Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN FISIKA DAN KIMIA TANAH

PENGAMBILAN CONTOH TANAH

Oleh:
Tri Wahyuningsih
NIM A1H013055

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat dipermukaan kulit bumu, yang
tersusun dari bahan bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan
organik sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan
medium pertumbuhan tanaman dengan sifat - sifat tertentu, baik itu fisik, kimiwai
juga sifat biologis. Dilihat dari sudut pertanian, tanah adalah alat atau faktor
produksi yang dapat menghasilkan berbagai produk pertanian. Peran tanah
sebagai alat produksi pertanian adalah sebagai berikut:
1. Tanah sebagai tempat berdirinya tanaman.
2. Tanah sebagai gudang tempat unsur unsur hara yang diperlukan
tanaman.
3. Tanah sebgai tempat persedian air bagi tanaman.
4. Tanah dengna tata udara yang baik merupakan lingkunngan yang baik
bagi pertumbuhan tanaman.
Analisis sifat fisik tanah memerlukan tiga macam contoh tanah, yaitu:
1. Contoh tanah utuh untuk penetapan penetapn berat jenis isi (Bulk
density), beart jenis partikel (Partikel density), porositas tanh, kurva pF,
dan permeabilitas tanah.
2. Contoh tanah biasa atau contoh tanah terganggu untuk pentapan
penetapan kadar air, tekstur, konsistensi, warna tanahdan analisi kimia
tanah.

3. Contoh tanah dengan agregat utuh untuk penetapan kemantapan agragat,


kemampuan mengembangkan dan mengkerut yang dinyatakan dengan nila
Cole.
Tanah yang berbeda di atas bumi ini merupakan suatu benda alam yang
bersifat kompleks atau memiliki struktur yang heterogen karena tersusun atas tiga
fase, yaitu fase padat yang terdiri dari bahan bahan organik, fase gas terrdiri dari
udara tanah, fase yang etrakhir yaitu fase cairan yang merupakan air tanah yang
mengandung bahan bahan terlarut di dalamnya. Bahan organik terdiri dari sisa
sisa tanaman, hewwan dan jasad hidup lainnya yang bersifat makro maupun
mikro. Tanah merupakan media yang baik bagi perakaran tanaman sebagai gidang
unsur har, dan sanggup menyediakkan air serta udara bagi keperluan tanaman.
Jumlah dan macamnya bahan penyusun tanah bias bervarisai dari suatu tempat ke
tempat lain di permukaan bumi sehingga dibedakan satu jenis tanah dengan jenis
tanah laiinnya.
Ada beberapa macam definisi tanah, menurut Joffe dan Marbut ( ahli ilmu
tanah dari USA ), tanah adalah tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan
berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam atau natural forces
terhadap bahan-bahan alam (natural material ) dipermukaan bumi. Tanah tersusun
atas : bahan mineral, udara dan air tanah. Susunan utama tanah berdasarkan
volume dari jenis tanah dengan tekstur berlempung, berdebu dengan catatan
tanaman dapat tumbuh dengan baik yaitu udara 25 %, air 25 %, mineral 45 % dan
bahan organik 5 %.

Pengambilan contoh tanah secara komposit dapat menghemat biaya analisis


bila dibandingkan dengan pengambilan secara individu. Adalagi contoh tanah
yang diambil dengan pengambilan sampel (care) dan disebut dengan contoh tanah
utuh, yang biasanya digunakan untuk menetapkan sifat tanah disebut contoh tanah
utuh karena strukturnya asli seperti apa adanya di lapangan sedangkan contoh
tanah yang sebagian atau seluruh strukturnya telah rusak disebut contoh tanah
terganggu
B. Tujuan
1. Mengatahui cara pengmbilan contoh tanah utuh dan contoh tanah
terganggu.
2. Mengambil contoh tanah biasa atau tanah terganggu untuk analisa
kimia dan kestabilan agregat tanah (agregat stability).

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Agregat-agregat dalam tanah selalu dalam tingkatan perubahan yang continue.


Pembasahan, pengeringan, pengolahan tanah, dan aktivitas biologis semuanya
berperan di dalam pengrusakan dan pembangunan agregat-agregat tanah. Struktur
lapisan oleh lapisan olah dipengaruhi oleh pengolahan praktis dan dimana aerasi
dan drainase membatasi pertumbuhan tanaman, sistem pertanaman yang mampu
menjaga kemantapan agregasi tanah akan memberikan hasil yang tinggi bagi
produksi pertanian (Hakim, 1986).
Banyak faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah tetapi hanya
ada lima faktor yang dianggap paling penting yaitu (1) Iklim, (2) Organisme, (3)
Bahan Induk, (4) Topografi, dan (5) Waktu. Dalam proses pembentukan tanah
pengaruh kelima faktor tersebut bersifat simutan, bukan parsial.

