Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.

12 Desember 2015 (821-833) ISSN: 2337-6732

PERENCANAAN PENGEMBANGAN BANDAR


UDARA WAMENA DI KABUPATEN JAYAWIJAYA
PROVINSI PAPUA
Tinus Kogoya
M. J. Paransa , Lintong Elisabeth
Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado
email: tinuskogoya807@yahoo.co.id

ABSTRAK
Kabupaten Jayawijaya merupakan salah satu daerah yang strategis dalam kaitannya dengan
pembangunan di pegunungan tengah Papua. Sehingga untuk memenuhu kebutuhan dimasa yang
akan datang maka bandar udara Wamena perlu diadakan pengembangan.
Penelitian yang dilakukan untuk penulisan ini menggunakan data sekunder, yaitu antara lain adalah
data klimatologi, topografi, arus lalulintas udara, serta data penduduk yang dijadikan acuan sebagai
dasar dari perencanaan pengembangan bandar udara Wamena. Dalam perencanaan pengembangan
bandar udara Wamena, yang direncanakan yaitu Runway, taxiway, Apron dengan menggunakan
pesawat standar Boeing 737-400 dan mengacu pada standar ICAO. Dan untuk perencanaan
perkerasan mengacu pada standar FAA dan PCA, dengan data tanah diambil dari data tanah
setempat. Perencanaan terminal area yang meliputi terminal penumpang, gudang dan areal parkir
kendaraan yang dianalisa menggunakan analisa regresi linier. Dari analisa akan didapat hasil
pergerakan pesawat, penumpang, bagasi, dan kargo serta pergerakan pesawat dan penumpang pada
jam sibuk untuk masa yang akan datang.
Panjang runway yang dibutuhkan adalah 4.382m yang terbentang pada azimut 150-330, untuk
perkerasan runway dan taxiway didapat tebal 68cm, luas apron 87m x174m, namun yang dipakai
untuk luas apron adalah 87m x 450m mengingat panjang apron yang lama masih memadai
sedangkan lebarnya yang perlu dikembang 37m, tebal perkerasan rigid pada apron 34 cm (metode
PCA) dan 30,5cm (metode FAA), luas gedung terminal 25.813m², luas gudang 56.200m² dan luas
pelataran parkir adalah 4.500m².

Kata kunci : Bandar Udara Wamena, Perencanaan Pengembangan Bandar Udara,


Runway, Taxiway, Apron, Terminal Penumpang.

PENDAHULUAN kabupaten sepegunungan tengah dengan


kabupaten Jayawijaya sangat bergantungan pada
Latar Belakang transportasi udara. Kebutuhan akan penumpang,
Kabupaten Jayawijaya secara astronomis bahan bagunan, alat berat, kendaraan bermotor
terletak pada koordinat 04°05’89’’LS dan dan bahan makanan serta kebutuhan-kebutuhan
138°57’17’’BT. Yang berada pada ketinggian lainnya didatangkan melalui pesawat udara.
1.650 m dari permukaan laut dan memiliki Penerbangan yang dilayani oleh Bandar udara
daratan seluas 13.925,31 km² yang wilayahnya Wamena dengan tujuan penerbangan ke
tidak bersentuhan dengan bibir pantai (sumber: Jayapura, Biak, Merauke, Yahukimo, Nduga,
Badan pusat statistik kabupaten Jayawijaya Lanijaya, Puncak Jaya, Yalimo, Tolikara, dan
2014). Mamberamo Tengah.
Kabupaten Jayawijaya merupakan salah satu Untuk mengantisipasi perkembangan
daerah yang sangat strategis dalam kaitannya pembangunan di kabupaten Jayawijaya maka
dengan pembangunan daerah dan pembangunan dalam perencanaannya, Bandar Udara Wamena
nasional di pegunungan tengah Papua. Dari fakta saat ini hanya dapat menampung pesawat dengan
di lapangan diketahui bahawa bandar udara jenis boeing-737-300 akan dikembangkan,
Wamena merupakan akses utama dari sehingga pada tahun-tahun kedepan dapat
pembangunan daerah di beberapa kabupaten melayani arus lalulintas udara dengan jenis
yang ada di pegunungan tengah Papua secara pesawat yang lebih besar seperti tipe boeing-737-
umum, dan secara khusus di kabupaten 400.
Jayawijaya. Akses penghubung utama antar

821
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 (821-833) ISSN: 2337-6732

Maksud dan tujuan penulisan Klasifikasi Lapangan Terbang


Maksud dan tujuan adalah merencanakan Dalam merencanakan suatu lapangan terbang
pengembangan bandar udara Wamena yang ditetapkan standar-standar perencanaan oleh dua
terdapat di kabupaten Jayawijaya provinsi Papua badan penerbangan internasional yaitu ICAO dan
dengan pesawat rencana boeing 737-400 sebagai FAA yang merupakan badan penerbangan yang
pesawat rencana. Sehingga diharapkan dengan mengeluarkan syarat-syarat yang harus dipenuhi
adanya pengembangan bandar udara Wamena oleh sebuah lapangan terbang.
maka tingkat pelayanan yang diberikan kepada
pengguna jasa transportasi udara dapat maksimal Klasifikasi Menurut ICAO
dalam mengatasi lonjakan penumpang ditahun- ICAO menetapkan klasifikasi lapangan
tahun yang akan datang. terbang yang disebut “ Aerodrome Reference
Code “ dengan menkategorikan dalam dua
Pembatasan Masalah
elemen. Elemen pertama adalah kode nomor 1-4
Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas
mengklasifikasikan berdasarkan Aeroplane
pada perencanaan runway, taxiway, exit taxiway,
Reference Field Lenght (ARFL). Elemen kedua
apron, namun terminal area yang terdiri dari
adalah kode huruf A-F yang mengklasifikasikan
gedung terminal, gudang dan pelataran parkir
berdasarkan lebar sayap pesawat (wingspan) dan
dimana yang akan dihitung hanya luas yang
jarak terluar pada roda pendaratan dengan ujung
dibutuhkan untuk masa yang akan datang sesuai
sayap.
dengan perencanaan pengembangannya. Analisa
yang digunakan pada skripsi ini adalah analisa Tabel 1 Klasifikasi lapangan terbang menurut ICAO
teknis namun tidak termasuk perencanaan sistem Elemen 1 Elemen 2

