Anda di halaman 1dari 11

METODE PASTEN

1. Pendahuluan
2. Pemberian Air Selama Masa Irigasi
3. Metoda Pasten
Penjelasan Mengenai Metoda Pasten
Nilai-Nilai Pasten
Contoh Pembagian Air Menurut Metoda Pasten
Prosedur Pengelolaan Air Dalam Periode 10 atau 15 harian
4. Giliran Pembagian Air
1. Pendahuluan
Untuk merencanakan perencanaan pola tanam, selanjutnya akan diuraikan
bagaimana cara membuat tata tanam yang didasarkan kepada air yang tersedia dan
kebutuhan air untuk tanaman bagi pertumbuhannya.
Keuntungan2, bila menggunakan sistem golongan dalam pembagian air irigasi.
Dalam bahan pembelajaran ini akan dijelaskan pelaksanaan rencana tata
tanam, khususnya sistem pembagian air selama periode pertumbuhan. Penjelasan
akan diberikan faktor-faktor mana dalam sistem ini yang digunakan selama masa
irigasi. Dalam uraian ini akan dijelaskan metoda mana yang dipakai untuk
menghitung pemberian air pada beberapa petak tersier.
2. Pemberian Air Selama Masa Irigasi
Tata tanam tahunan menguraikan areal yang direncanakan dengan tanaman
tertentu selama tahun irigasi. Hal ini menggambarkan sistem golongan, tanaman
yang ditanam dalam golongan dan tanggal permulaan garap/pengolahan tanah dan
penanaman di dalam tiap golongan.
Para petani diberi tahu oleh Juru Pengairan yang bersangkutan mengenai tata tanam
tahunan pada waktu diadakan rapat Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Tata
tanam tahunan direncanakan berdasarkan air irigasi yang diharapkan dan kebutuhan
air untuk tanaman yang akan ditanam, serta kondisi dari Daerah Irigasi (DI) itu
sendiri. Rencana dibuat begitu rupa sehingga kebutuhan air untuk DI itu selama masa
irigasi sesuai dengan persediaan air yang diharapkan.
Sesudah rencana tata tanam ini disetujui oleh panitia irigasi kabupaten, selanjutnya
kegiatan penyuluhan atau sosialisasi dilakukan pada para petani, sesudahnya baru
diadakan pelaksanaan rencana.
Jika segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana, pelaksanaan akan lancar.
Rencana pembagian air yang sudah direncanakan untuk tata tanam tahunan harus
dipatuhi . Para petani dalam salah satu golongan mulai dengan penanaman sesuai
dengan ketetapan tanggal yang ditentukan, mereka menerima air menurut jumlah air
yang direncanakan, dll.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan dari rencana pembagian air tidak
semudah yang diharapkan. Ada beberapa alasan mengapa rencana tata tanam tahunan
tidak dapat dipatuhi secara benar.
Alasan -2 pokok adalah : 1) Tidak semua petani di dalam golongan akan dapat mulai
dengan pengolahan dan tanam sesuai dengan tanggal tanam yang telah ditentukan.
Ini sukar untuk diramal berapa petani akan mulai dengan pengolahan dan tanam pada
waktu yang sama, 2) Beberapa petani boleh jadi tidak memulai pengolahan dan
tanam, karena beberapa alasan yaitu : a) Petani menanam tanaman lain daripada yang
direncanakan, b) Persediaan air di sungai bisa lebih kecil dari pada yang diketahui
lebih dulu.
Adalah normal dalam rencana tahunan, air tersedia dihitung menurut dasar air
yang tersedia (dependable flow). Perubahan selama musim bisa saja terjadi.
Biasanya periode air kecil tidak selalu lama. Penyimpangan-2 dalam rencana tahunan
bisa terjadi selama masa irigasi. Penyimpangan dalam kebutuhan air (tanaman-2 di
lapangan) dan dalam pemberian air debit (debit di sungai).
Pengelolaan irigasi yang baik adalah usaha untuk pembagian dan pemberian ir
yang adil dan tepat guna dengan kepastian semua tanaman menerima jatah air
yang dibutuhkan dan jika terjadi kekurangan air, dibagi seimbang sampai
kepada sesuatu tingkat tertentu.
Untuk alasan tsb. dibutuhkan pengaturan yang teratur bagi pemberian air sehingga
pemberian air sesuai dengan tanaman yang nyata tertanam di lapangan.
Paling sedikit dibutuhkan keterangan -2 untuk menentukana pengaturan pemberian
air : 1) Air yang tersedia di sumbernya, 2) Kebutuhan air untuk tanaman dan 3)
Kehilangan air
Air yang tersedia dan air yang dibutuhkan biasanya berubah selama masa irigasi.
Tidak perlu tiap hari menentukan perubahan dalam pemberian air.
Normal periode pemberian air adalah 10 atau 15 hari. Pengaturan pintu air untuk
pemberian air irigasi selama periode tsb tetap dan tidak berubah.
Selama proses pemberian air secara kontinyu selama masa irigasi, pertanyaan
dibawah ini perlu ada jawaban seperti :
1. Berapakah kebutuhan air irigasi dari tanaman-2 yang diperlukan dalam petak
tersier ?
2. Berapakah air yang hilang sebelum air mencapai kepada tanaman ?
3. Apakah kebutuhan air sesuai dengan air yang tersedia ? Jika tidak, bagaimana
pembagian air akan dilakukan ?
Di Indonesia bermacam-macam metoda dipakai untuk memberikan jawaban tsb :
1. Metoda Pasten
2. Metoda K factor
3. Metoda FPR
Dalam modul ini metoda Pasten akan dijelaskan dengan skema sebagai berikut :

