DEPARTEMEN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018 Kebiasaan Makanan Sebagai Faktor Pengelolaan Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) DEALSI RANTEALLO
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan,
Fakultas Ilmu kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan
Ikan tembang (Sardinella fimbriata) merupakan ikan yang hidup diperairan
pantai dan bergerombol yang sampai saat ini pemanfaatannya mengandalkan kegiatan penangkapan. Ikan tembang sebagai ikan pelagis kecil penyebarannya cukup merata dari daerah pesisir sampai kebagian tengah laut. Ikan tembang terkenal sebagai ikan pelagis kecil yang hidup bergerombol, yang dikenal juga dengan kelompok ikan sardin. Ikan tembang, jenis ikan yang cukup banyak dijumpai di perairan. Sebagai biota perairan kehidupannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, salah satunya adalah ketersediaan makanan alami khususnya plankton.
Kata Kunci : Ikan Tembang, Sumberdaya, Pengelolaan, Kebiasaan Makanan, Plankton
Klasifikasi Ikan Tembang (Sardinella buku dan berbelah. Bersisik tidak
fimbriata) bersungut, tidak berjari-jari keras pada punggung. Sirip perut jauh ke belakang Adapun klasifikasi dari ikan dimuka sirip dubur, perut bersisik tebal tembang menurut Persitiwady (2006) bersiku. Sirip perut sempurna, rahang sama berdasarkan tingkat sistematikanya yaitu panjang, daun insang satu sama lain tidak kingdom : animalia, filum : chordata, kelas: melekat, tulang saring insang lebih dari 50, Actinopterygii, ordo: Clupeiformes, famili : tapis insang berjumlah 60-80 pada busur Clupeidae, subfamili: Incertae sedis, genus: insang pertama bagian bawah dan tulang Sardinella, spesies : Sardinella fimbriata mata banyak tidak bergigi, bentuk mulut (Cuvier and Valenciennes 1847), nama terminal (posisi mulut terletak di bagian umum : Fringle-scale sardinella, fimbriated depan ujung hidung), tajam serta bergerigi. sardinella, nama lokal : Tembang (Jakarta), Gigi lengkap pada rahang-rahang, langit- Mangida (Bali), Tembang lakara (Bugis), langit dan lidah. Sirip punggung di tengah- Sintring (Madura), Jurung (Pekanbaru). tengah antara sirip ekor dan hidung, satu sirip dubur yang berukuran sedang Karakteristik Biofisik Ikan Tembang memiliki jari-jari lemah 15-25 (Rosita, (Sardinella fimbriata) 2007). Ikan tembang memiliki karakteristik Yuwana (2011) mengarakan bahwa biofisik seperti rangka yang terdiri dari ikan tembang (Sardinella fimbriata) tulang benar, tertutup insang, rangka memiliki bentuk badan yang memanjang simetri, badan tidak seperti ular. Bagian dan pipih. Lengkung kepala bagian atas ekor tidak bercincin. Hidung tidak sampai di atas mata agak hampir halus, dari memanjang ke depan dan tidak membentuk setelah mata sampai awal dasar sirip rostrum. Pipi atau mata tidak berkelopak punggung agak cembung. Tinggi badan keras dan tidak berduri. Sirip punggung lebih besar daripada panjang kepala. Mata terdiri dari jari-jari lemah yang berbuku- tertutup oleh kelopak mata. Awal dasar sirip punggung sebelum pertengahan mengadakan ruaya apabila bergerak secara badan. Dasar sirip bubur sama panjang relatif teratur dan berkelompok dari satu dengan dasar sirip punggung. Kepala dan tempat ke tempat lain untuk memenuhi badan bagian atas hijau kebiruan, keperluan siklus hidupnya. Ikan yang sedangkan bagian bawah putih keperakan. berada di daerah tropik, persediaan untuk Sirip-sirip berwarna keputihan.Beberapa ruaya pengungsian bukan saja karena dari jenis Sardinella ada yang hampir persediaan dalam tubuhnya dengan kondisi menyerupai satu sama lain, tapi ada yang yang baik, dapat pula tanpa persediaan mempunyai beberapa perbedaan seperti itu. Terutama kalau keadaan morfologis, yang menandakan bahwa ikan perairan sekelilingnya berubah secara itu berbeda spesiesnya. mendadak sehingga tidak ada kesempatan untuk ikan mengadakan persiapan. Distribusi Ikan Tembang Misalnya ada pollutant yang mendadak. Demikian juga kalau di pantai yang terjadi Ikan tembang (S. fimbriata) adalah angin ribut, maka ikan itu akan