Walaupun

kenyataan dilapangan ditemukan ada salah satu faktor yang lebih dominan
pengaruhnya

dibandingkan

dengan

faktor

pembentukan

tanah

lainnya.

Pengambilan contoh tanah merupak tahap awal dan terpenting dalam program uji
tanah di laboratorium. Analisis contoh tanah bertujuan untuk menentukan sifat
fisik dan kimia tanah (status unsur hara tanah), mengetahui lebih dini adanya
unsur-unsur beracun didalam tanah, sebagai dasar penetapan dosis pupuk, dan
kapur sehingga lebih efektif, efisien dan rasional dan memperoleh database untuk
program perencanaan dan pengolahan tanah tanaman. Contoh tanah utuh untuk
penetapan-penetapan kerapatan limbak, susunan pori tanah, pH dan permeabilitas.

Contoh tanah dengan agregat utuh untuk penetapan kemantapan agregat dan nilai
COLE (Khamandayu, 2009).
Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari
komposisi antara agregat (butir) tanah dan ruang antar agregat. Tanah tersusun
dari tiga fase yaitu : fase padatan, fase cair, dan fase gas. Fase cair dan gas
mengisi ruang antar agregat.

Stuktur tanah tergantung dari imbangan ketiga

faktor penyusunnya. Ruang antar agregat disebut sebagai porus (jamak pori).
Struktur tanah baik bagi perakaran apabia pori berukuran besar terisi air. Tanah
yang gembur memiliki agregat yang cukup besar. Tanah menjadi liat apabila
berlebihan lempung, sehingga kekurangan makropori (Subagyo, 1970).
Contoh tanah adaah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian
tubuh tanah (horizon atau lapisan atau solum) dengan sifat-sifat yang akan diteliti.
Sifat-sifat fisika tanah, dapat kita analisis meaui dua aspek, yaitu disperse dan
fraksinasi.

Untuk mencari atau mengetahui sifat fisik tanah, kita dapat

menggunakan pengambilan contoh tanah dengan 3 cara yaitu pengambilan dalam


keadaan agregat tidak terusik, pengambilan tanah tidak terusik dan pengambilan
tanah terusik (Agus, 1998).
Fraksinasi adalah penganalisisan sifat-sifat fisika tanah dengan cara
memisahkan butir-butir primer tersebut. Untuk mencari dan atau mengetahui sifat
fisik tanah, kita dapat menggunakan pengambilan contoh tanah dengan
pengambilan

tanah

(Soegiman,1982).

tidak

terusik,

terusik,

dan

agregat

tidak

terusik

III.

METODOLOGI

A. Alat dan Bahan


1. Tanah di lahan
2. Penggaris
3. Kantong Plastik
4. Pisau
5. Tanah
6. Ring Sampel
7. Cangkul
8. Kertas Label
9. Spidol
10. Timbangan.
B. Prosedur Kerja
1.

Pengambilan Contoh Tanah Utuh


a.

Meratakan dan membersihkan permukaan tanah dari rerumputan.

b.

Menggali tanah sampai kedalaman tertentu (5-10 cm) di sekitar calon


tabung tembaga diletakkan, kemudian ratakan tanah dengan pisau.

c.

Meletakkan tabung di atas permukaan tanah secara tegak lurus dengan


permukaan tanah, kemudian dengan menggunakan balok kecil yang
diletakkan di atas permukaan tabung, tabung ditekan sampai tiga per
empat bagian masuk ke dalam tanah.

d.

Meletakkan tabungb lain di atas tabung pertama dan menekannya sanpai


kedalaman 1 cm masuk ke dalam tanah.

e.

Memisahkan tabung bagian atas dari tabung bagian bawah.

f.

Menggali tabung menggunakan skop. Dalam menggali ujung sekop harus


lebih dalam dari ujung tabang agar tanah di bawah tabung ikut terangkat.

g.

Mengiris kelebihan tanah bagian atas dahulu dengan hati-hati agar


permukaan tanah sama dengan permukaan tabung, kemudian tutuplah
tabung menggunakan tutup alumunium yang telah tersedia. Setelah itu,
mengiris dan memotong kelebihan tanah bagian bawah dengan cara yang
sama dan menutup tabungnya.

h.

