Anda di halaman 1dari 23

BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN

Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II


Kabupaten Bojonegoro

BAB II
CARA OPERASI

Operasi Jaringan irigasi adalah kegiatan pengaturan pemanfaatan air pada jaringan
irigasi tersebut, yang berupa pengaturan masa tanam, pola tanam dan tata tanam,
agar sesuai dengan potensi air yang tersedia, pengaturan pembagian air agar dapat
merata keseluruh areal irigasinya, serta monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh
pemerintah bersama HIPPA.

Sesuai isi Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi mengandung
makna Pembaruan kebijakan Pengelolaan irigasi, maka pengelolaan dilakukan dengan
kaidah :
(1) Kegiatan operasi dilaksanakan oleh perkumpulan petani pemakai air dengan dasar
pemanfaatan.

(2) Guna mendukung untuk mencapai tahapan yang diinginkan maka dilakukan :
a. PPKP (Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan)
Suatu metode untuk pemahaman secara sesuai dengan kemampuan
petani/kondisi pedesaan. Metode ini dilakukan agar petani dapat memahami
operasi dan pemeliharaan yang dilakukan.

b. Kerjasama Pengelolaan
Kerjasama pengelolaan yang selanjutnya disingkat KSP adalah kerjasama
antara pemerintah Daerah dengan perkumpulan petani pemakai air dalam
pelaksanaan pengelolaan daerah irigasi. Penerapan kerjasama pengelolaan
merupakan masa transisi dari keterlibatan petani yang bersifat pasif menjadi
berperan aktif mengelola jaringan irigasi secara mandiri.
Kerjasama operasi ini merupakan operasi jaringan yang dilaksanakan oleh
petugas Pengairan bersama petani /HIPPA.

c. Selanjutnya bila saatnya tepat keterangan petani/HIPPA telah mampu


mengelola jaringan irigasi secara mandiri, maka secara penuh pengelolaan
irigasi dilaksanakan oleh petani/HIPPA dengan dasar kemitraan.
Kemitraan adalah kerjasama pengelolaan irigasi antara Dinas Pengairan
bersama petani/HIPPA atas dasar kesetaraan dengan memperhatikan
hubungan yang saling menguntungkan, memerlukan dan memperkuat.

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

2.1. RENCANA POLA TATA TANAM


Rencana tata tanam merupakan rencana penanaman berbagai jenis tanaman
yang akan dilaksanakan disuatu daerah irigasi dalam satu tahun. Penyusunan
tata tanam harus berdasarkan dua faktor utama, yaitu faktor ketersediaan
sumber daya alam dan faktor lingkungan. Adapun komponen masing-masing
faktor adalah sebagai berikut :

(1). Faktor Sumber Daya Alam


a. Ketersediaan air,
b. Kebutuhan air,
c. Kesesuaian lahan terhadap jenis tanaman;

(2). Faktor Lingkungan


a. keinginan dan kebiasaan petani,
b. kebijaksanaan pemerintah,
c. iklim dan hama,
d. ketersediaan tenaga kerja, dan
e. hasil dan biaya usahatani

Perubahan komponen faktor lingkungan diharuskan tidak melebihi kapasitas


komponen faktor sumber daya alam. Guna mencegah perubahan kondisi
sumber daya alam yang mengakibatkan perubahan kapasitas sumber daya
alam, maka perlu dilakukan analisis tata tanam berdasarkan faktor sumber
daya alam, minimal setiap lima tahun sekali oleh Dinas Pengairan Kabupaten
dengan koordinasi Balai Pengairan, instansi terkait (Panitia Irigasi) dan
HIPPA/Gabungan HIPPA.

Berdasarkan tata tanam, setiap tahun disusun Rencana tata Tanam Global
(RTTG) dan Rencana tata Tanam Detail (RTTD). RTTG menggambarkan
rencana penanaman dalam suatu daerah irigasi, dan Rencana Tata Tanam
Detail menggambarkan rencana penanaman dalam suatu petak tersier.
Rencana tata tanam Global/Detail direncanakan setiap tahun berdasarkan
situasi iklim selama 3 tahun terakhir (perbedaan luas Rencana Tata Tanam
Global/Detail hendaknya tidak lebih dari 10% dari Rencana Tata Tanam).

Tabel 2.1. Umur Tanaman


PENGOLAHAN MASA
NO. JENIS TANAMAN
LAHAN PERTUMBUHAN
1. Padi Varietas Unggul ± 30 hari ± 90 hari
2. Jagung ± 15 hari ± 80 hari
3. Kedelai ± 15 hari ± 85 hari
4. Kacang Tanah ± 15 hari ± 130 hari
5. Bawang Merah ± 15 hari ± 70 hari
6. Tembakau ± 15 hari ± 70 hari
7. Tebu ± 30 hari ± 360 hari
Sumber : KP-01, hal 172

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

2.1.1. Jadual Tanam dan Sistem Golongan


Jika awal pengolahan tanah dari seluruh areal jaringan irigasi, dilakukan
pada waktu yang sama, maka kebutuhan air irigasi akan meningkat tinggi.
Untuk mendapatkan areal tanam yang seluas-luasnya dari debit yang
tersedia, diatasi dengan cara “Golongan” yaitu pembagian luas areal tanam
dengan awal tanam yang tidak bersamaan. Dimana untuk perencanaan
golongan teknis, awal pengolahan tanahnya menggunakan selang waktu 10
hari. Berdasarkan data dari lapangan , metode pola tanam yang digunakan
di Jaringan Irigasi DI. Pacal adalah pola tanam dengan menggunakan sistem
2 Golongan (Golongan A dan Golongan B). Golongan A terdiri dari Pacal Kiri,
Pacal Kanan, sebagian Pacal Mekuris dan Pacal Kerjo dengan luas total
adalah 13.492 Ha. Sedangkan Golongan B merupakan sebagian areal dari
Pacal mekuris dengan luas areal 31.31 Ha.

Pelaksanaan golongan hendaknya memperhatikan ketentuan sebagai


berikut:
 Pembagian golongan dibagi menjadi 2 golongan secara menyebar. Untuk
pemerataan atau menghindari pencurian pada petak sub tersier atau
bagian dari satu golongan dan untuk mempermudah pelaksanaan
pembagian air.

 Pelaksanaan tiap golongan selang waktunya 10 hari.

Awal pelaksanaan tanam pertahun antar golongan dilaksanakan secara


giliran, misalnya: tahun pertama awal tanam bagi golongan 1, tahun ke 2
bagi golongan 2 dan tahun ke 3 kembali ke golongan 1.

