Anda di halaman 1dari 14

TEKNIK

JALAN REL

M.
M. ANDRY
ANDRY KURNIAWAN
KURNIAWAN

218
218 190
190 072
072

KELAS
KELAS BB // SEMESTER
SEMESTER 55
SEJARAH TRANSPORTASI
REL KERETA API

• Sejarah perkembangan transportasi rel kereta api bermula di Inggris pada tahun 1630,
yaitu dengan adanya pengangkutan batu bara. Dengan kereta yang ditarik kuda beroda
besi berjalan pada bantalan kayu, seiring permbangan waktu balok kayu diganti
seluruhnya dengan besi untik menghindari melesetnya roda tersebut maka roda-roda
diberi flens (flange), ini terjadi pada tahun 1789. Akibat dari penggunaan flens pada roda
ini mengakibatkan kendaraannya tidak dapat digunakan di jalan raya biasa, sejak itulah
terjadi perbedaan antara jalan raya dan jalan yang menggunakan batang besi atau jalan
rel.
• Pada awal abad XIX kereta di atas rel mulai ditarik oleh kendaraan yang dijalankan dengan
mesin (lokomotif) uap, lokomotif diesel-listrik mulai digunakan di New Jersey tahun 1925,
kereta diesel-listrik untuk penumpang bentuk streamline mulai meluncur di Amerika
tahun 1934.
SEJARAH TRANSPORTASI
REL KERETA API

• Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai dengan dibangunnya jalan rel


sepanjang 26 km pada lintas Kemijen-Tanggung yang dibangun oleh NV.
Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Pembangunan jalan rel
tersebut dimulai dengan penyangkulan pertama pembangunan badan jalan rel
oleh Gubernur Jenderal Belanda Mr. L.A.J. Baron Sloet Van De Beele pada hari
Jum’at tanggal 17 Juni 1864. Jalur kereta api lintas Kemijen-Tanggung mulai
dibuka untuk umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867.
KETENTUAN UMUM
REL KERETA API

• Standar jalan rel


Dalam perencanaan jalan rel, penentuan jenis komponen jalan rel seperti
balas, bantalan dan penambat rel serta dimensinya didasarkan pada
beberapa beban gandar, kecepatan maksimumdan daya angkut lalu lintas.
• kecepatan
1.Kecepatan rencana
2.Kecepatan maksimum
3.Kecepatan operasi
4.Kecepatan komersil
• Daya angkut lintas
KETENTUAN UMUM
REL KERETA API
• Ruang bebas dan ruang bangun
a. Ruang bebas
Ruang di atas sepur yang senantiasa harus bebas dari segala rintangan dan benda
penghalang, disediakan untuk lalu lintas rangkaian kereta api.
b. Ruang bangun
Ruang di sisi sepur yang senantiasa harus bebas dari segala bangunan tetap seperti
antara lain tiang semboyan, tiang listrik dan tiang pagar. Batas ruang bangun diukur
dari sumbu sepur pada tinggi 1 meter sampai 3.55 m.
KOMPONEN JALAN REL
• Rel (Rail/batangan besi baja)
Batang rel terbuat dari besi ataupun baja bertekanan tinggi, dan juga mengandung karbon,
mangan, dan silikon. Batang rel khusus dibuat agar dapat menahan beban berat (axle load)
dari rangkaian KA yang berjalan di atasnya.
• Bantalan rel
Bantalan rel (sleepers) dipasang sebagai landasan dimana batang rel diletakkan dan
ditambatkan.
• Plat Landas
Fungsi plat landas selain sebagai tempat perletakan batang rel dan juga lubang penambat,
juga untuk melindungi permukaan bantalan dari kerusakan karena tindihan batang rel, dan
sekaligus untuk mentransfer axle load yang diterima dari rel di atasnya ke bantalan yang ada
tepat dibawahnya.
KOMPONEN JALAN REL
• Penambat rel
Fungsinya untuk menambat / mengaitkan batang rel dengan bantalan yang menjadi tumpuan batang
rel tersebut, agar batang rel tetap menyatu pada bantalannya, dan menjaga kelebaran trek (track
gauge). Jenis penambat yang digunakan bergantung kepada jenis bantalan dan tipe batang rel yang
digunakan. Ada dua jenis penambat rel, yakni Penambat Kaku dan Penambat elastis.
• Plat besi menyambung
Merupakan plat besi dengan panjang sekitar 50-60 cm, yang berfungsi untuk menyambung dua
segmen/potongan batang rel. Pada plat tersebut terdapat 4 atau 6 lubang untuk tempat skrup/baut
(Bolt) penyambung serta mur nya (Nut). Batang rel biasanya hanya memiliki panjang sekitar 20-25
meter tiap potongnya, sehingga perlu komponen penyambung berupa plat besi penyambung beserta
bautnya.
• Rail anchor
Rail anchor digunakan pada rel yang disambung secara CWR. Fungsinya untuk menahan gerakan
pemuaian batang rel, karena pada sambungan CWR tidak terdapat celah pemuaian.
STRUKTUR TEKNIK
JALAN REL
a.Kriteria struktur jalan rel
- kekakuan
- elastisitas
- ketahanan terhadap deformasi tetap
- stabilitas
- kemudahan untuk pengaturan dan pemeliharaan (adjustability)
b.Pembagian struktur jalan rel
1. struktur atas
- rel
- bantalan
2. struktur bawah
- lapisan atas
- lapisan bawah
- lapisan tanah dasar
WESEL JALAN REL
• Wesel adalah konstruksi rel kereta api yang bercabang (bersimpangan)
tempat memindahkan jurusan jalan kereta api. Wesel terdiri dari sepasang rel
yang ujungnya diruncingkan sehingga dapat melancarkan perpindahan kereta
api dari jalur yang satu ke jalur yang lain dengan menggeser bagian rel yang
runcing.
• Kereta api berjalan mengikuti rel, sehingga kalau relnya digeser maka kereta
api juga mengikutinya. Untuk memindahkan rel, digunakan wesel yang
digerakkan secara manual ataupun dengan menggunakan motor listrik. Pada
kereta api kecepatan tinggi dibutuhkan transisi yang lebih panjang sehingga
dibutuhkan pisau yang lebih panjang dari pada lintasan untuk kereta api
kecepatan rendah.
ALINEMEN HORIZONTAL
JALAN REL

Alinemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan rel pada


bidang horizontal yang terdiri dari garis lurus dan garis lengkung.
• Lengkung lingkaran
• Lengkung peralihan
• Peninggian rel
• Pelebaran sepur
• Lengkung S
• Alur perhitungan lengkung horizontal
ALINEMEN VERTIKAL
JALAN REL

Alinemen vertikal adalah proyeksi sumbu jalan rel pada bidang vertikal
yang melalui sumbu jalan rel tersebut, Alinemen vertikal terdiri dari garis
lurus dengan atau tanpa kelandaian serta lengkung vertikal berupa busur
lingkaran.
• Pengelompokan lintas
• Jari – jari minimum lengkung
• Letak titik maksimum dan jarak lengkung proyeksi titik sumbu ke lengkung
vertical
• Landai curam (sk)
PENATAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI MULTI MODA YANG
KOMPREHENSIF, RAMAH LINGKUNGAN, DAN BERKELANJUTAN
(STUDI KASUS : KOTA METROPOLITAN MAMMINASATA)
• Strategi pengembangan infrastruktur dilakukan untuk mempercepat perkembangan sektor-
sektor unggulan, yaitu sektor perikanan, kepariwisataan, industri dan perdagangan,
agroindustri dan agrobisnis, hasil-hasil pertanian dan perkebunan.
• Angkutan multimoda merupakan komponen penting dari sistem logistik, karena angkutan
barang dalam aktivitas logistik pada umumnya menggunakan lebih dari satu moda
transportasi. Pada dasarnya pelayanan angkutan multimoda bukan hanya menawarkan
layanan pengiriman barang dari tempat asal ke tempat tujuan, namun juga mencakup
layanan pengurusan transportasi (freight forwarding), pergudangan, konsolidasi muatan,
penyediaan ruang muatan serta pengurusan kepabeanan.
• Membangun dan mempromosikan Mamminasata sebagai pintu gerbang utama tujuan wisata
di Sulawesi Selatan, dan menarik lebih banyak wisatawan domestik, mancanegara maupun
bisnis dengan jalan meningkatkan dan mengembangkan sumber daya dan fasilitas pariwisata,
serta menguatkan jaringan wisata daerah dan antar-daerah dalam rangka menunjang
perekonomian daerah.
MITIGASI BENCANA BANJIR
DALAM MASA PANDEMI COVID-19

• Beberapa jumlah kejadian bencana di Indonesia seperti gempa bumi erupsi gunung api, kebakaran hutan dan
lahan, kekeringan banjir tanah longsor, bahkan hingga sekrang ini sudah beberapa bulan terjadi pandemi covid-19,
dibandingkan bencana yang lain bencana banjir hamper terjadi setiap tahunya penyebabnya curah hujan, sampah ,
saluran drainase, permukaan tanah, dan bangunan. Maka dari itu perlu di lakukan pencegahan kebersihan serta
menjaga lingkungan hidup, jika sedang menghadapi banjir tetap tenang serta mencari pertolongan.

 Mitigasi banjir :
• - Strategi tamping, resap, alir, dan pelihara
• - Melaksanakan kebijakan AQ = 0 (zero AQ)
• - Mengelola banjir secara terpadu

 Pengelolaan air di era normal baru :


• - Bekerjasama lintas generasi
• - Menghitung air secara cermat dengan TIK
• - Mengelola air secara cerdas
MITIGASI BENCANA BANJIR
DALAM MASA PANDEMI COVID-19
 Tujuan mitigasi bencana yaiitu :

1. Mengurangi resiko dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi


penduduk, seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi (economy costs)
dan kerusakan sumber daya alam.

2. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.

3. Menigkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam menghadapi


serta mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan
bekerja dengan aman (safe).

Anda mungkin juga menyukai