Mencantumkan label di atas tutup tabung bagian atas contoh tanah yang
berisi nama kelompok.

2.

Pengambilan Contoh Tanah Terganggu


a.

Membersihkan permukaan tanah dari rerumputan dan sampah yang


mengganggu.

b.

Mencangkul tanah sampai kedalaman 20 cm dari permukaan.

c.

Mengambil bongkahan tanah yang agregatnya masih utuh dengan hatihati, kemudian memasukkan ke dalam kantong plastik yang disediakan.

d.

Mencantumkan label pada plastik contok tanah yang berisi kedalaman dan
nama kelompok.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN\

A. Hasil
Kelompok 6
Diketahui:
r: 2.5 cm
t: 5 cm
Volume Ring =

= 3.14 (2.5)2 x 5
= 98.17 cm2

Kelompok 7
Diketahui:
r: 2.25 cm
t: 5 cm
Volume Ring =

= 3.14 (2.25)2 x 5
= 79.48 cm2

Kelompok 8
Diketahui:
r: 2.5 cm
t: 5 cm
Volume Ring =

= 3.14 (2.5)2 x 5

= 98.17 cm2
Kelompok 9
Diketahui:
r: 2.5 cm
t: 5.5 cm
Volume Ring =

= 3.14 (2.5)2 x 5.5


= 107.93 cm2

Kelompok 10
Diketahui:
r: 2.5 cm
t: 5 cm
Volume Ring =

= 3.14 (2.5)2 x 5
= 98.17 cm2

Tabel 1. Pengambilan Contoh Tanah Utuh


Ring

Jari Jari

Tinggi

Volume

Berat Ring +

Berat ring + kop

(cm)

(cm)

(cm2)

Kop (gr)

+ tanah (gr)

2.5

98.17

45

150

2.25

79.48

50

150

2.5

98.17

35

190

2.5

5.5

107.93

35

190

10

2.5

98.17

35

185

Tabel 2. Pengambilan Contoh Tanah Terganggu.


Sampel
Pengamatan

Lapisan I

Lapisan II

Lapisan III

Kedalaman

30 cm

60 cm

90 cm

Warna

10 R 2/2

5 YR 3/4

10 R 4/3

Struktur

Pasir

Liat

Setengah Liat

Kekerasan

Gembur

Lembek

Sedang

Kerikil

Ada (Banyak)

Ada (Sedikt)

Ada (Sedang)

Perakaran

ada

Tidak ada

Tidak ada

B. Pembahasan
Tanah adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas
mineral dan bahan organik. Tanah merupakan salah satu penunjang yang
membantu kehidupan semua mahluk hidup yang ada di bumi. Tanah sangat
mendukung terhadap kehidupan tanaman yang menyediakan hara dan air di bumi.
selain itu, Tanah juga merupakan tempat hidup berbagai mikroorganisme yang
ada di bumi dan juga merupakan tempat berpijak bagi sebagian mahluk hidup
yang ada di darat. Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting
sebagai penyimpan air dan mencegah terjadinya erosi. Meskipun tanah sendiri
juga bisa tererosi.

Banyak ahli yang mendefinisikan tanah, definisi ini bedasarkan hasil temuan
pada penelitian yang telah dilakukan. Berikut adalah ringkasan berbagai pendapat
mengenai definisi tanah menurut para ahli, sebagai berikut:
1. J.J Berzelius (Swedia, 1803). Tanah adalah sebagai laboratorium kimia
tempat proses dekomposisi dan reaksi kimia yang berlangsung secara
tersembunyi.
2. Justus Von Liebiy (Jerman, 1840). Mengajukan teori keseimbangan hara
tanaman (theory balancehesheet of plan naturation), yang menganggap
tanah sebagai tabung reaksi dimana dapat diketahui jumlah dan jenis hara
tanamannya.
3. Friedrich Fallou (1855). Tanah dianggap sebagai hasil pelapukan oleh
wkatu yang menggeruti batuan keras dan lambat laun mengadakan
dekomposisi.
4. Dokuchaiev (Rusia, 1877), pengertian tanah harus dihubungkan dengan
iklim dan dapat digambarkan sebagai zone zone geograf yang luas, yang
dalam skala peta dunia tidak hanya dihubungkan dnegan iklim, tetapi juga
dengan lingkungan tumbuhan.
5. A.S Thear (1990), permukaan planet terdiri atas bahan remah dan lepas
yang disebut tanah, yang merupakan akumulasi dan campuran berbagai
bahan, seperti unsur unsur: Si, Al, Ca, Mg, Fe, dll.
6. Humphry Davy (Inggris, 1913). Tanah sebgai laboratorium alam yang
menyediakan unsur hara bagi tanaman.