2.1.2. Jenis, Luas dan Intensitas Tanaman


Rencana tata tanam di setiap petak tersier direncanakan oleh HIPPA
disesuaikan kemampuan alam, selanjutnya dilakukan rekapitulasi oleh
GHIPPA.

Berdasarkan hasil inventori data dilapangan, maka intensitas pola tanam


Daerah irigasi Pacal Tahap II adalah Padi-Padi/Palawija-Palawija. Dengan
luas areal DI Pacal adalah sebesar 16.624 Ha, intensitas tanamnya dalam
satu tahun adalah 218,858 % yang terdiri dari tanaman padi dengan total
luas tanam selama satu tahun adalah 20.524 Ha dan tanaman palawija
dengan total luas tanam dalam satu tahunnya sebesar 15.999 Ha.

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

2.1.3. Rencana Tata Tanam dan Persetujuan Panitia Irigasi


Rencana tata tanam merupakan rencana tata tanam yang disusun
berdasarkan analisis ketersediaan air dalam selang waktu yang cukup lama
(10 Tahun), sedangkan rencana tata Tanam Global (RTTG) atau Rencana
Tata Tanam Detail (RTTD) merupakan pelaksanaan dari rencana pola tanam
yang disesuaikan dengan kondisi iklim dari tahun-tahun sebelumnya. Oleh
karena itu Rencana Tata Tanam Global hendaknya disusun mengacu
Rencana Pola Tanam.

Koreksi Rencana Tata Tanam Global (RTTG) atau rencana Tata Tanam detail
(RTTD) dilakukan setiap tahun dengan menganalisis ketersediaan debit
andalan (Formulir Analisis I - Eksploitasi), kemudian memadukan dengan
data tanaman (Formulir Analisis 2 dan 3 - eksploitasi).

Prosedur Persetujuan Rencana Tata Tanam Global ini adalah sebagai berikut :

(1) HIPPA mengajukan usulan rencana tata tanam dengan blanko formulir
25-E dan diserahkan kepada GHIPPA. GHIPPA melakukan rekapitulasi
usulan tata tanam dan menyerahkan ke UPT Dinas Kabupaten
(Pengamat Pengairan) melalui Juru Pengairan/Pimpinan kemantren.

Usulan Rencana tata tanam setiap desa/ kelurahan ini, GHIPPA


hendaknya memperhatikan :
a. Realisasi tanam tahun yang lalu; dan

b. Keinginan anggota HIPPA.


Jika diperlukan GHIPPA/HIPPA dapat berkonsultasi dengan Kelompok
Pendamping Lapang (Juru Pengairan/Pimpinan Kemantren, Mantri
Pertanian atau aparat pemerintah).
Formulir ini diserahkan kembali kepada UPT Dinas Pengairan melalui
Juru Pengairan/Pimpinan Kemantren pada bulan Juli Dekade I.

(2) Juru Pengairan/Pimpinan Kemantren menyerahkan pada UPT Dinas


Pengairan. Berdasarkan kajian formulir 25-E, UPT Dinas Pengairan
mengisi:
Formulir 26-E dan 26a-E yang berisikan rencana tata tanam setiap
petak tersier berdasarkan usulan dari HIPPA yang sudah
dipertimbangkan, disampaikan ke Dinas Pengairan Kabupaten akhir
bulan Juli.
a. Formulir 26-E untuk Musim Hujan
b. Formulir 26a-E untuk Musim Kemarau

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

Formulir 26-E dan 26a-E yang berisikan rencana tata tanam setiap
petak tersier berdasarkan usulan dari HIPPA yang sudah
dipertimbangkan, disampaikan ke Dinas Pengairan Kabupaten akhir
bulan Juli.

(3) Dinas Pengairan Kabupaten Pengairan membuat konsep Rencana Tata


Tanam Global (RTTG)/Formulir 27-E untuk daerah irigasi yang lebih
besar dari 500 Ha, berdasarkan Formulir 26-E dan 26a-E. RTTG ini
merupakan persetujuan yang dilakukan oleh Panitia Irigasi Reformasi
Kabupaten pada Rapat Panitia Irigasi dilakukan pada awal Agustus.

Penyusunan RTTG ini hendaknya memperhatikan hal sebagai berikut :


a. Kesesuaian Ketersediaan dan Penggunaan Air dalam Neraca Air
(Dinas Pengairan)
Penyusunan Rencana Tata Tanam Global ini harus mengacu pada
Rencana Pola Tanam. Penyusunan luas Rencana Tata Tanam Global
dapat lebih besar 10% dengan Rencana Pola Tanam, jika terjadi
musim rendeng yang berkepanjangan selama dua tahun berurutan
dan jika telah lima tahun berurutan, maka pola ketersediaan air
menjadi normal kembali (Analisis 1, analisis 2 dan analisis 3 -
formulir eksploitasi).
b. Kesesuaian antara jenis tanaman, lahan dan pola tanam yang
diprioritaskan pada pemilihan komoditi yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi (Dinas Pertanian).

c. Sasaran produksi setiap komoditi yang disesuaikan Program dan


Kebijaksanaan pemerintah dalam hal rencana tata tanam secara
nasional (Pemerintah Daerah).

(4). Balai Pengembangan Sumber Daya Air (Balai PSDA ) enerima tindasan
RTTG (Formulir 27-E). Selain dikirim ke Balai Pengembangan Sumber
Air Satuan Wilayah Sungai (Balai PSAWS), tindasan RTTG ini harus
masuk ke Propinsi awal Oktober.

(5). Rapat koordinasi Panitia Irigasi menetapkan dan mengeluarkan Rencana


Tata Tanam diharapkan dapat diterbitkan pada akhir September oleh
Dinas Pengairan Kabupaten, disalin pada formulir 26-E untuk Musim
tanam Hujan (MH), sedangkan untuk Musim Kemarau (MK.I dan MK.II)
diterbitkan pada akhir Januari, dan disalin pada Formulir 26a-E.

Formulir 26a-E dan Formulir 26b-E, selanjutnya dikirim ke UPT Dinas


Pengairan sebagai dasar mengisi Formulir 25-E usulan HIPPA. Sebelum
diserahkan ke HIPPA, Formulir 25-E ini dimintakan persetujuan terlebih
dahulu pada Panitia Irigasi tingkat kecamatan dan diharapkan dapat
diterima oleh HIPPA pada bulan Oktober dekade I.