Luas Tanaman
Tiap Petak Tersier

X
Faktor Tanaman (ft)
U
N
Luas Pal.Rel. Dalam Tiap A
Faktor Kehilangan Dalam
Petak Tersier Netto (LPR) U
Petak Tersier (PT). (Kt)
T
H
O
Luas Pal. Rel.
RI
Di PintuZTersier Gross (LPRGT)
E
D
LPRGT LPRGT LPRGT
LI
Faktor Kehilangan Air
PT1
+ PT2
+ PT3 F
X
Dalam Sal. Sek. (Ks) (Kt)
Tiap Sal Sekunder
TI
N
G
O
Luas Pal. Rel. Di Pintu
F
Sekunder Gross (LPRGS)
W
A
LPRGS LPRGS LPRGST
Faktor Kehilangan Air
X
Sek 1 + Sek 2 + Sek 3 E
Dalam Sal. Induk (KI)
R
(Ks)
Tersedianya
air Q

Luas Pal Rel


Dipintu pengambilan
LPRGP

PASTEN (P)
Gambar 1. Contoh skema sistem Pasten
Pasten x LPRGI
Pasten x LPRGS

= Pemberian Air Di Pintu Tersier


= Pemberian Air di Pintu Sekunder

Metode Pasten
Metode pasten secara skematis dapat dilihat pada Gambar 1. Kebutuhan air untuk
tanaman yang ditanam dalam Petak Tersier dinyatakan dalam jumlah hektar palawija.
Kehilangan air dalam sistem irigasi dinyatakan dalam tambahan hektar palawija.
Menjadi jumlah luas palawija hektar. Perbandingan dengan air yang tersedia
menghasilkan jumlah air yang tersedia tiap hektar palawija di sawah. Harga ini
umumnya dinamakan Pasten. Pemberian air pada tiap pintu pengambilan air dapat
dihitung dengan mengalikan luas palawija relatif di Pintu Air dengan Pasten.
Penjelasan mengenai Metoda Pasten.
Sistem irigasi ini terdiri atas 3 petak Sekunder. Saluran induk mempunyai cabang -2
saluran sekunder SSI di pembagi air B dan saluran-2 sekunder SSII dan SSIII di pembagi
air C.
1. Kebutuhan air dari tanaman dihitung sbb :
Dalam tiap Petak tersier disusun daftar tanaman yang sungguh-2 tertanam menurut fase
pertumbuhan dan persiapannya (pengolahan sawah dan pembibitan). Rencana
pertumbuhan atau pengurangan tanaman dan persiapannya dijumlahkan untuk rencana
yang akan datang.
2. Luas tanaman dalam hektar dan persiapannya diubah menjadi luas relatif palawija
dengan mengalikan luas ha tanaman dengan faktor tanaman yang mana telah dijelaskan
dalam modul mengenai tanah, air dan tanaman.
3. Hasilnya adalah kebutuhan air bersih dinyatakan dalam ha palawija disawah dalam
petak tersier. Singkatannya : Ha Pal. Rel.
Angka -2 dalam kolom 2 memperlihatkan luas areal dari tanaman yang direncanakan
dalam petak tersier 1 dari sal. Sekunder II
Tanaman
1
2
3 = 1x2
Perbandingan Rencana
Luas
Kebutuhan
luas
Relatif
Air thd
tanaman
thd pal.
Palawija
(ha)
(ha)
1. Padi
a. persemaian + pengolahan tanah
4.50
2
9
b. pertumbuhan I
4.00
1
4
c. pertumbuhan II
2.5
d. pemasakan biji
2. Tebu
a. pengolahan tanah + tanam
3.00
20
60
b. tebu muda
2.00
c. tebu tua
0.50
3. palawija
a. yang perlu banyak air