7. C.V\F. Marbut (Rusia, 1914). Tanah merupakan lapisan paling luar kulit
bumi yang biasanya bersifat tak padu dan mempunyai sifat tebal mulai
dari selaput tipis sampai lebih dari 3 meter, yang berbeda dari bahan di
bawahnya dalam hal: warna, sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologinya.
8. Ramman (1918). Tanah sebagai bahan batuan yang sudah dirombak
menjadi partikel partikel kecil yang remah dan sisa sisa vegetasi dan
hewan. Tanah adalah medium bagi tanaman
9. Alfred Mistscherlich (1920). Tanah adalah campuran bahan padat berupa
partikel partikel kecil air dan udara yang mengandung hara dan dapat
menumbuhkan tumbuh tumbuhan.
10. Jaeob S. Joffe (1949). Tanah merupakan benda alam yang tersusun atas
horison horison yang etrdiri dari bahan bahan kimia mineral dan bahan
organik, biasanya tidak padu dan mempunyai tebal yang dapat dibedakan
dalam hal morfologi fisik, kimia, dan buologinya.
11. Thornbury (1957). Tanah adalah bagian dari permukaan bumi yang
ditandai oleh lapisan yang sejajar dengan permukaan sebagai hasil
modifikasi oleh proses proses fisis, khemis maupun biologis yang
bekerja di bawah kondis yang bemacam macam dan bekerja selama
periode tertentu.
12. E. Saifudin Sarief (1986). Tanah adalah benda alami yang terdapat yang
terdapat di permukaan bumi yang tersusun dari bahan bahan mineral
sebahai hasil pelapukan batuan dan bahan organik (pelapukan sisa
tumbuhan dan hewan), yang emrupakan medium pertumbuhan tanaman

dengan sifat sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor
faktor alami, iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya
waktu pembentukan.
Nama-nama tanah dalam tingkat jenis dan macam tanah dalam sistem Pusat
Penelitian

Tanah

yang

disempurnakan

sangat

mirip

dengan

sistem

FAO/UNESCO. Walapun demikian nama-nama lama yang sudah terkenal tetap


dipertahankan, tetapi menggunakan definisi-definisi baru. Nama-nama tanah dan
definisnya yang disederhanakan :
a. Organosol : Tanah organik (gambut yang tebalnya lebih dari 50 cm.
b. Litosol : Tanah mineral yang tebalnya 20 cm atau kurang. Di bawahnya
terdapat batuan keras yang padu.
c. Rendzina : Tanah dengan epipedon mollik (warna gelap, kandungan bahan
organik lebih 1 %, kejenuhan basa lebih 50 %, dibawahnya terdiri dari
batuan kapur.
Tabel 1. Padanan nama tanah menurut berbagai sistem klasifikasi
(disederhanakan)
No

Sitem Dudal

Modifikasi

FAO/UNESCO

USDA Soil

Soepraptohardjo (1956

1978/1982

(1974)

Taxonomy

-1961)
1

Tanah Aluvial

(1975)
Tanah

Flusiol

Entisol

Aluvial
2

Andosol

Andosol

Andosol

Inceptisol

Brown Forest Soil

Kambisol

Cambisol

Andisol

Grumusol

Grumosol

Vertisol

Inceptisol

Latosol

Kambisol

Cambisol

Vertisol

Latosol

Nitosol

Inceptisol

Laternik

Ferralsol

Ultisol

Litosol

Litosol

Litosol

Entisol

Mediteran

Mediteran

Luvisol

Alfisol/Inceptisol

Organosol

Organosol

Histosol

Histosol

Podsol

Podsol

Podsol

Spodosol

10

Podsol Merah Kuning

Podsolik

Acrisol

Ultisol

11

Podsol Coklat

Kambisol

Cambisol

Inceptisol

12

Podsol Coklat

Podsol

Acrisol

Ultisol

d. Grumusol : Tanah dengan kadar liat lebih dari 30 % bersifat mengembang


dan mengkerut. Kalau musim kering tanah keras dan retak-retak karena
mengkerut, kalau basah lengket (mengembang).
e. Gleisol : Tanah yang selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau
menunjukkan sifat-sifat hidromorfik lain.
f. Aluvial : Tanah berasal dari endapan baru, berlapis-lapis, bahan organik
jumlahnya berubah tidak teratur dengan kedalaman. Hanya terdapat
epipedon ochrik, histik atau sulfurik, kandungan pasir kurang dari 60 %.
g. Arenosol : Tanah berstektur kasar dari bahan albik yang terdapat pada
kedalaman