berenang ke ikan permukaan dan hidup di perairan tengah untuk menghindarinya. Pergerakan pantai serta suka bergerombol pada area ruaya ikan ke daerah pemijahan yang luas sehingga sering tertangkap mengandung tujuan penyesuaian dan bersama ikan lemuru sampai pada peyakinan tempat yang paling kedalaman sekitar 200 m. Telur dan larva menguntungkan untuk perkembangan telur ikan tembang ditemukan di sekitar perairan dan larva. mangrove atau bakau. Saat juvenil, ikan ini Penyebaran ikan tembang di masih ada yang hidup di mangrove dan perairan Indonesia meliputi perairan laut mulai memasuki daerah yang memiliki Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi kadar garam sedang. Ketika dewasa spesies Selatan,Selat Malaka, dan Laut Arafuru. ini hidup bergerombol bersama ikan lemuru Sedangkan penyebaran ikan tembang di dan banyak ditemukan di dekat pantai luar negeri meliputi Singapura, Filipina, sampai ke arah laut. Terdapat beberapa Australia, Ponape, Tonga Island, Society faktor yang menyebabkan ikan membentuk Island, Fiji Island, Cina, India, Arab kelompok, antara lain sebagai perlindungan Selatan dan Tanibar (Rosita, 2007). dari pemangsa, mencari dan menangkap mangsa, untuk tujuan pemijahan, bertahan Faktor Kondisi pada musim dingin, untuk melalukan ruaya dan pergerakan serta terdapatnya suatu Informasi mengenai kondisi pengaruh dari faktor-faktor yang ada lingkungan perairan penting untuk sekelilingnya (Syakila, 2009). Sumberdaya diketahui karena dapat menjelaskan ikan tembang (Sardinella fimbriata) ini hubungan antara spesies target dan adalah sumberdaya neritik, karena lingkungannya. Parameter yang diukur penyebarannya adalah berada di dekat pada umumnya adalah parameter yang pantai. Di daerah-daerah dimana sering diperkirakan berpengaruh langsung terjadi kenaikan air (upwelling), terhadap biologi, distribusi dan kelimpahan sumberdaya ini dapat membentuk biomassa ikan. Parameter yang diperlukan, relatif yang sangat besar. mudah dan murah untuk diukur adalah suhu Menurut Yuwana (2011), faktor- perairan. Pada perairan laut dan limbah faktor yang mempengaruhi penyebaran industri, salinitas perlu diukur. Salinitas suatu jenis ikan di perairan diantaranya adalah konsentrasi total ion yang terdapat adalah kompetisi antar spesies dan intra di perairan. Perubahan suhu berpengaruh spesies, heterogenitas lingkungan fisik, terhadap proses fisika, kimia dan biologi reproduksi, ketersediaan makanan, arus air badan air. Suhu juga sangat berperan dan angin. Ikan dikatakan sedang mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu Flores, sedangkan musim timur kebalikan tertentu yang disukai bagi pertumbuhannya. dari musim barat. Peningkatan suhu dapat mengakibatkan Faktor kondisi merupakan keadaan peningkatan kecepatan metabolisme dan yang menyatakan kemontokan ikan dalam respirasi organisme akuatik dan selanjutnya bentuk angka. Faktor kondisi menunjukkan meningkatkan konsumsi oksigen. keadaan ikan dilihat dari kapasitas fisik 0 Peningkatan suhu 100 C menyebabkan akan bertahan hidup dan bereproduksi. terjadinya peningkatan konsumsi oksigen Faktor kondisi dapat dipengaruhi oleh oleh organisme akuatik sekitar 2-3 kali makanan, umur ikan, jenis kelamin dan lipat. Namun, peningkatan suhu ini disertai kematangan gonad. Dengan mengetahui dengan penurunan kadar oksigen terlarut . nilai faktor kondisi tersebut, apabila terjadi Peningkatan suhu sebesar 100C akan sesuatu perubahan mendadak pada suatu meningkatkan konsumsi oksigen sekitar populasi ikan maka penyebabnya akan 10%. Kelarutan oksigen dan gas-gas lain cepat diketahui (Rosita, 2007). juga berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen di laut Potensi, Tingkat Pemanfaatan dan cenderung lebih rendah daripada kadar Keberlanjutan Ikan Tembang oksigen di perairan tawar (Syakila, 2009). (Sardinella fimbriata) Klorofil-a merupakan pigmen suatu organisme yang memegang posisi kunci Belum optimalnya pemanfaatan dan dalam reaksi fotosintesis untuk menentukan pengelolaan sumberdaya kelautan dan produktivitas suatu