drainase lapangan terbang dan struktur dari Kode ARFL Kode


Huruf
Wingspan Jarak terluar
roda
Angka
bangunan terminal. 1 < 800 m A < 15 m
pendaratan
< 4,5 m
2 800 m - < 1.200 m B 15 m - < 24 m 4,5 m - < 6 m
1.200 m - < 1.800 m 24 m - < 36 m 6m-<9m
Manfaat Penulisan 3
≥1.800 m
C
D 36 m - < 52 m 9 m - < 14 m
4 52 m - < 60 m 9m - < 14 m
Dari penelitian yang dilakukan ini, harapan E
F
65 m - < 80 m 9 m - < 16 m
dari penulis kiranya dengan adanya penulisan (Sumber : ICAO, Aerodrome Design Manual Parth 1
skripsi ini dapat memberikan sedikit gambaran Edition, 2006. Halaman 1-4)
atau pemahaman transportasi udara sebagai suatu
bahan masukan dalam mendesain suatu Klasifikasi Menurut FAA
pengembangan bandar udara, serta memberikan FAA mengklasifikasikan lapangan terbang
informasi kepada pihak-pihak yang ingin dalam dua kategori yaitu :
mengembangkan suatu bandar udara.  Pengangkutan udara ( air carrier )
 Penerbangan umum ( General Aviation )
LANDASAN TEORI
Tabel 2 Pembagian group pesawat menurut FAA
Group Jenis Pesawat
Fungsi dan Peranan Lapangan Terbang I. B-727-100, B-737-100, DC-9-10, DC 9-30,
Sistem lapangan terbang terbagi menjadi dua DC 9-40, BAC-111.
II. DC 8, B-707, B-720, B-727, B-727-200, DC
yaitu sisi udara ( air side ) dan sisi darat (land
10.10, L-1011.
side), keduanya dibatasi oleh terminal yang III. B-747-SP, B-747-B, B-747-400, B-747-2UB.
memiliki komponen-komponen dan fungsi yang IV. Lebih besar dari group III, pesawat masa
berbeda dalam kegiatan kebandarudaraan. depan.
Adapun komponen-komponen dari kedua sistem (Sumber :H. Basuki, “ Merancang dan Merencanakan
lapangan terbang tersebut adalah sebagai berikut: Lapangan Terbang” hal.179)
a. Runway (landas pacu)
b. Taxiway (landas hubung) Konfigurasi Lapangan Terbang
c. Apron (tempat parkir pesawat) Konfigurasi lapangan terbang adalah jumlah
d. Terminal Building ( gedung terminal ) dan arah (orientasi) dari landasan (runway) serta
e. Gudang penempatan bangunan terminal termasuk
f. Tower ( Menara pengontrol ) lapangan parkirnya yang berkaitan dengan
g. Fasilitas keselamatan (pemadam kebakaran) landasan itu.
h. Utility (Fasilitas listrik, Telepon, Air, dan
Bahan bakar).

82
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 (821-833) ISSN: 2337-6732

Menentukan Panjang Runway L2 = Panjang landas pacu setelah


Saat merencanakan runway, keadaan dikoreksi terhadap temperatur (m)
lingkungan lapangan terbang yang sangat
berpengaruh adalah temperatur dan elevasi. Koreksi Terhadap Slope
Kebutuhan akan panjang runway untuk Menurut ICAO bahwa setiap kenaikan slope
perencanaan bandar udara dari ICAO, ARFL 1 % panjang landas pacu bertambah 10%.
(Aero Reference Field Lenght) adalah panjang Sehingga dapat dihitung panjang landas pacu
landasan pacu minimum yang dibutuhkan pada yang dibutuhkan oleh suatu pesawat rencana
kondisi standar yaitu: dengan menggunakan koreksi sebagai berikut:
 Elevasi muka laut = 0
 Kondisi standar atmosfir = 15°C = 59°F L3 = L2 x (1 + 0,1 x slope).......(3)
 Tidak ada angin bertiup
Dimana :
 Kemiringan (slope) = 0%
L3 = Panjang landasan yang dibutuhkan
 Maximum certificate take off weight
oleh pesawat rencana (m)
Dalam menentukan arah runway hal yang sangat L2 = Panjang landasan setelah dikoreksi
penting diperhatikan adalah arah dan kecepatan terhadap temperetur (m)
angin.
Persyaratan ICAO, panjang landasan pacu Menentukan Lebar Landas Pacu
yang diperlukan oleh pesawat rencana dalam Untuk menentukan lebar landas pacu dapat
muatan penuh harus dikoreksi terhadap elevasi, diambil sesuai persyaratan yang dikeluarkan
temperature dan slop pada daerah ICAO.
pengembanagan setempat.
Tabel 3 Lebar Perkerasan Landasan
KODE Code Letter
Koreksi Terhadap Elevasi
Menurut ICAO, ARFL bertambah sebesar ANGKA A B C D E