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

2.1.4. Periode Pengeringan Saluran


Operasi jaringan irigasi tidak terlepas dari kegiatan pemeliharaan saluran
dan bangunan. Salah satu kegiatan pemeliharaan adalah inspeksi bangunan
dan saluran. Inspeksi pada bagian saluran dan bangunan dibawah
permukaan air, dapat dilaksanakan secara teliti jika dilakukan pengeringan
saluran. Pengeringan ini dilaksanakan pada saat kebutuhan air tanaman
minimum atau pada peralihan musim tanam.

Berdasarkan rencana tata tanam di daerah irigasi ini, pengeringan saluran


dilakukan dua kali dengan lama setiap pengeringan selama 10 hari. Periode
pengeringan ini merupakan periode pengeringan rutin yang dipergunakan
untuk inspeksi dari saluran dan bangunan secara teliti. Selain pengeringan
rutin, jika terjadi pengeringan akibat kerusakan saluran atau bangunan
yang membutuhkan perbaikan dengan segera maka dilakukan pengeringan
darurat.

Adapun uraian dan prosedur masing-masing pengeringan adalah sebagai


berikut :
(1). Pengeringan Saluran Rutin
Pengeringan saluran saluran secara rutin harus dikerjakan dua kali
setahun selama 10 hari, yaitu :
a. Pengeringan Pertama dipergunakan untuk perawatan berkala
dalam pemeliharaan bangunan dan saluran secara umum, serta
perbaikan kerusakan pada bagian dibawah air.

b. Pengeringan kedua dilakukan untuk perawatan berkala bangunan


ukur.

Perencanaan Jadual pengeringan dilakukan oleh Dinas Pengairan


Kabupaten bersama dengan UPT Dinas Pengairan dan HIPPA, dan
disetujui oleh Kepala Dinas Pengairan Kabupaten dengan pengesahan
dari Panitia Irigasi pada pertemuan Februari dan Juni. Periode
pengeringan saluran hendaknya disebarluaskan pada petani.

(2). Pengeringan Saluran Darurat


Sebelum dilakukan pengeringan darurat hendaknya diperhatikan akibat
pengeringan ini tidak menimbulkan masalah kekurangan air, sehingga
waktu pelaksanaan pengeringan darurat guna perbaikan darurat
sesingkat mungkin (tidak lebih dari lima hari). Sedangkan pengeringan
darurat untuk perbaikan permanen diusahakan dibuat saluran pengelak
sehingga pemenuhan kebutuhan air tidak terganggu.

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

Pada umumnya saat pengeringan darurat masih terjadi aliran irigasi


dalam sistem jaringan, pelaksanaan pengeringan darurat hendaknya
dilakukan pengecilan debit pada bangunan pengambilan atau bangunan
sadap/bagi, sehingga air irigasi tidak melebihi kapasitas saluran.

Pada saat pelaksanaan pengeringan, pembukaan atau penutupan pintu


pengatur dalam mengalirkan debit air harus bertahap secara perlahan-
lahan (penurunan pintu air sebesar 5cm - 10cm, sebaiknya diberikan
selang waktu 5-10 menit), karena pembasahan dan pengeringan
tanah secara mendadak dapat mengakibatkan erosi pada talud saluran
yang tidak diperkuat dengan pasangan (lining).
2.2. KEBUTUHAN AIR TANAMAN DAN KEHILANGAN AIR PADA
SALURAN PEMBAWA
Kebutuhan air tanaman dan kehilangan air pada saluran pembawa
merupakan faktor utama dalam penentuan kebutuhan air irigasi.
Karakteristik kebutuhan air untuk tanaman dipengaruhi oleh jenis dan luas
tanaman, perkolasi dan curah hujan efektif. Sedangkan kehilangan air
disaluran pembawa dipengaruhi oleh kondisi fisik dan managemen/ cara
operasi saluran dan bangunan.
2.2.1. Kebutuhan Air untuk Tanaman
Analisis kebutuhan air tanaman dilakukan secara agroklimatologis, Yaitu
analisis yang berdasarkan kebutuhan air untuk pengolahan tanah,
kebutuhan air - konsumtif, perkolasi, dan curah hujan efektif. Berdasarkan
perhitungan maka kebutuhan air di daerah irigasi pacal adalah sebagai
berikut :
 Saluran primer : 1.36 lt/dt/ha
 Saluran sekunder : 1.20 lt/dt/ha
 Saluran tersier : 1.10 lt/dt/ha
Kebutuhan air disawah ditetapkan sebesar 1 lt/dt/ha.

2.2.2. Kehilangan Air pada Saluran Pembawa


Kinerja dari jaringan irigasi ditentukan oleh efisiensi jaringan, yaitu
perbandingan antara debit air irigasi terukur pada petak tersier di saluran
sekunder yang menerima.
Persamaan efisiensi irigasi dapat disampaikan sebagai berikut :

etitik kontrol,i = Qtitik kontrol,i


Q1 + Q2 + Q3 + Q4 + …. + Qn
keterangan :
etitik kontrol,I = efisiensi ruas titik kontrol (%)
Qtitik kontrol,i = debit yang terukur pada titik kontrol ke-I(l/detik)

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

Q1,Q2,…,Qn = debit yang terukur pada daerah layanan (petak


tersier atau saluran sekunder) (l/detik)

2.3. RENCANA PEMBAGIAN AIR


Rencana pembagian air irigasi dilakukan berdasarkan kebutuhan dan
ketersediaan air irigasi pada periode 10 harian yang lalu, kemudian diduga
kebutuhan dan ketersediaan air irigasi untuk 10 hari berikutnya.

Rencana pembagian air irigasi mempergunakan Metode LPR-FPR. Untuk


rencana pembagian air yang tertampung di Waduk Pacal dapat dibedakan

menjadi tiga operasi yaitu:


1. Periode operasi tahun basah
Periode operasi tahun basah merupakan periode operasi waduk dengan
ketersediaan air terpenuhi pada tingkat peluang 20 %, sehingga periode
terjadi lima tahun sekali pada kondisi ketersediaan air yang tinggi.

2. Periode operasi tahun normal


Periode operasi tahun basah merupakan periode operasi waduk dengan
ketersediaan air terpenuhi pada tingkat peluang 50%, sehingga periode
ini terjadi dua tahun sekali pada kondisi ketersediaan air yang normal.

3. Periode Operasi Tahun Kering


Periode operasi tahun kering merupakan periode operasi waduk dengan
ketersediaan air terpenuhi pada tingkat peluang 80%, sehingga periode
ini terjadi lima tahun sekali pada kondisi air yang kering.