perairan. Klorofil yang perikanan, tentu membutuhkan peran dimiliki fitoplankton didominasi klorofil-a pemerintah untuk menentukan kebijakan yang berwarna hijau. Sehingga pigmen dalam pemanfaatan sumberdaya hijau (klorofil-a) ini dijadikan indikator perikanandan kelautan yang ramah keberadaan fitoplankton di suatu perairan. lingkungan dan berkelanjutan. Arus memegang peranan penting dalam Sentra produksi perikanan tangkap keberadaan ikan. Penyebaran ikan secara di pelabuhan perikanan dapat dijadikan horizontal akan dipengaruhi oleh arus. Ikan penggerak utama industri pengolahan ikan. akan mengikuti arah arus atau justru akan Produksi yang relatif tinggi di suatu melawan arus, atau ikan akan bergerak pelabuhan perikanan secara tidak langsung dalam kombinasi keduanya. Ikan menarik investor untuk berinvestasi, memanfaatkan arus laut untuk melakukan keberlangsungan usaha terjamin (Hamzah pemijahan, mencari makanan atau et al., 2015). sehubungan dengan proses Merujuk pada produksi atau perkembangannya. Jenis-jenis ikan tertentu penawaran ikan laut segar yang selalu akan bergerak mengikuti arus pada waktu berfluktuasi sedangkan permintaan atau pasang naik ke arah pantai sejalan dengan konsumsi ikan laut segar di Sulawesi arus pada waktu pasang. Angin adalah Selatan cenderung terus meningkat. salah satu faktor yang paling bervariasi Tingginya volume penangkapan ikan yang dalam membangkitkan arus. Angin pada belum termanfaatkan tidak terlepas pula umumnya mempengaruhi arah arus laut dari peningkatan permintaan ikan. Secara dunia yang tidak begitu bervariasi. Namun umum konsumsi ikan segar di Sulawesi di bagian utara lautan Hindia dan lautan Selatan padatahun 2003 sebesar 45,0 Asia Tenggara, angin musim (monsoon) kg/kapita/tahun, tahun 2004 sebesar 46,2 berubah secara musiman dan mempunyai kg/kapita/ tahun (Biro Pusat Statistik pengaruh sangat besar terhadap arus Sulawesi Selatan, 2004:42) dan tahun 2006 permukaan. Musim barat di tandai oleh sebesar 42 kg/kapita/tahun (Dinas adanya aliran air dari utara melalui Laut Perikanan dan Kelautan Sulawesi Selatan, Cina bagian atas, Laut Jawa dan Laut 2006:50). Jika dibandingkan konsumsi ikan nasional tahun 2003 sebesar 23 terjadinya fluktuasi harga yang tinggi kg/kapita/tahun, maka konsumsi ikan segar sehingga pula memberikan peluang kepada di daerah tersebut relatif cukup besar. pedagang untuk memanipulasi informasi Dibandingkan Jepang konsumsi ikannya harga yang bersifat asimetris, artinya jika lebih kecil, yaitu 60 kg/ kapita/tahun dan terjadi peningkatan harga di tingkat lebih besar dari Korea sebesar 40 konsumen, maka peningkatan harga kg/kapita/tahun, sedangkan dari negara- tersebut tidak dapat diteruskan kepada negara ASEAN, seperti Malaysia sebesar produsen dengan cepat, begitu pula 45 kg/kapita/tahun dan Thailand sebesar 35 sebaliknya (Rahim, 2016). kg/kapita/tahun (Dinas Kelautan dan Berdasarkan data Dinas Kelautan Perikanan Republik Indonesia, 2003:1). dan Perikanan Kabupaten Subang (2008), Bahkan menurut Departement of Fishery jenis ikan yang dominan dihasilkan adalah (2000) Bangladesh hanya sebesar 11,9 ikan tembang. Ikan tembang merupakan kg/kapita/tahun. Perikanan laut dan jenis ikan pelagis kecil yang memiliki perairan umum pertumbuhannya cenderung kandungan omega 3 tinggi, yaitu sebesar stabil, sedangkan perikanan budidaya 3,90 gram per 100 gram ikan sehingga baik mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, digunakan untuk konsumsi dan pakan. yaitu lebih dari 20 persen/tahun. Produksi Keunggulan tersebut menunjukkan ikan hasil penangkapan di laut sektor ini perlunya perhatian terhadap kelestarian merupakan penyumbang terbesar produksi ikan tembang. Jika pemanfaatan ikan ini perikanan Indonesia dalam kurun waktu tidak dikontrol dari sekarang, maka akan hampir 10 tahun terakhir, yaitu mencapai mengancam kelestarian atau kepunahan 75,89 persen dari total produksi, jauh di bagi sumberdaya ikan tembang di masa atas kontribusi perairan umum (7,36 mendatang. Untuk mengontrol tingkat persen) dan budidaya (16,75 