7% setiap kenaikan 300m (100ft) dihitung dari 1 18 m 18 m 18 m


2 23 m 23 m 23 m
ketinggian muka laut. Maka koreksinya terhadap 3 30 m 30 m 30 m 45 m
landasan adalah sebagai berikut: 4 45 m 45 m 45 m
Shouldes should be provided for a Runway where tha code letter is D
7 𝐻 or E, and tha runway width is less than 60 m.
L1 = L0 x (1+ x )..............(1) The Runway soulder should extend symmetrically on each side of the
Runway so that the over all width of Runway and its shoulders is not
100 300
less than 60 m.
Dimana : (Sumber : F Jansen. “Perlengkapan Kuliah
Lo = panjang landas pacu minimum pada Lapangan Terbang”, hal 6)
kondisi standar
(m) H = Elevasi (m) Perencanaan Landas Hubung (Taxiway)
L1 = Panjang landas pacu setelah Fungsi utama taxiway adalah sebagai jalur
dikoreksi terhadap elevasi (m) keluar masuk pesawat dari landas pacu ke
bangunan terminal dan sebaliknya atau dari
Koreksi Terhadap Temperatur landas pacu ke hangar pemeliharaan.
Menurut ICAO panjang landas pacu harus
dikoreksi terhadap temperatur sebesar 1% untuk
kenaikan 1°C, sedangkan untuk setiap kenaikan
1.000 m dari muka laut rata-rata temperatur turun
6,5°C. Dengan dasar ini ICAO
merekomendasikan hitungan koreksi temperatur
sebagai berikut:
L2 = L1 x [ 1 +0,01x(T(150,0065H))]......(2)
Gambar 1 Exit taxiway
Dimana : (Sumber : H. Basuki, 1984)
T = Temperatur
H = Elevasi Menentukan Lokasi Exit Taxiway
L1 = Panjang landas pacu setelah Lokasi exit taxiway ditentukan berdasarkan
dikoreksi terhadap elevasi (m) jarak yang diperlukan pesawat sejak menentu

82
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 (821-833) ISSN: 2337-6732

Threshold sampai pesawat dengan kecepatan Metode Perencanaan Perkerasan Landas


tertentu bisa memasuki taxiway. Pacu
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan Perkerasan adalah struktur yang terdiri dari
dalam menentukan lokasi exit taxiway adalah beberapa lapisan material dengan kekuatan dan
sebagai berikut : daya dukung yang berlainan.
1. Jarak dari Threshold ke touchdown Perkerasan terdiri atas dua macam yaitu :
2. Kecepatan waktu touchdown 1. Perkerasan Lentur ( Flexible Structural )
3. Kecepatan awal sampai titik A 2. Perkerasan Kaku ( Rigid Structural )
4. Jarak dari touchdown sampai titik A
5. Group desain pesawat Dalam pengunaan grafik dari FAA ini
diperlukan data nilai CBR dari subgrade dan
Untuk menentukan exit taxiway digunakan nilai CBR sub base, berat lepas landas dari
rumus sebagai berikut :
pesawat rencana (MTOW) dan jumlah annual
Distance to exit taxiway = Touchdowdn Distance departure dari pesawat rencana serta pesawat-
+ D.......................(4) pesawat yang yang telah terkonversi.
Dimana : Analisa annual departure dari pesawat rencana
Jarak touchdown = 300 m untuk pesawat group menggunakan konversi pesawat rencana, dimana:
B, sedangkan untuk pesawat group C dan D w
adalah 450 m. Log R1 = (Log R2) ( )......(8)
R1 = Equivalent Annual Departurew1pesawat
(𝑆1)2−(𝑆2)² rencana
D=
..............................(5) R2 = Annual departure campuran yang
2𝑎
dinyatakan dalam roda pendaratan pesawat
S1 = Touchdown speed (m/s) Rencana
S2 = Initial Exit Speed (m/s) W1 = Beban roda dari pesawat rencana
a = Perlambatan (m/s²) W2 = Beban roda dari pesawat yang ditanyakan
Hasil yang didapat pada perhitungan ini adalah Untuk menentukan tebal perkerasan yang
berdasarkan kondisi pada standar sea level. Jarak diperlukan, digunakan grafik yang telah
yang didapat tersebut harus dikoreksi terhadap ditentukan FAA. Dari grafik yang akan dipakai,
dua kondisi yaitu elevasi dan temperatur dengan didapat total perkerasan (T) dan kebutuhan
rumus sebagai berikut: setiap kenaikan 300 m surface coarse untuk tebal subbase coarse
dari muka laut jarak harus ditambah 3%. didapat dari grafik yang sama. Sedangkan tebal
L1 = L0 (1+0,03 x H/300).............(6) base coarse didapat dengan mengurangkan tebal
Setiap kenaikan 6,5°C kondisi standar ( 15°C = total dengan tebal surface dan subbase.
59°F ) jarak bertambah 1%
Tref−T0 Tebal Base Coarse = T – (surface + subbase)
L2 = L1 ( 1+1% x ( )).....(7) …............................................…..(9)
5,6

Lebar Taxiway Untuk daerah non-kritis tebal base dan


Lebar taxiway dan lebar total taxiway yang subbase coarse dipakai faktor pengali 0,9 dari
termasuk didalamnya bahu taxiway sesuai tebal pada daerah kritis. Sedangkan surface
dengan yang disyaratkan ICAO. coarse pada daerah non-kritis ditetapkan sesuai
pada kurva. Pada daerah transisi lapisan base
Tabel 4 Lebar Taxiway coarse direduksi sampai 0,7 dari tebal base pada
E D C B A
daerah kritis, tapi subbasenya harus dipertebal
Lebar taxiway 23 m
(75 ft)
23m
(75 ft)18m
18m (60
ft)15m
10.5m
(35 ft)
7.5m
(25 ft) sehingga permukaan satu dan lainnya seimbang.
(60 ft) (50 ft)

Lebar total 44m (145 ft) 38m 25m - -


dan bahu
landasan 93m (306 ft)
(125 ft) (82 ft) Apron
Taxiway strip 44m (145 ft) 85m 57m 39m 27m
Apron berfungsi sebagai tempat untuk
width (275 ft) (188 ft) (128 ft) (74 ft)
menaikkan dan menurunkan penumpang dan
Lebar area
yang diratakan
38m
(125 ft)
25m
(82 ft)
25m
(82 ft)
22m
(74 ft) barang, tempat pengisian bahan bakar, parkir
untuk strip
taxiway pesawat dan juga tempat perawatan pesawat
(Sumber : H. Basuki, 1984) yang sifatnya ringan.

82
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 (821-833) ISSN: 2337-6732

Faktor- faktor yang mempengaruhi ukuran apron: D = (2 x r) + wing tip clearance…..(11)


 Jumlah gate position
 Ukuran gate Menghitung Perkerasan Apron
 Sistem dan tipe parkir pesawat Dalam perencanaan menghitung perkerasaan
 Wing tip clearance apron menggunakan dua metode yaitu metode
 Clearance antara pesawat yang diparkir dan FAA (Federal Aviation Administration) dan PCA
yang sedang taxiing di apron (Portland Cement Afiation).
 Konfigurasi bangunan terminal Langkah-langkah yang digunakan dalam
 Efek jet blast (semburan jet) perencanaan perkerasan ini adalah sebagai
berikut:
 Kebutuhan jalan untuk gate position.
1. Buatlah ramalan annual departure dari tiap-
Jumlah gate position yang diperlukan
tiap pesawat yang harus dilayani oleh bandara
dipengaruhi oleh :
itu.Bagi lapangan terbang yang telah
 Jumlah pesawat pada jam sibuk
beroperasi beberapa tahun ,ramalan di buat
 Jenis dan presentase pesawat terbang dengan memproyeksikan kecendrungan lalu
campuran lintas yang ada ke masa depan
 Presentase pesawat yang tiba dan berangkat 2. Tentukan tipe roda pendaratan untuk setiap
Jumlah gate position dapat dipakai rumus pesawat.
sebagai berikut : 3. Maximum take off weight dari setiap pesawat.
4. Tentukan pesawat rencana dengan prosedur
G= Vx (10) seperti di bawah ini:
U............................................
 Perkiraan harga K dari sub grade
(R. Horonjeff halaman 269 “planning and design  Tentukan Flexural strength beton.
airport”) Pengalaman menunjukan bahwa beton
dengan modulus keruntuhan 600-700 psi
Dimana : akan menghasilkan perkerasan yang paling
G = jumlah gate position ekonomis.
V = volume rencana pesawat yang tiba dan  Gunakan data-data, flexural streght, harga
berangkat k, MTOW, dan ramalan annual departure
U = faktor penggunaan (utility factor) untuk menentukan tebal slab yang
Untuk penggunaan secara mutual U = 0,6 – 0,8 dibutuhkan, yang dapat dengan memakai
Untuk penggunaan secara eksklusif = 0,5 - 0,6 kurva rencana sesuai tipe pesawat yang
Gate occupancy time untuk tiap pesawat berbeda. diberikan oleh FAA.
Untuk pesawat kecil tanpa pelayanan T = 10  Bandingkan ketebalan yang didapat untuk
menit, sedangkan untuk pesawat besar dengan setiap pesawat dengan ramalan lalu lintas.
pelayanan penuh T = 60 menit. Pesawat rencana adalah yang paling
menghasilkan perkerasan yang paling
Untuk Throught Flight (little or no serving) tebal.
T = 20-30 menit, untuk turn around flight 5. Konversikan semua model lalu lintas ke
(complete servicing) T = 40-60 menit. dalam pesawat rencana dengan equivalen
Pengambilan harga T annual departure dari pesawat –pesawat
Pesawat kelas A nilai T = 60 menit. campuran tadi.
B nilai T = 45 menit. 6. Tentukan Wheel load tiap tipe pesawat,95%
C nilai T = 30 menit. MTOW di topang oleh roda pendaratan.bagi
D = E nilai T = 20 menit. pesawat berbadan lebar MTOW di batasi
sampai 300.000 lbs (136.100 kg) dengan dual
Menghitung Ukuran Gate tandem.
Untuk menghitung ukuran gate tergantung 7. Gunakan rumus:
ukuran standart pesawat berdasarkan wingspan, Log 𝑅 = (Log 𝑅 ) (𝖶2)1/2.........(12)
1 2 𝖶1
whell track, forward roll, wing tip clearance. 8. Hitung total equivalent annual departure
9. Gunakan harga-harga: Flexural strength,
Turning radius ( r ) harga K, MTOW pesawat rencana dengan
= ½ (wingspan + whell track) + forward roll equivalent annual departure total sebagai data
untuk menghitung perkerasa kaku dengan

82
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 (821-833) ISSN: 2337-6732

menggunakan perkerasan rencana yang sesuai


dengan tipe roda pesawat, ketebalan yang di Perencanaan Area Parkir
dapat adalah ketebalan betonnya saja,di luar Untuk merencanakan luas parkir kendaraan,
sub base. Ketebalannya adalah untuk daerah terlebih dahulu dihitung besarnya jumlah
kritis,sedang untuk daerah tidak kritis dapat di penumpang pada jam sibuk. Maka diperkirakan
reduksi menjadi 0.9 T ( T=Tebal perkerasan). untuk 2 orang penumpang menggunakan 1
Ketebalan yang didapat adalah ketebalan kendaraan. Sedangkan luas rata-rata parkir 1
betonnya saja, diluar subbase. Ketebalannya kendaraan adalah (2,6 × 5,5 ) m
adalah untuk daerah kritis “T” dan untuk
daerah non-kritis ketebalannya akan direduksi
10% menjadi 0,9 T. METODOLOGI PENELITIAN

Perkerasan Beton dengan Joint (Sambungan) Metode Penelitian


Joint dikategorikan berdasarkan fungsinya, Penulisan skripsi ini disusun dengan
yaitu joint yang berfungsi kembang disebut didukung oleh data atau informasi yang didapat
expansion joint, untuk susut disebut contraction berdasarkan:
joint serta untuk perhentian waktu cor disebut - Study literatur : Membaca buku dan tulisan
construction joint. ilmiah yang berhubungan dengan penulisan
ini.
Gedung Terminal - Data primer : Data yang dipero leh langsung
Gedung terminal adalah tempat untuk dari hasil observasi penulis di lapangan.
memberikan pelayanan bagi penumpang maupun - Data sekunder : Data yang diperoleh dari
barang yang tiba dan berangkat. Oleh karena itu kantor instansi terkait yaitu BPS, BMKG dan
perlu disediakan ruang keberangkatan, ruang Bandar udara Wamena.
kedatangan, ruang tiket, dan lain-lain.
Tabel 5 Faktor pengali kebutuhan ruang gedung
terminal
Fasilitas Ruangan Kebutuhan ruangan 100 m2
untuk setiap 100 penumpang
pada jam sibuk
Tiket/check in 1,0
Pengambilan barang 1,0
Ruang tunggu penumpang 2,1
Ruang tunggu pengunjung 2,5
Bea cukai 3,0
Imigrasi 1,0
Restoran 2,0
Operasi airline 5,0
Total ruang domestic 25,0
Total ruang internasional 30,0 Gambar 3 Bagan Alir
( Sumber : R. Horonjeff halaman 258, “Planning
and Design Airport”.) Metodologi Pelaksanaan Penelitian
Perencanaan panjang landas pacu (runway),
Perencanaan Gudang didasarkan pada data pesawat rencana dan
Fungsi utama dari gudang adalah tempat dikoreksi terhadap faktor elevasi, slope dan
penumpang, barang dan paket-paket pos yang temperatur. Peraturan dan persyaratan yang
tiba maupun yang akan dikirim. Untuk digunakan dalam perencanaan ini mengacu pada
perencanaan gudang standar yang dipakai adalah ICAO (Internasional Civil Aviation
yang dikeluarkan oleh IAIA yaitu Organization).
0,09𝑚2/ton/tahun untuk pergerakan barang Perencanaan arah landas pacu didasarkan
ekspor dan 0,1m2/ton/tahun untuk barang import. pada data angin. Dengan menggunakan Wind
Rosediagram dapat diketehui arah mana yang
Untuk menghitung luas dari gudang tersebut minimal 95% dari waktu yang ada, agar angin
diambil angka 0,1𝑚2/ton/tahun dikali dengan pos bertiup searah dengan arah tersebut.
paket + barang. Perencanaan Taxiway, didasarkan pada data
pesawat rencana dan berpedoman pada syarat
yang dikeluarkan oleh ICAO.

82
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 (821-833) ISSN: 2337-6732

Perencanaan perkerasan (flexibel pavement ), Trend Eksponensial


didasarkan pada data pesawat rencana dan data
tanah. Yang mengacu pada metode yang Bentuk persamaan : Y = a . kx ..(14)
dikembangkan oleh FAA (Federal Aviation
Administration). Dimana : a dan k = bilangan tetap, maka
persamaan itu dapat diubah menjadi :
Analisa Data
Dari data-data yang diperoleh, kita dapat Y = a . ebx …………………..(15)
memperkirakan dikemudian hari bagaimana
ramalan dan permintaan (Forecast and demand) Dimana :
yang akan terjadi. Data-data tersebut dapat e = Bilangan tetap 2,718281828459045
dianalisa dengan menggunakan metode statistik x = Tahun yang akan ditinjau
yang populer seperti analisa regresi. Dimana Y = Hasil ramalan
dengan mengunakan analisa regresi kita dapat Persamaan ini diubah menjadi :
meramalkan perkembangan arus lalulintas udara LogY  LogB  LogBX
untuk masa yang akan datang. Pada dasarnya
Rumus untuk menghitung a dan b :
ramalan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
LogY 
a. Ramalan jangka pendek sekitar 5 tahun Log a  
b. Ramalan jangka menengah sekitar 10 tahun n
c. Ramalan jangka panjang sekitar 20 tahun LogY 
Log b  
Dalam meramalkan atau memperkirakan arus
x2
lalu lintas udara dimasa datang kita dapat Untuk menghitung r :
menggunakan perhitungan/analisa statistik yaitu n2.x log Y2   xlog Y 
Analisa Trend ( trend method ). Analisa trend
 
   2    
2

r
adalah analisa yang meramalkan kecendrungan n. X X log Y log Y

n.
yang terjadi dari data-data yang ada saat ini. Dimana : -1 ≤ r ≤ 1
Dengan mengetahui kecendrungan data yang
akan datang berdasarkan garis trend atau garis Trend Logaritma
regresi. Analisa trend yang akan digunakan pada
perencanaan pengembangan ini adalah : Bentuk persamaan :
a. Trend Linear .......................…(16)
b. Trend Eksponensial y = a + ........
b ln x
c. Trend Logaritma Dimana :
a dan b = Koefisien regresi
Trend Linear X = Tahun yang akan ditinjau
y = Hasil ramalan
Bentuk persamaan : …(13)
Y = a + bx
n yln x   yln x
Dimana : a dan b = koef regresi b
ln x   ln x 
2 2
x= tahun yang akan ditinjau
Y = hasil ramalan
.
Rumus untuk menghitung a dan b : yb ln x
Y  X   X  X .Y 
2
a  n
a
n X . X 
2
2
Menghitung r :
nX.Y   X n   y ln x  ln x   y
b r
Y  n X . 2
 n  ln x    ln x n   y  
2 2 2

X 
2
2

Rumus untuk menghitung korelasi :


n X .Y   X Y  Dimana : -1 ≤ r ≤ 1
82
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 (821-833) ISSN: 2337-6732

X  n 
2 2

Y
2 2
r  

n X

Y


Dimana : -1 ≤ r ≤ 1

82
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 (821-833) ISSN: 2337-6732

PEMBAHASAN 50000
Analisa Pesawat

Kondisi Existing Bandar Udara Wamena 40000

Data Umum 30000

Nama Kota : Wamena


Nama Bandara : Wamena 20000

Kelas Bandara : I (Satu) 10000

Pengelola : Ditjen Perhubungan 0 1 2 3 4 5 6 7

Udara 0 Analisa PesawatLinear (Analisa Pesawat)Log. (Analisa Pesawat)Expon. (Analisa Pesawat)

Jam Operasional : 21.00–07.00 Gambar 4 Diagram Pergerakan Pesawat


UTC,MON-SUN (06.00- 16.00Wit)
Klasifikasi Operasi :-
Kemampuan Operasi : Hercules C130, Dari hasil analisa perhitungan regresi
B733/B732, AN12, BAE 146,ATR42/72. pesawat menunjukan bahwa koefisien korelasi
Pelayanan : ADC terbesar dan mendekati data awal analisa regresi
Kordinat Lokasi : 04.05.89 S / 138.57.17 E logaritma dengan r = 0,910, jadi untuk
Kategori PKP-PK : V (Lima) meramalkan jumlah pesawat digunakan regresi
Elevasi : 1650 m DPL logaritma dengan persamaan yang dipakai adalah
Sisi Udara : Y = 6279,ln(x) + 26114
Runway Area ( Daerah Landasan Pacu): Tabel 6 Ramalan Jumlah Pesawat
Panjang Runway : (1.750 m x 30 Tahun X Regresi Logaritma
m) Lebar Runway : 30m 2019 11 41170
Jenis Konstruksi : Aspal Hotmix 2024 16 43523
Arah Landasan : 15 – 33 2034 26 46572
Turning area : RWY 33
Shoulder Strip A : 40m x 2000m
Shoulder Strip B : 30m x 2000m Analisa Penumpang
Resa : Data-data penumpang yang datang dan
Taxiway (Landas Hubung): berangkat di Bandar Udara Wamena adalah
Taxiway Alpha : 70m x 18m sebagai berikut:
Taxiway Bravo : 70m x 18m
Taxiway Bravo : 70m x 18m Tabel 7 Data Penumpang Tahun 2009-2014
Jumlah Penumpang
Taxiway Bravo : 140m x 45m
Tahun Datang Berangkat Total
Taxiway Bravo : 140m x 18m
2009 95303 104292 199595
Apron :
2010 103716 97710 201426
a. 180m x 45m 2011 125980 121054 247034
b. 270m x 50m 2012 125642 120646 246288
2013 134019 121267 255286
Analisa Arus Lalu Lintas Udara Tahunan 2014 142228 136789 279017
Analisa Pesawat ( Sumber : Kantor Bandar Udara Wamena)
Data pergerakan pesawat yang tiba dan
berangkat di Bandar Udara Wamena adalah Analisa Penumpang
sebagai berikut: 300000

250000
Tabel 5 Data Pesawat Tahun 2009-2014
Jumlah Pesawat 200000

Tahun Tiba Berangkat Total 150000


2009 13284 13284 26568
2010 14691 14695 29386 100000

2011 17202 17202 34404


2012 17021 17202 34042 50000

2013 17354 17355 34709 0 0 1 2 3 4 5


2014 19316 19382 38698 Analisa PenumpangLinear (Analisa Penumpang)Log. (Analisa Penumpang)Expon. (Analisa Penumpang)7
Gambar 5 Diagram Pergerakan Penumpang
(Sumber : Kantor Bandar Udara Wamena)

Dari hasil analisa perhitungan regresi

82
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 (821-833) ISSN: 2337-6732

penumpang menunjukan bahwa koefisien

83
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 (821-833) ISSN: 2337-6732

korelasi terbesar dan mendekati data awal Analisa Cargo


analisa regresi linier dengan r = 0,899, jadi Data-data cargo yang masuk dan keluar pada
untuk meramalkan jumlah pesawat digunakan Bandar Udara Wamena adalah sebagai berikut :
regresi linier dengan persamaan yang dipakai
adalah : Y=15941x+18231 Tabel 11 Data Cargo Tahun 2009-2014
Barang
Tahun Bongkar Muat Total
Tabel 8 Ramalan Jumlah Penumpang 2009 51002230 3092414 54094644
Tahun X Regresi Linier 2010 65100017 4274093 69374110
2011 83608812 5343090 88951902
2019 19 321110 2012 100489486 6941907 107431393
2024 24 400815 2013 107603769 7592624 115193393
2034 34 560225 2014 123077909 8846693 131942602

( Sumber : Kantor Bandar Udara Wamena)


Analisa Bagasi
Data bagasi yang masuk dan keluar pada
Bandar Udara Wamena adalah sebagai berikut.
160000000
Analisa Cargo
Tabel 9 Data Bagasi Tahun 2009-2014 140000000

Bagasi 120000000
Tahun Bongkar Muat Total
2009 1156939 1156939 2512979 100000000

2010 1195430 1103151 2298581


80000000
2011 1382516 921696 2304212
2012 1311789 790242 2102031 60000000

2013 1186582 777007 1963589 0 1 2 3 4 5 6 7

2014 1401219 825232 2226451 40000000


Analisa CargoLinear (Analisa Cargo)Log. (Analisa Cargo)Expon. (Analisa Cargo)

(Sumber : Kantor Bandar Udara Wamena) 20000000

3000000
Analisa Bagasi Gambar 7 Diagram Pergerakan Cargo

2500000

2000000

1500000

1000000

500000
0 1 2 3 4 5 6 7
Analisa BagasiLinear (Analisa Bagasi)Log. (Analisa Bagasi)Expon. (Analisa Bagasi)

Gambar 6 Diagram Pergerakan Bagasi


Dari hasil analisa perhitungan regresi Bagasi
Dari hasil analisa perhitungan regresi Bagasi menunjukan bahwa koefisien korelasi terbesar
menunjukan bahwa koefisien korelasi terbesar dan mendekati data awal analisa regresi linier
dan mendekati data awal analisa regresi dengan r = 0,989, jadi untuk meramalkan jumlah
logaritma dengan r = 0,677, jadi untuk pesawat digunakan regresi linier dengan
meramalkan jumlah pesawat digunakan regresi persamaan yang dipakai adalah :
linier dengan persamaan yang dipakai adalah : Y=2E+07x+4E+07
Y = -2E+0 ln(x)+2E+06
Tabel 12 Ramalan Jumlah Cargo
Tabel 10 Ramalan Jumlah Bagasi Tahun X Regersi Linier
Tahun X Regresi Logaritma 2019 11 260000000
2019 11 1999995
2024 16 360000000
2024 16 1999994
2034 26 1999993 2034 26 560000000

83
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 (821-833) ISSN: 2337-6732

Perencanaan Runway
Runway adalah arah atau jalur landas
perkerasan yang digunakan oleh pesawat pada
saat Landing dan Take off. Landas pacu
biasanya dirancang berdasarkan pada
karakterristik dari suatu pesawat rencana yang
ditentukan.

83
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 (821-833) ISSN: 2337-6732

Arah Runway Lebar runway


Untuk merencanakan landas pacu (Runway) Lebar runway yang direncanakan akan
ada hal penting yang harus diperhatikan yaitu ditentukan berdasarkan pada kode huruf dan
arah dan kecepatan angin. Untuk itu data angin angka dari pesawat rencana, maka untuk
disekitar bandar udara perluh diketahui Pesawat rencana B-737-400 Sesuai dengan
kemudian dihitung atau dianalisa menggunakan Aerodrome Reference Code yang dikeluarkan
wind rose diagram untuk mendapatkan ICAO untuk ARFL > 1800 m mempunyai kode
presentase angin yang bertiup pada daerah yang huruf C dan kode angka 4, sehingga bandar
ditinjau. Arah runway yang dimiliki oleh Bandar udara Wamena dalam pengembangannya
udara Wamena terletak pada arah 15 – 33. memerlukan lebar runway, bahu
Dari hasil analisa wind rose arah NW-SE landasan,kemiringan bahu dan kemiringan
memenuhi persyaratan ICAO yaitu harus melintang sebagai berikut:
memenuhi 95% atau lebih dari total waktu agar  Lebar runway = 45m
pesawat dapat landing dan take off dengan  Bahu landasan = 7,5m
aman.  Lebar total runway = 60 m
 Kemiringan melintang = 1,5%
Panjang Runway
Panjang runway bandar udara Wamena yang  Kemiringan bahu = 2,5%
ada saat ini adalah 1750 m. Berdasarkan
klasifikasi lapangan terbang yang ditetapkan Menentukan Lebar Exit Taxiway
oleh ICAO yang disebut dengan aerodrome Untuk menentukan exit taxiway digunakan
reference code (tabel 2.1 parth 1 hal. 1-4) maka, rumus sebagai berikut :
pesawat rencana B-737-400 dengan kode 4C Distance to Exit taxiway = Touchdown Distance + D
mempunyai nilai ARFL ( Aero Reference Field
Lenght) = 2550 m dan wingspan 28,9 m. Dimana :
Menurut ICAO panjang landasan harus
dikoreksi terhadap temperatur, elevasi dan slope Jarak Touchdown 300 m untuk pesawat group I,
atau kemiringan sesuai dengan kondisi bandar sedangkan untuk pesawat group II dan III
udara Wamena yang ada. Adapun data-data yang adalah 450 m. (sumber : Heru Basuki, ”
diperoleh adalah sebagai berikut: Merancang, Merencana Lapangan Terbang” hal
 Pesawat rencana = Boeing B-737-400 Kode 204)
4C (ICAO Parth 1 hal. A 1-4)
 ARFL = 2550 m (ICAO Parth 1 hal. A 1-4) (S )2  (S )2
1 2
 Elevasi = 1650 m D =
2a
 Slope = 1%
 Temperature = 28,2C S1 = Touchdown speed (m/s)
S2 = Initial Exit Speed (m/s)
Koreksi terhadap elevasi a = Perlambatan (m/s2)
Data-data :
7
L1 = L0 x ( 1+ H
x 300 )
1
= 2550 x (1 + 7 1650 Pesawat rencana B-737-400 termasuk dalam
𝑥 300 ) pesawat group C  F. Jansen, 2007 “Pelengkap
1
= 3531,75 m
Kuliah Lapangan Terbang“, hal 26
Koreksi terhadap temperatur
L2= L1 x [1+0,01 x (T ref – (15-0,0065 H))] S1 = 222 km/jam = 61,667 m/det
= 3531,75 x [1+0,01x(28,2-(15- S2 = 96 km/jam = 26,667 m/dt
0,0065 x 1650))] a = 1,5 m/dt
= 4376,721188 m Jarak touchdown = 450 m
61,6672  26,6672

D = 1030,563 m
Koreksi terhadap slope
L3 = L2 x (1+0,1 x slope) 21,5
= 4376,721188 x (1+0,1 x 1%) Distance to Exit Taxiway = 450 m +
= 4381,097909 m ≈ 4382 m 1030,563 m = 1480,563 m  L0

83
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 (821-833) ISSN: 2337-6732

Jarak ini (L0) dihitung berdasarkan kondisi Jadi bandar udara Wamena direncanakan akan
standart sea level, lokasi exit taxiway setelah membutuhkan jarak dari threshold sampai titik
dikoreksi adalah sebagai berikut : awal exit taxiway dengan pesawat rencana B-
737-400 adalah 1.766 m, baik dari runway arah
Koreksi terhadap elevasi 15. Dengan cara perhitungan yang sama untuk
Syarat ICAO yaitu setiap kenaikan 300 m perhitungan pesawat kecil ( DHC-6) dari arah 33
dari muka air laut jarak harus bertambah
h  3% dengan data Distand to exit taxiway = 300m, S1=
L = L0 1  3%  167 km/jam, S2 = 27 km/jam, dan a = 1,5 m/det
1   di dapat L= 1.191,743571m ≈ 1.192m.
  300 
= 1480,563 1650 dapat L= 1.191,743571m ≈ 1.192m.

1  3% 
 300 
 Lebar Taxiway
= 1724,86 m Lebar taxiway dan lebar total taxiway termasuk
shoulder sesuai dengan yang ditetapkan ICAO adalah
Koreksi terhadap temperature
Syarat ICAO yaitu setiap kenaikan 5,6o C sebagai berikut:
diukur dari 15o C, jarak bertambah 1%. Berdasarkan pesawat rencana B-737-400
yang akan mendarat di bandar udara Wamena
   T0 termasuk dalam kategoti kelas 4C.
Tref

L2 = L1 x 1  1%   Lebar taxiway = 18 m
 5,6  Lebar total taxiway dan shoulder = 25 m
  28,2 15  Jarak minimum antara landasan pacu dan landas



L2 = 1724,86 x 1  1%   hubung dapat diperoleh dengan persamaan:

  5,6 Jrt = 0,5× ( LS + W1)

L2 = 1765,52 m  1766 m Dimana :
LS = lebar strip area total
W1 = lebar wingspan pesawat rencana.

Tabel 13 Lebar Taxiway


Description Code Letter
E D C B A
Taxiway width 23 m 23 m a) 18 m c) 10,5 m 7,5m
18 m b) 15 m d)
Overall width of taxiway and shoulders 44 m 38 m 25 m - -
(Sumber : (H. Basuki, 1984)

Tabel 14. Lebar Runway Strip


Kode Angka Jenis Pendekat Lebar Runway Strip
1 Instrument 150 m
2 Instrument 150 m
3 dan 4 Instrument 300 m
(Sumber : (H. Basuki, 1984. “Merancang, merencanakan lapangan terbang”, hal 187)

Tabel 15 Radius fillet pada pertemuan runway dengan taxiway


Radius of Fillet

83
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 (821-833) ISSN: 2337-6732

Small airport serving general aviation Large airport serving transport


Angle of Intersection aircraft category aircraft
(m) (ft) (m) (ft)
0 - 450 7.5 15 22.5 75
45 – 1350 15.0 50 30.0 100
More than 1350 60.0 200 60.0 200
(Sumber : Khana S. K and Aurora, “Airport and Planning”, hal 146)

83
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 (821-833) ISSN: 2337-6732

Dari tabel tersebut diperoleh runwaystrip Saran


untuk lapangan terbang dengan kode angka 4 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
untuk jenis pendekat instrument adalah 150 m oleh penulis terhadap keadaan bandar udara
dengan lebar total 300m. maka klasifikasi Wamena untuk saat ini maka, penulis ingin
bandara kode angka 4 lebar total 300 m dan W1 memberikan beberapa saran untuk jika
= 28,9 m. dikemudian hari ketika perlu diadakan
Jrt = 0,5 × ( LS + W1 ) pengembangan adalah sebagai berikut:
= 0,5 × ( 300 + 28,9 ) 1. Setidaknya perluh diadakan koreksi terhadap
= 164,45 m ≈ 165 m landas pacu bandar udara Wamena yang ada
saat ini diantaranya kereksi terhadap elevasi,
Perencanaan Fillet temperatur dan slope.
Fillet merupakan pelebaran sebelah dalam 2. Untuk pesawat boeing 737-300 yang sedang
pada intersection dari dua atau lebih pada traffic beroperasi di Bandar udara Wamena saat ini
way, misalnya runway, taxiway, dan apron. perluh di cek standar dari ICAO untuk
Persyaratan dari ICAO bahwa radius fillet tidak kebutuhan landas pacu yang diperluhkan
boleh lebih kecil dari lebar taxiway. Sedangkan apakah memenuhi syarat.
FAA mensyaratkan bahwa radius fillet antara 3. Pada perencanaan ini direncananakan untuk
runway dan taxiway dapat dilihat pada tabel 20 tahun kedepan yaitu mulai dari tahun 2015
berikut ini : sampai dengan tahun 2034, sehingga diatas
dari tahun 2034 perlu diadakan evaluasi
kembali untuk pengembangan bandar udara
PENUTUP
Wamena.
4. Untuk Bandar udara Wamena hingga saat ini
Kesimpulan
belum dipasang fasilitas rambu perlampuan
Dari hasil analisa dan perhitungan untuk
seperti ILS (Instrument Landing System )
Perencanaan Pengembangan Bandar Udara
sehingga layanan penerbangan dipadatkan
Wamena di kabupaten Jayawijaya Provinsi
dimulai dari pagi hingga sore saja. Sehingga
Papua, disimpulkan sebagai berikut :
ketika dimana ada permintan pergerakan
Tabel 16 hasil Pengembangan meningkat maka penerbangan malam dapat
Sebelum
pengembangan
Sesudah
pengembangan
dilakukan, maka perlu di pasang lampu rambu
Arah runway 15-33 15-33 pada Bandar udara Wamena.
Runway 1.750 m 4.382 m
Jarak dari threshold ke
5. Untuk perencanaan pengembangan dipakai
taxiway: pesawat rencana boeing 737-400 namun pada
Dari arah azimuth 15 - 1766 m
Dari arah azimuth 33 - 1.192 m landasan perencanaan pengembangan ini
Apron 21.600 m² 39150 m² dapat dapat didarati oleh pesawat yang lebih
Gedung terminal - 25.813 m2
Gudang - 56.200 m2 besar dalam hal ini pesawat boeing 737-800
Areal parkir -
-
4.500 m2
67 cm
dengan syarat Maximum take off Weight
Rigid pavement - 30,5 cm (FAA) (MTOW) dikurangi hingga sama atau kurang
- 34 cm (PCA)
dari 60.083 kg.

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, H. Merancang Merencana Lapangan Terbang. Bandung : Alumni, 2008

Data Klimatologi. 2009-2013. Kantor Stasiun Meteorologi Bandar Udara Wamena.

Felicia geiby, Dondokambey. Perencanaan Pengembangan Bandar Udara Sepinggan Balikpapan,


Skripsi, Fakultas Teknik Unsrat Manado, 2013

Horonjeff, R. Planning And Design Of Airport. Second Edition, New york : MacGraw – Hill Book
Company, 1975

ICAO, Aerodrome Design Manual Parth 1 Edition, 2006

83
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 (821-833) ISSN: 2337-6732

Jansen, F., 2007. Pelengkap Kuliah Lapangan Terbang, Universitas Sam Ratulangi Manado

Jayawijaya dalam angka 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten Jayawijaya, Prov. Papua

Jimmy, Regel. Perencanaan Pengembangan Bandar Udara Kuabang Kao Di Kabupaten


Halmaera Utara Propinsi Maluku Utara, Skripsi, Fakultas Teknik Unsrat Manado, 2014

Kementerian Perhubungan, Direktorat Jendral Perhubungan Udara, Bandar Udara Wamena, Data
umum dan Produksi Angkutan udara tahun 2009-2013

Khana,S.K & Aurora,M.G. 1979. Airport Planning and Designn 3 edition India, New Chand & Bross.

Riardi, Durold. Perencanaan Pengembangan Bandar Udara Sentani Di Kabupaten Jayapura


Propinsi Papua, skripsi, Fakultas Teknik Unsrat Manado, 2008

Wardhani Sartono,H, AIRPORT ENGINEERING, 1992

83

Anda mungkin juga menyukai