sekurang-kurangnya

50

cm

dari

permukaan

atau

memperlihatkan ciri-ciri mirip horison argilik, kambik atau oksik, tetapi

tidak memenuhi syarat karena tekstur teralu kasar. Tidak mempunyai


horison penciri kecuali epipedon ochrik.
h. Andosol : Tanah-tanah yang umumnya berwarna hitam (epipedon mollik
atau umbrik dan mempunyai horison kambik; bulk density) kerapatan
lindak kurang dari 0.85 gr/cm3; banyak mengandung bahan amorf, atau
lebih dari 60 % terdiri dari abu vuklanik vitrik, cinders, atau bahan
pryroklasik lain.
i. Latosol : Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal,
gembur, warna seragam dengan batas-batas horison yang kabur, solum
dalam (lebih dari 150 cm),kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya
mempunyai epipedon umbrik dan horison kambik.
j. Brunizem : Seperti Latosol, tetapi kejenuhan basa lebih dari 50 %.
k. Kambisol : Tanah dengan horison kambik, atau epipedon umbrik, atau
mollik. Tidak ada gejala-gejala hidromorfik (pengaruh air).
l. Nitosol : Tanah dengan penumbunan liat (horison argilik). Dari horison
penimbunan liat maksimum ke horison-horison dibawahnya, kadar liat
kurang dari 20 %. Mempunyai sifat ortosik (Kapasitas Tukar Kation
kurang dari 24 me/100 gr liat).
m. Podsolik : Tanah dengan horison penimbunan liat (horison argilik), dan
kejenuhan basa kurang dari 50 %. Tidak mempunyai horison albik.
n. Mediteran : Seperti tanah Podsolik mempunyai horison argilik tetapi
kejenuhan basa lebih dari 50 %.

o. Planosol : Tanah dengan horison albik yang terletak di atas horison dengan
permeabilitas lambat (misalnya horison argilik atau natrik yang
memperlihatkan perubahan tekstur nyata, adanya liat berat atau pragipan,
dan memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik sekurang-kurangnya pada
sebagaian dari horison albik.
p. Podsol : Tanah hosison penimbunan besi, Al oksida dan bahan oraganik (=
horison spodik). Mempunyai horison albik.
q. Oksisol : Tanah dengan pelapukan lanjut dan mempunyai horison oksik,
yaitu horison dengan kandungan mineral mudah lapuk rendah, fraksi liat
dengan aktifitas rendah, Kapasitas Tukar Kation rendah (kurang dari 16
me/100 gr liat). Tanah ini juga mempunyai batas-batas horison yang tidak
jelas.
Di Indonesia banyak jenis tanah yang dimana tanah-tanah tersebut
dimanfaatkan untuk beberapa hal yang dilakukan oleh masyrakat, berikut jenisjenis tanh yang tersebut.
Jenis-jenis tanah yang terdapat di Indonesia antara lain:
Tanah vulkanis tanah yang berasal dari pelapukan vulkanin gunung berapi. Tanah
ini dikenal cukup subur. Para ahli membagi tanah vulkanik ke dalam tiga jenis
yakni:
1. Tanah andosol
Proses terbentuknya: dari abu vulkanis yang telah mengalami proses
pelapukan. Ciri-ciri: warna kelabu hingga kuning, peka terhadap erosi, dan sangat
subur Pemanfaatannya: sebagai lahan pertanian, perkebunan, hutan pinus atau

cemara. Persebaran: Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera, Nusa Tenggara


Barat, dan Sulawesi.

Gambar 1. Tanah andosol.

2. Tanah regosol
Proses terbentuknya: dari endapan abu vulkanis baru yang memiliki butir
kasar. Ciri-ciri: berbutir kasar, berwarna kelabu hingga kuning dan kadar bahan
organik rendah. Pemanfaatannya: untuk pertanian padi, palawija, tebu dan kelapa.
Persebaran: di lereng gunung berapi, pantai dan bukit pasir pantai yang meliputi
pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara.
3. Tanah alluvial (tanah endapan)
Proses terbentuknya: tanah hasil erosi (lumpur dan pasir halus) di daerahdaerah dataran rendah. Ciri-ciri: warna kelabu dan peka terhadap erosi
Pemanfaatannya: sebagai lahan pertanian sawah dan palawija. Persebaran:
Sumatera, Jawa bagian utara, Halmahera, Kalimatan Barat, Kalimantan Selatan,
Sulawesi dan Papua bagian selatan.
Tanah organosol Jenis tanah yang satu ini bersumber dari pelapukan
berbagai bahan-bahan organik lainnya. Tanah jenis ini sangat subur dan bagus

