Anda di halaman 1dari 11

Mini Review

METODOLOGI PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH

NAMA : DEALSI RANTEALLO

NIM : L211 15 007

PEMBIMBING : Dr, KHUSNUL YAQIN M.Sc.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
Kebiasaan Makanan Sebagai Faktor Pengelolaan
Ikan Tembang (Sardinella fimbriata)
DEALSI RANTEALLO

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan,


Fakultas Ilmu kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin,
Makassar, Sulawesi Selatan

Telp. : +62822-9380-0880, E-mail : dealsiranteallo97@gmail.com

Ikan tembang (Sardinella fimbriata) merupakan ikan yang hidup diperairan


pantai dan bergerombol yang sampai saat ini pemanfaatannya mengandalkan kegiatan
penangkapan. Ikan tembang sebagai ikan pelagis kecil penyebarannya cukup merata
dari daerah pesisir sampai kebagian tengah laut. Ikan tembang terkenal sebagai ikan
pelagis kecil yang hidup bergerombol, yang dikenal juga dengan kelompok ikan sardin.
Ikan tembang, jenis ikan yang cukup banyak dijumpai di perairan. Sebagai biota
perairan kehidupannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, salah satunya
adalah ketersediaan makanan alami khususnya plankton.

Kata Kunci : Ikan Tembang, Sumberdaya, Pengelolaan, Kebiasaan Makanan, Plankton

Klasifikasi Ikan Tembang (Sardinella buku dan berbelah. Bersisik tidak


fimbriata) bersungut, tidak berjari-jari keras pada
punggung. Sirip perut jauh ke belakang
Adapun klasifikasi dari ikan dimuka sirip dubur, perut bersisik tebal
tembang menurut Persitiwady (2006) bersiku. Sirip perut sempurna, rahang sama
berdasarkan tingkat sistematikanya yaitu panjang, daun insang satu sama lain tidak
kingdom : animalia, filum : chordata, kelas: melekat, tulang saring insang lebih dari 50,
Actinopterygii, ordo: Clupeiformes, famili : tapis insang berjumlah 60-80 pada busur
Clupeidae, subfamili: Incertae sedis, genus: insang pertama bagian bawah dan tulang
Sardinella, spesies : Sardinella fimbriata mata banyak tidak bergigi, bentuk mulut
(Cuvier and Valenciennes 1847), nama terminal (posisi mulut terletak di bagian
umum : Fringle-scale sardinella, fimbriated depan ujung hidung), tajam serta bergerigi.
sardinella, nama lokal : Tembang (Jakarta), Gigi lengkap pada rahang-rahang, langit-
Mangida (Bali), Tembang lakara (Bugis), langit dan lidah. Sirip punggung di tengah-
Sintring (Madura), Jurung (Pekanbaru). tengah antara sirip ekor dan hidung, satu
sirip dubur yang berukuran sedang
Karakteristik Biofisik Ikan Tembang memiliki jari-jari lemah 15-25 (Rosita,
(Sardinella fimbriata) 2007).
Ikan tembang memiliki karakteristik Yuwana (2011) mengarakan bahwa
biofisik seperti rangka yang terdiri dari ikan tembang (Sardinella fimbriata)
tulang benar, tertutup insang, rangka memiliki bentuk badan yang memanjang
simetri, badan tidak seperti ular. Bagian dan pipih. Lengkung kepala bagian atas
ekor tidak bercincin. Hidung tidak sampai di atas mata agak hampir halus, dari
memanjang ke depan dan tidak membentuk setelah mata sampai awal dasar sirip
rostrum. Pipi atau mata tidak berkelopak punggung agak cembung. Tinggi badan
keras dan tidak berduri. Sirip punggung lebih besar daripada panjang kepala. Mata
terdiri dari jari-jari lemah yang berbuku- tertutup oleh kelopak mata. Awal dasar
sirip punggung sebelum pertengahan mengadakan ruaya apabila bergerak secara
badan. Dasar sirip bubur sama panjang relatif teratur dan berkelompok dari satu
dengan dasar sirip punggung. Kepala dan tempat ke tempat lain untuk memenuhi
badan bagian atas hijau kebiruan, keperluan siklus hidupnya. Ikan yang
sedangkan bagian bawah putih keperakan. berada di daerah tropik, persediaan untuk
Sirip-sirip berwarna keputihan.Beberapa ruaya pengungsian bukan saja karena
dari jenis Sardinella ada yang hampir persediaan dalam tubuhnya dengan kondisi
menyerupai satu sama lain, tapi ada yang yang baik, dapat pula tanpa persediaan
mempunyai beberapa perbedaan seperti itu. Terutama kalau keadaan
morfologis, yang menandakan bahwa ikan perairan sekelilingnya berubah secara
itu berbeda spesiesnya. mendadak sehingga tidak ada kesempatan
untuk ikan mengadakan persiapan.
