Anda di halaman 1dari 28

TEHNIK PENGAMBILAN SAMPEL

TANAH

JERNITA SINAGA, SKM, MPH


KURIKULUM DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN
PADA KEMENTRIAN KESEHATAN RI.
 Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang
terdiri atas komponen-komponen padat, cairan, dan
gas.
 Sifat dinamik tanah tersebut karena tanah merupakan
system yang terbuka dengan terjadinya proses
pertukaran bahan dan energy secara
berkesinambungan
 Tanah merupakan suatu sistem yang kompleks,
berperan sebagai sumber kehidupan tanaman, yang
mengandung semua unsur yang berbeda baik dalam
bentuk maupun jumlahnya.
 Unsur hara mikro seperti besi (Fe), mangan (Mn), seng
(Zn) dan tembaga (Cu) merupakan unsur hara penting
bagi tanaman yang terdapat dalam tanah.
Menurut standar umum kadar Pb dan Cd yang boleh
ada pada tanah adalah masing-masing 150 ppm dan 2
ppm namun untuk jenis tanah yang berasal dari
batuan beku

Kandungan unsur-unsur tersebut dalam tanah sangat


bervariasi tergantung sifat-sifat tanah seperti pH,
tekstur tanah, komposisi mineral, aktivitas
mikroorganisme di dalamnya dan kelembaban.
 Ketersediaan Fe dalam tanah berkisar antara (10.000
~ 60.000) ppm atau (1 % ~ 6 %), Mn berkisar (100 ~
5.000) ppm, Zn berkisar (20 ~ 150) ppm, sedangkan Cu
berkisar (2 ~ 60) ppm
 Tanah dengan atau tanpa disadari merupakan tempat
penimbunan akhir dari limbah yang diakibatkan oleh
aktivitas manusia.
 Secara alami tanah akan menguraikan bahan kimia yang
mask kedalam tanah, tetapi apabila bahan kimia yang
direrima tersebut berlebihan maka tanah tidak akan
mampu menguraikannya.
 Setiap jenis tanah mempunyai kemampuan yang berbeda
dalam merespon bahan kimia yang diterimanya.

Lima faktor yang sangat penting didalam proses


pembentukkan tanah yaitu :
1) Iklim.
(2) Organisme.
(3) Bahan Induk.
(4) Topografi.
(5) Waktu
FUNGSI PENGAMBILAN SAMPEL TANAH

 Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan


terpenting di dalam program uji tanah TERCEMAR dan
melihat unsur hara tanah
 Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan
untuk mengukur kadar hara, menetapkan status hara
tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk
penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional
dan menguntungkan.
 Menentukan uji tanah yang tercemar oleh bahan limbah
 Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah
yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan
rekomendasinya dan tidak dengan cara benar.
 pengambilan contoh tanah merupakan tahapan
terpenting di dalam program uji tanah.
Kapan Pengambilan Contoh Tanah Dilakukan
1. Contoh tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu
menunggu saat sebelum tanam
2. Tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan.
3. Keadaan tanah saat pengambilan contoh tanah pada
lahan kering sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang
(kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira
cukup untuk pengolahan tanah).
4. Pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil pada
kondisi basah.
Beberapa Frekuensi Pengambilan Contoh
Tanah
1. Secara umum, contoh diambil sekali dalam 4
tahun untuk sistem pertanaman dilpangan.
2. Untuk tanah yang digunakan secara intensif,
contoh tanah diambil paling sedikit sekali dalam 1
tahun.
3. Pada tanah-tanah dengan nilai uji tanah tinggi,
contoh tanah disarankan diambil setiap 5 tahun
sekali.
Cara mengambil contoh tanah komposit dapat
dilakukan sebagai berikut :

1. Menentukan tempat pengambilan contoh


tanah individu, terdapat dua cara yaitu (1) cara
sistematik seperti sistem (gambar 1)
diagonal atau zig- zag dan (2) cara acak.
2. Rumput rumput, batu batuan atau kerikil, sisa tanaman atau
bahan organic segar/ serasah yang terdapat dipermukaan
tanah di bersihkan.
3. Untuk lahan kering keadaan tanah pada saat pengambilan
contoh tanah sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang
(kelembaban tanah sedang yaitu kondisi kira- kira cukup
untuk pengolahan tanah). Sedang untuk lahan sawah
contoh tanah sebaiknya diambil pada kondisi basah atau
seperti kondisi saat terdapat tanaman.
Cara mengambil contoh tanah komposit dapat dilakukan
sebagai berikut :