persen)/tahun. eksploitasi perikanan tembang di Kecenderungan tersebut menggambarkan Kabupaten Subang maka perlu dilakukan bahwa pasokan ikan yang dapat analisis bioekonomi, dimana secara biologi dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan ikan tembang dapat lestari dan secara konsumsi dalam negeri (selain untuk ekonomi nelayan dapat tetap memperoleh kebutuhan ekspor) tersedia dalam jumlah keuntungan dari pemanfaatan ikan tembang yang cukup besar. Adanya faktor musim tersebut (Salmah et al., 2012). menyebabkan terjadi ketidakseimbangan Pentingnya sumberdaya ikan bagi antara permintaan dan penawaran ikan laut kebutuhan manusia, baik untuk pemenuhan segar di Sulawesi Selatan khususnya gizi maupun kegiatan perekonomian, Kabupaten Barru yang berbatasan langsung mendorong manusia mengeksploitasi dengan Laut Sulawesi, Kabupaten sumberdaya sebanyak-banyaknya, Jeneponto (Laut Flores), dan Kabupaten termasuk ikan tembang. Pemanfaatan Sinjai (Teluk Bone). Pada sisi penawaran, intensif terhadap sumberdaya ini menuntut saat musim penangkapan (panen) terjadi adanya upaya pengelolaan yang baik. over supply, sedangkan musim paceklik Pemanfaatan intensif sumberdaya ikan (barat dan timur) ataupun musim tembang dapat mengakibatkan tangkap penangkapan saat terjadi bulan purnama lebih (Simarmata et al., 2014). produksi menurun. Hal ini pula Banyak faktor yang berperan di mengakibatkan fluktuasi harga sehingga suatu lingkungan perairan sehingga dampaknya pendapatan nelayan menurun. menyebabkan berkurangnya kesempatan Musim paceklik menyebabkan produksi hidup individu ikan dalam suatu populasi. hasil tangkapan ikan menurun sehingga Pada suatu stok yang telah dieksploitasi harga ikan naik, sedangkan sisi lain perlu untuk membedakan mortalitas akibat permintaan atau konsumsi relatif tetap atau penangkapan dan mortalitas alami. Laju meningkat. Faktor musim menyebabkan mortalitas total (Z) adalah penjumlahan laju mortalitas penangkapan (F) dan laju sehingga nelayan cenderung mortalitas alami (M). Mortalitas alami mengeksploitasinya dalam jumlah besar. adalah mortalitas yang terjadi karena Pemanfaatan Sardinella sp. yang tidak berbagai sebab selain penangkapan seperti rasional dan tidak terkendali akan pemangsaan, penyakit, stres pemijahan, berdampak pada ekosistem. Dampak kelaparan dan usia tua (Sparre & Venema tersebut menyebabkan perubahan 1999). Beverton & Holt (1957) menduga kelimpahan, produktivitas, dan struktur bahwa predasi merupakan faktor eksternal komunitas seperti perubahan dominansi yang umum sebagai penyebab mortalitas jenis, spektra ukuran, dan hasil tangkapan alami. Nilai laju mortalitas alami berkaitan yang mengakibatkan menipisnya sediaan dengan nilai parameter pertumbuhan von (stok) dan berakhir pada punahnya populasi Bertalanffy K dan L∞. Ikan yang ikan ini (Asriyana, 2015). pertumbuhannya cepat (nilai K tinggi) mempunyai M tinggi dan sebaliknya. Nilai Pengelolaan Sumberdaya Ikan Tembang M berkaitan dengan nilai L∞ karena (Sardinella fimbriata) pemangsa ikan besar lebih sedikit dari ikan kecil. Menurut Pauly (1980) in Sparre & Sumberdaya ikan yang bersifat Venema (1999) berdasarkan penelitiannya multispesies di perairan Indonesia dan ikan terhadap 175 stok ikan yang berbeda, faktor bergantung pada lingkungannya lingkungan yang mempengaruhi nilai M menyebabkan adanya pola penyebaran ikan adalah suhu rata-rata perairan selain faktor dan berdampak terhadap pola penyebaran panjang maksimum (L∞) dan laju ikan dan mengakibatkan adanya perbedaan pertumbuhan. Sedangkan mortalitas daerah penangkapan ikan dan jumlah dan penangkapan adalah mortalitas yang terjadi jenis ikan yang tertangkap. Karakteristik akibat adanya aktivitas penangkapan multispesies pada sumberdaya ikan (Syakila, 2009). menyebabkan dalam kegiatan penangkapan Laju eksploitasi ikan pada kondisi ikan menggunakan berbagai jenis alat tangkap lebih (overfishing) mengakibatkan tangkap untuk jenis ikan yang menjadi penurunan biomas tangkapan dan jumlah tujuan penangkapan. Kemampuan produksi ikan berukuran