Distribusi Ikan Tembang Misalnya ada pollutant yang mendadak.
Demikian juga kalau di pantai yang terjadi
Ikan tembang (S. fimbriata) adalah angin ribut, maka ikan itu akan berenang ke
ikan permukaan dan hidup di perairan tengah untuk menghindarinya. Pergerakan
pantai serta suka bergerombol pada area ruaya ikan ke daerah pemijahan
yang luas sehingga sering tertangkap mengandung tujuan penyesuaian dan
bersama ikan lemuru sampai pada peyakinan tempat yang paling
kedalaman sekitar 200 m. Telur dan larva menguntungkan untuk perkembangan telur
ikan tembang ditemukan di sekitar perairan dan larva.
mangrove atau bakau. Saat juvenil, ikan ini Penyebaran ikan tembang di
masih ada yang hidup di mangrove dan perairan Indonesia meliputi perairan laut
mulai memasuki daerah yang memiliki Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi
kadar garam sedang. Ketika dewasa spesies Selatan,Selat Malaka, dan Laut Arafuru.
ini hidup bergerombol bersama ikan lemuru Sedangkan penyebaran ikan tembang di
dan banyak ditemukan di dekat pantai luar negeri meliputi Singapura, Filipina,
sampai ke arah laut. Terdapat beberapa Australia, Ponape, Tonga Island, Society
faktor yang menyebabkan ikan membentuk Island, Fiji Island, Cina, India, Arab
kelompok, antara lain sebagai perlindungan Selatan dan Tanibar (Rosita, 2007).
dari pemangsa, mencari dan menangkap
mangsa, untuk tujuan pemijahan, bertahan Faktor Kondisi
pada musim dingin, untuk melalukan ruaya
dan pergerakan serta terdapatnya suatu Informasi mengenai kondisi
pengaruh dari faktor-faktor yang ada lingkungan perairan penting untuk
sekelilingnya (Syakila, 2009). Sumberdaya diketahui karena dapat menjelaskan
ikan tembang (Sardinella fimbriata) ini hubungan antara spesies target dan
adalah sumberdaya neritik, karena lingkungannya. Parameter yang diukur
penyebarannya adalah berada di dekat pada umumnya adalah parameter yang
pantai. Di daerah-daerah dimana sering diperkirakan berpengaruh langsung
terjadi kenaikan air (upwelling), terhadap biologi, distribusi dan kelimpahan
sumberdaya ini dapat membentuk biomassa ikan. Parameter yang diperlukan, relatif
yang sangat besar. mudah dan murah untuk diukur adalah suhu
Menurut Yuwana (2011), faktor- perairan. Pada perairan laut dan limbah
faktor yang mempengaruhi penyebaran industri, salinitas perlu diukur. Salinitas
suatu jenis ikan di perairan diantaranya adalah konsentrasi total ion yang terdapat
adalah kompetisi antar spesies dan intra di perairan. Perubahan suhu berpengaruh
spesies, heterogenitas lingkungan fisik, terhadap proses fisika, kimia dan biologi
reproduksi, ketersediaan makanan, arus air badan air. Suhu juga sangat berperan
dan angin. Ikan dikatakan sedang mengendalikan kondisi ekosistem perairan.
Organisme akuatik memiliki kisaran suhu Flores, sedangkan musim timur kebalikan
tertentu yang disukai bagi pertumbuhannya. dari musim barat.
Peningkatan suhu dapat mengakibatkan Faktor kondisi merupakan keadaan
peningkatan kecepatan metabolisme dan yang menyatakan kemontokan ikan dalam
respirasi organisme akuatik dan selanjutnya bentuk angka. Faktor kondisi menunjukkan
meningkatkan konsumsi oksigen. keadaan ikan dilihat dari kapasitas fisik
0
Peningkatan suhu 100 C menyebabkan akan bertahan hidup dan bereproduksi.
terjadinya peningkatan konsumsi oksigen Faktor kondisi dapat dipengaruhi oleh
oleh organisme akuatik sekitar 2-3 kali makanan, umur ikan, jenis kelamin dan
lipat. Namun, peningkatan suhu ini disertai kematangan gonad. Dengan mengetahui
dengan penurunan kadar oksigen terlarut . nilai faktor kondisi tersebut, apabila terjadi
Peningkatan suhu sebesar 100C akan sesuatu perubahan mendadak pada suatu
meningkatkan konsumsi oksigen sekitar populasi ikan maka penyebabnya akan
10%. Kelarutan oksigen dan gas-gas lain cepat diketahui (Rosita, 2007).
juga berkurang dengan meningkatnya
salinitas sehingga kadar oksigen di laut Potensi, Tingkat Pemanfaatan dan
cenderung lebih rendah daripada kadar Keberlanjutan Ikan Tembang
oksigen di perairan tawar (Syakila, 2009). (Sardinella fimbriata)
Klorofil-a merupakan pigmen suatu
organisme yang memegang posisi kunci Belum optimalnya pemanfaatan dan
dalam reaksi fotosintesis untuk menentukan pengelolaan sumberdaya kelautan dan
produktivitas suatu perairan. Klorofil yang perikanan, tentu membutuhkan peran
dimiliki fitoplankton didominasi klorofil-a pemerintah untuk menentukan kebijakan
yang berwarna hijau. Sehingga pigmen dalam pemanfaatan sumberdaya
hijau (klorofil-a) ini dijadikan indikator perikanandan kelautan yang ramah
keberadaan fitoplankton di suatu perairan. lingkungan dan berkelanjutan.
Arus memegang peranan penting dalam Sentra produksi perikanan tangkap
keberadaan ikan. Penyebaran ikan secara di pelabuhan perikanan dapat dijadikan
horizontal akan dipengaruhi oleh arus. Ikan penggerak utama industri pengolahan ikan.
akan mengikuti arah arus atau justru akan Produksi yang relatif tinggi di suatu
melawan arus, atau ikan akan bergerak pelabuhan perikanan secara tidak langsung
dalam kombinasi keduanya. Ikan menarik investor untuk berinvestasi,
memanfaatkan arus laut untuk melakukan keberlangsungan usaha terjamin (Hamzah
pemijahan, mencari makanan atau et al., 2015).
sehubungan dengan proses Merujuk pada produksi atau
perkembangannya. Jenis-jenis ikan tertentu penawaran ikan laut segar yang selalu
akan bergerak mengikuti arus pada waktu berfluktuasi sedangkan permintaan atau
pasang naik ke arah pantai sejalan dengan konsumsi ikan laut segar di Sulawesi
arus pada waktu pasang. Angin adalah Selatan cenderung terus meningkat.
salah satu faktor yang paling bervariasi Tingginya volume penangkapan ikan yang
dalam membangkitkan arus. Angin pada belum termanfaatkan tidak terlepas pula
umumnya mempengaruhi arah arus laut dari peningkatan permintaan ikan. Secara
dunia yang tidak begitu bervariasi. Namun umum konsumsi ikan segar di Sulawesi
di bagian utara lautan Hindia dan lautan Selatan padatahun 2003 sebesar 45,0
Asia Tenggara, angin musim (monsoon) kg/kapita/tahun, tahun 2004 sebesar 46,2
berubah secara musiman dan mempunyai kg/kapita/ tahun (Biro Pusat Statistik
pengaruh sangat besar terhadap arus Sulawesi Selatan, 2004:42) dan tahun 2006
permukaan. Musim barat di tandai oleh sebesar 42 kg/kapita/tahun (Dinas
adanya aliran air dari utara melalui Laut Perikanan dan Kelautan Sulawesi Selatan,
Cina bagian atas, Laut Jawa dan Laut 2006:50). Jika dibandingkan konsumsi ikan
nasional tahun 2003 sebesar 23 terjadinya fluktuasi harga yang tinggi
kg/kapita/tahun, maka konsumsi ikan segar sehingga pula memberikan peluang kepada
di daerah tersebut relatif cukup besar. pedagang untuk memanipulasi informasi
Dibandingkan Jepang konsumsi ikannya harga yang bersifat asimetris, artinya jika
lebih kecil, yaitu 60 kg/ kapita/tahun dan terjadi peningkatan harga di tingkat
lebih besar dari Korea sebesar 40 konsumen, maka peningkatan harga
kg/kapita/tahun, sedangkan dari negara- tersebut tidak dapat diteruskan kepada
negara ASEAN, seperti Malaysia sebesar produsen dengan cepat, begitu pula
45 kg/kapita/tahun dan Thailand sebesar 35 sebaliknya (Rahim, 2016).
kg/kapita/tahun (Dinas Kelautan dan Berdasarkan data Dinas Kelautan
Perikanan Republik Indonesia, 2003:1). dan Perikanan Kabupaten Subang (2008),
Bahkan menurut Departement of Fishery jenis ikan yang dominan dihasilkan adalah
(2000) Bangladesh hanya sebesar 11,9 ikan tembang. Ikan tembang merupakan
kg/kapita/tahun. Perikanan laut dan jenis ikan pelagis kecil yang memiliki
perairan umum pertumbuhannya cenderung kandungan omega 3 tinggi, yaitu sebesar
stabil, sedangkan perikanan budidaya 3,90 gram per 100 gram ikan sehingga baik
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, digunakan untuk konsumsi dan pakan.
yaitu lebih dari 20 persen/tahun. Produksi Keunggulan tersebut menunjukkan
ikan hasil penangkapan di laut sektor ini perlunya perhatian terhadap kelestarian
merupakan penyumbang terbesar produksi ikan tembang. Jika pemanfaatan ikan ini
perikanan Indonesia dalam kurun waktu tidak dikontrol dari sekarang, maka akan
hampir 10 tahun terakhir, yaitu mencapai mengancam kelestarian atau kepunahan
75,89 persen dari total produksi, jauh di bagi sumberdaya ikan tembang di masa
atas kontribusi perairan umum (7,36 mendatang. Untuk mengontrol tingkat
persen) dan budidaya (16,75 persen)/tahun. eksploitasi perikanan tembang di
Kecenderungan tersebut menggambarkan Kabupaten Subang maka perlu dilakukan
bahwa pasokan ikan yang dapat analisis bioekonomi, dimana secara biologi
dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan ikan tembang dapat lestari dan secara
konsumsi dalam negeri (selain untuk ekonomi nelayan dapat tetap memperoleh
kebutuhan ekspor) tersedia dalam jumlah keuntungan dari pemanfaatan ikan tembang
yang cukup besar. Adanya faktor musim tersebut (Salmah et al., 2012).
menyebabkan terjadi ketidakseimbangan Pentingnya sumberdaya ikan bagi
antara permintaan dan penawaran ikan laut kebutuhan manusia, baik untuk pemenuhan
segar di Sulawesi Selatan khususnya gizi maupun kegiatan perekonomian,
Kabupaten Barru yang berbatasan langsung mendorong manusia mengeksploitasi
dengan Laut Sulawesi, Kabupaten sumberdaya sebanyak-banyaknya,
Jeneponto (Laut Flores), dan Kabupaten termasuk ikan tembang. Pemanfaatan
Sinjai (Teluk Bone). Pada sisi penawaran, intensif terhadap sumberdaya ini menuntut
saat musim penangkapan (panen) terjadi adanya upaya pengelolaan yang baik.
over supply, sedangkan musim paceklik Pemanfaatan intensif sumberdaya ikan
(barat dan timur) ataupun musim tembang dapat mengakibatkan tangkap
penangkapan saat terjadi bulan purnama lebih (Simarmata et al., 2014).
produksi menurun. Hal ini pula Banyak faktor yang berperan di
mengakibatkan fluktuasi harga sehingga suatu lingkungan perairan sehingga
dampaknya pendapatan nelayan menurun. menyebabkan berkurangnya kesempatan
Musim paceklik menyebabkan produksi hidup individu ikan dalam suatu populasi.
hasil tangkapan ikan menurun sehingga Pada suatu stok yang telah dieksploitasi
harga ikan naik, sedangkan sisi lain perlu untuk membedakan mortalitas akibat
permintaan atau konsumsi relatif tetap atau penangkapan dan mortalitas alami. Laju
meningkat. Faktor musim menyebabkan mortalitas total (Z) adalah penjumlahan laju
mortalitas penangkapan (F) dan laju sehingga nelayan cenderung
mortalitas alami (M). Mortalitas alami mengeksploitasinya dalam jumlah besar.
adalah mortalitas yang terjadi karena Pemanfaatan Sardinella sp. yang tidak
berbagai sebab selain penangkapan seperti rasional dan tidak terkendali akan
pemangsaan, penyakit, stres pemijahan, berdampak pada ekosistem. Dampak
kelaparan dan usia tua (Sparre & Venema tersebut menyebabkan perubahan
1999). Beverton & Holt (1957) menduga kelimpahan, produktivitas, dan struktur
bahwa predasi merupakan faktor eksternal komunitas seperti perubahan dominansi
yang umum sebagai penyebab mortalitas jenis, spektra ukuran, dan hasil tangkapan
alami. Nilai laju mortalitas alami berkaitan yang mengakibatkan menipisnya sediaan
dengan nilai parameter pertumbuhan von (stok) dan berakhir pada punahnya populasi
Bertalanffy K dan L∞. Ikan yang ikan ini (Asriyana, 2015).
pertumbuhannya cepat (nilai K tinggi)
mempunyai M tinggi dan sebaliknya. Nilai Pengelolaan Sumberdaya Ikan Tembang
M berkaitan dengan nilai L∞ karena (Sardinella fimbriata)
pemangsa ikan besar lebih sedikit dari ikan
kecil. Menurut Pauly (1980) in Sparre & Sumberdaya ikan yang bersifat
Venema (1999) berdasarkan penelitiannya multispesies di perairan Indonesia dan ikan
terhadap 175 stok ikan yang berbeda, faktor bergantung pada lingkungannya
lingkungan yang mempengaruhi nilai M menyebabkan adanya pola penyebaran ikan
adalah suhu rata-rata perairan selain faktor dan berdampak terhadap pola penyebaran
panjang maksimum (L∞) dan laju ikan dan mengakibatkan adanya perbedaan
pertumbuhan. Sedangkan mortalitas daerah penangkapan ikan dan jumlah dan
penangkapan adalah mortalitas yang terjadi jenis ikan yang tertangkap. Karakteristik
akibat adanya aktivitas penangkapan multispesies pada sumberdaya ikan
(Syakila, 2009). menyebabkan dalam kegiatan penangkapan
Laju eksploitasi ikan pada kondisi ikan menggunakan berbagai jenis alat
tangkap lebih (overfishing) mengakibatkan tangkap untuk jenis ikan yang menjadi
penurunan biomas tangkapan dan jumlah tujuan penangkapan. Kemampuan produksi
ikan berukuran besar. Dengan demikian, sumberdaya ikan pelagis kecil menentukan
struktur populasi ikan akan didominasi oleh ketersediaan stok untuk perikanan.
individu berumur muda dan berukuran Terdapat faktor internal dan eksternal yang
kecil, yang dapat mereduksi keragaan saling berinteraksi mempengaruhi daya
reproduksi. Hasil penelitian terhadap dukung sumberdaya ikan. Faktor internal
beragam spesies ikan laut, dari beberapa adalah proses biologi dan ekologi,
peneliti berhasil membuktikan bahwa sedangkan faktor eksternal adalah
tekanan penangkapan menurunkan lingkungan laut dan kegiatan penangkapan
keragaan reproduksi yang diawali dengan ikan. Faktor eksternal dapat diidentifikasi
penurunan ukuran ikan memijah pertama melalui perubahan upaya penangkapan dan
kali (length at first spawner). Berikutnya, kondisi oseanografi terhadap produksi ikan.
pada ikan betina, kondisi ini akan Ikan pelagis kecil adalah kelompok besar
menurunkan fekunditas dan ukuran ikan yang membentuk schooling di dalam
diameter telur, sehingga viabilitas embrio kehidupannya dan mempunyai sifat
dan larva menjadi rendah, yang puncaknya berenang bebas dengan melakukan migrasi
dapat mengurangi keberhasilan rekruitmen secara vertikal maupun horizontal
ikan di alam (Ernawati dan Muhammad, mendekati permukaan dengan ukuran tubuh
2010). relatif kecil. Sumberdaya ikan pelagis kecil
Clupeidae merupakan jenis ikan memiliki peranan dalam penmgembangan
yang paling banyak tertangkap di perairan. ekonomi wilayah, khususnya wilayah yang
Famili ini memiliki nilai cukup ekonomis memiliki potensi sumberdaya ikan pelagis
kecil. Peranan utama sumberdaya ikan Pola pemanfaatan ikan tersebut
pelagis kecil adalah pemenuhan gizi dan bersifat eksploratif sehingga dikhawatirkan
protein masyarakat di suatu wilayah. Selain akan mempengaruhi populasinya. Untuk
itu secara ekonomi dapat meningkatkan menangani permasalahan tersebut, perlu
pendapatan dan masyarakat, khususnya diupayakan suatu teknik pengelolaan yang
nelayan yang berada di wilayah pesisir, tepat dengan memperhatikan aspek
demikian juga dapat mendukung kegiatan penangkapan, biologi ikan dan habitat.
pengolahan ikan. Produktivitas dan Salah satu aspek yang diperhatikan yaitu
ketersediaan ikan untuk perikanan aspek biologi ikan pada studi kebiasaan
bervariasi dari tahun ke tahun dengan makanan ikan tembang (Sardinella
perubahan kondisi lingkungan laut dan fimbriata).
kondisi ini tidak dapat dihindarkan Masalah yang sering timbul dari
sehingga menjadikan perikanan tangkap pemanfaatan sumberdaya ikan tembang
sebagai suatu yang sulit diprediksi atau yaitu tingginya permintaan pasar ikan
bersifat ketidakpastian. Upaya tembang karena harganya yang relatif
penangkapan yang tidak terkontrol karena rendah dan mudah di tangkap oleh nelayan.
meningkat seiring dengan pertumbuhan Bila hal ini di biarkan terus menerus tanpa
ekonomi, maka perikanan tangkap akan adanya bentuk pengelolaan yang baik,
mengalami penurunan produktivitas dikuatirkan akan menyebabkan terjadinya
(Nelwan et al., 2015). kelebihan tangkap. Untuk mencegah hal ini
Sumberdaya ikan tembang terjadi, maka diperlukan pengelolaan yang
(Sardinella fimbriata) merupakan salah baik dan berkesinambungan dengan
satu ikan pelagis kecil yang berada di informasi mengenai ikan tersebut
perairan Indonesia, termasuk perairan Selat (Paimaibot et al., 2014).
Sunda dan tergolong ikan ekonomis Ikan tembang ini sangat digemari
penting yang banyak dimanfaatkan. Hal ini masyarakat untuk dikonsumsi dengan nilai
dapat mendorong upaya penangkapan ikan jual yang relatif terjangkau bagi semua
tembang menjadi makin padat. Oleh karena kalangan ekonomi masyarakat. Selain
itu, diperlukan adanya pengelolaan dalam pemenuhan gizi, ikan tembang juga
sumberdaya ikan tembang secara baik berperan dalam peningkatan lapangan kerja
untuk menjaga kelestariannya dengan masyarakat sekitar melalui jasa pengolahan
mengetahui informasi mengenai aspek maupun perdagangannya. Seiring dengan
biologi ikan, diantaranya kebiasaan meningkatnya jumlah penduduk di dunia
makanan ikan. dan kebutuhan akan bahan pangan dan gizi
Sebagai ikan ekonomis penting dan yang lebih baik, maka permintaan akan
banyak dikonsumsi masyarakat dapat ikan terus meningkat dari tahun ke tahun
menjadikan ikan tembang sebagai salah termasuk ikan tembang. Sumberdaya ikan
satu sumber bahan pangan berprotein yang menjadi target nelayan adalah jenis
tinggi. Oleh karena itu, ketersediaan ikan ikan yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
tersebut dalam jangka panjang harus tetap Pemanfaatan ikan bernilai jual tinggi
dipertahankan dan untuk hal tersebut. diduga telah menyebabkan terjadinya
Ketersediaan makanan ikan tembang harus kelangkaan (Cahyaningrum et al., 2014).
selalu tersedia di alam. Dalam konsep Menurut Syakila (2009),
ekosistem, makanan menjadi salah satu pengelolaan perikanan adalah proses yang
penentu kelangsungan hidup ikan dan terintegrasi dalam pengumpulan informasi,
ketersediaan populasi dan stok ikan. analisis, perencanaan, konsultasi,
Keberadaan suatu jenis ikan di alam pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya
memiliki hubungan yang sangat erat dan implementasi dari aturan-aturan main
dengan keberadaan makanan yang ada di di bidang ikan dalam rangka menjamin
alam (Izzani, 2012). kelangsungan produktivitas sumber, dan
pencapaian tujuan perikanan lainnya. makanan ikan tembang berupa plankton di
Pengelolaan sumberdaya perikanan saat ini laut.
menuntut perhatian penuh dikarenakan oleh
semakin meningkatnya tekanan eksploitasi Kebiasaan Makan Ikan Tembang
terhadap berbagai stok ikan. Tujuan utama (Sardinella fimbriata)
pengelolaan perikanan adalah untuk
menjamin produksi yang berkelanjutan dari Sebagai komponen lingkungan,
waktu ke waktu dari berbagai stok ikan makanan merupakan faktor penentu bagi
(resource conservation), terutama melalui jumlah populasi, pertumbuhan dan kondisi
berbagai tindakan pengaturan (regulations) ikan di suatu perairan. Keberadaan
dan pengkayaan (enhancement) yang makanan ikan tembang memiliki arti
meningkatkan kehidupan sosial nelayan penting yaitu sebagai bagian dari rantai
dan sukses ekonomi bagi industri yang makanan yang mendukung kelangsungan
didasarkan pada stok ikan. hidup ikan tembang (Paimaibot et al.,
Pengelolaan perikanan adalah 2014).
proses yang terintegrasi dalam Makanan alami biasanya berupa
pengumpulan informasi, analisis, plankton, baik fitoplankton atau
perencanaan, konsultasi, pembuatan zooplankton, kelompok cacing, tumbuhan
keputusan, alokasi sumberdaya dan air, organisme bentos dan ikan maupun
implementasi dari aturan-aturan main di organisme lain yang berukuran lebih kecil
bidang ikan dalam rangka menjamin daripada organisme yang dipelihara. Secara
kelangsungan produktivitas sumber, dan ekologis pengelompokan makanan alami
pencapaian tujuan perikanan lainnya. Pada sebagai plankton, nekton, benthos,
prinsipnya pengelolaan perikanan perifiton, epifiton dan neuston, di dalam
dimaksudkan untuk mengatur intensitas perairan akan membentuk suatu rantai
penangkapan agar diperoleh hasil makanan dan jaringan makanan (Anisa et
tangkapan yang optimal dari berbagai al., 2015).
aspek. Langkah-langkah yang berkaitan Kebiasaan makanan adalah jenis,
dengan pengelolaan perikanan mencakup kuantitas dan kualitas makanan yang
kegiatan (1) mengumpulkan data dasar dimakan oleh ikan. Sedangkan cara makan
mengenai biologi, ekonomi, atau sosial adalah segala sesuatu yang berhubungan
tentang perikanan, (2) mentransfer berbagai dengan waktu, tempat dan cara makanan
data tersebut ke dalam bentuk informasi yang diperoleh oleh ikan. Kebiasaan
yang berguna untuk pembuatan berbagai makanan ikan secara alami tergantung pada
keputusan pengelolaan dan akhirnya (3) lingkungan tempat ikan hidup, dan
menetapkan, melaksanakan dan memantau dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
pelaksanaan keputusan pengelolaan lain habitat, kesukaan terhadap jenis
tersebut (Yuwana, 2011). makanan tertentu, musim, ukuran, umur
Pengelolaan ikan dilakukan dengan ikan, periode harian mencari makan, dan
baik dengan maksud agar kebutuhan spesies kompetitor.
manusia dapat terpenuhi dan kelimpahan Berbagai jenis makanan ikan
ikan tembang di laut tetap ada. Pengelolaan tersedia di alam. Ikan dapat dikelompokkan
ikan yang dimaksud dengan pelarangan berdasarkan variasi makanannya. Eurifagus
penangkapan ikan dengan mata jaring kecil adalah ikan yang memakan berbagai jenis
karena ikan yang masih kecil juga akan makanan, sebagai contoh yaitu ikan buntal
tertangkap sehingga tidak ada lagi ikan (Tetraodon reticularis) di perairan Ujung
yang akan berkembangbiak nantinya. Pangkah yang memakan berbagai jenis
Pengelolaan selanjutnya dengan pelarangan makanan, yaitu bivalvia (kerang hijau),
pembuangan limbah dan sampah ke lautan Crustacea (udang, balanus), kepiting,
yang dapat menyebabkan berkurangnya gastropoda, dan ikan; ikan tipe stenofagus
adalah ikan yang memakan makanan yang plankton yang konsumsi oleh ikan tembang
sedikit jenisnya, sebagai contoh ikan biji tersebut.
nangka (Upenus moluccensis) yang Di perairan Ujung Pangkah, Jawa
terdapat di perairan Teluk Labuan karena Timur : Bacillariophyceae (makanan
ikan ini variasi jenis makanannya sedikit utama), kelompok crustacea (makanan
berupa udang-udangan, ikan kecil, dan pelengkap), ciliata dan dinophyceae
detritus; dan ikan tipe monofagus adalah (makanan tambahan) (Rosita, 2007).
ikan yang hanya memakan satu jenis Di perairan teluk Kendari Sulteng :
makanan saja, sebagai contoh ikan kapasan Bacillariophyceae, Euglenophyceae,
(Gerres kapas) jantan dan betina yang Crustacea, Ciliata, Rotifera, Dinophyceae,
terdapat di perairan Pantai Mayangan, Telur ikan dan kelompok yg tidak
Subang, hanya memakan Tellina. Setiap teridentifikasi (Asriyana et al.,2004).
hewan membutuhkan energi yang Diperairan pantai Labu Kab. Deli
didapatkan dari makanan antara lain untuk Serdang SumUt : kelas Bacillariophyceae
reproduksi selain hidup, tumbuh, dan (makanan utama), kelas Chlorophyceae,
perawatan (Inzani, 2012). crustacea dan tidak teridentifikasi
Analisa hubungan panjang berat (pelengkap), kelas dinophyceae dan telur
dapat digunakan untuk mempelajari ikan (tambahan) (Paimaibot et al., 2014).
pertumbuhan. Ada dua faktor yang Dari perairan selat sunda yang
berpengaruh dalam studi pertumbuhan didaratkan di ppp labuan, kabupaten
yaitu faktor dalam dan luar. Faktor dalam pandeglang, banten : 5 kelas, yaitu
diantaranya faktor keturunan, jenis Bacillaripohyceae (7 genus), Crustacea (3
kelamin, penyakit, hormon dan kemampuan genus), Cilliata (2 genus), Dinophyceae (2
memanfaatkan makanan. Sedangkan faktor genus) dan Detritus (berupa serasah,
luar meliputi ketersediaan makanan, makanan yang telah dicerna dan material
kompetisi dalam memanfaatkan ruang dan yang tidak teridentifikasi) (Izzani, 2012).
suhu perairan (Anisa et al., 2015). Di Desa Malang Rapat Kabupaten
Penelitian mengenai kebiasaan Bintan Provinsi Kepulauan Riau : jenis
makanan ikan tembang mencakup kualitas makanan yang dimakan oleh ikan tamban
dan kuantitas makanannya. Ikan tembang adalah yaitu Euphausia (zoo), Chaetoceros
merupakan omnivora yang cenderung ke (phyto), Brachionus Calyciflorus (zoo),
herbivora baik berdasarkan jenis kelamin Peridinium sp (phyto), Prorocentrum sp
maupun kelas panjang. Makanan (zoo),Striatella Interupta (phyto),
dimanfaatkan untuk tumbuh dan Ceratiumctripos (phyto), Nekton (ikan-ikan
berkembangbiak dan salah satu faktor yang kecil), Diatom (phyto) (Anisa et al., 2015).
menentukan populasinya adalah Jenis plankton yang menjadi
ketersediaan makanan bagi ikan tersebut. makanan utama ikan tembang (Sardinella
Informasi mengenai kebiasaan makanan fimbriata) yaitu dari kelas
ikan, dapat menentukan komposisi Bacillaripohyceae, makanan pelengkap dari
makanan dalam lambung ikan baik sebagai kelas Chlorophyceae, crustacea dan tidak
makanan utama, makanan lengkap dan teridentifikasi, dan sebagai makanan
makanan tambahan. tambahan dari kelas dinophyceae dan telur
ikan.
Perbandingan Kebiasaan Makanan Di
Lokasi Yang Berbeda DAFTAR PUSTAKA
Dari beberapa penelitian mengenai
Anisa, Y., A. Zulfikar dan T. S. Raza’i.
kebiasaan makanan ikan tembang
(Sardinella fimbriata) diperoleh data jenis 2015. Kebiasaan Makanan Ikan Tamban
(Sardinella Fimbriata) Di Desa Malang
Rapat Kabupaten Bintan Provinsi
Kepulauan Riau. Budidaya Perikanan, Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 6, No. 1,
FIKP.UMRAH. Mei 2015 Hal: 45-58.
Asriyana. 2015. Pertumbuhan Dan Faktor Izzani, Nissa. 2012. Kebiasaan Makanan
Kondisi Ikan Siro, Sardinella atricauda, Ikan Tembang (Sardinella fimbriata
Gunther 1868 (Pisces: Clupeidae) di Cuvier And Valenciennes 1847) Dari
Perairan Teluk Kendari, Sulawesi Perairan Selat Sunda yang Didaratkan
Tenggara. Jurnal Iktiologi Indonesia, Di Ppp Labuan, Kabupaten Pandeglang,
15(1):77-86 Masyarakat Iktiologi Banten. Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Indonesia, Jurusan Manajemen Sumber Kelautan, Institut Pertanian Bogor,
Daya Perairan, FPIK, Universitas Halu Bogor.
Oleo. Nelwan, Alfa F.P., Sudirman, Muh.
Asriyana, Sulistiono dan M. F. Rahardjo. Nursam dan Muhammad A. Yunus.
2004. Kebiasaan Makanan Ikan 2015. Produktivitas Penangkapan Ikan
Tembang Sardinella fimbriata Val.( Pelagis Di Perairan Kabupaten Sinjai
Clupeidae) di Perairan Teluk Kendari Pada Musim Peralihan Barat-Timur.
Sulawesi Tenggara. Jurnal Iktiologi Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XVII (1):
Indonesia. Volume 4, Nomor 1, Juni 18-26 ISSN: 0853-6384. Pemanfaatan
2004. Sumberdaya Perikanan, Universitas
Cahyaningrum, D. S., B. A. Wibowo, dan Hasanuddin.
Sardiyatmo. 2014. Analisis Faktor- Paimaibot S, R., Yunasfi, dan I. Lesmana.
Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan 2014. Analisis Isi Usus Ikan Tembang
Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) Di (Sardinella fimbriata) Pada Perairan
Ppi Blanakan Subang Jawa Barat. Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang
Journal of Fisheries Resources Sumatera Utara. Manajemen
Utilization Management and Sumberdaya Perairan, Fakultas
Technology. Volume 3, Nomor 3, Tahun Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
2014, Hlm 150-157.Online di : Rahim, Abd. 2016. Respon Penawaran Ikan
http://www.ejournal- Laut Segar. Jurnal Scientific Pinisi,
s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt. Volume 2, Nomor 2,Oktober 2016, hlm.
Program Studi Pemanfaatan 79-8. Fakultas Ekonomi, Universitas
Sumberdaya Perikanan, Jurusan Negeri Makassar.
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Rosita, R. 2007. Studi Kebiasaan Makanan
Kelautan Universitas Diponegoro Ikan Tembang (Clupea fimbriata) Pada
Ernawati, Y., dan M. M. Kamal. 2010. Bulan Januari-Juni 2006 di Perairan
Pengaruh Laju Eksploitasi Terhadap Ujung Pangkah, Jawa Timur.
Keragaan Reproduktif Ikan Tembang Manajemen Sumberdaya Perairan,
(Sardinella gibbosa) di Perairan Pesisir Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Jawa Barat. Jurnal Biologi Indonesia 6 Institut Pertanian Bogor.
(3): 393-403 (2010). Dept. Manajemen Salmah, T., B. O. Nababan dan U.
Sumberdaya Perairan, FPIK-IPB. Sehabuddin. 2012. Opsi Pengelolaan
Hamzah, A., A. B. Pane, E. Lubis dan Iin Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) Di
Solihin. 2015. Potensi Ikan Unggulan Perairan Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Sebagai Bahan Baku Industri J. Sosek KP Vol. 7 No. 1 Tahun 2012.
Pengolahan Di Ppn Karangantu. Marine
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan, FEM, IPB.
Simarmata, R., M. Boer dan A. Fahrudin.
2014. Analisis Sumberdaya Ikan
Tembang (Sardinella Fimbriata) Di
Perairan Selat Sunda Yang Didaratkan
Di Ppp Labuan, Banten. Marine
Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 5, No. 2,
November 2014 Hal: 149-154.
Syakila, Silfia. 2009. Studi Dinamika Stok
Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) Di
Perairan Teluk Palabuhanratu,
Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa
Barat. Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Yuwana, Eka Kemal. 2011. Pengelolaan
Sumberdaya Ikan Tembang (sardinella
fimbriata) Di Teluk Banten, Yang
Didaratkan Di Pelabuhan Perikanan
Pantai Karangantu, Serang, Provinsi
Banten. Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai