Disusun oleh:
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
sebagai syarat melengkapi tugas pada Mata Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran di
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. Shalawat dan salam pada
junjungan alam Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari alam
kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.
Dalam proses penyusunan makalah ini hingga selesai, penulis sangat banyak
mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Drs. Djunaedi, M.Pd selaku pengampu pada Mata
Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran yang telah banyak membantu meluangkan waktu,
tenaga dan pikirannya untuk membimbing penulis sehingga tersusun makalah ini
sebagaimana yang diharapkan, serta seluruh rekan-rekan yang telah turut menyumbangkan
pendapat, memberi motivasi, dan bantuan lainnya semasa penulis menyelesaikan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari
kesempurnaan dan banyak terdapat kekurangan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan
dan wawasan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan
yang membangun demi perbaikan dan kesempurnan makalah ini.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I (PENDAHULUAN).................................................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................................
BAB II (PEMBAHASAN)..................................................................................................
A. Pengertian Gaya Belajar dan Pengaruhnya terhadap Belajar...................................
B. Macam-macam Gaya Belajar....................................................................................
1. Gaya Belajar V-A-K..............................................................................................
2. Gaya Field Independent (FI) & Gaya Field Dependent........................................
a. Gaya Field Independent (FI)..............................................................................
b. Gaya Field Dependent (FD)............................................................................10
3. Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences)........................................................13
a. Kecerdasan Linguistik.....................................................................................15
b. Kecerdasan Logika-Matematika......................................................................15
c. Kecerdasan Spasial-Visual..............................................................................16
d. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani.......................................................................16
e. Kecerdasan Musikal........................................................................................16
f. Kecerdasan Interpersonal................................................................................17
g. Kecerdasan Intrapersonal................................................................................17
h. Kecerdasan Naturalis.......................................................................................18
i. Kecerdasan Eksistensial..................................................................................18
j. Kecerdasan Spiritual........................................................................................18
C. Keterkaitan Gaya Belajar dengan Teori Kecerdasan Jamak...................................19
BAB III (PENUTUP).........................................................................................................22
A. Kesimpulan.............................................................................................................22
B. Saran.......................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................24
ii
BAB I (PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang
Peserta didik pada umumnya memiliki gaya belajar yang berbeda–beda, ada
yang gaya belajarnya visual, auditorial, ataupun kinestatik maupun yang lainnya.
Kemampuan peserta didik untuk memahami dan menyerap pelajaran pun memiliki
tingkatan yang berbeda (Riyanto, 2010). Hanya gaya belajar yang sesuai dengan
dirinyalah yang dapat membantu dalam memahami pengetahuan dan menyerap
informasi.
Hingga kini masih banyak peserta didik yang kesulitan untuk menentukan
gaya belajar yang sesuai dengan dirinya sehingga dalam proses pembelajaran
mendapatkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, perlulah ada pembahasan
mengenai penjabaran apa itu gaya belajar dan macam-macamnya agar dapat
membantu peserta didik dalam menentukan gaya belajar yang akan ia jadikan
sebagai acuan untuk keefektifan proses belajar.
B. Rumusan Masalah
2. Apakah makna dan pengertian dari macam-macam seperti gaya belajar V-A-K,
Gaya Field Independent (FI) & Field Dependent (FD), dan gaya belajar menurut
multiple intelligences?
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
1
Manfaat yang hendak dicapai dari penyusunan makalah ini dapat kita lihat
pada poin-poin berikut.
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
b. Bagi profesi dan tenaga kependidikan, dapat dijadikan dasar dalam mengedukasi
peserta didik.
2
BAB II (PEMBAHASAN)
Menurut Bobbi Deporter dan Mike Hernacki, gaya belajar merupakan suatu
kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah
informasi. Gaya belajar menurut Keefe yang dikutip oleh Sri Rumini adalah suatu
karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikomotorik, sebagai indikator yang
bertindak relative stabil untuk pembelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi
terhadap lingkungan belajar. Definisi lain dikemukakan oleh Kolb yang mengatakan
bahwa gaya belajar merupakan metode yang dimiliki individu untuk mendapatkan
informasi, yang pada prinsipnya gaya belajar merupakan bagian integral dalam
siklus belajar aktif. Menurut Nasution, yang dinamakan gaya belajar adalah cara
yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau
informasi, cara mengingat, berpikir dan memecahkan masalah. Gaya belajar adalah
variasi cara yang dimiliki seseorang untukmengakumulasi serta mengasimilasi
informasi pada dasarnya gaya belajar adalah metode yang terbaik memungkinkan
dalam mengumpulkan dan menggunakan pengetahuan secara spesifik.
Belajar merupakan suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku
individu sebagai hasil dari pengalaman (Winataputra, 2008). Belajar merupakan
suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari
proses pertumbuhan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar yang dilakukan
3
seseorang mengacu pada perubahan perilaku orang tersebut sebagai hasil dari
pengalaman.
Individu dalam belajar memiliki berbagai macam cara, ada yang belajar
dengan cara mendengarkan, ada yang belajar dengan membaca, serta belajar dengan
cara menemukan. Cara belajar peserta didik yang berananeka ragam tersebut disebut
sebagai gaya belajar (learning style) yang dipengaruhi oleh pengalaman, jenis
kelamin, etnis (Philibin, et.al., 1995) dan secara khusus melekat pada setiap
individu. Adapun macam-macam gaya dalam belajar adalah sebagai berikut.
4
kategori tersebut adalah gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik yang
ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu.
Gaya belajar visual (visual learners). Pada gaya belajar visual lebih
menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Peserta didik dengan macam gaya
belajar seperti ini mengandalkan penglihatan untuk melihat buktinya terlebih
dahulu sebelum mereka mempercayainya. Menurut De Porter, seseorang dengan
gaya belajar visual memiliki ciri-ciri sebagai berikut: rapi dan teratur; berbicara
dengan tepat; perencana dan pengatur jangka panjang yang baik; teliti terhadap
detail; mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi;
pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran
mereka; mengingat apa yang dilihat daripada yang didengarkan; mengingat
dengan asosiasi visual; biasanya tidak terganggu oleh keributan; mempunyai
masalah untuk mengingat instruksi verbal, kecuali jika ditulis dan sering kali
meminta bantuan orang untuk mengulanginya; pembaca cepat dan tekun; lebih
suka membaca daripada dibacakan; membutuhkan pandangan dan tujuan yang
menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang
suatu masalah atau proyek; mencorat-coret tanpa arti selama berbicara di telepon
dan dalam rapat; lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain; sering
menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak; lebih suka
melakukan demonstrasi daripada berpidato; dan lebih suka seni daripada musik.
5
harus mendengar, baru kemudian dapat mengingat dan memahami informasi itu.
Menurut De Porter, seseorang dengan gaya belajar auditori memiliki ciri-ciri
sebagai berikut: berbicara pada diri sendiri saat bekerja; mudah terganggu oleh
keributan; menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca; senang membaca dengan keras dan mendengarkannya; dapat
mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara; merasa
kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita; berbicara dalam irama
yang terpola; biasanya pembicara yang fasih; lebih suka musik daripada seni;
belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada
yang dilihat; suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar;
mempunyai masalah dengan pekerjaanpekerjaan yang melibatkan visualisasi,
seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain; lebih pandai
mengeja dengan keras daripada menuliskannya; dan lebih suka gurauan lisan
daripada membaca komik.
6
otot-otot yang besar; belajar melalui memanipulasi dan praktik; menghapal
dengan cara berjalan dan melihat; menggunakan jari sebagai alat penunjuk
ketika membaca; banyak menggunakan isyarat tubuh; dan tidak dapat duduk
diam untuk waktu lama.
Adapun beberapa strategi yang dapat ditempuh oleh pendidik dan orang
tua guna mempermudah peserta didik/anak dalam proses belajarnya, antara lain:
tidak boleh terlalu memaksakan peserta didik/anak untuk belajar sampai berjam-
jam; mengajak peserta didik/anak untuk belajar sambil mengeksplorasi
lingkungannya, misalnya menggunakan objek sesungguhnya untuk belajar
konsep baru; memberikan izin kepada peserta didik/anak untuk mengunyah
permen karet pada saat belajar; memberikan izin kepada peserta didik/anak
untuk belajar sambil mendengarkan musik; dan menggunakan warna terang
untuk meng-hilite hal-hal penting dalam bacaan.
7
seseorang memproses informasi dan menggunakan strategi untuk menanggapi
suatu tugas.
8
dengan pengajar; (e) interaksi formal dengan pengajar hanya dilakukan
untuk mengerjakan tugas, dan cenderung memilih penghargaan non-sosial;
(f) lebih suka bekerja sendiri; (g) lebih suka berkompetisi; (h) mampu
mengorganisasikan informasi.
9
O‟Brien et al dalam Suryanti (2014: 1394) menunjukkan bahwa
perbedaan diantara subjek field independent adalah sebagai berikut: (1)
Memiliki analisis yang lebih tinggi dalam penerimaan dan pemrosesan
informasi, sehingga sering disebut sebagai “analytical thinkers”. ; (2)
Mereka menunjukkan kecenderungan untuk mengorganisasikan informasi
menjadi unit-unit yang dapat dikelola dan memiliki kapasitas yang lebih
besar untuk penyimpanan informasi. Orang-orang ini suka dan terbiasa
menggunakan teknik pemecahan masalah, organisasi, analisis dan penataan
ketika terlibat dalam situasi belajar dan bekerja.
10
pengetahuan sosial. Lain halnya dengan peserta didik yang field independent,
mereka lebih gampang mengurai hal-hal yang kompleks dan lebih mudah
memecahkan persoalan- persoalan. Mempelajari ilmu pengetahuan alam
tidaklah begitu sulit dan biasanya lebih sukses jika bekerja secara individu.
11
Berdasarkan definisi di atas, maka gaya kognitif field dependent
dalam penelitian ini adalah individu atau peserta didik yang mempunyai
karakteristik sangat bergantung dengan lingkungannya, lebih suka bekerja
sama daripada bekerja sendiri, masih memerlukan bimbingan atau petunjuk
lebih lanjut, menerima materi dan konsep secara umum terstruktur dan
menerima informasi dengan menghafal. Dengan kata lain, gaya kognitif
Field Dependent (FD) adalah kecenderungan gaya atau cara berpikir peserta
didik dalam memahami suatu masalah secara keseluruhan.
12
gadis: mengenakan rok
menurut panjang yang lazim
Bicara lambat agar dapat Berbicara cepat tanpa
4 dipahami orang lain menghiraukan daya tanggap orang
lain
Mempunyai hubungan sosial Kurang mementingkan
yang luas, cocok untuk bekerja hubungan sosial; sesuai untuk jabatan
5 dalam bidang bimbingan, dalam bidang matematika, sains,
konseling, insinyur.
pendidikan, dan sosial.
13
Sumber: Cahyowati (dalam Suarni, 1990: 28).
14
pengaturan budaya dalam memecahkan masalah atau menciptakan produk yang
bernilai dalam suatu budaya.
a. Kecerdasan Linguistik
15
bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks,
misalnya cerdas bahasa secara lisan seperti pendongeng, orator atau politisi,
maupun cerdas bahasa secara tertulis, seperti sastrawan, editor, penulis
drama atau wartawan). Siswa yang mempunyai kecerdasan ini mampu
menggunakan bahasa secara lisan atau tulisan yang memberikan kesan Ia
pandai berbicara, gemar bercerita, dengan tekun mendengarkan cerita atau
membaca. Kecerdasan ini menuntut kemampuan anak untuk menyimpan
berbagai informasi yang berarti berkaitan dengan proses berpikirnya.
b. Kecerdasan Logika-Matematika
c. Kecerdasan Spasial-Visual
16
diri sendiri dan objek melalui ruangan, dan menghasilkan atau menguraikan
informasi grafik. Siswa dengan kecerdasan spasial visual yang tinggi
cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya dengan khayalan internal
(internal imagery), sehingga cenderung imaginatif dan kreatif.
d. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani
e. Kecerdasan Musikal
f. Kecerdasan Interpersonal
17
(Gardner, 2002). Orang yang memiliki kecerdasan ini akan mampu
mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, dan motivasi serta
perasaan orang lain. Siswa dengan kecerdasan interpersonal yang menonjol
memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pintar menjalin hubungan
sosial, serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara saat
berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku
dan harapan orang lain, serta mampu bekerja sama dengan orang lain
(Gardner dan Hatch,1989:4; Gardner, H. 1995:25). Pemikiran Gardner
tentang kecerdasan jamak mengenai kecerdasan interpersonal di atas
ditempatkan oleh Salovey dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional
(Goleman, 2001,57-59).
g. Kecerdasan Intrapersonal
h. Kecerdasan Naturalis
18
alam lainnya serta memiliki kepekaan terhadap kondisi lingkungan (Morris,
M. 2004:159).
i. Kecerdasan Eksistensial
j. Kecerdasan Spiritual
19
sendiri, terkadang bercampur dengan kecerdasan yang lain. Ke sepuluh
inteligensi yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan dan ditingkatkan
secara memadai sehingga dapat berfungsi bagi orang tersebut.
20
Pembelajaran dengan kecerdasan jamak mendekatkan kecerdasan yang
dimiliki siswa dengan pencapainya maksimal pembelajaran. Hal ini seiring dengan
aktivitas positif yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran sebagaimana
terlihat dari gambar di atas. Setiap manusia (siswa) tentu akan memiliki potensi
yang sesuai dengan salah satu dari kecerdasan-kecerdasan yang ada. Dengan
demikian, maka diharapkan salah satu potensi kompetensi dari siswa dapat muncul
dan dapat dikembangkan.
Mengacu kepada cara-cara yang ditempuh oleh negara maju dalam reformasi
pendidikan, kunci keberhasilannya adalah reformasi guru. Dengan demikian, maka
seiring dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui
pembaharuan kurikulum, sudah tentu sangat menuntut guru untuk mengadakan
perubahan-perubahan terutama dalam penyelenggaraan proses pembelajaran melalui
penerapan kecerdasan jamak.
21
dengan model kecerdasan jamak siswa dihadapkan pada kenyataan bahwa materi dan
teori-teori yang mereka terima memang dapat mereka temui di dalam kehidupan
keseharian mereka, sehingga memberikan kesan yang mendalam dalam kehidupan
mereka.
22
BAB III (PENUTUP)
A. Kesimpulan
1. V-A-K
b. Audio, gaya belajar auditori lebih mengandalkan pada pendengaran untuk dapat
memahami dan mengingatnya.
Gaya kognitif field dependent dalam penelitian ini adalah individu atau
peserta didik yang mempunyai karakteristik lebih suka bersaing dalam prestasi
atau belajar, sangat percaya diri, jarang melakukan interaksi dengan pengajar,
mengembangkan informasi yang diterimanya sendiri tanpa memerlukan bantuan
maupun bimbingan, menerima materi dan konsep secara rinci dan runtut.
23
Dengan kata lain, gaya kognitif Field Independent (FI) adalah cara berpikir
peserta didik dalam memahami suatu masalah secara analitis dan sistematis.
2. Kecerdasan visual-spasial
3. Kecerdasan jasmaniah-kinestetik
4. Kecerdasan intrapersonal
5. Kecerdasan logis-matematik
6. Kecerdasan berirama-musik
7. Kecerdasan interpersonal
8. Intelegensi naturalis
B. Saran
Pada penulisan makalah ini masih kurang kaya akan sumber referensi. Agar
pembahasan lebih komprehensif, maka sebaiknya perlu diperbanyak sumber yang
akan digunakan dalam pembuatan makalah. Dengan demikian, penulisan makalah
diharapkan dapat menambah pemahaman dan wawasan bagi para pembaca.
24
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, S dan Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sardiman. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Khoeron, R. I., Sumarna, N., & Permana, T. (2014). Pengaruh Gaya Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Peserat Didik Pada Mata Pelajaran Produktif.
Journal of Mechanical Engineering Education, 1(2), 291-297.
25