4. Contoh tanah individu diambil menggunakan bor tanah


(auger atau tabung) atau cangkul dan sekop.
5. Jika menggunakan bor tanah, contoh tanah individu diambil
pada titik pengambilan yang telah ditentukan, sedalam +20
atau lapisan olah.
6. Sedangkan jika menggunakan cangkul dan sekop, tanah
dicangkul sedalam lapisan olah (akan membentuk seperti
huruf v),
7. kemudian tanah pada sisi yang tercangkul diambil setebal
1,5 cm dengan menggunakan cangkul atau sekop (gambar
2)
8. Contoh- contoh tanah indivisu tersebut dicampur dan
diaduk merata dalam ember plastic, lalu bersihkan dari sisa
tanaman atau akar.
9. Setelah bersih dan teraduk rata, diambil contoh seberat
kira-kira 1 kg dan dimasukkan kedalam kantong plastic
(contoh tanah komposit).
Lanjutan cara….

10. Untuk menghindari kemungkinan pecah pada saat


pengiriman, kantong plastic yang digunakan rangkap
dua.
11. Pemberian label luar dan dalam.
12. Label dalam harus dibungkus dengan plastic dan
dimasukkan diantara plastikpembungkus supaya tulisan
tidak kotor atau basah, sehingga label tersebut dapat
dibaca sesampainya dilaboratorium tanah.
13. Sedangkan label luar disatukan pada sat pengikatan
plastic.
14. Pada label diberi keterangan mengenai kode pengambilan,
nomor contoh tanah, asal dari
(desa/kecamatan/kabupaten), tanggal pengambilan, nama
dan alamat pemohon.
15. Selain label yang diberi keterangan, akan lebih baik jika
contoh tanah yang dikirim dilengkapi dengan peta situasi
atau peta lokasi contoh.
Lanjutan cara….

16. Informasi tambahan yang dibutuhkan antara lain


penggunaan lahan .
17. penggunaan pupuk.
18. Kapur.
19. bahan organik.
20. waktu terakhir penggunaan pupuk,
21. kapur atau bahan organic.
22. kemiringan lahan; posisi/ letak pada lereng (bagian atas
tengah atau bawah); bentuk lereng (rata, cembung, atau
cekung); bentuk wilayah (datar, berombak, bergelombang
atau berbukit);
23. keadaan pertanaman; tanaman terakhir atau sebelumnya;
hasil yang telah dicapai dan yang diinginkan.
24. Seluruh informasi lokasi pengambilan contoh tanah dicatat
dalam formulir isian yang berlaku.
Gambar 1: menentukan titik pengambilan sampel
Peralatan untuk pengambilan contoh tanah

1. Alat untuk mengambil contoh tanah seperti bor tanah


(auger, tabung), cangkul, sekop.
2. Alat untuk membersihkan bor, cangkul dan sekop seperti
pisau dan sendok tanah untuk mencampur atau mengaduk
3. Ember plastic untuk mengaduk kumpulan contoh tanah
individu
4. Kantong plastic agak tebal yang dapat memuat 1 kg tanah,
dan kantong plastic untuk label.
5. Kertas manila karton untuk label dan benang kasur untuk
mengikat label luar
6. Spidol (water proof) untuk menulis isi label
7. Karung untuk mengepak contoh bila contoh tanah banyak
8. Lembaran informasi contoh tanah yang diambil.
Hal- hal yang perlu diperhatikan untuk daerah yang
tercemar dapat memperhatikan :

1. Mengambil contoh tanah dari galengan, selokan, bibir


teras, tanah tererosi sekitar rumah dan jalan, bekas
pembakaran sampah/ sisa tanaman/ jerami, bekas
penimbunan pupuk, kapur dan bahan organic, dan
bekas penggembalaan ternak.
2. Permukaan tanah yang akan diambil contohnya harus
memang daerah yang dianggap tercemar bahan
pencemar untuk daerah yang tercemar
3. Untuk daerah pertanian diutamakan tanah yang bersih
dari rumput- rumputan, sisa tanaman, bahyan organic/ ,
dan batu- batuan atau kerikil.
4. Alat- alat yang digunakan bersih dari kotoran- kotoran
dan tidak berkarat.
5. Kantong plastic yang digunakan sebaiknya masih baru,
belum pernah dipakai untuk keperluan lain.
Cara Pengambilan contoh Sampel Tanah

1.Sampel Sesaat (Grab Sample) : Sampel yng diambil


secara langsung dr badan tanah yang sedang dipantau.
Sampel ini hanya menggmbarkan karakteritik
tanah pada saat pengambilan sampel.
2. Sampel komposit (Compsite sample) : Sampel campuran
dari beberapa waktu pengambilan. Pengambilan sampel
komposit dapat dilakukan secara manual ataupun secara
otomatis dgn menggunakan peralatan yang dapat
mengambil air pada waktu-waktu tertentu. Pengambilan
sampel scara otomatis hanya dilakukan jika ingi
mengetahui gambaran tentang karakteristik kualitas
tanah secara terus-menerus
3. Sampel gambungan tempat (integrated sample) : sampel
gabungan yang diambil secara terpisah dari beberpa
tempat, dengan volume yang sama.
Cara Pengambilan contoh Sampel Tanah

4. Automatic Sampling (Pengambilan Contoh Otomatis), Cara ini


dikembangkan untuk memenuhi program pengamatan kualias
sampel secara penyeluruh.
5. Peralatan memerlukan bangunan khusus dengan penampungan
dan pemeliharaan yang baik alat mengambil contoh otomatis
biasanya bekerja dalam 24 jam.

Contoh Tanah

A. Contoh tanah yang diambil dapat berbentuk contoh


tanah terganggu (disturb soil samples)
B. Contoh tanah utuh atau tidak terganggu
(undisturb soil samples).
C. Contoh tanah utuh biasanya diperlukan untuk analisis sifat fisik
tanah (bobot isi, porisitas dan permeabilitas tanah), sedangkan
contoh tanah terganggu diperlukan untuk analisis sifat kimia
tanah dan sifat fisik tanah lainnya (tekstur, kadar air tanah/pF).
Cara Pengambilan contoh Sampel Tanah,………..
D. Pengambilan contoh tanah utuh (undisturb soil samples) harus
menggunakan “ring samples”, sedangkan contoh tanah
terganggu dapat diambil dengan menggunakan alat cangkul,
sekop, atau auger (bor tanah).
E. Untuk keperluan evaluasi status kesuburan tanah, sebaiknya
contoh yang diambil merupakan contoh komposit yaitu contoh
tanah campuran dari contoh-contoh tanah individu (sub
amples).
F. Suatu contoh komposit harus mewakili suatu bentuk/unit lahan
yang akan dikembangkan atau digunakan untuk tujuan
pertanian.
G. Satu contoh komposit mewakili suatu hamparan lahan yang
homogen (10 – 15 Ha).
H. Untuk lahan miring dan bergelombang satu contoh
komposit dapat mewakili tidak kurang dari 5 hektar.
I. Satu contoh komposit terdiri dari campuran 15 contoh tanah
individu (sub samples).
Pengambilan Contoh Tanah Terusik di
Lapisan Permukaan:

1. Memilih tempat yang tidak tergenang air, tak terkena


sinar matahari langsung,datar dan mewakili
tempat sekitarnya.
2. Membersihkan seresah, batuan dan benda alam lain di l
apisan permukaansehingga tubuh tanah terlihat.
3. Mengambil sekitar 1-2 kg contoh tanah kering angin
dengan menggunakan pacul,cethok dan
memasukkannya kedalam plastik yang beritiket: Kode
tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan
dan ciri-ciri istimewa lainnya.
Pengambilan Contoh Tanah Terusik dengan Bor.

1. Meletakkan mata bor di permukaan tubuh tanah.


2. Memutar pegangan bor perlahan-lahan ke arah
kanan dengan disertai tekanansampai seluruh kepala bor
terbenam.
3. Kepala bor perlahan dikeluarkan dari tubuh tanah dengan
memutar pegangan bor tanah ke arah kiri dengan disertai
tarikan.
4. Contoh tanah yang terbawa kepala bor dilepaskan
perlahan sampai bersih dandiusahakan tidak banyak
merusak susunan tanah.
5. Pengeboran dilanjutkan lagi pada setiap ketebalan tanah
20 cm sampaikedalaman yang dikehendaki.
6. Contoh tanah hasil pengeboran pada setiapketebalan 20
cm itu diletakkan tersusun menurut kedalaman aslinya,
sehingga akan diperoleh gambaran profiltanah.
Pemeriksaan Sampel Tanah untuk Pemeriksaan
Kualitas Kimia