besar. Dengan demikian, sumberdaya ikan pelagis kecil menentukan struktur populasi ikan akan didominasi oleh ketersediaan stok untuk perikanan. individu berumur muda dan berukuran Terdapat faktor internal dan eksternal yang kecil, yang dapat mereduksi keragaan saling berinteraksi mempengaruhi daya reproduksi. Hasil penelitian terhadap dukung sumberdaya ikan. Faktor internal beragam spesies ikan laut, dari beberapa adalah proses biologi dan ekologi, peneliti berhasil membuktikan bahwa sedangkan faktor eksternal adalah tekanan penangkapan menurunkan lingkungan laut dan kegiatan penangkapan keragaan reproduksi yang diawali dengan ikan. Faktor eksternal dapat diidentifikasi penurunan ukuran ikan memijah pertama melalui perubahan upaya penangkapan dan kali (length at first spawner). Berikutnya, kondisi oseanografi terhadap produksi ikan. pada ikan betina, kondisi ini akan Ikan pelagis kecil adalah kelompok besar menurunkan fekunditas dan ukuran ikan yang membentuk schooling di dalam diameter telur, sehingga viabilitas embrio kehidupannya dan mempunyai sifat dan larva menjadi rendah, yang puncaknya berenang bebas dengan melakukan migrasi dapat mengurangi keberhasilan rekruitmen secara vertikal maupun horizontal ikan di alam (Ernawati dan Muhammad, mendekati permukaan dengan ukuran tubuh 2010). relatif kecil. Sumberdaya ikan pelagis kecil Clupeidae merupakan jenis ikan memiliki peranan dalam penmgembangan yang paling banyak tertangkap di perairan. ekonomi wilayah, khususnya wilayah yang Famili ini memiliki nilai cukup ekonomis memiliki potensi sumberdaya ikan pelagis kecil. Peranan utama sumberdaya ikan Pola pemanfaatan ikan tersebut pelagis kecil adalah pemenuhan gizi dan bersifat eksploratif sehingga dikhawatirkan protein masyarakat di suatu wilayah. Selain akan mempengaruhi populasinya. Untuk itu secara ekonomi dapat meningkatkan menangani permasalahan tersebut, perlu pendapatan dan masyarakat, khususnya diupayakan suatu teknik pengelolaan yang nelayan yang berada di wilayah pesisir, tepat dengan memperhatikan aspek demikian juga dapat mendukung kegiatan penangkapan, biologi ikan dan habitat. pengolahan ikan. Produktivitas dan Salah satu aspek yang diperhatikan yaitu ketersediaan ikan untuk perikanan aspek biologi ikan pada studi kebiasaan bervariasi dari tahun ke tahun dengan makanan ikan tembang (Sardinella perubahan kondisi lingkungan laut dan fimbriata). kondisi ini tidak dapat dihindarkan Masalah yang sering timbul dari sehingga menjadikan perikanan tangkap pemanfaatan sumberdaya ikan tembang sebagai suatu yang sulit diprediksi atau yaitu tingginya permintaan pasar ikan bersifat ketidakpastian. Upaya tembang karena harganya yang relatif penangkapan yang tidak terkontrol karena rendah dan mudah di tangkap oleh nelayan. meningkat seiring dengan pertumbuhan Bila hal ini di biarkan terus menerus tanpa ekonomi, maka perikanan tangkap akan adanya bentuk pengelolaan yang baik, mengalami penurunan produktivitas dikuatirkan akan menyebabkan terjadinya (Nelwan et al., 2015). kelebihan tangkap. Untuk mencegah hal ini Sumberdaya ikan tembang terjadi, maka diperlukan pengelolaan yang (Sardinella fimbriata) merupakan salah baik dan berkesinambungan dengan satu ikan pelagis kecil yang berada di informasi mengenai ikan tersebut perairan Indonesia, termasuk perairan Selat (Paimaibot et al., 2014). Sunda dan tergolong ikan ekonomis Ikan tembang ini sangat digemari penting yang banyak dimanfaatkan. Hal ini masyarakat untuk dikonsumsi dengan nilai dapat mendorong upaya penangkapan ikan jual yang relatif terjangkau bagi semua tembang menjadi makin padat. Oleh karena kalangan ekonomi masyarakat. Selain itu, diperlukan adanya pengelolaan dalam pemenuhan gizi, ikan tembang juga sumberdaya ikan tembang secara baik berperan dalam peningkatan lapangan kerja untuk menjaga kelestariannya dengan masyarakat sekitar melalui jasa pengolahan mengetahui informasi mengenai aspek maupun perdagangannya. Seiring dengan biologi ikan, diantaranya kebiasaan meningkatnya jumlah penduduk di dunia makanan