2.3.1. Prosedur Pembagian Air


Tahap-tahap yang dilakukan dalam prosedur pembagian air adalah sebagai
berikut :
(1) Debit Rata-Rata
Data debit intake bangunan sadap dan bangunan bagi dicatat setiap
hari pada formulir 01-E, dan rata-rata hasil pencatatan selama 10 hari
merupakan debit rata-rata.

(2) Data Tanaman dan Luas Polowijo Relatip (LPR)


Data tanaman dicatat dalam Formulir 02-E, dan dilakukan perhitungan
LPR untuk setiap petak tersier.
LPR adalah luas dari berbagai tahap pertumbuhan (pembibitan, garap
atau tanaman) dari tiap-tiap varietas atau jenis tanaman dikalikan
dengan koefisien tanaman terhadap Luas Polowijo Relatip. Koefisien
tanaman yang dipergunakan disajikan pada Tabel 2.2.

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

(3) Berdasarkan pencatatan debit dan data tanaman (termasuk


perhitungan LPR) yang dilakukan Juru Pengairan/Pimpinan Kemantren,
maka UPT Dinas Pengairan membuat Rencana Pembagian Air (Formulir
04-E).

(4) Prosedur pengisian Rencana Pembagian Air (Formulir 04-E) adalah


sebagai berikut :
a. Berdasarkan pencatatan debit 10 harian, dilakukan perhitungan
kehilangan/suplisi debit dan efisiensi saluran sekunder atau ruas
saluran sekunder yang memiliki titik kontrol (bangunan bagi) pada
setiap saluran sekunder.
Tabel 2.2 Koefisien Tanaman
Tanaman Koefisien
Tanaman
Polowijo, rosella, tembakau 1.0
Padi Rendeng Persemaian 20.0
Pengolahan Tanah 10.0
Pertumbuhan 4.0
Padi Gadu Ijin Persemaian 20.0
Pengolahan Tanah 6.0
Pertumbuhan 4.0
Padi Gadu Tak Ijin Semua tahap pertumbuhan 1.0
Tebu Cemplong/Garap 1.5
Bibit/Muda 1.5
Tua 0.0

b. Setelah diperoleh nilai efisiensi saluran maka dilakukan perhitungan


LPR(t) dengan persamaan :
LPR(t) = LPR1 + LPR2 + ….. + LPRn
ei
keterangan :
LPR(t) = LPR tersier pada titik kontrol (Ha.pol)
LPR1, LPR2, …. , LPRn = LPR tersier yang tercatat pada setiap
petak tersier atau sub. saluran sekunder
(Ha.pol)
ei = efisiensi saluran sekunder

Perhitungan LPR(t) setiap saluran sekunder, kemudian dilanjutkan


pada Saluran primer dengan pembagi efisiensi saluran primer.
c. Berdasarkan hasil perhitungan LPR(t) maka dilakukan perhitungan
untuk FPR(t)10 hari yang lalu dengan persamaan sebagai berikut :
FPR(t) = Q
LPR(t)
keterangan :
FPR(t) = Faktor Polowijo Relatip tersier (l/detik/Ha.pol)

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

Q = debit intake waduk pacal (l/detik)


Nilai FPR(t) yang diperoleh dibandingkan dengan FPR(t) eksploitasi
guna evaluasi kondisi sistem pemberian air.

FPR(t) Eksploitasi merupakan FPR(t) yang dihitung berdasarkan


rencana tata tanam dan telah disesuaikan dengan karakteristik
saluran. FPR(t) Eksploitasi tidak dihitung setiap saat, tetapi dipakai
sebagai pedoman dalam melakukan tindakan eksploitasi (dilakukan
analisis ulang minimal setiap lima tahun sekali).

Jika FPR(t) yang diperoleh tidak sesuai dengan kondisi sistem


pemberian di lapangan, maka perlu dilakukan evaluasi pada petak
tersier atau saluran sekunder yang mendapatkan FPR(t) yang
sebenarnya.

d. Menentukan rencana debit dan LPR(t) untuk 10 hari yang akan


datang. Prakiraan debit dilakukan untuk debit intake waduk pacal.
Selain penentuan debit, maka dilakukan penentuan LPR(t) untuk 10
hari yang akan datang.

e. Hasil perhitungan FPR(t) ini dibandingkan dengan FPR(t) Pola


Tanam guna menentukan sistem pemberian air irigasi.

Sistem pemberian air irigasi yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :


 Pemberian air irigasi secara bersama
Pemberian air irigasi secara bersama adalah sistem pemberian air yang
dilaksanakan pada kondisi ketersediaan debit air lebih besar atau sama
dengan kebutuhan air optimum bagi tanaman, sehingga kebutuhan air
irigasi dapat dialirkan ke seluruh petak tersier.

Jika ketersediaan air melimpah, nilai FPR(t) yang diperoleh dipakai sebagai
pedoman pembagian air, tetapi FPR(t) tidak boleh lebih dari FPR
Maksimum.

FPR Maksimum pada setiap musim disajikan pada tabel 2.5. Jika
pelaksanaan pembagian air mempergunakan FPR(t) lebih besar dari FPR
maksimum, maka debit air yang dialirkan akan melebihi kapasitas saluran
atau mengurangi ketersediaan air di jaringan irigasi dibawahnya.

Jika ketersediaan air hanya cukup memenuhi kebutuhan air irigasi, maka
FPR yang didapat sama atau lebih kecil dari FPR eksploitasi. FPR yang
dipakai pedoman adalah nilai FPR yang didapat.

 Pemberian air Giliran


Pemberian air secara giliran adalah sistem pemberian air yang
dilaksanakan pada kondisi ketersediaan air dibangunan utama lebih kecil
dari kebutuhan air irigasi. Jika dilakukan pemberian secara bersama, maka

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

elevasi muka air disaluran tidak dapat mencapai elevasi sawah(kecuali jika
ada pintu pengatur)atau air irigasi hilang diperjalanan, sehingga dilakukan
pemberian air secara giliran.

Sistem pemberian air secara giliran dilaksanakan adalah sebagai berikut:

Sistem Giliran Pemberian Air Irigasi dalam Satu Periode Pembagian Air
Sistem Giliran I dua kelompok petak tersier terairi dan satu kelompok petak
tersier tidak terairi
Sistem Giliran II satu kelompok petak tersier tidak terairi.

Masing-masing kelompok pembagian air dilakukan perhitungan LPR (t).


Berdasarkan LPR(t) masing-masing kelompok ditentukan tiga periode
pembagian air.