Prosedur kerja
1. Lakukan pengambilan sampel tanah dengan menggunakan auger
/ bor tangan dengan kedalaman 15 – 25 cm
2. Lakukan pengambilan tanah yang ada pada auger / bor tangan
dengan mengunakan sekop kecil
3. Lakukan pelabelan pada kemasan sampel, dengan rincian:
a. Tanggal pengambilan sampel : ………………..
b. Lokasi pengambilan sampel : ………………..
c. Jenis sampel : Padatan /
sampah / tanah *)
d. Jenis pemeriksaan : Fisik / kimia /
mikrobiologi dan parasitologi*)
e. Nama petugas : ....................
Tanda Tangan : ….................
4. Masukan kemasan sampel yang sudah diberi label ke box sampel
Pengambilan contoh tanah juga sangat berpengaruh
terhadap tingkat kebenaran hasil analisis sifat fisik
dan sifat kimia tanah.

Ada tiga cara pengambilan contoh tanah yaitu :


1. Contoh tanah utuh (undisturbed soil sampel),
digunakan untuk penetapan berat jenis tanah,
berat jenis partikel, porositas tanah, kurva pf, dan
permeabilitas tanah.
2. Contoh tanah tidak utuh ( disturbed soil sampel),
digunakan untuk penetapan kadar air tanah,
tekstur tanah, konsistensi, warna, dan analisis
kimia tanah.
3. Contoh tanah dengan agregat utuh (undisturbed
soil agregate), digunakan untuk penetapan
kemantapan agregat, pontesi mengembang dan
mengkerut yang dinyatakan dengan nilai COLE
(coofficient of linear extencibility)
PENGAMBILAN CONTOH TANAH UNTUK
ANALISIS FISIK
Untuk analisis fisik tanah diperlukan tiga macam contoh
tanah, yaitu :
1. Contoh tanah utuh untuk penetapan-penetapan
kerapatan limbak, susunan pori tanah, pH dan
permeabilitas.
2. Contoh tanah dengan agregat utuh untuk penetapan
kemantapan agregat dan Nilai Cole.
3. Contoh tanah biasa atau contoh tanah terganggu untuk
penetapan-penetapan kadar air, tekstur dan konsistensi.

Pengangkutan contoh tanah terutama untuk penetapan


kerapatan limbah, pH dan permeabilitas harus hati-hati.
Guncangan-guncangan yang dapat merusak struktur tanah
harus dihindarkan.
Dianjurkan untuk menggunakan peti khusus yang besarnya
disesuaikan dengan ukuran dan jumlah tabung.
Waktu penyimpanan perlu diperhatikan.

Contoh tanah yang terlalu lama dalam ruang yang panas


akan mengalami perubahan, karena terjadi pengerutan
dan aktivitas jasad mikro.

Sebaliknya contoh tanah disimpan dalam ruangan yang


lembab (kelembaban relatif kurang lebih 90 % dan suhu
kurabg lebih 18 % dengan variasi cukup kecil.
PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH DAN LAHAN

PerMen LH Nomor 23 Tahun 2008 tentang Pecegahan


Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup akibat
Pertambangan Emas Rakyat
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 02 Tahun 2007 Tentang
Larangan Ekspor Pasir, Tanah, dan Top Soil (termasuk Tanah
Pucuk atau Humus)
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 03 Tahun 2007 Tentang
Verifikasi atau Penelusuran Teknis Ekspor Bahan Galian
Golongan C Selain Pasir, Tanah dan Top Soil (Termasuk Tanah
Pucuk atau Humus).
PerMen LH Nomor 07 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengukuran
Kriteria Baku Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa
PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH DAN LAHAN

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 Tentang


Pengendalian Kerusakan Dan Atau Pencemaran Lingkungan
Hidup yang Berkaitan Dengan Kebakaran Hutan Dan Atau Lahan
Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 Tentang
Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa
KepMen Kehutanan & Perkebunan Nomor 146 Tahun 1999
Tentang Pedoman Reklamasi Bekas Tambang Dalam Kawasan
Industri
KepMen LH Nomor 43 Tahun 1996 Tentang Kriteria Kerusakan
Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan
Galian Golongan C Jenis Lepas di Daratan
KepMen Pertambangan & Energi Nomor 1211 Tahun 1995
Tentang Pencegahan & Penanggulan Perusakan & Pencemaran
Lingkungan Pada Kegiatan Pertambangan Umum

Anda mungkin juga menyukai