ikan. dan kebutuhan akan bahan pangan dan gizi Sebagai ikan ekonomis penting dan yang lebih baik, maka permintaan akan banyak dikonsumsi masyarakat dapat ikan terus meningkat dari tahun ke tahun menjadikan ikan tembang sebagai salah termasuk ikan tembang. Sumberdaya ikan satu sumber bahan pangan berprotein yang menjadi target nelayan adalah jenis tinggi. Oleh karena itu, ketersediaan ikan ikan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. tersebut dalam jangka panjang harus tetap Pemanfaatan ikan bernilai jual tinggi dipertahankan dan untuk hal tersebut. diduga telah menyebabkan terjadinya Ketersediaan makanan ikan tembang harus kelangkaan (Cahyaningrum et al., 2014). selalu tersedia di alam. Dalam konsep Menurut Syakila (2009), ekosistem, makanan menjadi salah satu pengelolaan perikanan adalah proses yang penentu kelangsungan hidup ikan dan terintegrasi dalam pengumpulan informasi, ketersediaan populasi dan stok ikan. analisis, perencanaan, konsultasi, Keberadaan suatu jenis ikan di alam pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya memiliki hubungan yang sangat erat dan implementasi dari aturan-aturan main dengan keberadaan makanan yang ada di di bidang ikan dalam rangka menjamin alam (Izzani, 2012). kelangsungan produktivitas sumber, dan pencapaian tujuan perikanan lainnya. makanan ikan tembang berupa plankton di Pengelolaan sumberdaya perikanan saat ini laut. menuntut perhatian penuh dikarenakan oleh semakin meningkatnya tekanan eksploitasi Kebiasaan Makan Ikan Tembang terhadap berbagai stok ikan. Tujuan utama (Sardinella fimbriata) pengelolaan perikanan adalah untuk menjamin produksi yang berkelanjutan dari Sebagai komponen lingkungan, waktu ke waktu dari berbagai stok ikan makanan merupakan faktor penentu bagi (resource conservation), terutama melalui jumlah populasi, pertumbuhan dan kondisi berbagai tindakan pengaturan (regulations) ikan di suatu perairan. Keberadaan dan pengkayaan (enhancement) yang makanan ikan tembang memiliki arti meningkatkan kehidupan sosial nelayan penting yaitu sebagai bagian dari rantai dan sukses ekonomi bagi industri yang makanan yang mendukung kelangsungan didasarkan pada stok ikan. hidup ikan tembang (Paimaibot et al., Pengelolaan perikanan adalah 2014). proses yang terintegrasi dalam Makanan alami biasanya berupa pengumpulan informasi, analisis, plankton, baik fitoplankton atau perencanaan, konsultasi, pembuatan zooplankton, kelompok cacing, tumbuhan keputusan, alokasi sumberdaya dan air, organisme bentos dan ikan maupun implementasi dari aturan-aturan main di organisme lain yang berukuran lebih kecil bidang ikan dalam rangka menjamin daripada organisme yang dipelihara. Secara kelangsungan produktivitas sumber, dan ekologis pengelompokan makanan alami pencapaian tujuan perikanan lainnya. Pada sebagai plankton, nekton, benthos, prinsipnya pengelolaan perikanan perifiton, epifiton dan neuston, di dalam dimaksudkan untuk mengatur intensitas perairan akan membentuk suatu rantai penangkapan agar diperoleh hasil makanan dan jaringan makanan (Anisa et tangkapan yang optimal dari berbagai al., 2015). aspek. Langkah-langkah yang berkaitan Kebiasaan makanan adalah jenis, dengan pengelolaan perikanan mencakup kuantitas dan kualitas makanan yang kegiatan (1) mengumpulkan data dasar dimakan oleh ikan. Sedangkan cara makan mengenai biologi, ekonomi, atau sosial adalah segala sesuatu yang berhubungan tentang perikanan, (2) mentransfer berbagai dengan waktu, tempat dan cara makanan data tersebut ke dalam bentuk informasi yang diperoleh oleh ikan. Kebiasaan yang berguna untuk pembuatan berbagai makanan ikan secara alami tergantung pada keputusan pengelolaan dan akhirnya (3) lingkungan tempat ikan hidup, dan menetapkan, melaksanakan dan memantau dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara pelaksanaan keputusan pengelolaan lain habitat, kesukaan terhadap jenis tersebut (Yuwana, 2011). makanan tertentu, musim, ukuran, umur Pengelolaan ikan dilakukan dengan ikan, periode harian mencari makan, dan baik dengan maksud agar kebutuhan spesies kompetitor. manusia dapat terpenuhi dan kelimpahan Berbagai jenis makanan ikan ikan tembang di laut tetap ada. Pengelolaan tersedia di alam. Ikan dapat dikelompokkan ikan yang dimaksud dengan pelarangan berdasarkan variasi makanannya. Eurifagus penangkapan ikan dengan mata jaring kecil adalah ikan yang memakan berbagai jenis karena ikan yang masih kecil juga akan makanan, sebagai contoh yaitu ikan buntal tertangkap sehingga tidak ada lagi ikan (Tetraodon reticularis) di perairan Ujung yang akan berkembangbiak nantinya. Pangkah yang memakan berbagai jenis Pengelolaan selanjutnya dengan pelarangan makanan, yaitu bivalvia (kerang hijau), pembuangan limbah dan sampah ke lautan Crustacea (udang, balanus), kepiting, yang dapat menyebabkan berkurangnya gastropoda, dan ikan; ikan tipe stenofagus adalah ikan yang memakan makanan yang plankton yang konsumsi oleh ikan tembang sedikit jenisnya, sebagai contoh ikan biji tersebut. nangka (Upenus moluccensis) yang Di perairan Ujung Pangkah, Jawa terdapat di perairan Teluk Labuan karena Timur : Bacillariophyceae (makanan ikan ini variasi jenis makanannya sedikit utama), kelompok crustacea (makanan berupa udang-udangan, ikan kecil, dan pelengkap), ciliata dan dinophyceae detritus; dan ikan tipe monofagus adalah (makanan tambahan) (Rosita, 2007). ikan yang hanya memakan satu jenis Di perairan teluk Kendari Sulteng : makanan saja, sebagai contoh ikan kapasan Bacillariophyceae, Euglenophyceae, (Gerres kapas) jantan dan betina yang Crustacea, Ciliata, Rotifera, Dinophyceae, terdapat di perairan Pantai Mayangan, Telur ikan dan kelompok yg tidak Subang, hanya memakan Tellina. Setiap teridentifikasi (Asriyana et al.,2004). hewan membutuhkan energi yang Diperairan pantai Labu Kab. Deli didapatkan dari makanan antara lain untuk Serdang SumUt : kelas Bacillariophyceae reproduksi selain hidup, tumbuh, dan (makanan utama), kelas Chlorophyceae, perawatan (Inzani, 2012). crustacea dan tidak teridentifikasi Analisa hubungan panjang berat (pelengkap), kelas dinophyceae dan telur dapat digunakan untuk mempelajari ikan (tambahan) (Paimaibot et al., 2014). pertumbuhan. Ada dua faktor yang Dari perairan selat sunda yang berpengaruh dalam studi pertumbuhan didaratkan di ppp labuan, kabupaten yaitu faktor dalam dan luar. Faktor dalam pandeglang, banten : 5 kelas, yaitu diantaranya faktor keturunan, jenis Bacillaripohyceae (7 genus), Crustacea (3 kelamin, penyakit, hormon dan kemampuan genus), Cilliata (2 genus), Dinophyceae (2 memanfaatkan makanan. Sedangkan faktor genus) dan Detritus (berupa serasah, luar meliputi ketersediaan makanan, makanan yang telah dicerna dan material kompetisi dalam memanfaatkan ruang dan yang tidak teridentifikasi) (Izzani, 2012). suhu perairan (Anisa et al., 2015). Di Desa Malang Rapat Kabupaten Penelitian mengenai kebiasaan Bintan Provinsi Kepulauan Riau : jenis makanan ikan tembang mencakup kualitas makanan yang dimakan oleh ikan tamban dan kuantitas makanannya. Ikan tembang adalah yaitu Euphausia (zoo), Chaetoceros merupakan omnivora yang cenderung ke (phyto), Brachionus Calyciflorus (zoo), herbivora baik berdasarkan jenis kelamin Peridinium sp (phyto), Prorocentrum sp maupun kelas panjang. Makanan (zoo),Striatella Interupta (phyto), dimanfaatkan untuk tumbuh dan Ceratiumctripos (phyto), Nekton (ikan-ikan berkembangbiak dan salah satu faktor yang kecil), Diatom (phyto) (Anisa et al., 2015). menentukan populasinya adalah Jenis plankton yang menjadi ketersediaan makanan bagi ikan tersebut. makanan utama ikan tembang (Sardinella Informasi mengenai kebiasaan makanan fimbriata) yaitu dari kelas ikan, dapat menentukan komposisi Bacillaripohyceae, makanan pelengkap dari makanan dalam lambung ikan baik sebagai kelas Chlorophyceae, crustacea dan tidak makanan utama, makanan lengkap dan teridentifikasi, dan sebagai makanan makanan tambahan. tambahan dari kelas dinophyceae dan telur ikan. Perbandingan Kebiasaan Makanan Di Lokasi Yang Berbeda DAFTAR PUSTAKA Dari beberapa penelitian mengenai Anisa, Y., A. Zulfikar dan T. S. Raza’i. kebiasaan makanan ikan tembang (Sardinella fimbriata) diperoleh data jenis 2015. Kebiasaan Makanan Ikan Tamban (Sardinella Fimbriata) Di Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Budidaya Perikanan, Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 6, No. 1, FIKP.UMRAH. Mei 2015 Hal: 45-58. Asriyana. 