ditanami berbagai jenis tanaman. Para ahli membagi tanah organosol ke dalam
dua kelompok yakni:
1. Tanah humus
Proses terbentuknya dari hasil pembusukan bahan-bahan organic. Ciri-ciri:
warna kehitaman, mudah basah, mengandung bahan organik, sangat subur.
Pemanfaatannya sebagai lahan pertanian. Persebaran Lampung, Jawa Tengah
bagian selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tenggara

Gambar 2. Tanah humus.

2.

Tanah gambut
Proses terbentuknya : dari hasil pembusukan tumbuhan / bahan organik di

daerah yang selalu tergenang air (rawa-rawa). Ciri-ciri : bersifat sangat asam,
unsur hara rendah sehingga tidak subur. Pemanfaatannya : untuk pertanian pasang
surut. Persebaran : Pantai timur Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Halmahera,
Seram, Papua, Pantai Selatan

Gambar 3. Tanah gambut.

Tanah litosol (tanah berbatu-batu) proses terbentuknya dari pelapukan


batuan beku dan sedimen yang masih baru (belum sempurna) sehingga butirannya
besar / kasar. Ciri-cirinya tekstur tanahnya beranekaragam dan pada umumnya
berpasir, tak bertekstur, warna kandungan batu, kerikil dan kesuburan bervariasi
Pemanfaatannya : masih alang-alang, bisa untuk hutan Persebaran : Jawa Tengah,
Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Sumatera.
Tanah podzol proses terbentuknya : di daerah yang memiliki suhu rendah
dan curah hujan tinggi. Ciri-ciri: warna pucat, kandungan pasir kuarsa tinggi,
sangat masam, peka terhadap erosi, kurang subur. Pemanfaatannya : untuk
pertanian palawija. Persebaran : Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Papua.

Gambar 4. Tanah podzol.

Tanah laterit, proses terbentuknya tanah yang tercuci air hujan, sehingga
unsur hara telah hilang meresap dan mengalir ke dalam tanah. Ciri-cirinya warna
cokelat kemerah-merahan, tidak subur. Pemanfaatannya untuk lahan pertanian.
Persebarannya di Kalimantan Barat, Lampung, Banten, Sulawesi Tenggara.
Tanah mergel, proses terbentuknya dari hasil campuran pelarutan kapur,
pasir dan tanah liat karena peristiwa air hujan. Ciri-cirinya tidak subur.
Pemanfaatannya untuk hujan jati. Persebaran di Yogyakarta, Priangan Selatan di
Jawa Barat, pegunungan Kendeng di Jawa Tengah, Kediri, Madiun, Nusa
Tenggara.
Tanah terarosa (kapur) yang terdiri:
1.

Tanah renzina
Proses terbentuknya dari pelapukan batuan kapur di daerah yang
memiliki curah hujan tinggi. Ciri-cirinya warna putih sampai hitam, miskin
unsur hara Pemanfaatannya untuk palawija, hutan jati. Persebaran di Gunung
kidul, Yogyakarta.

Gambar 5. Tanah renzina.


2.

Tanah mediteran
Proses terbentuknya hasil pelapukan batuan kapur keras dan sedimen. Ciri-

cirinya warna putih kecoklatan, keras, tidak subur. Pemanfaatannya untuk

pertanian tegalan, hutan jati. Persebaran : Pegunungan Jawa Timur, Nusa


Tenggara, Jawa Tengah, Sulawesi, Maluku, Sumatera
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program
uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk
mengukur kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai
petunjuk

penggunaan

pupuk

dan

kapur

secara

efisien,

rasional

dan

menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang
diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan
cara benar. Oleh karena itu pengambilan contoh tanah merupakan tahapan
terpenting di dalam program uji tanah.
Contoh tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat sebelum
tanam namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan. Keadaan
tanah saat pengambilan contoh tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi
kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup
untuk pengolahan tanah). Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya
diambil pada kondisi basah. Beberapa Frekuensi Pengambilan Contoh Tanah
Secara umum, contoh diambil sekali dalam 4 tahun untuk sistem pertanaman
dilpangan. Untuk tanah yang digunakan secara intensif, contoh tanah diambil
paling sedikit sekali dalam 1 tahun. Pada tanah-tanah dengan nilai uji tanah tinggi,
contoh tanah disarankan diambil setiap 5 tahun sekali.
Sebelum pengambilan contoh tanah, perlu diperhatikan keseragaman areal/
hamparan. Areal yang akan diambil contohnya diamati dahulu keadaan topografi,
tekstur, warna tanah, pertumbuhan tanaman, input (pupuk, kapur, bahan organic,

dan sebagainya), dan rencana dapat ditentukan 1 hamparan yang sama (homogen/
mendekati sama). Hamparan tanah yang homogen tidak mencirikan perbedaanperbedaan yang nyata, antara lain warna tanah dan pertumbuhan tanaman
kelihatan sama.
Dalam pengambilan tanah ada beberapa hal- hal yang perlu diperhatikan :
a. Jangan mengambil contoh tanah dari galengan, selokan, bibir teras, tanah
tererosi sekitar rumah dan jalan, bekas pembakaran sampah/ sisa tanaman/
jerami, bekas penimbunan pupuk, kapur dan bahan organic, dan bekas
penggembalaan ternak.
b. Permukaan tanah yang akan diambil contohnya harus bersih dari rumputrumputan, sisa tanaman, bahyan organic/ serasah, dan batu- batuan atau
kerikil.
c. Alat- alat yang digunakan bersih dari kotoran- kotoran dan tidak berkarat.
Kantong plastic yang digunakan sebaiknya masih baru, belum pernah
dipakai untuk keperluan lain.
Pada praktikum pengambilan contoh tanah digunakan 2 cara pengambilan
contoh tanah, yaitu pengambilan contoh tanah agregat utuh ( bongkah) dan
pengambilan contoh tanh terganggu.Pada contoh tanah agregat utuh (bongkah)
dilakukan perlakuan metode standar dengan mencangkul hingga kedalaman 0 20
cm. Tanah yang harus diambil harus berupa bongkahan alami yang tidak mudah
pecah dan tidak terintervensi oleh benda lain atau cangkul, untuk wadah atau
tempat pengambilan sampel tanah dengan menggunakan ring sebagai wadahnya
dan kop sebagai penutup ring. Sedangkan pada pengambilan contoh tanah

terganggu digunakan metode komposit yaitu dipilih menggunakan metode silang.


Dipilih 2 titik pengamatan dengan jarak.
Pada pengambilan tanah utuh dilakukan dengan cara pertama-tama kami
menimbang berat ring beserta tutupnya, jari-jari ring, tinggi ring, dan volume ring,
sehingga masing-masing didapatkan hasil untuk berat ring 35 gram, jari-jari ring
2,5 cm, tinggi ring 5 cm, dan volume ring 98,12 cm3.
Kami melakukan pengambilan tanah utuh, kemudian

setelah selesai

menimbang kembali berat ring, tutup beserta tanah yang ada di dalamnya, dan
diperoleh hasil 196,59 g. Untuk pengambilan contoh tanah terganggu kami
melakukan pengamatan mengenai kedalaman, warna, struktur, kekerasan, kerikil,
dan perakaran pada tiap tiap lapisan yaitu lapisan 1 dengan kedalaman 30 cm,
lapisan 2 dengan kedalaman 60 cm, dan lapisan 3 dengan kedalaman 90 cm.
Warna tanah pada kedalam 30 cm adalah 10 R 2/2 , pada kedalaman 60 cm warna
tanah 5YR 3/4, dan pada kedalaman 90 cm warna tanahnya 10 R 4/3 . Untuk
struktur tanah pada kedalaman 30 cm adalah pasir, kedalaman 60 cm Liat, dan
kedalaman 90 cm setengah liat. Kekerasan tanah pada tiga bagian kedalaman yang
berbeda tersebut sama yaitu lunak. Jumlah kerikil yang terkandung pada tanah
dengan kedalaman 30 cm agak banyak, sedangkan pada kedalaman 60 cm dan 90
cm sedikit kerikil yang terkandung di dalamnya. Perakaran yang dibandingkan
dengan kedalaman lainnya juga berbeda dimana pada kedalaman 30 cm memiliki
perakaran yang sedikit, pada lapisan 60 cm dan 90 cm tidak memiliki perakaran.
Selanjutnya melakukan pengambilan tanah tidak utuh atau terganggu, cara
pengambilannya bebeda dengan cara pengambilan untuk contoh tanah utuh karena

