Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN FISIOLOGI TERNAK

ANATOMI DAN FISIOLOGI PENCERNAAN

Disusun oleh Kelompok 4 :

Siska Amelia 200110180029


Naufal Ardiana Jiyad 200110180095
Nur Fitri Puspita Sari 200110180101
Sarah Risna Zhafira 200110180107
Fenita Ayu Sabrina 200110180108

Kelas E

LABORATIRUM FISIOLOGI TERNAK dan BIOKIMIA


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji tuhan kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat

kehendaknyalah kami dapat menyelesaikan Laporan praktikum ini dengan sebaik

– baiknya. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi

Ternak yang berjudul “Anatomi dan Fisiologi Pencernaan”. Laporan ini telah

kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari beberapa pihak

sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami

mengucapkan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan

pembuatan makalah ini

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan, kalimat, maupun tata bahasanya oleh karena

itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dan pembaca

agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat

khususnya bagi kami sendiri umumnya bagi para pembaca.

Jatinangor, November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

I ................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah................................................................... 2

1.3 Maksud dan Tujuan .................................................................... 2

1.4 Waktu dan Tempat ..................................................................... 2

2.1 Alat dan Bahan ............................................................................ 3

2.2 Prosedur Kerja ............................................................................ 3

III ................................................................................................................ 5

HASIL PENGAMATAN .......................................................................... 5

3.1. Pencernaan monogastrik (ayam) .................................................. 5

3.2. Hasil pengamatan pencernaan poligastrik (sapi/domba) ........... 5

3.3. Hasil pengamatan pencernaan monogastrik herbivore.............. 6

IV ................................................................................................................ 7

PEMBAHASAN ........................................................................................ 7

3.1 Sistem Pencernaan Monogastrik Unggas .................................. 7

3.2 Sistem Pencernaan Monogastrik (Kelinci) ............................... 8

3.3 Sistem pencernan poligastrik ................................................... 10

V ................................................................................................................ 16

ii
PENUTUP ................................................................................................ 16

5.1 Kesimpulan .................................................................................. 16

5.2 Saran ............................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 17

LAMPIRAN ............................................................................................. 18

iii
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pencernaan adalah penghancuran bahan makanan (mekanis

/enzimatis, kimia dan mikrobia) dari bentuk komplek (molekul besar)

menjadi sederhana (bahan penyusun) dalam saluran cerna. Pencernaan

makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar menjadi

ukuran yang lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan yang

kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan menggunakan enzim dan

organ-organ pencernaan. Pola pencernaan pada hewan umumnya sama

dengan manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esophagus, lambung dan

usus. Naman, demikian sturktur alat pencernaan berbeda-beda dalam

berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi redahnhya tingkat organiasasi

sel hewan tersebut dan jenis makannya. Proses pencernaan makanan pada

ternak ruminansia relatif lebih komplek dibandingkan proses pencernaan

pada jenis ternak lainnya. Alat pencernaan terdiri atas saluran yang

memanjang mulai dari mulut sampai ke usus dan berakhir di lubang

pelepasan atau anus.

Hewan ruminansia umumnya herbivora atau pemakan tanaman,

sehingga sebagian besar makanannya adalah selulose, hemiselulose dan

bahkan lignin yang semuanya dikategorikan sebagai serat kasar. Hewan ini

disebut juga hewan berlambung jamak atau polygastric animal, karena

lambungnya terdiri atas rumen, retikulum, omasum dan abomasum.

Pencernaan pada ruminansia terjadi secara mekanik, fermentatif dan

enzimatik. Hewan monogastrik seperti kuda, kelinci dan marmut tidak


mempunyai struktur lambung seperti pada hewan poligastrik untuk

1
fermentasi selulosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan

oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri.

Pencernaan merupakan rangkaian proses yang terjadi dalam saluran

pencernaan sampai memungkinkan terjadinya penyerapan. Dengan

mempelajari sistem pencernaan, kita dapat memahami keterkaitan yang

terjadi pada sistem pencernaan. Selain itu kita juga diharapkan dapat

berusaha menjaga kesehatan pada organ pencernaan serta dapat mencegah

gangguan atau penyakit yang mungkin timbul pada organ itu.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apa itu sistem pencernaan ternak.

2. Bagaimana sistem pencernaan pada hewan poligastrik.

3. Bagaimana sistem pencernaan pada hewan monogastrik.

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui sistem pencernaan ternak.