2015. Pertumbuhan Dan Faktor Izzani, Nissa. 2012. Kebiasaan Makanan Kondisi Ikan Siro, Sardinella atricauda, Ikan Tembang (Sardinella fimbriata Gunther 1868 (Pisces: Clupeidae) di Cuvier And Valenciennes 1847) Dari Perairan Teluk Kendari, Sulawesi Perairan Selat Sunda yang Didaratkan Tenggara. Jurnal Iktiologi Indonesia, Di Ppp Labuan, Kabupaten Pandeglang, 15(1):77-86 Masyarakat Iktiologi Banten. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Indonesia, Jurusan Manajemen Sumber Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Daya Perairan, FPIK, Universitas Halu Bogor. Oleo. Nelwan, Alfa F.P., Sudirman, Muh. Asriyana, Sulistiono dan M. F. Rahardjo. Nursam dan Muhammad A. Yunus. 2004. Kebiasaan Makanan Ikan 2015. Produktivitas Penangkapan Ikan Tembang Sardinella fimbriata Val.( Pelagis Di Perairan Kabupaten Sinjai Clupeidae) di Perairan Teluk Kendari Pada Musim Peralihan Barat-Timur. Sulawesi Tenggara. Jurnal Iktiologi Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XVII (1): Indonesia. Volume 4, Nomor 1, Juni 18-26 ISSN: 0853-6384. Pemanfaatan 2004. Sumberdaya Perikanan, Universitas Cahyaningrum, D. S., B. A. Wibowo, dan Hasanuddin. Sardiyatmo. 2014. Analisis Faktor- Paimaibot S, R., Yunasfi, dan I. Lesmana. Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan 2014. Analisis Isi Usus Ikan Tembang Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) Di (Sardinella fimbriata) Pada Perairan Ppi Blanakan Subang Jawa Barat. Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Journal of Fisheries Resources Sumatera Utara. Manajemen Utilization Management and Sumberdaya Perairan, Fakultas Technology. Volume 3, Nomor 3, Tahun Pertanian, Universitas Sumatera Utara. 2014, Hlm 150-157.Online di : Rahim, Abd. 2016. Respon Penawaran Ikan http://www.ejournal- Laut Segar. Jurnal Scientific Pinisi, s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt. Volume 2, Nomor 2,Oktober 2016, hlm. Program Studi Pemanfaatan 79-8. Fakultas Ekonomi, Universitas Sumberdaya Perikanan, Jurusan Negeri Makassar. Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Rosita, R. 2007. Studi Kebiasaan Makanan Kelautan Universitas Diponegoro Ikan Tembang (Clupea fimbriata) Pada Ernawati, Y., dan M. M. Kamal. 2010. Bulan Januari-Juni 2006 di Perairan Pengaruh Laju Eksploitasi Terhadap Ujung Pangkah, Jawa Timur. Keragaan Reproduktif Ikan Tembang Manajemen Sumberdaya Perairan, (Sardinella gibbosa) di Perairan Pesisir Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Jawa Barat. Jurnal Biologi Indonesia 6 Institut Pertanian Bogor. (3): 393-403 (2010). Dept. Manajemen Salmah, T., B. O. Nababan dan U. Sumberdaya Perairan, FPIK-IPB. Sehabuddin. 2012. Opsi Pengelolaan Hamzah, A., A. B. Pane, E. Lubis dan Iin Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) Di Solihin. 2015. Potensi Ikan Unggulan Perairan Kabupaten Subang, Jawa Barat. Sebagai Bahan Baku Industri J. Sosek KP Vol. 7 No. 1 Tahun 2012. Pengolahan Di Ppn Karangantu. Marine Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, FEM, IPB. Simarmata, R., M. Boer dan A. Fahrudin. 2014. Analisis Sumberdaya Ikan Tembang (Sardinella Fimbriata) Di Perairan Selat Sunda Yang Didaratkan Di Ppp Labuan, Banten. Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 5, No. 2, November 2014 Hal: 149-154. Syakila, Silfia. 2009. Studi Dinamika Stok Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) Di Perairan Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Yuwana, Eka Kemal. 2011. Pengelolaan Sumberdaya Ikan Tembang (sardinella fimbriata) Di Teluk Banten, Yang Didaratkan Di Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu, Serang, Provinsi Banten. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.