Anda di halaman 1dari 16

PEMBANGUNAN DAN

PERTUMBUHAN WILAYAH

Kelas xii Semester Ganjil


Drs. Sukatman
Makna Pembangunan Wilayah
 Berdasarkan UURI Nomor 25 tahun 2004 Pembangunan nasional adalah upaya
yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan
bernegara
 Menurut Ginanjar Kartasasmita, pembangunan adalah proses perubahan menuju
ke arah yang lebih baik, melalui upaya-upaya yang dilakukan secara terencana
 Menurut Siagian, pembangunan merupakan suatu rangkaian usaha pertumbuhan
dan perubahan yang terencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa,
negara, dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa
Makna Pembangunan dapat dilihat dari dua sisi:
1. Makna Fisik; Pembangunan dilaksanakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan masyarakat
2. Makna non fisik; pembangunan dipahami sebagai perubahan pola piker yang positif dan mencakup
perubahan prilaku, budaya dan kelembagaan dalam masyarakat.
Faktor Penentu Pembangunan Wilayah
 Besarnya kesempatan kerja yang ada di daerah tersebut
 Basis pembangunan daerah
 Aset lokasi berupa keunggulan kompetitif daerah atas dasar kualitas lingkungan
 Sumberdaya pengetahuan sebagai dasar pendorong perekonomian (knowledge base
development)
Daya Dukung Wilayah Untuk Pembangunan Wilayah
1. Daya dukung lahan pertanian
2. Daya dukung lahan pemukiman
3. Daya dukung fungsi lindung
4. Daya dukung ekonomi wilayah
5. Daya dukung ekologis
Daya dukung lahan pertanian
Daya dukung lahan pertanian merupakan kemampuan lahan untuk menghasilkan tanaman
pangan agar manusia dapat hidup layak
Cara menghitungnya:
Lp / Pd
 =
Keterangan: KFM / Pr
t : daya dukung lahan pertanian
Lp : luas lahan panen (ha)
Indikatornya:
Pd : jumlah penduduk (jiwa)
KFM : kebutuhan fisik minimum (kg/kapita/tahun) 1. Jika nilai t > 1 berarti daya dukung lahan pertaniannya tinggi
Pr : produksi lahan rata-rata per hektar (kg/ha) 2. Jika nilai t = 1 berarti daya dukung lahan pertaniannya optimal
3. Jika nilai t < 1 berarti daya dukung lahan pertaniannya rendah
Daya Dukung Lahan Pemukiman
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemukiman Rakyat No. 11 Tahun 2008, yang dimaksud pemukiman
adalah bagian dari lingkungan hidup di luar Kawasan lindung, baik yang berupa Kawasan perkotaan maupun
pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana dan tempat kerja
yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja terbatas.

Klasifikasi Kawasan berdasarkan Tingkat Kepadatan Hunian


No Zona Tingkat Kepadatan Hunian
1 Zona lindung Kepadatan 0 jiwa/ha dan jumlah rumah 0 unit/ha
2 Zona pedesaan Kepadatan < 50 jiwa/ha dan jumlah rumah paling banyak 15 unit/ha
3 Zona pinggiran kota Kepadatan antara 51 - 100 jiwa/ha dan jumlah rumah paling banyak 25 unit/ha
4 Zona perkotaan Kepadatan antara 101 - 300 jiwa/ha dan jumlah rumah paling banyak 75 unit/ha
5 Zona pusat kota Kepadatan antara 301 - 500 jiwa/ha dan jumlah rumah paling banyak 125 unit/ha
6 Zona pusat kota metropolitan Kepadatan > 501 jiwa/ha dan jumlah rumah paling banyak 300 unit/ha
7 Zona preservasi Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di daerah masing-masing
Daya Dukung Lahan Pemukiman
LPm / JP
Cara menghitungnya: DDPm =
α
Keterangan:
DDPm = daya dukung pemukiman LPm = Lw – (LKL + LKRB)
LPm = luas lahan yang layak untuk pemukiman (m²)
Keterangan:
JP = jumlah penduduk LPm = luas lahan yang layak untuk pemukiman
LW = luas wilayah
α = koefisien luas kebutuhan ruang perkapita (m²/kapita) LKL = luas Kawasan lindung
LKRB = luas Kawasan rawan bencana