2. Mengetahui sistem pencernaan pada hewan poligastrik (ruminansia).

3. Mengetahui sistem pencernaan pada hewan monogastrik (Nonruminansia).

1.4 Waktu dan Tempat

1.3.1 Waktu : 10.00 – 12.00 WIB

1.3.2 Tanggal : Rabu, 20 Oktober 201

1.3.3 Tempat : Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia Fakultas

Peternakan Universitas Padjadjaran

2
II

ALAT BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

2.1 Alat dan Bahan

2.1.1 Domba , sebagai objek yang akan diamati

2.1.2 Termometer klinik , berfungsi untuk mengukur suhu tubuh domba

2.1.3 Stetoscope , berfungsi untuk mengukur frekuensi denyut jantung

domba

2.1.4 Vaseline , berfungsi sebagai pelumas saat termometer dimasukan ke

dalam anus

2.2 Prosedur Kerja

2.2.1 Keluarkan domba dari kandang dengan hati – hati , usahakan terjadi

adaptasi dengan domba dengan sekitarnya termasuk dengan

praktikan.

2.2.2 Domba dijepit antara 2 kaki praktikan dan elus – elus lehernya.

2.2.3 Memberi jarak minimal 7 meter untuk jarak domba dengan domba

yang lainnya untuk mengurangi kegelisahan.

2.2.4 Ambil termometer lalu ujung termometer dimasukkan ke dalam

Vaseline

2.2.5 Masukan termometer yang telah diolesi vaseline ke dalam anus

domba selama 3-5 menit. Pengukuran dilakukan hanya 1 kali.

2.2.6 Catat hasilnya pada tabel suhu tubuh.

2.2.7 Ambil stetoscope lalu tempelkan pada daerah kostal ( dada ) sebelah

kiri , di bawah tulang rusuk keempat.

2.2.8 Dengarkan denyut jantungnya dan hitung frekuensi denyut jantun g

dalam 1 menit.

3
2.2.9 Catat hasilnya pada tabel denyut jantung dan ulangi sebanyak 3

kali.

2.2.10 Lakukan perabaan pada arteri ( keempat ujung jari tangan di

pangkal paha bagian dalam )

2.2.11 Hitung denyut nadi selama 1 menit dan ulangi sebanyak 3 kali .

2.2.12 Catat hasilnya dalam tabel denyut nadi.

4
III

HASIL PENGAMATAN

3.1. Pencernaan monogastrik (ayam)

Hasil Keterangan

1. Eshopagus
2. Tembolok / crop
3. Proventriculus
4. Gizzard
5. Gall bladder
6. Hati / liver
7. Pancreas
8. Duodenal loop
9. Usus kecil
10. Caeca
11. Usus besar
12. kloaka

3.2. Hasil pengamatan pencernaan poligastrik (sapi/domba)

Hasil Keterangan

1. Esophagus
2. Reticulum
3. Omasum
4. Abomasum
5. Rumen
6. Usus kecil
7. Usus besar
8. Rectum

5
3.3. Hasil pengamatan pencernaan monogastrik herbivore

Hasil Keterangan

1. Mulut
2. Lambung
3. Esophagus
4. Hati
5. Pancreas
6. Usus halus
7. Colon
8. Caecum
9. Rectum
10. Anus

6
IV

PEMBAHASAN

3.1 Sistem Pencernaan Monogastrik Unggas

Pencernaan adalah penguraian pakann ke dalam zat-zat makanan

dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oeh jaringan –

jaringan tubuh (Anggorodi, 1985). Ayam merupakan ternak non-ruminansia

yang artinya ternak yang mempunyai lambung sederhana atau monogastrik.

Urutan organ pencernaanya terdiri dari beak (paruh), esophagus, crop

(tembolok), proventiculus, gizzard, usus halus (duodenum, jejenum, dan

ileum), usus besar dan kloaka. Prinsip sistem pencernaan pada ayam terdiri

dari :

1. Pencernaan secara mekanik (fisik) : Karena unggas tidak bergigi maka

makanan yang besar atau keras digiling dalam perut pengunyah.

Pencernaan dilakukan oleh kontraksi otot polos terutama terjadi di

gizzard yang dibantu oleh bebatuan (grit). Suprijatna (2002)

menyatakan gizzard memiiki dua pasang otot yang sangat kuat.

Panjangnya 5 cm dan panjang presentasenya 1,5 – 2,4 %.

2. Pencernaan secara kimiawi (enzimatik) : Pencernaan secara kimiawi

dilakukan oleh enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kelenjar saliva

di mulut, enzim di dalam proventikulus, enzim di pankreas, enzim

empedu di hati dan enzim di dalam usus halus. Proventikulus adalah

suatu pelebaran dari kerongkongan sebelum berhubungan dengan

gizzard.

