Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

MENGENAI KEMACETAN DI KOTA BANDUNG BESERTA


PENGUMPULAN DATA

Untuk memenuhi tugas Sistem Transportasi yang


dibimbing oleh Dr. Ir. Muh. Nashir T, ST., MT

Disusun oleh:

 ALHAMDI ALDHI NIM : 218190045

KELAS/PRODI : B / SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi
kami kemudahan dalam menyelesaikan makalah mengenai kemacetan di Kota Bandung
beserta pengumpulan data.

Dalam pembuatan makalah ini, mulai dari perancangan, pencarian bahan, sampai
penulisan, penulis mendapat bantuan, saran, petunjuk, dan bimbingan dari banyak pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak dan sumber serta Dosen Sistem Transportasi, Dr. Ir. Muh. Nashir T, ST.,
MT, yang ikut berpartisipasi dengan penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
perbaikan di masa yang akan datang, dan penulis juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Parepare, 23 Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................4
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................4
DAFTAR GRAFIK.....................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................6
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................6
1.3 Makna, Tujuan dan Sasaran..............................................................................................6
1.4 Metoda Penulisan..............................................................................................................7
1.5 Sistematika Pembahasan...................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................8
2.1 Letak dan Luas..................................................................................................................8
2.2 Kepadatan Penduduk.......................................................................................................10
2.3 Ruas Jalan........................................................................................................................12
2.4 Pengguna Kendaraan di Kota Bandung..........................................................................14
2.5 Faktor Terjadinya Kemacetan.........................................................................................15
2.6 Dampak Terjadinya Kemacetan......................................................................................15
2.7 Solusi Kemacetan............................................................................................................15
2.8 Beberapa Lokasi Rawan Kemacetan di Kota Bandung..................................................19
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................21
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................21
3.2 Saran................................................................................................................................22

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Bandung............................................................................8


Gambar 1.2 Kondisi Jalan Merdeka..........................................................................................16
Gambar 1.3 Kondisi Jalan Cihampelas.....................................................................................16
Gambar 1.4 Kondisi Jalan Jendral Sudirman............................................................................17

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kecamatan Kota Bandung...........................................................................................9


Tabel 1.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Bandung.....................................................11
Tabel 1.3 Ruas Jalan di Kota Bandung.....................................................................................13

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Transportasi Kota Bandung.....................................................................................14

4
DAFTAR PUSTAKA

Bintaro (1977). Pengantar Geografi Kota. UP Spring: Yogyakarta

Warpani, S. 2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan Agkutan Jalan. Institut Teknologi Bandung:
Bandung .

Yanti. 2011. Analisis Kemacetan Lalu Lintas di Kota Bandung Dengan Menggunakan Citra

Quickbird dan Sistem Informasi Geografis. Skripsi Jurusan Pendidian Geografi FPIPS UPI:
Bandung.

Yunus, H.S. 2005. Manajemen Kota. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Adisasmita, R & Adisasmita, S.A. 2011. Manajemen Transportasi Darat : Mengatasi


Kemacetan Lalu Lintas di Kota Besar (Jakarta). Jakarta:Graha Ilmu.

Khisty, Jotin C dan B. Kent Lall. 2003. Transportation Engineering : An Introduction, 3rd
Edition. Pearson Education. Prentice Hall.

Morlok, Edward K. 1978. Introduction to Transportation Engineering and


Planning. Mc Graw-Hill.Inc. Pennsylvania.

http://cin7shared-artikel1.blogspot.co.id/p/kemacetan-di-kota-bandung.html

http://abhanafiah.blogspot.co.id/2014/09/identifikasi-masalah-kemacetan-di-kota.html

https://id.wikibooks.org/wiki/Manajemen_Lalu_Lintas/Permasalahan_lalu_lintas

https://febrilisaumi.wordpress.com/kemacetan-di-ibukota/

http://iraganean.blogspot.co.id/2012/12/kemacetan-di-kota-bandung.html

http://news.okezone.com/read/2013/11/13/526/896076/ini-50-titik-macet-di-kota-bandung-
dan-penyebabnya-bagian-i

http://sharp-cherryblossom.blogspot.co.id/2014/05/makalah-masalah-kemacetan-dan-
solusi.html

http://kulpulan-materi.blogspot.co.id/2012/04/cara-menghitung-kepadatan-penduduk.html

5
6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di masa saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah semakin maju.
Diantaranya adalah perkembangan dunia transportasi di perkotaaan. Namun seiring dengan
kemajuannya ternyata muncul berbagai masalah yang mungkin tak terduga sebelumnya.
Masalah yang marak terjadi saat ini adalah masalah kemacetan lalu lintas yang telah
meresahkan bagi para penggunan jalan raya.

Kemacetan pada jalan perkotaan menjadi masalah yang biasa setiap harinya. Akan
tetapi peningkatan kemacetan pada jalan perkotaan tersebut akan terus meningkat seiring
dengan bertambahnya kepemilikan kendaraan, terbatasnya sumber daya untuk pembangunan
jalan raya dan belum optimalnya pengoperasian fasilitas lalu lintas. Banyaknya kendaraan
angkutan umum yang sering berhenti sembarangan padahal terdapat rambu dilarang berhenti,
keluarnya kendaraan dari bangunan dan pejalan kaki menjadi penyebab berkurangnya
kapasitas jalan yang dapat menyebabkan kemacetan. Oleh karena itu penelitian terhadap
kapasitas jalan dilakukan untuk mengetahui berapa kapasitas jalan dan berapa arus lalu lintas
yang melalui jalan tersebut untuk dicari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kondisi letak dan luas di Kota Bandung?
2. Bagaimana kepadatan penduduk di Kota Bandung?
3. Bagaimana keadaan ruas jalan yang ada di Kota Bandung?
4. Apa dampak dari masalah kemacetan?
5. Apa yang menjadi faktor terjadinya kecelakaan lalu lintas?
6. Bagaimana solusi dari permasalahan kemacetan?

1.3 Makna, Tujuan dan Sasaran


1.3.1 Makna
Kajian masalah kemacetan di Kota Bandung bertujuan menganalisa dan
mengidentifikasi berbagai faktor kesesuaian kondisi fisik di Bandung mulai dari kondisi

7
administratif Kota Bandung yang meliputi letak, luas dan kepadatan penduduk sebagai
bahan masukan bagi penyelesaian masalah kemacetan di Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan
Tujuan kajian adalah terumuskannya berbagai faktor kesesuaian kondisi fisik kota
Bandung, sehingga solusi dari masalah kemacetan dapat terpecahkan dapat
diimplementasikan pada proses perencanaan mengatasi masalah tersebut yang dapat
mempunyai kepastian hukum serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
1.3.3 Sasaran
Berdasarkan tujuan tersebut, maka sasaran yang akan dihasilkan dari penelitian ini
adalah usulan pengelolaan transportasi akibat kepadatan lalu lintas dalam rangka
mengurangi kemacetan.

1.4 Metoda Penulisan


Pengumpulan data yang ada dalam makalah ini berupa pengumpulan data primer yaitu
data yang diperoleh sendiri oleh penulis dengan metode observasi atau teknik pengamatan
langsung dan pengumpulan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber lain
seperti media masa elektronik yang berjangkauan internasional yaitu internet.

1.5 Sistematika Pembahasan


Pada karya ilmiah ini, akan dijelaskan hasil penelitian dimulai dengan bab
pendahuluan, bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, makna, tujuan,
sasaran penulisan, metoda penulisan dan sistematika pembahasan. Dilanjutkan dengan bab ke
dua yang berisi tentang pembahasan mengenai kemacetan di Kota Bandung dari letak dan
lokasi Kota bandung itu sendiri, Kepadatan Penduduk, Ruas Jalan, Pengguna Kendaraan di Kota
Bandung, Faktor Terjadinya Kemacetan, Dampak Terjadinya Kemacetan, solusi kemacetan dan
beberapa titik rawan kemacetan di Kota Bandung. Bab ketiga merupakan bab penutup dalam
makalah ini. Pada bagian ini, penulis menyimpulkan uraian yang sebelumnya telah
disampaikan, dan memberi saran mengenai apa yang baiknya kita lakukan agar masalah
kemacetan dapat dikurangi untuk ke depannya.

8
9
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Letak dan Luas


Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Bandung

Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa
Barat. Kota Bandung terletak di antara 107032’38,91” BT dan 6055’19,94” LS. Luas Kota
Bandung adalah 167,29 Km2. Secara administratif Kota Bandung terbagi menjadi 30
kecamatan. Kecamatan Gedebage merupakan kecamatan yang memiliki wilayah paling
luas yaitu 9,58 Km2 atau 5,7% dari luas keseluruhan Kota Bandung. Kecamatan dengan
luas terkecil adalah Kecamatan Astana Anyar dengan luas 2,89 Km 2 atau hanya 1,73 %
dari luas Kota Bandung. Adapun luas beberapa kecamatan di Kota Bandung dijelaskan
pada tabel 1.1.

10
11
Tabel 1.1 Kecamatan di Kota Bandung

12
Luas Prosentase
No Kecamatan
(Km2) (%) 16 Arcamanik 5,87 3,51
Bandung 17 Antapani 3,79 2,27
1 6,46 3,86
Kulon 18 Mandalajati 6,67 3,99
Babakan 19 Kiaracondong 6,12 3,66
2 7,45 4,45
Ciparay 20 Batununggal 5,03 3,01
Bojongloa Sumur
3 3,03 1,81 21 3,40 2,03
Kaler Bandung
Bojongloa 22 Andir 3,71 2,22
4 6,26 3,74
Kidul
23 Cicendo 6,86 4,10
5 Astana Anyar 2,89 1,73
Bandung
6 Regol 4,30 2,57 24 3,39 2,03
Wetan
7 Lengkong 5,90 3,53 Cibeunying
25 5,25 3,14
Bandung Kidul
8 6,06 3,62
Kidul Cibeunying
26 4,50 2,69
9 Buah Batu 7,93 4,74 Kaler
10 Rancasari 7,33 4,38 27 Coblong 7,35 4,39
11 Gedebage 9,58 5,73 28 Sukajadi 4,30 2,57
12 Cibiru 6,32 3,78 29 Sukasari 6,27 3,75
13 Panyileukan 5,10 3,05 30 Cidadap 6,11 3,65
Ujung Jumlah 167,29 100
14 6,40 3,83
Berung Sumber : Kota Bandung Dalam Angka
15 Cinambo 3,68 2,20 2010

2.2 Kepadatan Penduduk


Kepadatan penduduk dapat dibedakan menjadi jenis, yaitu kepadatan penduduk kasar,
kepadatan penduduk fisiologis, dan kepadatan penduduk agraris.

Kepadatan penduduk = Jumlah penduduk suatu wilayah/Luas wilayah (km²)

13
a) Kepadatan Penduduk Aritmatika (Kasar)

Kepadatan penduduk aritmatika adalah jumlah rata-rata penduduk setiap kilometer


persegi. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

Kepadatan penduduk = Jumlah penduduk suatu wilayah/Luas wilayah

b) Kepadatan Penduduk Fisiologis

Kepadatan penduduk fisiologis adalah jumlah penduduk setiap kilometer persegi tanah
pertanian. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

Kepadatan penduduk fisiologis = Jumlah penduduk suatu wilayah/Luas tanah pertanian

c) Kepadatan Penduduk Agraris

Kepadatan penduduk agraris adalah jumlah penduduk petani setiap kilometer persegi
tanah pertanian. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

Kepadatan penduduk agraris = Jumlah petani suatu wilayah : Luas tanah pertanian

Jumlah penduduk kota Bandung berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Daerah (Suseda)
adalah 2.417.288. Angka tersebut menentukan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar
1,88%. Rata-rata kepadatan penduduk Kota Bandung 13.927,48 jiwa/Km 2, dilihat dari
segi kepadatan penduduk per Kecamatan, maka Kecamatan Bojongloa Kaler merupakan
daerah terpadat dengan kepadatan penduduk 39.240,26 jiwa/Km2. Adapun keberadaan
kepadatan penduduk di Kota Bandung dijelaskan pada tabel 1.2.

14
Tabel 1.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Bandung

Luas Jumlah Kepada nik


Kecam
No (Km2 Pendu tan Per
atan Antapan
) duk Km2 17 3,79 59.929 15.812
i
Bandun 125.35
1 6,46 19.404 Mandal
g Kulon 0 18 6,67 57.265 8.585
ajati
Babaka
142.30 Kiaraco 129.62
2 n 7,45 19.102 19 6,12 21.180
9 ndong 3
Ciparay
Batunun 123.39
Bojongl 120.89 20 5,03 24.531
3 3,03 39.899 ggal 2
oa Kaler 4
Sumur
Bojongl
4 6,26 81.045 12.946 21 Bandun 3,40 40.035 11.757
oa Kidul
g
Astanaa
5 2,89 70.544 24.410 106.20
nyar 22 Andir 3,71 28.626
1
6 Regol 4,30 86.500 20.1160
103.53
23 Cicendo 6,86 15.092
Lengko 2
7 5,90 71.045 12.200
ng
Bandun
24 3,39 31.741 9.363
Bandun g Wetan
8 6,06 51.968 8.575
g Kidul
Cibeuny
Buah 25 ing 5,25 111.065 21.161
9 7,93 95.256 12.012
Batu Kidul
Rancasa Cibeuny
10 7,33 68.864 9.395
ri 26 ing 4,50 69.011 15.336
Kaler
Gedeba
11 9,58 31.230 3.260
ge 126.45
27 Coblong 7,35 17.204
0
12 Cibiru 6,32 60.001 9.494
Sukajad 101.06
Panyile 28 4,30 23.503
13 5,10 34.621 6.788 i 5
ukan
29 Sukasari 6,27 77.218 12.315
Ujung
14 6,40 61.579 9.626
Berung 30 Cidadap 6,11 53.934 8.827
Cinamb 167,2 2.417.2 14.449,6
15 3,68 23.695 6.439 Jumlah
o 9 88 9
16 Arcama 5,87 57.869 9.858

15
Sumber : Kota Bandung Dalam Angka 2010

16
Berdasarkan acuan tersebut Kota Bandung merupakan kota yang memiliki tingkat
kepadatan sangat padat karena seluruh wilayahnya memiliki kepadatan lebih dari 400
jiwa/km2. Kota Bandung dengan penduduk yang padat membutuhkan sarana transportasi
untuk mobilitasnya. Suatu ruas jalan juga dalam kapasitasnya memperhitungkan ukuran kota
dan jumlah penduduk menjadi acuannya. Semakin padat penduduk pada suatu wilayah
semakin tinggi pergerakannya, yang menyebabkan semakin tinggi pula kebutuhan akan
transportasi.

2.3 Ruas Jalan


Total ruas jalan di Kota Bandung adalah 1.236,48 km. Berdasarkan statusnya jalan di
Kota Bandung dikelompokkan menjadi jalan nasional, jalan propinsi, dan jalan kota.
Pengelompokan status jalan dilakukan oleh pemerintah yang berwenang. Berdasarkan
fungsinya jalan di Kota Bandung terbagi menjadi jalan arteri primer, arteri sekunder, kolektor
primer, dan kolektor sekunder. Pengelompokkan fungsi jalan lebih mempertimbangkan
kapasitas dan juga kepentingan suatu ruas jalan. Ruas-ruas jalan yang pada arteri primer
biasanya lebih besar daripada ruas jalan lainnya. Hal tersebut dikarenakn fungsi jalan arteri
primer menghubungkan kawasan-kawasan pusat kegiatan nasional atau pusat kegiatan pusat
dengan wilayah. Adapun keberadaan beberapa ruas jalan di Kota Bandung dijelaskan pada
tabel 1.3.
Tabel 1.3 Ruas Jalan di Kota Bandung

Panjang
No. Ruas Ruas Jalan Lebar (m) Status Fungsi
(Km)

1. Jl. Jend. Sudirman 6,79 13,00-15,00 Nasional Arteri Primer

2. Jl. Asia Afrika 1,51 13,00-15,00 Nasional Arteri Primer


3. Jl. Jend. Ahmad Yani 5,40 11,00-14,00 Nasional Arteri Primer
4. Jl. Raya Ujungberung 8,04 10 Nasional Arteri Primer
5. Jl. Soekarno Hatta 18,46 10,00 Nasional Arteri Primer
6. Jl. Dr. Junjunan 2,00 9,00-13,00 Kota Bandung Arteri Primer
7. Jl. Pasteur 0,21 10,60 Kota Bandung Arteri Primer
8. Jl. Cikapayang 0,37 9,70 Kota Bandung Arteri Primer
9. Jl. Surapan 1,16 12,62 Kota Bandung Arteri Primer
10. Jl. PHH Mustofa 3,34 9,00 Kota Bandung Arteri Primer
11. Jl. Kiaracondong 4,12 12 Propinsi Arteri sekunder

12. Jl. Ters. Kiaracondong 0,99 8 Propinsi Arteri sekunder

13. Jl. Jamika 0,91 4,00 Kota Bandung Arteri sekunder


14. Jl. Peta 2,60 10,20 Kota Bandung Arteri sekunder
15. Jl. BKR 2,30 10,20 Kota Bandung Arteri sekunder
16. Jl. Pelajar Pejuang 45 1,48 20,00 Kota Bandung Arteri sekunder
17. Jl. Laswi 1,10 20,00 Kota Bandung Arteri sekunder
18. Jl. Sukabumi 0,64 9,00 Kota Bandung Arteri sekunder
19. Jl. Sentot Alibasa 0,20 16,00 Kota Bandung Arteri sekunder
20. Jl. Diponegoro 0,66 12,62 Kota Bandung Arteri sekunder
Sumber : Dinas Perhubungan dan Bina Marga, 2009

2.4 Pengguna Kendaraan di Kota Bandung


Menurut Yudhiana, kepala seksi Manajemen dan Rekayasa Lalilintas Dishub Kota
Bandung, saat ini setidaknya ada 1,25 juta kendaraan bermotor di Kota Bandung. Dari jumlah
tersebut sekitar 94% nya adalah kendaraan pribadi. Ironisnya jumlah jalan yang ada tidak
seimbang dengan jumlah kendaraan bermotor yang ada. Tidak seimbangnya pertumbuhan
jumlah kendaraan dengan penambahan jaringan jalan di Kota Bandung di pengaruhi beberapa
faktor. Faktor yang mempengaruhinya adalah kemudahan konsumen dalam memiliki
kendaraan (fasilitas kredit), sedangkan Pemerintah Daerah kesulitan dalam pembebasan lahan
untuk menambah ruas jalan yang baru.

Terkait jumlah sepeda motor, kini terdapat sekitar 895 ribuan unit atau sekitar 72% dari
total komposisi kendaraan bermotor di Bandung. Sedangkan mobil pribadi sekitar 282 ribuan
unit atau sekitar 23%.

Soal angkutan umum kini terdapat 39 trayek angkutan kota di kota Bandung dengan
jumlah angkutan kota sebanyak 5.521 kendaraan. Lalu, ada bus umum yang mencapai 2.946
unit. Artinya, angkutan umum yang ada di kota Bandung sekitar 1% dari total kendaraan
bermotor yang ada di kota yang pada siang hari berpenduduk sekitar lima juta jiwa.

Grafik 1.1 Transportasi Kota Bandung

2.5 Faktor Terjadinya Kemacetan


 Volume kendaraan yang melampaui batas.
 Terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan tersebut sehingga menimbulkan rasa ingin
tahu warga yang menyebabkan warga berkerumun memadati jalan.
 Terjadinya banjir yang merendam badan jalan sehingga para pengendara kendaraan
memperlambat laju kendaraannya.
 Adanya perbaikan jalan.
 Kepanikan untuk mengevakuasi diri ke tempat yang lebih aman akibat peringatan
akan terjadinya bencana alam seperti tsunami, tanah longsor, banjir dan lainnya.
 Adanya bagian jalan yang rusak atau longsor.
 Ketidak tahuan masyarakat akan aturan lalu lintas.
 Parkir kendaraan yang tidak tertata baik atau tidak pada tempatnya.
 Pasar tumpah yang secara tidak langsung memakan badan jalan sehingga pada
akhirnya membuat sebuah antrian terhadap sejumlah kendaraan yang akan melewati
area tersebut.
 Pengaturan lampu lalu lintas yang bersifat kaku yang tidak mengikuti tinggi
rendahnya arus lalu lintas.

2.6 Dampak Terjadinya Kemacetan


 Kerugian waktu, karena kecepatan yang rendah.
 Pemborosan energi.
 Keausan kendaraan lebih tinggi, karena waktu yang lebih lama untuk jarak yang
pendek, radiator tidak berfungsi dengan baik dan penggunaan rem yang lebih sering.
 Meningkatkan polusi udara, karena pada kecepatan rendah konsumsi energi lebih
tinggi, dan mesin tidak beroperasi pada kondisi yang optimal.
 Meningkatkan stress pengguna jalan.
 Mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti: ambulans, pemadam kebakaran
dalam menjalankan tugasnya.

2.7 Solusi Kemacetan


Guna mengatasi kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas kendaraan, perlu ditempuh
berbagai upaya (program aksi), utamanya yaitu:

1) Menerapkan manajemen lalu lintas (traffic management) yang tepat dan efektif.

Manajemen lalu lintas bertujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban dan


kelancaran lalu lintas. Manajemen lalu lintas meliputi:

 Kegiatan perencanaan lalu lintas

Kegiatan perencanaan lalu lintas meliputi inventarisasi dan evaluasi tingkat pelayanan.
Maksud inventarisasi antara lain untuk mengetahui tingkat pelayanan pada setiap ruas jalan
dan persimpangan. Maksud tingkat pelayanan dalam ketentuan ini adalah merupakan
kemampuan ruas jalan dan persimpangan untuk menampung lalu lintas dengan tetap
memperhatikan faktor kecepatan dan keselamatan.

 Kegiatan pengaturan lalu lintas

Kegiatan pengaturan lalu lintas meliputi: penataan sirkulasi lalu lintas, penentuan
kecepatan minimum dan maximum, larangan atau perintah penggunaan jalan bagi pemakai
jalan.

2) Keberpihakan kepada transportasi umum

 Menyediakan dan mengoperasikan angkutan massal/umum perkotaan yang


berkapasitas mencukupi dan dikelola secara profesional.

 Membangun ketersediaan prasarana perkotaan yang berkapasitas yang mampu


melayani lalu lintas secara lancar.

 Menerapkan strategi kebijakan transportasi perkotaan yang komprehensif, akomodatif


dan berwawasan masa depan.

3) Peningkatan kapasitas jalan

Salah satu langkah yang penting dalam memecahkan kemacetan adalah dengan
meningkatkan kapasitas jalan/parasarana seperti :

 Memperlebar jalan, menambah lajur lalu lintas sepanjang hal itu memungkinkan.

 Merubah sirkulasi lalu lintas menjadi jalan satu arah.

 Mengurangi konflik dipersimpangan melalui pembatasan arus tertentu, biasanya yang


paling dominan membatasi arus belok kanan.

 Meningkatkan kapasitas persimpangan melalui lampu lalu lintas, persimpangan tidak


sebidang/flyover.

 Mengembangkan inteligent transport sistem.

4) Perbaikan daya dukung jaringan jalan

Untuk meningkatkan daya dukung jaringan jalan dengan adalah mengoptimalkan kepada
angkutan yang efisien dalam penggunaan ruang jalan antara lain :
 Pengembangan jaringan pelayanan angkutan umum.

 Pengembangan lajur atau jalur khusus bus ataupun jalan khusus bus yang di Jakarta
dikenal sebagai Busway.

 Pengembangan kereta api kota, yang dikenal sebagai Metro di Perancis, Subway di
Amerika, MRT di Singapura.

 Subsidi langsung seperti yang diterapkan pada angkutan kota di Transjakarta, Batam
ataupun Jogjakarta maupun tidak langsung melalui keringanan pajak kendaraan
bermotor, bea masuk kepada angkutan umum.

5) Pembatasan kendaraan pribadi

 Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi menuju suatu kawasan tertentu seperti


yang berhasil dengan sangat sukses di Singapura, London, Stokholm. Bentuk lain
dengan penerapan kebijakan parkir yang dapat dilakukan dengan penerapan tarip
parkir yang tinggi di kawasan yang akan dibatasi lalu lintasnya, ataupun pembatasan
penyediaan ruang parkir dikawasan yang akan dibatasi lalu lintasnya,

 Pembatasan pemilikan kendaraan pribadi melalui peningkatan biaya pemilikan


kendaraan, pajak bahan bakar, pajak kendaraan bermotor, bea masuk yang tinggi.

 Pembatasan lalu lintas tertentu memasuki kawasan atau jalan tertentu, seperti
diterapkan di Jakarta yang dikenal sebagai kawasan 3 in 1 atau contoh lain pembatasan
sepeda motormasuk jalan tol, pembatasan mobil pribadi masuk jalur busway.

Ada juga solusi dari dengan melibatkan peran pemerintah dan masyarakat, yaitu :

A. Peran Pemerintah

Urbanisasi dan angka kelahiran yang tinggi menyebabkan pertumbuhan penduduk


menjadi tidak terkendali. Berarti pemerintah harus membatasi laju urbanisasi dan menekan
angka kelahiran dengan cara menjalankan program keluarga berencana.

Bila pemerintah berhasil menangani laju urbanisasi dan angka kelahiran, maka jumlah
pengguna jalan juga akan terkendali. Untuk mencegah semakin parahnya keadaan lalu lintas,
pemerintah perlu megupayakan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan
memaksimalkan kendaraan umum, selain membangun ruas jalan baru, pemerintah juga harus
menetapkan batas kecepatan suatu kendaraan untuk meminimalisasi terjadinya kecelakaan
lalu lintas yang dapat menyebabkan kemacetan.

Disamping itu, pemerintah juga sebaiknya memperbaiki jalan yang rusak,


memperlebar jalan, menambah jembatan peyeberangan dan memperbaiki jembatan
penyeberangan yang rusak. Setelah semua itu terlaksana, pemerintah tetap tidak boleh
langsung bersenang-senang, karena mereka juga masih harus memperbaiki rambu-rambu lalu
lintas, memperbaiki lampu lalu lintas serta sebisa mungkin menjadikan halte agar dapat
menjadi lebih aman dan nyaman.

Busway dibuat lebih efektif dengan menambahkan jumlah armada, sehingga


penumpang tidak menunggu lama dan waktu tempuh menjadi lebih cepat atau lebih singkat.
Selain itu pemerintah harus pula mengoptimalkan kereta api yang telah ada, meningkatkan
pelayanan dan kenyamanannya baik di stasiun maupun di dalam kereta api itu sendiri,
sehingga banyak penggua jalan yang mau berpindah dari kendaraan pribadi ke kereta api.

Peraturan ditegakkan sehingga penduduk menjadi lebih disiplin. Apabila ada


kendaraan yang bersalah segera ditilang sesuai dengan aturan yang berlaku. Misalnya
angkutan umum yang berhenti bukan di halte, kendaraan yang menerobos lampu merah,
motor yang berada di jalur kanan serta pejalan kaki yang tidak disiplin juga harus didenda
agar mereka merasa jera dengan apa yang telah mereka lakukan. Selain semua itu, pemerintah
juga harus mengajak para pengguna jalan agar beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan
umum.

B. Peran Masyarakat

Masyarakat sebagai pengguna jalan juga dapat membantu pemerintah dalam


menangani kemacetan lalu lintas seperti dengan beralih ke angkutan umum yang tersedia dan
lebih tertib berlalu lintas agar para pengguna kendaraan pribadi seharusnya mengikuti aturan
agar tidak mengganggu pengguna jalan yang lain. Pejalan kaki harus mau membiasakan diri
berjalan di trotoar dan menyeberang di jembatan penyeberangan. Apabila ingin menggunakan
angkutan umum, maka kita harus menghentikan angkutan tersebut di halte yang telah di
sediakan, begitu pula bila ketika hendak turun.
Untuk para supir hendaknya mempunyai kesadaran yang tinggi untuk mematuhi
rambu-rambu lalu lintas. Supir angkutan umum tidak berhenti di sembarang tempat. Pada saat
berhenti kendaraan dipinggirkan agar tidak mengganggu kendaraan lain dan jangan
menjadikan perempatan atau pertigaan sebagai terminal. Pedagang kaki lima sebaiknya tidak
berdagang di trotoar karena trotoar merupakan haknya pejalan kaki, begitu juga pejalan kaki
untuk tidak membeli barang-barang di troatoar.

Apabila menggunakan kendaraan pribadi sebaiknya gunakan kendaraan yang kecil dan
jangan mencoba untuk menerobos lampu merah jika terjadi kemacetan lalu lintas dan jangan
menggunakan kendaraan pribadi untuk keperluan yang tidak penting. Bagi para pengguna
sepeda motor gunakanlah selalu jalur kiri dan dengan kecepatan yang tidak tinggi.

2.8 Beberapa Lokasi Rawan Kemacetan di Kota Bandung

1. Jalan Merdeka (depan Bandung Indah Plaza)


Gambar 1.2 Kondisi Jalan Merdeka
Penyebab : Angkutan kota sering berhenti di
sembarang tempat tanpa memperhatikan kondisi
untuk menurunkan maupun mununggu penumpang.
Di daerah ini juga banyak dijumpai pedagang kaki
lima yang berjualan hingga memenuhi bahu jalan
dan berkontribusi menyebabkan kemacetan. Namun
setelah adanya peraturan dari pemerintah Kota Bandung yang menertibkan pedagang kaki
lima di daerah ini, masalah kemacetan dapat dikurangi.

2. Jalan Cihampelas (Kawasan Perbelanjaan)

Gambar 1.3 Kondisi Jalan Cihampelas


Penyebab : Kemacetan yang terjadi dikawasan cihampelas dikarenakan adanya kawasan
perbelanjaan yang ramai di sepanjang Jalan Cihampelas, diantaranya yaitu pusat perbelanjaan
cihampelas walk dan pedagang – pedagang cindera mata. Lebar jalan yang tidak terlalu
besarpun membuat kendaraan menjadi lebih. Kondisi tersebut jelas saja membuat lalu lintas
menjadi tidak lancar, ditambah lagi dengan hilir mudiknya para pejalan kaki atau para
pembeli dan pengunjung.

3. Jalan Jendral Sudirman


Penyebab :
Sebagai jalan utama, Jalan Jendral Sudirman banyak dilalui oleh
pengendara motor dan mobil. Volume kendaraan yang tidak sesuai
dengan kapasitas jalan yang kecil menyebabkan seringnya terjadi
kemacetan pada jam pergi dan pulang kerja. Hal ini diperparah
dengan adanya pedagang kaki lima dan angkutan umum yang
berhenti di bahu jalan, juga para penyebrang jalan yang tidak
difasilitasi jembatan penyebrangan dan zebra cross.
Gambar 1.4 Kondisi Jalan
Jendral Sudirman
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Bandung merupakan suatu kota dengan desain awal hanya untuk sekitar 500 ribu jiwa,
dengan perkembangannya, saat ini penduduk Bandung mencapai 2,417.2 juta jiwa, dengan
luas wilayah 167,3 km². Dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi, diperlukan
transportasi yang memadai. Angkot merupakan sarana transportasi yang dominan di Bandung.
Angkutan umum di kota Bandung pada dasarnya belum bisa memberikan kenyamanan
berkendara secara maksimal dan membutuhkan waktu perjalanan yang relative lebih lama.
Oleh karena itu, banyak warga Bandung akhirnya memakai kendaraan pribadi, seperti motor
atau mobil sebagai sarana transportasinya. Kecenderungan seperti ini menimbulkan
konsekuensi yang kurang baik, populasi kendaraan meningkat tajam, hal ini tidak disertai oleh
pembangunan jalan, sehingga kemacetan tak terhindarkan. Kemacetan ini diperparah oleh
pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di badan jalan, angkutan kota yang berhenti dan
menunggu penumpang di sembarang tempat, alih guna jalan menjadi tempat parkir dan lain
sebagainya. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya solutif yang menguntungkan semua
pihak, agar persoalan kemacetan ini dapat terselesaikan.

Kemacetan di kota Bandung khususnya tejadi pada saat jam-jam sibuk. Sekitar pukul
07.00-08.00 pada pagi hari, dan 16.00-18.00 pada sore hari. Pada jam-jam itu volume
kendaraan meluap akibat keluar secara bersamaan, hal ini tidak ditunjang oleh infrastruktur
jalan yang memadai, juga diperparah oleh sikap serta perilaku masyarakat. Ada beberapa
faktor berpengaruh yang menjadikan kemacetan sebagai suatu masalah yang harus segera
diselesaikan, yaitu;
 Dampak terhadap lalu lintas lokal  Keamanan di jalan raya
 Pertumbuhan ekonomi  Polusi lingkungan
 Kualitas hidup  Boros bahan bakar, dan lainnya.
Secara garis besar kemacetan yang terjadi di Kota Bandung diakibatkan oleh hal-hal berikut
ini :

 Peningkatan jumlah penduduk dan volume kendaraan


 Pedagang Kaki Lima (PKL)
 Kurangnya ruas lahan parker
 Kurangnya kesadaran pengendra

3.2 Saran
Upaya-upaya untuk menanggulangi masalah kemacetan transportasi lalu lintas ini perlu
untuk terus dilakukan agar permasalahan kemcetan lalu lintas dapat teratasi. Kesadaraan
untuk bersama-sama menggunakan sarana transportasi umum menjadi hal utama yang perlu
dilakukan. Sehingga menciptakan sarana transportasi yang aman dan lancar dapat tercapai.

Adapun cara yang harus di lakukan Pemerintah kota untuk mengatasi kemacetan lalu
lintas diantaranya :

1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya mematuhi peraturan


dan kebijaksanaan berlalu lintas demi kenyamanan dan keselamatan juga menghindari
kemacetan.
2. Memberikan prioritas kepada transportasi umum guna mengurangi kepadatan
kendaraan di jalan namun dengan memperhatikan kenyamanan transportasi pribadi.
3. Pemerintah sebaiknya meningkatkan pelayanan angkutan umum, agar masyarakat
tertarik untuk berpindah dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum.
4. Melakukan pembatasan usia kendaraan karena jika kendaraan tersebut sudah terlalu
tua, maka kendaraan tersebut menjadi tidak fungsional lagi.
5. Penegakan hukum yang tegas terhadap pengguna jalan, pejalan kaki dan pedagang
kaki lima yang melanggar aturan. Juga terhadap arus urbanisasi dengan cara yang
lebih optimal.
1.KONDISI JALAN MERDEKA
2.KONDISI JALAN CIHAMPELAS
3.KONDISI JALANAN JENDRAL SUDIRMAN ATAU RAJAWALI TIMUR

Anda mungkin juga menyukai