1.00
50
50
b. yang perlu sedikit air
0.50
10
5
Jumlah
83
128

Kolom 1 memperlihatkan faktor pengubahan untuk macam-macam tanaman dan tahap


pertumbuhan. Luas palawija relatif dihitung dengan mengkalikan angka-angka dalam
kolom 1 dan kolom 2.
4. Kehilangan air yang terjadi disluran tersier, saluran sekunder dan saluran primer.
Kehilangan air ini dinyatakan dalam tambahan ha palawija untuk air.
5. Kehilangan air disaluran tersier ditaksir dengan dugaan efisiensi, 70-80 %. Oleh
karena itu luas palawija relatif disawah dilakukan dengan faktor antara 100/800 =
1.25 dan 100/70 = 1.43. Faktor ini dinamakan faktor kehilangan air dalam petak
tersier.
Dalam contoh maksudnya luas palawija relatif untuk Petak tersier III dari saluran
sekunder II banyaknya adalah :
Faktor kehilangan
jumlah luas pal relatif
1.43
x
128
= 128 ha pal
Untuk tiap petak tersier luas palawija relatif sekarang bisa dihitung dengan cara ini
Normal kehilangan air dalam saluran sekunder lebih kecil dari pada kehilangan air di
saluran tersier. Alasan pokok ialah penyaluran air dengan debit yang besar
kehilangan airnya akan lebih kecil.
Kehilangan air di saluran sekunder ditaksir dengan perkiraan efisiensi 80-90 %. Ini
berarti adalah faktor perkalian antara 100/80 = 1.25 dan 100/90 = 1.11.
Luas palawija relatif dari semua petak-petak tersier dari jaringan irigasi ini dikalikan
dengan 1.11 atau 1.25.
Kita akan menghitung luas palawija relatif dari saluran sekunder II. Kita telah
menghitung luas palawija relatif untuk saluran tersier III (=183 ha pal. Rel).
Anggaplah bahwa kita telah menghitung luas palawija relatif bagi pintu sadap tersier II2
dan II3 dan masing-masing terdapat 105 ha pal dan 127 ha pal.
Luas palawija relatif bagi saluran sekunder II dengan perkiraan efisiensi 80 % dapat
dihitung sebagai berikut :
(luas rel. Ters II1 + luas rel. Ter II2 + luas rel.Ter II3) x 1.25 = (183 + 105 + 127) x 1.25
= 415 x 1.25 = 519 ha pal rel di pembagi air C.
Luas pal rel untuk tiap saluran sekunder sekarang dapat dihitung.
Kehilangan air di saluran induk diperkirakan dengan efisiensi 90-95 %. Sekali lagi
kita melihat kehilangan air di saluran induk lebih kecil dari pada di saluran tersier. Ini
berarti bahwa faktor pengkalian ada 100/90 = 1.22 atau 100/95 = 1.05
Kita akan menghitung luas palawija relatif dipintu pengambilan. Luas palawija
relatif dipintu sekunder II ada sebesar 519 ha pal. Mari kita anggap telah dihitung
luas palawija relatif dipintu sal sekunder I dan III masing-masing adalah 450 ha dan
550 ha.
Jumlah luas palawija relatif dipintu pengambilan dihitung sebagai berikut :

(luas pal. Relatif SSI + luas pal rel SS II + Luas pal rel SS III ) x 1.05 =
(450 + 519 + 550 ) x 1.05 =
1519 x 1.05 = 1595 ha pal
Dengan tahapan ini kita memperoleh untuk kebutuhan air dari system irigasi tsb.
Angka-angka ha palawija.
Pemberian air ditentukan dengan menghitung berapa jatah air bagi tiap ha palawija.
Jumlah air per ha palawija ini dinamakan Pasten
Air tersedia
Pasten = --------------------------------------------- ( lt/det/ha pal)
Jum luas pal rel dipintu pengambilan
Anggap bahwa air yang tersedia ada 350 l/det
Air tersedia dalam , l/det
350 l/det
Pasten = ------------------------------------------------- = ------------ = 0.22 l/det ha.pal.
Jumlah luas pal rel dipintu pengambilan
1595 ha pal
Pemberian air untuk masing-masing saluran sekunder dan tiap pintu sadap tersier
dapat dihitung dengan jalan mengkalikan Pasten dengan luas ha.pal.rel.
Kita sekarang dapat membagi air yang tersedia dengan jalan seimbang. Tiap petak
menerima jumlah air dengan dasar kebutuhan dari pada tanaman yang ditanam,
termasuk kehilangan air.
Pemberian air untuk tiap sekunder sbb :
Untuk saluran sekunder = luas ha.pal.rel. dipintu x pasten
SSI = 450 x 0.22 = 99 l/det
SS II = 519 x 0.22 = 114.2 l/det
SSIII = 550 x 0.22 = 121 l/det
Pemberian air untuk tiap-2 saluran Ter dalam sal. Sek II sbb :
Untuk sal.tersier = lua ha pal rel dipintu sadap x Pasten
SS II 1 = 183 x 0. 22 = 40.3 l/det
SS II 2 = 105 x 0.22 = 23.1 /det
SS II 3 = 127 x 0.22 = 27,9 l/det

Nilai-Nilai Pasten
Dalam uraian sebelumnya, kita telah belajar bagaimana kita menetapkan jumlah air
pada tiap pintu air dengan jalan yang adil. Akan tetapi kita masih belum
mengetahui apakah air yang ditetapkan cukup untuk kebutuhan tanaman.
Berdasarkan pengalaman beberapa tahun yang lalu dengan Pasten 0.25 l/det ha.pal.
adalah optimum untuk pertumbuhan tanaman palawija.
Harga Pasten 0.20 0.25 l/det ha.pal adalah memadai. Bila harga pasten antara
0.15-0.20 l/det ha.pal adalah masih cukup. Tanaman palawija dengan pasten kurang
dari 0.15 l/det.ha pengalaman menunjukkan kurang air. Jika pasten kurang dari 0.10
l/det ha.pal. ini berarti sangat kekurangan air, karena air yang tersedia sangat kecil ,
sehingga digunakan sistem giliran (rotasi) antara Sub- tersier.
Contoh pembagian air menurut Motode Pasten
Dalam contoh ini akan diberikan bagaimana menetapkan jatah air dengan perhitungan
metoda Pasten. Ini menggambarkan prinsip dari metoda. Lagi pula ternyata bahwa
beberapa formulir perlu diisi selama proses perhitungan. Bagaimana mempergunakan
formulir akan dijelaskan dalam contoh berikut :
Gambar 2. Skema irigasi ( dapat dilihat di papan tulis)
Skema irigasi ini terdiri dari 2 sekunder SSI dan SSII. Saluran induk ini terbagi
dalam 2 saluran. Sekunder SS1 dan SSII di bangunan pembagi B.
Sal. Sekunder SSI mempunyai 2 saluran tersier SSI1 dan SS I2. Sal. Sekunder SSII
mempunyai 3 sal tersier SSII1 dan SSII2 dan SSII3.
Bila gunakan periode pembagian air 10 harian. Bermacam-macam tanaman tumbuh
dalam petak tersier selama periode tsb. Kita mengetahui air yang tersedia adalah 450
l/det. Lagi pula kita tahu ada perizinan air untuk suatu pabrik gula sebesar 200 l/det.
Efisiensi penyaluran air sal tersier ditetapkan 70 %, disaluran sekunder dan saluran
induk masing-masing 90 % dan 95 %.
Pertanyaan yang perlu dijawab adalah : Berapakah pemberian air pada tiap sal.
Tersier.
Langkah I :
Pertama-tama kita ingin mengetahui tanaman apa yang direncanakan ditanam dalam
petak-2 tersier selama periode 10 harian. Lagi pula kita butuh mengetahui luas areal
tiap tanaman dan tahapan pertumbuhan.
Kita anggap situasi tanaman dalam petak-petak tersier seperti yang tercantum dalam
kolom 1 dari diagram dibawah ini.

Contoh hitungan :
Jenis tanaman
1. Padi
a. pengolahan tanah
persemaian
b. pertumbuhan
c. pemasakan
2. Tebu
a. Pengolahan tanah
Persemaian
b. tebu muda
c. tebu tua

SSI t1
CF 1
4.5 2

2
4

4.0
2.5

SSI t2

SSIIt3

2
13.5

1
4

2
18

1
1

2
4.5

10

40

20

80

10

40

2.0

10

30

15

2.0
0.5

10

20

20

40

20

40

40

40

50

50

60

60

73

143.5 99

3. Palawija
a. Yg perlu banyak air 1.0 50 50 100 100
b. Yg perlu sedikit air
Jumlah
53 61 100 100

SSIIt2

1
3

SSII t1

203 91

144.5

Gambar diagram
Langkah ke 2.
Luas palawija rel dihitung dengan mengalikan luas tanaman yang ditanam dengan
faktor tanaman. Hasilnya terlihat dikolom 2. Angka 2 ini menunjukkan luas palawija
relatif di lapangan.
Langkah ke 3.
Perhitungan dengan mengingat kehilangan air di petak tersier dilakukan dengan
mengalikan luas palawija relatif dengan 1.43. Hasilnya seperti terlihat dalam daftar
dibawah ini.
Pal.rel.di sawah ha pal rel x faktor kehilangan = luas pal dipintu sadap ha pal rel
SSI T1
63
1.43
90
SSI T2
100
1.43
143
-----------------233
SSII T1
143.5
1.43
205
SSII T2
203
1.43
290
SSII T3
144.5
1.43
207
-----------------702

Langkah 4.
Menghitung kebutuhan air di saluran sekunder.
Luas palawija relatif. Dipintu sekunder adalah luas palawija rel dipintu sadap
dikalikan dengan faktor kehilangan air di saluran sekunder 100/90 = 1.11.
Luas pal.rel.pintu sadap dalam sal.sek. x faktor kehilangan = luas pal.rel.pintu sek.
SSI : 233 x 1.11 = 259 ha pal
SSII : 702 x 1.11 = 779 ha pal
Langkah 5.
Perhitungan kebutuhan air dipengambilan saluran Induk dilakukan dengan
menjumlah luas pal.rel dari sal. Sekunder dikalikan dengan faktor kehilangan air di
saluran Induk 100/95 = 1.05
(luas pal.rel sal. Sek I + luas pal.rel.sal.sek II) x (259 +779) x 1.05 = 1090 ha.pal.
Langkah ke 6
Air yang tersedia untuk tanaman dipengambilan sama dengan 450 l/det dikurangi 200
l/det untuk pabrik gula menjadi : 450 l/det 200 l/det = 250 l/det.
Langkah ke 7
Perhitungan Pasten menjadi :
Air yg tersedia
250 l/det
Pasten = ---------------------- = ---------------- = 0.23 l/det ha. pal.
Jumlah pal. rel.
1090 ha pal
Langkah ke 8.
Pembagian air kepada saluran-2 sekunder dan saluran /tersier sama dengan :
Pasten x luas ha.pal dipintu
Petak tersier I1
I2
II1
II2
II3
Sal. Sek

:
:
:
:
:

90
143
205
290
207

x 0.23 l/det
x 0.23 l/det
x 0.23 l/det
x 0.23 l/det
x 0.23 l/det

=
=
=
=
=

21 l/det.
33 l/det.
47 l/det.
67 l/det.
48 l/det.

I : 259 x 0.23 l/det = 59 l/det.


II : 779 x 0.23 l/det = 179 l/det.

Prosedur pengelolaan air dalam periode 10-15 harian


Selama proses penentuan pembagian air prosedurnya sbb :
1. Rencana tanaman dalam petak tersier dipersiapkan oleh pengurus P3A pada rapat
P3A.
2. Ulu-2 P3A memberikan data tsb kepada Juru pengairan dan ia mengisi formulir 01.
Untuk tiap petak tersier dihitung, luas relatif dalam ha.pal di tiap pintu sadap. Juru
pengairan meneruskan daftar ini kepada pengamat pengairan. Jika wewenang juru
pengairan meliputi suatu petak sekunder, ia pula menghitung luas relatif sampai pintu
sekunder.
Pengamat pengairan melengkapi formulir dari sal. Sekunder dalam wilayahnya dan
diteruskan kepada seksi pengairan. Jika suatu DI seluruhnya termasuk dalam
wilayahnya pengamat, keadaan air yang tersedia di bendung dari penjaga bendung.
Seksi melengkapi formulir tsb. Dari seluruh DI dan menghitung Pastennya.
Pengamat memberi tahu juru-jurunya dan juru ini dapat menghitung jatah air untuk
tiap pintu sekunder maupun pintu sadap.
Ketentuan pasten oleh juru pengairan ditulis pada papan Pasten pada tiap pintu
pengambilan. Seterusnya Juru Pengairan mengatur pintu-pintu air sesuai Pasten
untuk masing-masing petak tersier dan sekunder.
4.

Giliran Pembagian Air


Selama periode pembagian air, bisa terjadi air kurang. Kebutuhan air adalah lebih
besar dari pada persediaan air. Kekurangan air tersebut bisa terjadi akibat dari
beberapa faktor : i) Debit sungai tidak cukup, ii) Banyak kehilangan air di jaringan
irigasi utama dan iii) Penutupan sementara saluran oleh karena ada pembangunan
dan pemeliharaan saluran-saluran dan bangunan.
Kalau terjadi sangat kekurangan air, pembagian air secara giliran dapat
digunakan. Pembagian giliran adalah berganti-ganti pemberian air kepada saluran
kwarter, sub tersier, tersier atau saluran sekunder. Jumlah air yang dibagikan kepada
tanaman adalah sama dengan jumlah air jika dibagi secara kontinyu. Oleh karena itu
periode pemberian air adalah pendek dan pengaliran air besar.
Misalnya : dari pada pemberian air secara kontinyu 50 l/det untuk sesuatu petak
tersier, pemberian air dapat diberikan : 100 l/det tiap dua hari atau 150 l/det tiap
tiga hari
Giliran ini dapat dinamakan Rotasi
Kalau giliran digunakan areal dari Daerah Irigasi dibagi menjadi beberapa golongan
(kelompok). Tiap kelompok akan menerima jatah air kira-kira sama dengan rencana ,
selama waktu yang terbatas. Selama kelompok ini mendapat giliran air, kelompok
lainnya tidak mendapat air.
Keuntungan dari pemberian air secara kontinyu ke sistem giliran, ialah kehilangan
air akan rendah jadi lebih effisien.
Demikian juga sedimentasi lumpur dan pasir akan rendah dibandingkan jika saluran
bekerja dengan kapasitas penuh. Giliran dapat dilaksanakan di dalam jaringan irigasi
utama (giliran antara saluran Sekunder atau antara saluran Tersier), didalam jaringan
irigasi tersier (giliran antar saluran sub tersier) dan antara saluran kwarter.

Anda mungkin juga menyukai