3. Pencernaa secara mikrobiologik terdiri dari :

7
 Digesti (pencernaan) adalah proses pemecahan zat-zat makanan

sehingga dapat diabsorpsi oleh saluran pencernaan, proses ini

terjadi pada paruh, tembolok , proventikulus, gizzard, usus halus,

usus besar dan ceca. Rizal (2006) menyatakan Esopagus

merupakan saluran makanan dari mulut ke farinks menuju

proventikuus pada unggas. Tembolok merupakan pelebaran

esopaghus yang tidak terdapat pada non-ruminansia lain dan

berfungsi penyimpanan makanan sementara. Sedangkan crop

digunakan untuk menyimpan pakan sebelum masuk ke dalam

proventikulus. Proventikulus atau lambung kelenjar merupakan

tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis yang mensekresikan

pepsiniogen dan HCl.

 Absorpsi (penyerapan) terjadi di dalam usus halus yang terdiri dari

duodenum, jejenum, dan ileum. Menurut Soeharsono (2010)

hubungan relatif antara usus halus dengan tubuh unggas lebih

pendek daripada mamalia, tetapi terdapat variasi panjang, yang

dipengaruhi oleh kebiasaan makan (eating habits). Setelah proses

pencernaan di dalam usus halus makanan akan menuu ke usus

besar dan kloaka. Kloaka pada ungas betina adalah pertemuan

antara saluran telur, urine dan feses.

 Metabolisme terjadi pda seluruh tubuh yang kemudian disintesis

menjadi protein, glukosa, produksi telur atau daging, penimbunan

lemak dll.

3.2 Sistem Pencernaan Monogastrik (Kelinci)

Menurut Herman (2000) kelinci merupakan ternak herbivora yang

bukan ruminansia, kurang mampu untuk mencerna serat kasar tetapi dapat

8
mencerna protein dari tanaman berserat dan memanfaatkannya dengan efektif.

Urutan digesti pada kelinci adalah :

1. Mulut

Makanan yang masuk ke dalam mulut akan terjadi pencernaan

mekanik dengan tujuan agar makanan menjadi bagian yang lebih kecil

dan mengubah pati menjadi maltosa agar mudah ditelan dengan

bantuan enzim amilase.

2. Esopaghus

Esopaghus adalah lanjutan pharing dan masuk ke dalam cavum

abdominale dan bermuara pada bagian ventriculus.

3. Ventriculus

Lambung kelinci /ventriculus berfungsi sebagai tempat

penyimpanan pakan dan tempat terjadinya proses pencernaan dimana

dinding lambung mensekresikan getah lambung yang terdiri dari air,

garam organik, mucus, HCl, pepsinogen, dan faktor intrinsik yang

pentiing untuk efisiensi absorbsi vitamin B12.


4. Usus Halus

Terdiri atas duodenum, jejenum, dan ileum. Jejenum

meruppakan kelanjutan dari duodenum dan ileum di sebelah caudal

ventriculus dan berfungsi sebagai tempat absorbsi makanan.

5. Caecum

Dalam caecum makanan disimpan dalam waktu sementara.

Pencernaan selulosa dilakukan oleh bakteri yang menghasilkan asam

asetat, propionat, dan butirat.

9
6. Rectum

Rectum merupakan kelanjutan dari colon dan membentuk

feses. Rectum berakhir sebagai anus.

7. Anus

Feses keluar lewat anus, feses adalah sisa makanan yang tidak

tercerna. Sistem pencernaan kelinci mempunyai keunikan yaitu

mampu menhasilkan feses malam (night feces) yang mengandung

protein dan vitamin yang larut dalam air. Kelinci mempunyai sifat

coprophagy yaitu memakan feses yang sudah dikeluarkan.

3.3 Sistem pencernan poligastrik

Berdasarkan hasil pengamatan, sistem digesti ruminansia terdiri atas

mulut, esophagus, lambung (terdiri dari rumen, omasum, reticulum, dan

abomasum), usus halus (terbagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum), usus

besar (terbagi menjadi sekum, kolon, dan rectum), dan yang terakhir adalah

anus. Seperti yang dinyatakan oleh Kamal (1994), sistem digesti merupakan

suatu lintasan organ yang menghubungkan lingkungan dengan proses


metabolisme alamiah pada hewan. Kamal (1994) juga menyatakan bahwa,

saluran pencernaan dimulai dari mulut dan diabsorbsi di dalam usus,

kemudian makanan yang sudah diserap akan dikeluarkan dalam bentuk feses.

1. Mulut

Mulut merupakan tempat terjadinya pemecahan makanan

secara mekanik maupun kimiawi. Di dalam mulut, terjadi berbagai

proses diantaranya adalah, mastikasi, deglutisi, dan salivasi. Mastikasi

merupakan proses pelembutan pakan melalui pengunyahan, deglutasi

adalah proses penelanan makanan, sedangkan salivasi adalah proses

lubrikasi makanan sekaligus pemecahan karbohidrat dengan

10
menggunakan enzim amylase. Hal ini diperkuat oleh Kamal (1994)

yang menyatakan bahwa, mastikasi bertujuan untuk menghaluskan

atau mengecilkan ukuran pakan sehingga mempercepat hidrolisis,

mencegah terjadinya luka pada saluran pencernaan, dan memudahkan

penelanan. Hartadi, dkk (2005) menambahkan, salivasi merupakan

pencampuran air ludah dan makanan yang berfungsi sebagai pelincir

saat penelanan. Air liur mengandung kurang lebih 99% air dan 1%

terdiri dari musin, mineral-mineral, dan enzim alfa-amilase.

2. Esophagus

Esophagus merupakan saluran penghubung antara mulut dan

lambung. Fungsi dari esophagus adalah sebagai jalannya makanan

menuju lambung. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh

Champbell (2004) esofagus merupakan tempat lewatnya makanan dari

mulut ke lambung yang merupakan saluran dari faring ke kardia.

3. Lambung

Berdasarkan pengamatan, lambung ruminansia memiliki atau

terdiri dari empat bagian, yaitu rumen, omasum, abomasum, dan


reticulum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Champbell (2004) ,beliau

menyatakan bahwa ruminansia merupakan poligastrik yang memiliki

lambung depan yang terdiri dari reticulum (perut jala), rumen (perut

handuk), omasum (perut kitab), dan abomasum (perut sejati). Proses

pencernaan di dalam lambung depan terjadi secara microbial.

a. Rumen

Rumen merupakan tempat proses pencernaan secara

microbial terjadi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Champbell

(2004) beliau menyatakan, rumen merupakan tempat fermentasi

oleh mikroba rumen, absorbs VFA (Volatyl Fatty Acid) dan

11
ammonia, lokasi mixing, menyimpan bahan makanan. Pakan

berbentuk serat-serat kasar akan difermentasi untuk mencerna

selulosa dengan bantuan bakteri selulotik juga terjadi di dalam

rumen. Hal inilah yang menjadi ciri khas dari pencernaan

ruminansia. Selain bakteri, jamur juga berperan penting dalam

proses fermentasi makanan di dalam rumen. Champbell (2004)

menjelaskan, kehadiran fungi di dalam rumen sangan bermanfaat

bagi pemcernaan pakan serat karena fungi dapat membentuk koloni

pada jaringan selulosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus

dinding sel tanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna

oleh enzim bakteri rumen.

b. Retikulum

Reticulum terletak dibagian belakang diafragma. Reticulum

merupakan tempat terjadinya proses regurgitasi atau pemuntahan

kembali pakan yang sudah tertelan. Selain itu, terjadi pula

penyerapan benda-benda asing di dalam organ yang berbentuk

menyerupai sarang tawon ini. Penyampaian tersebut sesuai dengan


pendapat Tilman dkk (1984), yang menyatakan bahwa di dalam

reticulum terjadi proses ruminansia yaitu regurgitasi, reinsalivasi,

remastikasi, dan redeglutisi. Regurgitasi adalah proses dimana

pakan yang sudah masuk dari rumen menuju reticulum kembali

lagi ke mulut dan dimuntahkan.

c. Omasum

Letak omasum berada di sebelah kanan rumen dan

reticulum. Omasum berbentuk seperti lembaran, itulah mengapa

omasum disebut sebagai perut kitab. Fungsi omasum adalah

sebagai tempat fermentasi reduksi pakan dan tempat penyerapan

12
air. Terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan

bercampur dengan bolus di dalam omasum. Di tempat ini pula

makanan akan menjadi lebih halus dari sebelumnya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Frandson (1992), yang menyatakan bahwa

omasum disebut sebagai perut kitab atau buku karena tersusun dari

lipatan sebanyak kurang lebih 100 lembar. Fungsi omasum belum

terungkap jelas, tetapi pada organ tersebut terjadi proses

penyerapan air, ammonia, asam lemak terbang, dan elektrolit.

d. Abomasum

Abomasum memiliki fungsi sebagai tempat proses

penyerapan, permulaan pencernaan enzim enzimatis. Hal ini sesuai

dengan pendapat Blakely (1991) yang menyatakan bahwa

abomasum merupakan perut sebenarnya, karena di dalam

abomasum terjadi pencernaan secara kimiawi oleh enzim-enzim

pencernaan. Dengan demikian, ternak ruminansia mampu

memanfaatkan pakan berserat kasar tingii dan mampu

mengolahnya menjadi produk dengan nilai biologis dan gizi yang


baik.

4. Usus Halus

Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum, jejenum,

dan ileum. Pendapat dari Champbell (2004) sesuai dengan pernyataan

sebelumnya sebab beliau juga menyatakan bahwa small intestinum

adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan dan

penyerapan. Setelah makanan meninggalkan usus halus, maka tak ada

lagi proses pencernaan. Secara garis besar, usus dibagi menjadi tiga

bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum

13
a. Duodenum

Duodenum merupakan bagian paling awal atau pertama

dari usus halus. Di sepanjang duodenum terdapat pancreas.

Makanan yang sudah bercampur dengan getah lambung

selanjutnya akan dicampur oleh getah pancreas yang menghasilkan

enzim penetral asam di dalam duodenum. Champbell (2004)

menyatakan bahwa pancreas menghasilkan beberapa enzim

hidrolitik dan larutan alkali yang kaya akan bikarbonat yang

bekerja sebagai buffer yang menetralisir keasaman kismus dari

lambung.

b. Jejenum

Jejenum merupakan usus halus bagian tengah yang

berfungsi sebagai pencerna produk pencernaan yang berasal dari

duodenum. Seperti kata Frandson (1992), jejenum adalah loksi

akhir proses penguraian dan sekaligus sebagai awal dari proses

penyerapan zat makanan.

c. Ileum
Fungsi dari ileum adalah sebagai bagian akhir yang aktif

dalam absorbs dan bagian dari usus halus. Frandson (1992)

menyatakan, ileum memiliki fungsi sebagai tempat terjadinya

perombakan lemak menjadi gliserol dan asam lemak bebas, setelah

itu diabsorbsi.

5. Caecum

Terletak diantara ileum dengan usus besar. Berfungsi sebagai

tempat terjadinya aktivitas microbial. Namun sesungguhnya fungsi

dari caecum pada poligastrik sendiri belum diketahui dengan pasti.

Fried dkk (2006) menyatakan bahwa dalam sekum terdapat populasi

14
padat bakteri pencerna selulosa yang memungkinkan tersediannya

produk-produk degradasi selulosa bagi inang.

6. Usus Besar

Usus besar berfungsi sebagai tempat observasi air dan

penyerapan sisa pakan, pencernaan di dalam usus besar dilakukan

secara enzimatis. Sesuai dengan pendapat kamal (1994), pencernaan

intestinum dilakukan oleh enzim yang terbawa bersama pakan dari

bagian saluran sebelumnya.

7. Anus

Materi yang tidak terserap atau sisa pakan yang tak diperlukan

tubuh akan dibuang melalui anus berupa feses.

15
V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pencernaan adalah penguraian pakann ke dalam zat-zat makanan
dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oeh
jaringan – jaringan tubuh.
2. Hewan monogastrik adalah hewan-hewan yang memiliki lambung
sederhana atau lambung tunggal
3. Sedangkan hewan poligastrik adalah hewan-hewan yang mempunyai
lambung jamak atau banyak, yaitu mempunyai empat bagian lambung
rumen, retikulum, omasum, dan abomasum

5.2 Saran
1. Waktu pematerian lebih diperpanjang agar pematerian tersampaikan
dengan baik

16
DAFTAR PUSTAKA

Blakely, James dan David H. Bade. 2992. Ilmu Peternakan edisi IV. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta.

Campbell, Neil A. 2004. Biologi. Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga


Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta.
Fried, George H. dan George J. Hademenos. 2006. Schaum’s Outlines: Biologi
Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Tilman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, D. Prawirokusumo, S.
Lebdosoekojo. 1984. Ilmu Makanan Ternak dasar. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A. D. Tillman. 2005. Tabel Komposisi
Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

17
LAMPIRAN

Nama NPM Pembagian Tugas

Siska Amelia 200110180089 BAB I

Naufal Ardiyana Jiyad 200110180095 BAB III

Nur Fitri Puspita Sari 200110180101 BAB IV

Sarah Risna Zhafira 200110180107 BAB II

Fenita Ayu Sabrina 200110180108 BAB VI dan Edit

18

Anda mungkin juga menyukai