Adapun periode pembagian air untuk masing-masing system giliran adalah sebagai
berikut :

Total Periode = 10 x 24 jam = 240 jam


Sistem Giliran Periode Lama Periode
Sistem Giliran I I LPR(t)1 x 240 jam
LPR(t)total
II LPR(t)2 x 240 jam
LPR(t)total
III LPR(t)3 x 240 jam
LPR(t)total

Sistem Giliran II I LPR(t)1 + LPR(t)2 x 240 jam


LPR(t)total
Sistem Giliran II II LPR(t)2 + LPR(t)3 x 240 jam
LPR(t)total
Sistem Giliran II III LPR(t)3 + LPR(t)1 x 240 jam
LPR(t)total

keterangan :
LPR(t)1, .. LPR(t)3 = LPR(t) kelompok 1, 2, 3
LPR(t)total = LPR(t)1 + LPR(t)2 + LPR(t)3

2.3.2. Muka Air Waduk

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

Curah hujan yang jatuh pada catchment area, sebagian akan mengalir di
atas permukaan tanah dan mencapai detention storage tidak lama setelah
hujan terjadi. Sebagian air akan berinfiltrasi ke dalam tanah dan mengalir
di bawah permukaan. Aliran-aliran ini dapat dibedakan menjadi tiga aliran
utama, yaitu aliran di atas tanah (overland flow atau survace flow), aliran
bawah permukaan (interflow) dan aliran bawah tanah (base flow). Hasil
akumulasi aliran-aliran ini merupakan volume air yang tertampung di
waduk dan merupakan sumber air bagi jaringan irigasi.

Volume air akan meningkat pada kondisi aliran yang tinggi, kemudian
dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi pada suatu periode
tertentu. Fluktuasi volume air akibat penambahan air dari catchment area
dan debit pengeluaran ditunjukkan oleh fluktuasi muka air waduk.

Data fluktuasi muka air diperoleh dari hasil pengukuran 10 harian selama 
6 tahun. Data fluktuasi muka air dianalisis berdasarkan tiga periode operasi
waduk, yaitu periode tahun basah, periode tahun normal dan periode tahun
kering. Ketiga periode ini didekati dengan analisis frekwensi dengan
persamaan sebagai berikut:
Periode Tahun Basah : M A Tahun Basah = M A  K . n 1
Periode Tahun Basah : M A Tahun normal = MA
Periode Tahun Basah : M A Tahun kering = M A  K . n 1
Keterangan:
MATahun Basah = muka air dengan peluang kemungkinan terpenuhi 20%
(m3)
MATahun Normal = muka air dengan peluang kemungkinan terpenuhi 50% (m3)
MATahun kering = muka air dengan peluang kemungkinan tidak terpenuhi
20% (m3)
MA = rata-rata volume (m3)
n

=
M A
i 1
i

n
MAI = muka air periode ke-I
N = Jumlah data
K = nilai z dalam sebaran normal (0,8416)

n = standart deviasi
2
n
 n 
n  MAi2    MAi 
= i 1  i 1 
n(n  1)

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

2.3.3. Debit Operasi


Debit Operasi merupakan debit yang dikeluarkan oleh waduk guna
pemenuhan kebutuhan air irigasi. Data fluktuasi debit operasi diperoleh dari
hasil pengukuran 10 harian selama 6 tahun. Analisis debit operasi ini
dilakukan berdasarkan tiga periode yaitu periode basah, kering dan normal.
Ketiga periode ini didekati dengan analisis frekwensi sebaran normal
dengan persamaan sebagai berikut:
Periode Tahun Basah : Q A Tahun Basah = Q A  K . n 1
Periode Tahun Basah : Q A Tahun normal = QA
Periode Tahun Basah : Q A Tahun kering = Q A  K . n 1
QATahun Basah = muka air dengan peluang kemungkinan terpenuhi 20%
(m3)
QATahun Normal = muka air dengan peluang kemungkinan terpenuhi 50% (m3)
QATahun kering = muka air dengan peluang kemungkinan tidak terpenuhi
20% (m3)
QA = rata-rata volume (m3)
n

=
 QA
i 1
i

n
QAI = muka air periode ke-I
N = Jumlah data
K = nilai z dalam sebaran normal (0,8416)
n = standart deviasi
2
n
 n 
n  QA    QAi 
i
2
= i 1  i 1 
n( n  1)

2.4. OPERASI MUSIM HUJAN


Musim hujan dimulai bulan Nopember sampai bulan April. Ketersediaan debit
andalan masing-masing jaringan irigasi dalam Daerah irigasi Waduk Pacal
pada awal musim hujan, mulai meningkat dan akan mencapai puncak pada
bulan Februari. Pada periode ini ketersediaan air irigasi melebihi dari
kebutuhan air untuk tanaman, bahkan terjadi kelebihan air yang dapat
mengakibatkan banjir. Akhir musim hujan ketersedian air mulai menurun.

2.4.1. Operasi Bangunan dan Pengisian Papan Operasi


Secara umum, operasi musim hujan dilakukan guna memenuhi tujuan
sebagai berikut ;

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

Melaksanakan operasi bangunan agar dapat melaksanakan pembagian air


yang efektif, efisien dan tepat pada awal musim hujan, sehingga tutup
tanam dapat dilakukan sesuai dengan rencana.

Pada saat debit mulai meningkat dan mencapai puncak, diusahakan


mencegah kelebihan air/banjir yang terjadi di petak-petak tersier dan
mencegah lumpur masuk ke jaringan irigasi akibat debit yang besar.

Pemantauan operasi bangunan dilakukan dengan mengisi papan operasi


pada setiap bangunan.

A. Bangunan Utama

Bangunan utama daerah irigasi adalah Waduk Pacal, yang mengalirkan air
irigasi dari Kali Dero yang merupakan saluran primer dari Waduk Pacal.
Operasi bangunan utama merupakan tanggung jawab Juru
pengairan/Pimpinan Kemantren pengairan, yang secara operasional harian
dilaksanakan oleh Penjaga Pintu Air.

Prosedur yang dilaksanakan pada musim hujan adalah sebagai berikut :

(1). Selama periode hujan lebat, Penjaga Pintu Air (PPA) harus selalu
memantau ketinggian muka air pada peilscall.
Prosedur pembukaan atau penutup pintu sadap adalah sebagai berikut :

a. Jika diawali dengan penutupan saluran secara total, lakukan


pembukaan pintu setinggi 5 - 10cm dari dasar saluran, kemudian
setelah 5 - 10 menit dilakukan pengecekan tinggi muka air pada
peilscall bangunan ukur guna mengecek debit yang mengalir dengan
jatah pemberian air.

b. Jika debit terlalu besar lakukan pengurangan pembukaan pintu dan


jika terlalu kecil perbesar bukaan pintu, sehingga debit yang
mengalir sesuai. Setiap pengurangan atau perbesar bukaan pintu
air, hendaknya diberikan selang waktu 5 - 10 menit untuk mencapai
keseimbangan aliran.

(2). Debit yang dialirkan baik yang ke petak tersier atau suplisi saluran
sekunder tidak boleh melebihi kapasitas saluran atau jatah pemberian.

(3). PPA dan pekarya hendaknya selalu memantau endapan disaluran ukur
agar tidak mengganggu pengukuran (pembersihan dilakukan setiap 20
hari sekali).
B. Bangunan Khusus
Bangunan khusus didaerah ini tidak ada.

2.4.2. Pelaksanaan Pembagian Air pada Musim Hujan

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

Pelaksanaan pembagian air pada musim hujan pada umumnya dilakukan


sistem pemberian air irigasi dilakukan secara terus menerus, karena kondisi
ketersediaan air irigasi yang cukup.

2.4.3. Tindakan Selama Hujan Lebat


Selama hujan lebat, staf lapangan dan para petani harus siap terus-menerus
menjaga, agar kerusakan akibat debit yang cukup tinggi dapat dihindari.
Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan sebagai berikut:
1. Sebelum musim hujan datang, petani dibawah koordinasi oleh
HIPPA/GHIPPA/IHIPPA, hendaknya membersihkan endapan yang ada di
bangunan yang dapat menghambat aliran air (misal gorong-gorong)
(ketebalan endapan atau lumpur hendaknya tidak melebihi 20cm dari
dasar saluran), sehingga air dapat mengalir secara normal.

2. Membersihkan benda-benda yang melayang (sisa pohon, sampah, batu


dan lain-lain) didepan pintu pengambilan bangunan utama atau setiap
bangunan penangkap sampah pada bangunan bagi disepanjang saluran
induk untuk menghindari kerusakan bangunan. Kebocoran pada struktur
bangunan, segera dilakukan tindakan darurat.

3. Pemantauan longsor yang terjadi pada sisi kanan kiri tanggul saluran,
terutama pada jarak 500m dari bangunan. Jika terjadi longsor,
hendaknya dilakukan penanggulangan.

4. Pintu-pintu tersier selalu tertutup selama debit air di saluran yang masih
tinggi.

5. Jika terjadi curah hujan yang lebat, maka dilakukan tindakan


penghentian atau pengurangan pemberian air pemberian air pada hari
berikutnya.
Adapun pengurangan atau lama penghentian pemberian air irigasi adalah
sebagai berikut:
a. Dilakukan lama penghentian pemberian air irigasi berdasarkan curah
hujan yang turun :
Curah Hujan Lama penghentian pemberian air
(mm/hari) (hari)
8 - 15 1
16 - 30 2
>31 3
Prosedur ini dilakukan di daerah layanan jaringan irigasi
b. Daerah layanan Jaringan Irigasi, tidak dilakukan penghentian pemberian
air, tapi pengurangan debit dengan pengaturan pembukaan pintu hanya
5 cm saja selama satu sampai sua hari (kebutuhan air sudah dapat
dipenuhi oleh hujan.

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

2.5. OPERASI MUSIM KEMARAU


Musim kemarau pada daerah irigasi waduk Pacal dimulai pada bulan Mei
sampai bulan Nopember, ketersediaan air pada umumnya mulai menurun
dan akan mencapai ketersediaan debit minimum pada bulan September.

Operasional pada musim kemarau ditujukan agar ketersediaan air yang ada
dapat dimanfaatkan efektif dan efisien, dapat dibagi secara adil dan merata,
serta diberikan tepat cara, waktu dan jumlah. Jika ketersediaan air lebih kecil
dari kebutuhan air yang ada, sehingga perlu dilakukan giliran (lihat pada
rencana pembagian air).

2.5.1. Operasi Bangunan dan Pengisian Papan Operasi


Secara umum operasi musim kemarau hujan dilakukan guna memenuhi
tujuan mengalirkan debit yang sesuai dengan kebutuhan air tanaman
berdasarkan perhitungan LPR-FPR(operasional pintu pengambilan ini
dilaksanakan setiap 10 hari sekali atau jika terjadi perubahan FPR yang
cukup besar).

Bangunan yang mendukung dalam air irigasi jaringan irigasi Waduk Pacal
adalah sebagai berikut:
1. Eksploitasi pintu pengambilan serta bangunan ukur pada bangunan
utama;

2. Pintu pengatur, pintu sadap dan bangunan ukur pada semua bangunan
pengatur (bangunan bagi, bagi/sadap dan bangunan sadap).

Diharapkan eksploitasi semua bangunan diatas dalam keadaan normal,


sehingga dapat dilakukan giliran berdasarkan rencana pembagian air dan
pemantauan operasi bangunan dilakukan dengan mengisi papan operasi pada
setiap bangunan.

A. Bangunan Utama
Operasi bangunan utama merupakan tanggung jawab Juru
Pengairan/Pimpinan Kemantren Pengairan, yang secara operasional harian
dilaksanakan oleh Penjaga Pintu Air.
Prosedur yang dilakukan pada musim kemarau adalah sebagai berikut :
(1). Operasi bukaan dan penutupan pintu pengambilan disesuaikan dengan
jatah debit yang diberikan oleh Dinas Pengairan Kabupaten.
Adapun operasi bukaan dan penutupan pintu adalah sebagai berikut :
a. Tinggi bukaan pintu pengambilan dilakukan berdasarkan jatah air
yang diberikan.

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

b. Pada umumnya variasi debit tidak terlalu banyak, ketinggian


peilscall bangunan ukur berkisar antara 20 - 30cm.
c. Setiap operasi pembukaan atau penutupan pintu ppengambilan
sebesar 5cm, hendaknya berselang 10 - 20 menit guna mencapai
kestabilan aliran.

(2) PPA hendaknya selalu melakukan kontrol terhadap benda-benda


melayang yang dapat merusak bangunan (sisa-sisa batang kayu),
terutama didepan pintu pengambilan (track crash).

(3) PPA dan Pekarya hendaknya memantau ketinggian endapan didepan


bangunan ukur, sehingga endapan lumpur tidak mengganggu
pengukuran.

B. Bangunan Pengatur
Operasi bangunan pengatur (bangunan bagi, bangunan bagi-sadap dan
bangunan sadap) pada musim kemarau merupakan faktor utama dalam
pembagian air irigasi, sehingga operasi setiap bangunan sadap harus
dipantau secara langsung oleh HIPPA/GHIPPA bersama Juru
Pengairan/Pimpinan Kemantren.

Juru Pengairan/Pimpinan Kemantren diharapkan juga melakukan pembinaan


teknis pembagian air di daerah layanan jaringan irigasi yang menjadi
tanggung jawab HIPPA, sehingga tidak menimbulkan konflik sosial dan
pembagian air.

Prosedur yang dilakukan pada musim hujan adalah sebagai berikut :


(1) Debit air irigasi yang dialirkan ke saluran sekunder atau petak tersier
diatur melalui pembukaan pintu pengambilan. Debit ini sesuai dengan
rencana pemberian air (Formulir 04-E), sehingga diperlukan tindakan
sebagai berikut :
a. Jika diawali dengan penutupan saluran secara total, lakukan
pembukaan pintu setinggi 5 - 10cm dari dasar saluran, kemudian
setelah 5 - 10 menit lakukan pengecekan tinggi muka air pada
peilscall bangunan ukur guna mengecek debit yang mengalir dengan
jatah pemberian air.

b. Pendugaan debit yang mengalir, ditentukan berdasarkan pembacaan


pada ketinggian muka air pada peilscall bangunan ukur dan
dilakukan tindakan sebagai berikut :
 Jika debit yang terukur di bangunan ukur terlalu besar dari
rencana pemberian air, maka dilakukan pengecilan pembukaan
pintu.

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

 Jika debit yang terukur di bangunan ukur terlalu kecil dari


rencana pemberian air, maka dilakukan pembesaran pembukaan
pintu.
Pembukaan dan penutupan pintu pengambilan setiap langkah tidak
boleh lebih dari 10 cm dan diberi selang waktu beberapa saat untuk
langkah selanjutnya, agar keadaan aliran tetap stabil, meskipun terjadi
fluktuasi aliran akibat pengambilan.

(2) Jika terjadi giliran maka pintu pengambilan untuk saluran sekunder atau
petak tersier yang tidak mendapatkan jatah air irigasi, dilakukan
penutupan secara penuh.

(3) Pada umumnya debit yang dialirkan kecil, sehingga perlu dilakukan
pemantauan pada bangunan sadap yang ada, jika ketinggian air kurang,
maka dapat dilakukan penambahan skot balok atau lainnya dengan
koordinasi Pimpinan Kemantren.

(4) Pelaksana teknis (HIPPA/GHIPPA) bersama petugas dinas pengairan


hendaknya selalu memantau endapan di saluran ukur agar tidak
mengganggu pengukuran (pembersihan dilakukan setiap 20 hari sekali).

2.6. PEMANTAUAN DAN EVALUASI DENGAN CARA PELAPORAN


MENGGUNAKAN BLANGKO -E
Jumlah formulir eksploitasi ini dalam rangka eksploitasi irigasi sebanyak 27
formulir yang diberikan kode akhiran O , sehingga kode formulir yang ada
adalah Formulir 01-E sampai Formulir 27-E. masing-masing formulir
merupakan laporan dan olahan data eksploitasi.

Formulir eksploitasi dapat dibedakan menjadi enam alur parameter data,


yaitu :
(1). Data hujan,
(2). Data debit dan kadar sedimen,
(3). Data tanaman,
(4). Data tanaman meliputi jenis dan luas tanaman, kerusakan tanaman
dan produksi padi.
(5). Mutasi baku sawah, dan
(6). Rencana tata tanam.

Guna menunjang penetapan RTTG, maka dilakukan pula evaluasi dengan


mempergunakan formulir analisis-1 (analisis debit andalan), analisis 2
(perkiraan -rencana tata tanam) dan analisis 3 (perkiraan rencana tata
tanam).

2.6.1. Data Hujan

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

Data hujan dari masing-masing stasiun yang menjadi tanggung jawab Juru
Pengairan /Pimpinan kemantren dicatat setiap hari (Formulir 03-E). Jika
terjadi hujan lebih besar dari 100 mm maka harus dilaporkan pada
Pengamat Pengairan, UPT Dinas pengairan melakukan suatu tindakan
preventif agar tidak terjadi genangan/banjir, sehingga UPT Dinas Pengairan
memberikan komando dalam operasional sistem drainase yang ada.

Setiap 10 hari sekali Juru pengairan/Pimpinan Kemantren pengairan harus


melaporkan ke Pengamat Pengairan, dan dicatat pada buku register hujan
dan Formulir 06-E bersama-sama stasiun curah hujan yang berada di UPT
Dinas Pengairan tersebut. Dari Formulir 06-E, Dinas Pengairan Kabupaten
akan merekap/memisahkan data curah hujan ini menjadi laporan bulanan
(Formulir 11-E) dan laporan tahunan (Formulir 17-E), dan dikirim ke Koorwil
daerah dan propinsi.

2.6.2. Data Debit


Data debit diperoleh dari pengukuran setiap pengambilan air bangunan
utama atau bangunan bagi/sadap. Tanggung jawab pencatatan debit berada
pada Juru Pengairan/Pimpinan Kemantren dan hendaknya dilakukan setiap
hari.

Tipe bangunan ukur yang ada adalah ambang lebar. Prosedur operasional
bangunan ukur adalah sebagai berikut :
(1) Bangunan ukur diusahakan memenuhi persyaratan hidrolis, sehingga
perlu dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Endapan lumpur dihulu bangunan ukur ini diharapkan tidak
melebihi 20cm dari ambang bangunan ukur.

b. Aliran air di hilir bangunan ukur tidak terganggu oleh sampah,


batang-batang pohon dan lain-lain, sehingga sampah atau benda-
benda lain yang mengganggu harus dibersihkan, dan

c. Pembuatan bangunan di hilir bangunan ukur dalam jarak 300m,


sebaiknya dihindari atau dilarang.

(2) Debit yang mengalir diduga dengan melihat tinggi muka air di peilscall
/papan duga bangunan ukur. Selain bangunan ukur pada ambang
pelimpah beberapa bangunan pengatur dipergunakan juga untuk
mengukur debit yang dialirkan.
Pencatatan debit pengambilan yang tercatat dibangunan ukur dilakukan
sekali setiap hari (pagi hari). Hasil pengukuran dicatat oleh Juru
Pengairan/Pimpinan Kemantren pada formulir 01-E dan papan operasi.
Hasil pencatatan debit ini hendaknya telah diolah sehingga diperoleh nilai
kehilangan air atau efisiensi.

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

2.6.3. Data Tanaman


Data tanaman meliputi jenis dan luas tanaman, kerusakan tanaman dan
produksi padi. Adapun uraian masing-masing data adalah sebagai berikut:
A. Jenis dan Luas Tanaman setiap Desa/Kelurahan
Jenis dan luas tanaman setiap desa/kelurahan dari intake petak tersier
yang menjadi wilayah kerja Juru Pengairan/pimpinan kemantren dicatat
pada Formulir 02-E. Pencatatan jenis dan luas tanaman ini berurutan mulai
dari desa atau kelurahan sampai menjadi petak tersier. Pengolahan data
tanaman sebagai parameter kebutuhan air, maka luas per jenis tanaman
dilakukan konversi ke satuan pemberian air, yaitu nilai LPR.

Data ini dilaporkan ke UPT Dinas Pengairan setiap 10 hari sekali.


Formulir 02-E dirangkum menjadi bentuk satuan LPR tersier, LPR sekunder
dan LPR Primer dalam jaringan irigasi dalam rencana pembagian air.
Pengolahan akhir nilai LPR setiap jaringan irigasi dipergunakan untuk
menunjukkan keadaan irigasi (Formulir 12-E).

Pengolahan Formulir 02-E selanjutnya, sebagai intensifikasi tanaman


pangan dilakukan dengan mempergunakan Formulir 08-E berdasarkan
perbandingan data tanaman dari Satuan Pelaksana Bimas Tingkat
Kecamatan.

B. Intensitas Tanaman
Intensitas tanaman merupakan perbandingan luas areal tanam yang
tertinggi (top tanaman) dari berbagai jenis tanaman dibandingkan dengan
luas tanam. Intensitas dicatat dalam regristasi pencatatan yang tersendiri.

C. Data Kerusakan Tanaman


Data kerusakan tanaman dicatat setiap 10 hari sekali (Formulir 03-E) ke
Pengamat. UPT Dinas pengairan akan merangkumnya dalam bentuk
formulir 07-E, disertai dengan tindakan yang tepat.

D. Produksi Padi
Pemantauan produksi tanaman yang harus dilaporkan adalah produksi padi.
Produksi padi dicatat setiap akhir musim tanam dengan mempergunakan
Formulir 13-E, kemudian dilaporkan UPT Dinas Pengairan dan Dinas
Pengairan Kabupaten. Dinas Pengairan Kabupaten akan merangkumnya
menjadi formulir 16-E, bersama-sama dengan Formulir 15-E berdasarkan
Formulir 02-E.

2.6.4. Rencana Pembagian Air


Hasil pencatatan debit dan sedimen ini dilaporkan ke UPT Dinas pengairan
setiap 10 hari sekali, dan dimasukkan ke dalam Formulir 04-E, bersama-
sama LPR data tanaman (Formulir 02-E).

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

Formulir 04-E merupakan bagian utama Pelaksana dan Rencana Pembagian


Air. Hasil pengolahan Formulir 04-E oleh UPT Dinas Pengairan akan
diperoleh usulan nilai FPR pada rencana 10 hari yang akan datang. Formulir
04-E dikirim ke Dinas Pengairan Kabupaten dan Koorwil Daerah, dan
kemudian dirangkum dengan nilai usulan FPR dari UPT Dinas Pengairan bagi
jaringan irigasiyang berhubungan, dan akan diperoleh nilai FPR akhir. Nilai
FPR dari Dinas Pengairan Kabupaten atau Koorwil Daerah merupakan nilai
FPR saran yang akan dipakai diseluruh daerah pengaliran. Nilai debit, LPR
dan FPR pada pelaksanaan 10 hari yang lalu dan hasil perhitungan FPR (FPR
saran) diolah kembali oleh UPT Dinas Pengairan (setingkat jaringan irigasi)
dan Juru Pengairan/Pimpinan Kemantren (setingkat primer/ sekunder/
tersier), dan diletakkan pada Skema Eksploitasi setingkat dengan wilayah
kerjanya.

Jika FPR saran yang diperoleh lebih kecil dari FPR eksploitasi rencana
pemberian air secara bersama maka dilakukan perhitungan giliran (Formulir
04A-E).

Tindakan pengecekan debit untuk menjamin pembagian air yang telah


direncanakan, dilakukan oleh Staf Eksploitasi UPT Dinas Pengairan maupun
Kepala/Staf Seksi Eksploitasi Dinas Pengairan Kabupaten, mempergunakan
Formulir 04B-E sesuai dengan wilayah kerjanya.

2.6.5. Mutasi Baku Sawah


Mutasi baku sawah mempergunakan Formulir 19-E dan 20-E, berdasarkan
musyawarah dengan Panitia Irigasi. Selanjutnya oleh Dinas Pengairan
Kabupaten, diolah menjadi Formulir 21-E, 22-E dan 23-E.

2.6.6. Rencana Tata Tanam


HIPPA mengusulkan rencana tanam (Formulir25-E), Selanjutnya Juru
Pengairan/Pimpinan Kemantren mengumpulkan Formulir 25-E dari HIPPA.
UPT Dinas Pengairan membuat pertimbangan usulan HIPPA dengan formulir
26-E untuk musim hujan dan Formulir 26a-E untuk musim kemarau
(koreksi pula dengan Kalender Tata Tanam Bab.I Rencana Eksploitasi
Irigasi) berdasarkan konsultasi dengan Panitia Irigasi Tingkat Kecamatan.
Dinas Pengairan Kabupaten membuat rencana Tata Tanam Global (RTTG)
untuk daerah irigasi lebih besar 500 Ha dengan Formulir 27-E dengan
bersama-sama Panitia Irigasi Daerah Tingkat II. Selanjutnya Koordinator
Wilayah Pengairan menerima tindasan RTTG (Formulir 27-E) dan membuat
SK. Penetapan Pemberian Air.

Penetapan RTTG hendaknya selalu disertai dengan tiga formulir analisis,


yaitu analisis 1(analisis debit andalan), analisis 2(Perhitungan rencana tata

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

tanam per daerah irigasi/tahunan), dan analisa 3 (Perhitungan rencana tata


tanam per tersier/tahunan).

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts
BUKU PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN
Detail Desain Rehabilitasi Daerah Irigasi Pacal Tahap II
Kabupaten Bojonegoro

P T M A X ITEC H U TA M A IN D O N ES IA
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA
Engineering and Management Consultants BAB hal 8
8
E ng ine er ing and M an age m en t C o ns ultan ts

Anda mungkin juga menyukai