah dan untuk acara

pengenalan contoh tanah dengan indra

b) Pengambilan contoh tanah harus sesuai dengan metode yang ada karena

sangat mempengaruhi tingkat kebenaran hasil analisa di laboratorium.

B. Saran

Untuk para praktikan agar dapat lebih memperhatikan penjelasan asisten

praktikum agar tidak mengalami saat melakukan praktikum.

12
DAFTAR PUSTAKA

Chanan, M., Hardiwinoto, S., Cahyono Agus, C., & Purwanto, R. H.


KARAKTERISASI SIFAT KIMIA FISIKA TAPAK TEGAKAN (Tectona
grandis Lin. F). In Seminar Nasional dan Gelar Produk 2017 (p. 109).

EVAN, S. LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH PENGMBILAN


CONTOH TANAH, PENETAPAN KADAR AIR TANAH SECARA
GRAVIMETRIK, PENETAPAN BOBOT ISI DAN RUANG PORI TOTAL.

Hakim, N., Nyakpa, Y., Lubis, A. M., Nugroho, S. G., Saul, M. R., Diha, M. A.,
... & Bailey, H. H. (1986). Dasar-dasar ilmu tanah (TNH). Bandar Lampung:
Penerbit Universitas Lampung.

Hanafiah, K. A. (2005). Dasar-dasar ilmu tanah. Jakarta : PT RajaGrafindo


Persada.

Hardjowigeno, S. (1987). Ilmu tanah. MSP.

Hardjowigeno, S. (2003). Ilmu Tanah Ultisol. Edisi Baru. Akademika Pressindo,


Jakarta.

Munir, M. (1996). Tanah-tanah utama Indonesia. Pustaka Jaya. Jakarta, 315.

Rachman, A., & Abdurachman, A. (2006). 6. PENETAPAN KEMANTAPAN


AGREGAT TANAH. KATA PENGANTAR, 63.

Utami, S. N. H., & Handayani, S. (2003). Sifat kimia entisol pada sistem
pertanian organik chemical properties in organic and conventional farming
system. Ilmu Pertanian, 10(2), 63-69.

13
LAMPIRAN

Gambar 1. Peralatan Penyiapan Contoh Tanah

Gambar 2. Tabung Tanah

Gambar 3. Contoh Tanah

14

Anda mungkin juga menyukai