tidak menggunakan ring sampel. Tanah yang diambil yakni tanah disekitar bekas
pengambilan tanah utuh. Yaitu dengan mengikis bagian pinggir tanah bekas
pengambilan tanah utuh, tanah diambil kemudian dimasukan ke dalam plastik dan
diberi label kemudian di amati. Contoh tanah biasa atau contoh tanah terganggu
untuk penetapan-penetapan kadar air, tekstur dan konsistensi. Pengangkutan
contoh tanah terutama untuk penetapan kerapatan limbah, pH dan permeabilitas
harus hati-hati. Contoh tanah yang terlalu lama dalam ruang yang panas akan
mengalami perubahan, karena terjadi pengerutan dan aktivitas jasad mikro.
Sebaliknya contoh tanah disimpan dalam ruangan yang lembab (kelembaban
relatif kurang lebih 90 % dan suhu kurabg lebih 18 % dengan variasi cukup kecil
(Khamandayu, 2009).
Kami juga melakukan perbandingan dengan kelompok lainnya yaitu
kelompok 6, 7, 9, dan 10. Dari kelompok 6 diperoleh hasil jari-jari ring 2,5 cm,
tinggi ring 5 cm, volume ring 98,17 cm3 , berat ring beserta tutup 45 gram, dan
berat ring yg terisi tanah 150 gram. Data dari kelompok 7 adalah jari-jari 2,5 cm,
tinggi ring 5 cm, volume ring 79,48 cm3, berat ring dan tutup 50 gram, berat ring
berisi tanah 150 gram. Data dari kelompok 9 adalah jari-jari 2,5 cm, tinggi ring
5,5 cm, volume ring 107,93 cm3, berat ring dan tutup 35 gram, berat ring berisi
tanah 190 gram. Data dari kelompok 10 adalah jari-jari 2,5 cm, tinggi ring 5 cm,
volume ring 98,17 cm3, berat ring dan tutup 35 gram, berat ring berisi tanah 185
gram. Hasil dari masing-masing kelompok ada yang berbeda disebabkan dari
caara pengambilan sampel tanah.

V.

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Nama-nama tanah dan definisnya yang disederhanakan : Organosol :


Tanah organik (gambut yang tebalnya lebih dari 50 cm, Litosol : Tanah
mineral yang tebalnya 20 cm atau kurang. Di bawahnya terdapat batuan
keras yang padu., Rendzina : Tanah dengan epipedon mollik (warna gelap,
kandungan bahan organik lebih 1 %, kejenuhan basa lebih 50 %,
dibawahnya terdiri dari batuan kapur.
2. Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam
program uji tanah.
3. Dalam pengambilan tanah ada beberapa hal- hal yang perlu diperhatikan :
Jangan mengambil contoh tanah dari galengan, selokan, bibir teras, tanah
tererosi sekitar rumah dan jalan, bekas pembakaran sampah/ sisa tanaman/
jerami, bekas penimbunan pupuk, kapur dan bahan organic, dan bekas
penggembalaan ternak, kemudian permukaan tanah yang akan diambil
contohnya harus bersih dari rumput- rumputan, sisa tanaman, bahyan
organic/ serasah, dan batu- batuan atau kerikil, dan alat- alat yang
digunakan bersih dari kotoran- kotoran dan tidak berkarat. Kantong plastic
yang digunakan sebaiknya masih baru, belum pernah dipakai untuk
keperluan lain.

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Adawiah. 2013. Laporan Teknik Pengambilan Contoh Tanah Agregat Utuh


(Bongkah) dan Terganggu. Universitas Lampung: Lampung. Diakses pada
tanggal

15

Mei

2015

pukul:

09:06

http://adawiiah.blogspot.com/2013/12/laporan-teknik-pengambilan-contohtanah.html).
Amirullah. 2011. Cara Pengambilan Tanah untuk Analisis Uji Tanah. diakses
pada

tanggal

13

Mei

2015

pukul:

0:22

(http://sulsel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&vi
ew=article&id=138:cara-pengambilan-contoh-tanah-untuk-analisis-ujitanah-&catid=48:panduanpetunjuk-teknis-leaflet&Itemid=232)
Anonim. 2010. Chapter II_13. Universitas Sumatera Utara. Diunduh pada tanggal
13 Mei 2015 pukul 20:20
Noname.2014. Pengertian tanah menurut para ahli. diakses pada tanggal 10 0515 pukul: 23:50. (http://www.scribd.com/doc/202494522/Pengertian-Tanahmenurut-beberapa-ahli#scribd).
Purbayanti, dkk., 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada Press.
Jogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai