PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
pembekuan maupun penyimpanan berikutnya mempunyai banyak aspek yang
harus diperhatikan (Murniyati dan Sunarman, 2000).
Histamin adalah senyawa yang terdapat pada daging ikan dari famili
scombroidae, atau ikan lain yang telah membusuk yang di dalam dagingnya
terdapat kadar histamin yang tinggi. Apabila dikapal tidak terdapat cold storage
maka ikan sebaiknya diletakan di bak penampung dan di beri es agar kesegaran
ikan masih tetap terjaga sampai ikan tersebut masuk ke perusahaan dan siap
dilakukan proses selanjutnya (Hadiwiyoto, 1993).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum pendinginan ikan dengan refrigerator adalah
sebagai berikut :
1. Mahasiswa mengetahui laju penurunan suhu ikan dengan perlakuan
penyimpanan pada refrigator.
2. Mahasiswa memahami perubahan karakteristik mutu ikan segar (sensoris dan
kimia) selama proses penyimpanan dengan refrigerator.
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Indikator pH
Pada ikan yang sudah tidak segar biasanya memiliki pH lebih basis (tinggi)
dari pada yang masih segar, hal ini disebabkan oleh timbulnya senyawa-senyawa
yang bersifat basis, misalnya ammonia, trimetilamin, dan senyawa-senyawa
volatile lainnya. Menentukan kadar dimetilamin, trimetilamin, atau ammonianya
Penguraian protein akan menghasilkan senyawa-senyawa tersebut. Apabila
kesegaran ikan menurun, maka kandungan nitrogen yang mudah menguap akan
meningkat. Menentukan Kandungan Hipoksantin Pengujian hipoksantin
didasarkan pada daya reduksi yang diberikan oleh hasil pemecahan hipoksantin
Universitas Sriwijaya
oleh hipoksantin-oksidase yang digunakan kepada 2,6-diklorofenolindofenol
(Astawan, 2007).
2.3. Termokopel
Termokopel adalah sensor temperatur yang paling banyak digunakan dalam
industri disebabkan Ke sederhanaan dan kehandalannya. Termokopel terdiri dari
dua konduktor atau termoelemen yang berbeda, dihubungkan menjadi satu
rangkaian(Abdelaziz et al, 2009).
Universitas Sriwijaya
Pada dasarnya penanganan dan pengolahan ikan bertujuan untuk
mencegah kerusakan atau pembusukan. Upaya untuk memperpanjang daya tahan
simpan ikan segar adalah melalui penyimpanan dalam lemari pendingin atau
pembeku, yang mampu menghambat aktivitas mikroba atau enzim. Setiap
penurunan suhu 8C menyebabkan kecepatan reaksi metabolisme berkurang
menjadi kira-kira setengahnya (Astawan, 2007).
Pada fase Prerigormortis, ikan berada pada saat akan mati sampai ikan
benar-banar mati. Biasanya pada fase ini ikan masih kenyal, banyak
mengeluarkan lendir dan proses kimiawi masih lambat. Pada fase rigormortis ikan
telah mengalami kejang dan otot memendek (kaku). Proses rigormortis
dipengaruhi oleh cara mati ikan, suhu penyimpanan dan jenis ikan. Pada pasca
rigormortis dimana fase ini daging ikan lunak kembali dan telah mengalami
proses pembusukan, lamanya proses pembusukan tidak tetap
(Ditjen Perikanan, 2001).
Beberapa perubahan kimiawi yang disebabkan oleh aktivitas enzim,
biasanya terjadi sebelum berlangsungnya kerusakan karena aktivitas
mikroorganisme. Reaksi enzim ini terkait dengan proses rigor mortis. Proses ini
mengakibatkan terjadinya dekomposisi beberapa komponen kimia, yang
menyebabkan penyimpangan bau dan flavour ikan. Kerusakan protein dan
oksidasi lemak biasanya terjadi pada tahap akhir dari proses kerusakan ikan.
Kecepatan reaksi oksidasi lemak akan tergantung pada jenis ikan (ukuran, kadar
lemak, musim) (Moeljanto, 2002).
Pembusukan berlangsung segera setelah ikan mati. Proses kerusakan ikan
segar merupakan proses yang agak kompleks dan disebabkan oleh sejumlah
sistem internal yang saling terkait. Faktor utama yang berperan dalam
pembusukan adalah proses degradasi protein yang membentuk berbagai produk
seperti hipoksantin, trimetilamin, terjadinya proses ketengikan oksidatif dan
pertumbuhan mikroorganisme. ikan segar lebih cepat mengalami kebusukan
dibandingkan dengan daging mamalia. Kebusukan ikan mulai terjadi segera
setelah proses rigormortis selesai. Faktor yang menyebabkan ikan cepat busuk
adalah kadar glikogennya yang rendah sehingga rigor mortis berlangsung lebih
Universitas Sriwijaya
cepat dan pH akhir daging ikan cukup tinggi yaitu 6.46.6, serta tingginya jumlah
bakteri yang terkandung didalam perutikan (Djarijah, 2007).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum pendinginan ikan dengan alat
pendingin mekanik (Refrigerator) dapat dilihat pada tabel , yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.1.1. Nilai Organoleptik dan Laju Penurunan Suhu dan pH Ikan dengan
Perlakuan Penyimpanan Pada Refrigerator
Nilai Organeleptik
Perlakuan Suhu pH
Mata Insang Lendir Daging Bau Tekstur
Permukaan
Tubuh
Hari 1 7 8 8 7 8 8 10,7oC 8
Hari 2 7 8 7 7 7 7 9,9oC 8
Hari 3 6 7 7 6 7 6 4,4oC 8
Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Pada praktikum mengenai Pendinginan Ikan dengan Es ini dimana ikan
yang digunakan adalah ikan tongkol yang merupakan ikan perairan asin yang
mengandung protein tinggi. Teknik atau cara pendinginan ikan tongkol dengan
menggunakan batu es sebanyak 5 kg, dimana dari masing-masing ikan memiliki
berat total 290 kg. Es dalam suatu wadah yang baik adalah mengusahakan semua
permukaan tubuh ikan yang diberi perlakuan dapat mengalami kontak dengan es.
Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan penyerapan panas dari tubuh ikan,
jumlah kebutuhan es secara praktek lebih besar daripada kebutuhan es secara
teori. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya pengaruh suhu luar yang ikut
mencairkan es yang digunakan Es memiliki ukuran partikel yang halus dan es
juga merupakan pemecahan sehingga ukuran partikel tidak sama.
Pada tabel pertama dilakukan pengukuran dan perbandingan suhu terhadap
setiap sampel setiap hari, dengan berat rata-rata ukuran sampel 290 gr. Sementara
pada tabel kedua dilakukan pengujian secara kimia dengan menggunakan
indicator pH dan pada table ketiga dilakukan uji organoleptik pada setiap sampel,
mulai dari insang, mata, perut dan daging, dan konsistensi di peroleh bahwa ikan
masih dalam keadaan segar, dan masih bisa layak untuk dikonsumsi.
Pendingan dengan refrigerator yang dilakukan salah satu cara yang efektik
dalam menyimpan ikan untuk menjaga ikan tidak mengalami kemunduran mutu.
Dengan suhu refrigerator yang selalu konstan mengalami ikan selalu segar. Es
merupakan medium pendingin yang paling baik bila dibandingkan dengan
medium pendingin lain karena es dapat menurunkan suhu tubuh ikan dengan
cepat tanpa mengubah kualitas ikan dan biaya yang diperlukan juga relatif lebih
rendah bila dibandingkan dengan penggunaan medium pendingin. Perbandingan
ikan tongkol yang ideal digunakan ialah untuk penyimpanan dingin dengan
mekanik jika dibandingkan dengan es biasa. Hal lain yang juga perlu dicermati di
dalam pengawetan ikan dengan mekanik adalah listrik yang selalu terjaga hidup
agar untuk penyimpanan harus mampu mempertahankan es selama mungkin agar
tidak mencair. Untuk itu diperlukan wadah yang memiliki daya insulasi yang baik
Selama proses pendinginan ikan dengan es dalam kotak styrofoam juga terjadi
penyerapan panas dari lingkungan namun energi yang diserap tidak begitu besar.
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Pendinginan ikan dengan alat pendingin mekanik (refrigerator) menyebabkan
penurunan nilai organoleptik
2. Terdapat perubahan sensoris dan kimiawi (pH) ikan setiap hari selama 3 hari
3. Perubahan sensoris dan kimiawi selama proses pendinginan ikan
menyebabkan perubahan karakteristik mutu ikan.
4. Pendinginan ikan dengan menggunakan suhu rendah, khususnya
menggunakan alat pendingin mekanik (refrigerator) juga mempengaruhi
penurunan suhu dan pH ikan.
5. Semakin lama ikan diberi perlakuan pendinginan dengan menggunakan alat
refrigator, maka kualitas ikan tersebut akan semakin rendah
5.2. Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya ada baiknya menggunakan bahan
insulasi yang berbeda dan jenis es yang digunakan juga lebih bervariasi serta
metode pendinginan yang berbeda pula. Diharapkan untuk dapat teliti dalam
mengamati perubahan sensoris ataupun kimiawi pada ikan agar hasil yang
diperoleh tidak terdapat kesalahan, karena hal tersebut sangat penting karena akan
mempengaruhi hasil praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
Buckle. 1987. Metode penelitian. Bumi Aksara. Jakarta : Erlangga.
Ilyas, S 1993. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan Jilid 1. Jakarta : CV.
Paripurna.
Hadiwiyoto, S. 1993. Yogyakarta. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan.
Liberty.
Manurung 2009. Penanganan Hasil Perikanan. Jakarta : Pustaka Setia.
Murniati, AS dan Sunarman. 2000. Pendinginan Pembekuan dan Pengawetan
Ikan. Yogyakarta : Kanisius.
Stoecker, W.F. dan Jerold, J.W. 1994. Refrigerasi dan Pengkondisian Udara
Edisi kedua. Jakarta : Erlangga,
Sumanto. 2001. Dasar - dasar Mesin Pendingin. Yogjakarta : Kanisius.
Universitas Sriwijaya