Indikatornya:
1. Jika nilai DDPm > 1 berarti daya dukung lahan pemukimannya tinggi
2. Jika nilai DDPm = 1 berarti daya dukung wilayah untuk pemukimannya optimal
3. Jika nilai DDPm < 1 berarti daya dukung wilayah untuk pemukimannya rendah
Daya Dukung Fungsi Lindung
Daya dukung fungsi lindung adalah kemampuan suatu wilayah dengan berbagai aktivitas penggunaan lahan di wilayah tersebut
untuk menjaga keseimbangan ekosistem pada suatu luasan wilayah.
Kawasan lindung adalah Kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup SDA, sumberdaya buatan, nilai sejarah dan budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.
Cara menghitungnya: ΣLgl1 . α1 + Lgl2 . α2 + Lgl3 . α3 + …. Lgln . αn
DDL =
Keterangan:
LW
DDL = daya dukung fungsi lindung Tabel Koefisien Lindung Guna Lahan
Lgln = luas guna lahan jenis n (ha) Koefisien Koefisien
No Penggunaan Lahan No Penggunaan Lahan
Lindung Lindung
αn = koefisien lindung untuk guna lahan n 1 Cagar Alam 1,00 9 Perkebunan rakyat 0,42
LW = luas wilayah (ha) 2 Suaka Margasatwa 1,00 10 Persawahan 0,46
3 Taman wisata 1,00 11 Ladang / tegalan 0,21
4 Taman Baru 0,82 12 Padang rumput 0,28
5 Hutan lindung 1,00 13 Danau / tambak 0,98
6 Hutan cadangan 0,61 14 Tanaman kayu 0,37
7 Hutan produksi 0,68 15 Pemukiman 0,18
8 Perkebunan 0,54 16 Tanah kosong 0,01
Lanjutan

Nilai daya dukung fungsi lindung berkisar antara 0 – 1, dengan klasifikasi sbb:
1) Jika nilai DDL berkisar antara 0 – 0,20 berarti daya dukung fungsi lindungnya sangat rusak.

2) Jika nilai DDL berkisar antara 0,20 – 0,40 berarti daya dukung fungsi lindungnya rusak

3) Jika nilai DDL berkisar antara 0 – 0,20 berarti daya dukung fungsi lindungnya sedang

4) Jika nilai DDL berkisar antara 0 – 0,20 berarti daya dukung fungsi lindungnya baik

5) Jika nilai DDL berkisar antara 0 – 0,20 berarti daya dukung fungsi lindungnya sangat baik
Daya Dukung Ekonomi Wilayah
Daya dukung ekonomi wilayah adalah kemampuan perekonomian suatu wilayah dalam mendukung konsumsi
penduduk di wilayah tersebut.
Cara menghitungnya: PDRBtot
DDE =
JP x K
Keterangan:
DDE = daya dukung ekonomi wilayah
PDRBtot = produk domestic regional bruto (Rp)
JP = jumlah penduduk (jiwa)
K = konsumsi penduduk perkapita (Rp)

Indikatornya:
1. Jika nilai DDE > 1 berarti potensi ekonomi wilayah mampu mendukung kebutuhan dan konsumsi penduduk
2. Jika nilai DDE = 1 berarti potensi ekonomi wilayah seimbang dengan kebutuhan dan konsumsi penduduk
3. Jika nilai DDE < 1 berarti potensi ekonomi wilayah tidak mampu mendukung kebutuhan dan konsumsi penduduk
Daya Dukung Ekologis
Daya dukung ekologis merupakan tingkat maksimum (baik jumlah maupun volume) pemanfaatan suatu
sumberdaya atau ekosistem yang dapat diakomodasi oleh suatu wilayah sebelum terjadi penurunan kualitas
ekologis. BK
Cara menghitungnya: DDE =
Lw - (LKL + LKRB)
Keterangan: JE
BK =
DDE = daya dukung ekologis JP
JE = {(Tot 1 + Tot 2) / 3} /
BK = biokapasitas (ha/orang)
100 BK : Biokapasitas
JE = jejak ekologis LW : Luas Wilayah
JE : Jejak Ekologis LKL : Luas Kawasan Lindung
Tot 1: Totoal 1 LKRB: Luas Kawasan Rawan Bencana
Tot 2: Total 2 JP : Jumlah Penduduk

Indikatornya:
1. Jika nilai DDE > 1 berarti ekosistem di wilayah itu mampu mendukung penduduk yang berdiam di dalamnya.
2. Jika nilai DDE < 1 berarti ekosistem di wilayah itu tidak mampu mendukung penduduk yang berdiam di dalamnya
TUJUAN PEMBANGUNAN WILAYAH
Menurut Nugroho dan Dahuri:
1. Memberi perlindungan sosial dan ekonomi bagi keadaan sebagai akibat dari
kemiskinan dan ketimpangan sumber daya alam yang mengalami tekanan.
2. Menyediakan media bagi beroperasinya mekanisme pasar secara efisien dan adil
serta memperbaiki kualitas aliran beragam sumber daya secara berkelanjutan.
3. Menediakan perangkat bagi aspek perencanaan pembangunan.
4. Membangun system kelambagaan untuk memperbaiki dan menyempurnakan
pembangunan.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs)
merupakan agenda internasional yang menjadi kelanjutan dari Tujuan Pembangunan
Milenium atau Millennium Development Goals (MDGs). SDGs disusun oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) dengan melibatkan 194 negara, civil society, dan berbagai pelaku
ekonomi dari seluruh penjuru dunia. Agenda ini dibuat untuk menjawab tuntutan
kepemimpinan dunia dalam mengatasi kemiskinan, kesenjangan, dan perubahan iklim dalam
bentuk aksi nyata. SDGs ditetapkan pada 25 September 2015 dan terdiri dari 17 (tujuh belas)
tujuan global dengan 169 (seratus enam puluh sembilan) target yang akan dijadikan tuntunan
kebijakan dan pendanaan untuk 15 tahun ke depan dan diharapkan dapat tercapai pada
tahun 2030. Tujuan dan target tersebut meliputi 3 (tiga) dimensi pembangunan berkelanjutan,
yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ini terdiri atas 17 tujuan, yaitu :
Tujuan 1 Tanpa kemiskinan – Mengentas segala bentuk kemiskinan di seluruh tempat.
Tujuan 2 Tanpa kelaparan – Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi, serta
menggalakkan pertanian yang berkelanjutan.
Tujuan 3 Kehidupan sehat dan sejahtera – menggalakkan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua
usia.
Tujuan 4 Pendidikan berkualitas – Memastikan pendidikan berkualitas yang layak dan inklusif serta mendorong
kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang.
Tujuan 5 Kesetaraan gender – Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan.
Tujuan 6 Air bersih dan sanitasi layak – Menjamin akses atas air dan sanitasi untuk semua.
Tujuan 7 Energi bersih dan terjangkau – Memastikan akses pada energy yang terjangkau, bisa diandalkan,
berkelanjutan dan modern untuk semua.
Tujuan 8 Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi – Memproosikan pertumbuhan ekonom berkelanjutan dan
inklusif, lapangan pekerjaan yang layak untuk semua.
Lanjutan:

Tujuan 9 Industri, inovasi dan infrastruktur – Membangun infrastruktur kuat, mempromosikan industrialisasi berkelanjutan,
dan mendorong inovasi.
Tujuan 10 Berkurangnya kesenjangan – Mengurangi kesenjangan di dalam dan di antara negara-negara.
Tujuan 11 Kota dan komunitas berkelanjutan – Membuat perkotaan menjadi inklusif, aman, kuat, dan berkelanjutan.
Tujuan 12 Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab – Memastikan pola konsumsi dan produksi yang
berkelanjutan.
Tujuan 13 Penanganan perubahan iklim – Mengambil langkah penting untuk melawan perubahan iklim dan dampaknya.
Tujuan 14 Ekosistem laut – Perlindungan dan penggunaan samudera, laut dan sumber daya kelautan secara
berkelanjutan.
Tujuan 15 Ekosistem darat – Mengelola hutan secara berkelanjutan, melawan perubahan lahan menjadi gurun,
menghentikan dan merehabilitasi kerusakan lahan, menghentikan kepunahan keanekaragaman hayati.
Tujuan 16 Perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh – Mendorong masyarakat adil, damai, dan inklusif.
Tujuan 17 Kemitraan untuk mencapai tujuan – Menghidupkan kembali kemitraan global demi pembangunan berkelanjutan
Ciri – Ciri Pembangunan Wilayah Berkelanjutan
1) Menjamin pemerataan dan keadilan.
2) Menghargai keanekaragaman hayati untuk memastikan sumberdaya alam selalu tersedia
secara berlanjut untuk masa kini dan yang akan dating.
3) Menggunakan pendekatan integrative agar keterkaitan antara manusia dan lingkungan
dapat dimungkinkan untuk masa kini dan yang akan dating.
4) Menggunakan pandangan jangka Panjang untuk merencanakan pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai