NILAI ‐ NILAI PENDIDIKAN ISLAM
YANG TERKANDUNG DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA
KARYA A. FUADI
Skripsi
Diajukan kepada Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
ABDUL GHOFUR
NIM: 108011000146
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436 H / 2015 M
ii
iii
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
limpahan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi
sebagai syarat untuk menempuh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I).
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita yaitu Nabi
Muhammad SAW.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Abdul Madjid Khon, MA selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Marhamah Saleh, Lc., MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dr. Sururin, MA selaku dosen pembimbing skrispsi, yang telah banyak
membantu untuk meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran sampai selesainya
penulisan skripsi ini.
6. Bapak Tanenji, M.Ag., Selaku Dosen Pembimbing Akademik (PA), yang selalu
memberikan banyak kata-kata motivasi.
7. Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu namun tidak
sedikitpun mengurangi rasa hormat dan ta’zim penulis, yang telah membimbing
penulis selama kuliah di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Kedua orang tuaku tercinta dan tersayang beserta keluarga besar, yang menjadi
sumber motivasi serta semangat didalam memahami kehidupan ini, yang telah
banyak berjasa dalam kehidupan penulis.
ii
viii
9. Sahabat-sahabat kelas “E” PAI angkatan 2008 dan juga teman-teman kostan,
khususnya Ruly, Awe’, Farhan, Fawzul, Asep, Subhan, Bang Zaed, Akew, Adhe
yang sudah memberikan banyak ceramah dan motivasi.
10. Special Thanks to Mei Cristin, Siti Aisah and Endah Susilawati yang telah banyak
meluangkan waktunya dan tak kenal lelah untuk selalu memberi motivasi kepada
penulis.
11. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2008 yang
telah memberikan dukungannya dalam melaksanakan skripsi ini.
12. Serta kepada semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu persatu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih.
Abdul Ghofur
iii
ix
DAFTAR ISI
COVER
ABSTRAK…………………………………………………………. ........................... i
BAB I PENDAHULUAN
iv
x
v
xi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 77
B. Saran ...................................................................................................... 78
LAMPRAN-LAMPIRAN
vi
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel tentang Aqidah ........ 53
Tabel 4.2 : Nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel tentang Ibadah ......... 59
Tabel 4.3 : Nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel tentang Akhlak ........ 74
vii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dampak negatif dari era globalisasi saat ini adalah bergesernya norma dan
nilai moral sehingga menjadi lebih lunak (bisa ditawar). Anak-anak dan remaja
adalah generasi yang sangat potensial bagi perkembangan Islam. Akan tetapi
kenyataan yang ada saat ini adalah bahwa pergaulan di lingkungan hidup sekitar
kita lebih condong ke hal-hal yang bisa menjerumuskan kepada perbuatan-
perbuatan yang tidak jelas dan cenderung negatif. Disinilah peran pendidikan
terutama pendidikan Islam sangatlah penting, untuk mengarahkan para generasi
penerus kepada hal-hal yang positif. Dan juga sebagai bekal bagi mereka untuk
menghadapi arus globalisasi yang serba canggih saat ini.
1
2
tβθè=yϑ÷ès? $yϑÎ/ ª!$#uρ 4 ;M≈y_u‘yŠ zΟù=Ïèø9$# (#θè?ρé& t⎦⎪Ï%©!$#uρ öΝä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# ª!$# Æ Æìsùötƒ...
∩⊇⊇∪ ×Î7yz
Islam memandang bahwa pendidikan adalah hal yang sangat penting terutama
dalam kaitannya untuk memahami, mengolah, memanfaatkan dan mensyukuri
nikmat Allah SWT. Pendidikan dan ilmu pengetahuan merupakan cahaya bagi
kehidupam manusia sehingga perilaku manusia dapat membedakan mana yang
bathil dan mana yang tidak, mana yang haram dan mana yang halal. Sebab salah
satu kondisi yang memungkinkan manusia menjadi takwa dan beriman adalah
kemauan (manusia) berpikir yang bisa dicapai dan ditindak lanjuti dari
pendidikan.
Di era globalisasi saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin hari
semakin berkembang, begitu pula dengan dunia sastra yang juga semakin
berkembang. Sastra sebagai bagian dari karya seni sejauh ini hanya meningkatkan
aspek hiburan yakni dengan menonjolkan aspek estetisnya. Tidak dapat
dipungkiri, fungsi dari karya sastra adalah untuk menghibur, namun dibalik itu,
1
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2002), h.
544
2
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), Cet. ke-7, h.75.
3
karya sastra yang baik itu adalah karya yang tidak hanya mementingkan nilai
keindahan dan hiburan semata, namun karya seni sastra yang sarat dengan nilai-
nilai, yakni isi dan pesan yang dapat diambil setelah karya sastra tersebut
dinikmati.
Karya sastra dapat menjadi salah satu media yang multi fungsi. Dalam
lingkup luas, karya seni sastra menjadi salah satu media hiburan yang dapat
membangkitkan kepekaan emosi, yakni untuk melihat fenomena yang ada
disekitar dengan menggunakan kacamata etika dan estetika. Dengan adanya
unsur-unsur keindahan dalam sebuah karya seni sastra, fenomena-fenomena dapat
lebih merasuk dalam hati dan fikiran dibanding hanya melihat dengan mata
terbuka.
dapat sangat berperan dalam kehidupan masyarakat, terlihat dari seorang penulis
atau sastrawan dapat dikatakan sebagai pejuang moral karena mereka berupaya
agar si pembaca dapat mengetahui dan memahami apa yang ada di dalam alur
cerita novel tersebut sehingga dapat menggugah perasaan bagi si pembaca.
Novel dan cerita pendek (cerpen) merupakan dua bentuk karya sastra yang
sekaligus disebut fiksi. Bahkan dalam perkembangannya kemudian, novel
dianggap bersinonim dengan fiksi. Sebutan novel dalam bahasa Inggris dan
inilah yang kemudian masuk ke Indonesia berasal dari bahasa Italia “novella”
(yang dalam bahasa Jerman: novelle). Secara harfiah, novella berarti “sebuah
barang baru yang kecil”, dan kemudian diartikan sebagai “cerita pendek dalam
bentuk prosa”. 3
Perkembangan novel di Indonesia cukup pesat, terbukti dengan banyaknya
novel baru yang diterbitkan. Novel-novel tersebut memiliki bermacam-macam
tema dan isi, antara lain tentang problem-problem sosial yang pada umumnya
terjadi dalam masyarakat, novel percintaan, misteri dan tidak ketinggalan pula
novel-novel yang bertema-kan tentang motivasi.
Novel sebagai salah satu bentuk karya seni sastra diharapkan mampu
menciptakan hiburan dan pelajaran. Seperti halnya dalam novel Negeri 5 Menara
karya Ahmad Fuadi, di dalamnya berisi tentang liku-liku perjalanan yang dialami
oleh seseorang dan beberapa orang dalam hidupnya yang disuguhkan dalam
dialog-dialog yang menghibur dan mengandung banyak pelajaran.Ada istilah
“bermain sambil belajar”, ini sangatlah tepat digunakan saat seseorang menikmati
karya sastra untuk menghibur diri dan tentunya untuk menambah
pengetahuan/pendidikan bagi dirinya sendiri. Karena pendidikan tidak hanya
dapat diperoleh dari pendidikan formal (sekolah) atau lembaga pendidikan saja.
Karya-karya sastra yang seperti itu kini mulai banyak dijumpai, salah satunya
adalah novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang mengisahkan sebelas anak
Melayu Belitong yang disebut laskar pelangi ini tidak menyerah dalam menggapai
cita-cita walau keadaan tidak bersimpati kepada mereka. Dan tentunya banyak
novel-novel karya Andrea Hirata dan karya-karya penulis lain yang penuh dengan
3
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta Gadjah Mada University Press,
2010), Cet. VII, h. 9.
5
pesan serta tauladan bagi pembacanya. Salah satunya adalah novel Negeri 5
Menara karya Ahmad Fuadi.
Novel Negeri 5 Menara yang dikarang oleh Ahmad Fuadi adalah salah satu
karya sastra yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan Islam, sehingga novel
tersebut dijadikan sebagai objek penelitian dalam skripsi ini. Fakor lain yakni
bahwa sastra dapat dijadikan media alternatif yang sangat baik dalam
pembelajaran. Oleh sebab itu, untuk mengoptimalkan penanaman dari nilai-nilai
moral dan pendidikan yang terkandung dalam sastra, penulis menguraikan teks-
teks dari novel Negeri 5 Menara.
Novel Negeri 5 Menara termasuk salah satu novel yang cukup terkenal
dikalangan masyarakat, bahkan sampai diangkat ke dalam film layar lebar dengan
judul yang sama. Dalam novel tersebut penuh dengan nilai-nilai moral dan
pendidikan yang dituangkan dalam kalimat-kalimat yang menarik, lucu, ceria,
mengharukan dan penuh teladan. Sebagai salah satu contoh yakni pada bagian
cerita “Rapat Tikus-3” menceritakan kisah yang mengandung nilai akhlak, yakni
berbakti dan menghormati orang tua. Nilai tersebut terkandung dalam penggalan
kalimat yang tertuang dalam novel sebagai berikut:
“Sebelum meninggalkan rumah, aku cium tangan Amak sambil minta do’a
dan minta ampun atas kesalahanku. Tangan kurus Amak mengusap kepalaku.
Dari balik kacamatanya aku lihat cairan bening menggelayut di ujung
matanya”. 4
Dengan melihat isi novel Negeri 5 Menara yang penuh dengan pelajaran
dibalik kelebihandan kekurangan novel tersebut, maka penulis merasa sangatlah
tepat menjadikan novel ini sebagai sumber penelitian. Penelitian ini akan
mencoba mengkaji novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi sebagai sebuah karya
4
A. Fuadi, Negeri 5 Menara, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 14
6
B. Masalah Penelitian
1. Identifikasi Masalah
a. Bergesernya norma dan nilai moral pada generasi penerus bangsa di era
globalisasi saat ini.
b. Pentingnya pendidikan terutama pendidikan Islam dalam menyiapkan
generasi penerus bangsa dalam menghadapi era globalisasi.
c. Nilai-nilai pendidikan Islam belum bisa dijadikan sebagai pedoman maupun
inspirasi dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Islam.
d. Karya sastra (novel) tidak hanya sebatas sebagai media hiburan semata, akan
tetapi banyak pelajaran yang terkandung di dalamnya.
e. Karya sastra (novel) dapat dijadikan media alternatif yang sangat baik dalam
pembelajaran.
2. Pembatasan masalah
a. Nilai-nilai pendidikan Islam yang dimaksud adalah nilai aqidah, nilai ibadah
dan nilai akhlak.
b. Karya sastra yang dimaksud adalah novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi.
3. Perumusan Masalah
masalah yaitu “Nilai-nilai pendidikan Islamapa saja yang terkandung dalam novel
Negeri 5 Menara karya A. Fuadi?”
C. Metodologi Penelitian
1. Metodologi Penelitian
2. Objek Penelitian
Objek dari Penelitian dalam skripsi ini adalah Novel Negeri 5 Menara karya
Ahmad Fuadi.
Penulis dalam penelitian ini, meneliti buku-buku dan sumber lainya (seperti
dari Internet, artikel dan sebagainya) yang berkaitan dengan aspek-aspek
pendidikan Islam dan novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi.
4. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. 6 Data primer merupakan literatur yang membahas secara
langsung objek permasalahan pada penelitian ini yaitu novel Negeri 5
Menara karya A. Fuadi.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. 7
Data sekunder merupakan sumber penunjang yang dijadikan alat untuk
membantu penelitian, yaitu berupa buku-buku atau sumber-sumber dari
penulis lain yang berbicara tentang pendidikan islam dan teori fiksi.
2. Manfaat Penelitian
6
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 308
7
Ibid., h. 308
9
a. Manfaat Teoritis
1) Diharapkan dapat memberi kontribusi yang positif dan kontruktif bagi
dunia pendidikan, khususnya bagi pengembangan nilai-nilai pendidikan
Islam melalui pemanfaatan kaya seni sastra (novel). Serta menambah
wawasan tentang keberadaan karya seni sastra (novel) yang memuat
tentang pendidikan Islam.
2) Diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti mengenai nilai-nilai
pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara karya A.
Fuadi.
3) Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi peneliti mengenai nilai-nilai
pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara karya A,
Fuadi.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi dunia sastra, diharapkan penelitian ini bisa menjadi bahan
pertimbangan dalam membuat karya seni sastra, yakni tidak hanya
memprioritaskan nilai jual dari sisi keindahannya namun juga
hendaknya lebih memperhatikan isi dan pesan yang dapat diambil dari
karya seni tersebut.
2) Bagi civitas akademica, penelitian ini diharapkan agar dapat digunakan
sebagai salah satu acuan bagi pelaksanaan penelitian-penelitian yang
relevan dimasa yang akan datang.
3) Bagi masyarakat luas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi pembaca dalam mengaplikasikan nilai pendidikan
Islam yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi
dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Konsep Nilai
1. Pengertian Nilai
Nilai berasal dari bahasa Inggris “value“ termasuk bidang kajian filsafat.
Persoalan tentang nilai dibahas dan dipelajari salah satu cabang filsafat yaitu
filsafat nilai ( Axiology Theory of Value). 9 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia,
nilai memiliki arti sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan. 10 Untuk menjawab apakah nilai itu,Encyclopedia Britanica yang
dikutip oleh Mohammad Noor Syam dalam bukunya Filsafat Pendidikan dan
8
Ahmad Zakaria, Pendidikan Nilai dan Internalisasi Nilai-nilai Spiritual,
(http:bdkbanjarmasin.kemenag.go.id), diakses pada tanggal 12 Juni 2015
9
Jalaluudin & Abdullah, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan, (Jakarta:
PT. Gaya Media Pratama, 2002), cet. ke-2, h. 106
10
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Pusat Bahasa, Edisi IV, 2008), h. 783
12
13
Dasar Pendidikan Pancasila, menyebutkan; nilai itu adalah suatu penetapan atau
suatu kualitas sesuatu obyek yang menyangkut suatu jenis apresiasi atau minat. 11
Menurut Sidi Gazalba sebagaimana dikutip oleh Chabib Thoha dalam Kapita
Selekta Pendidikan mengungkapkan bahwa, nilai adalah sesuatu yang bersifat
abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan
benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang
dikehendaki dan tidak dikehendaki. 12
Dari beberapa pengertian tentang nilai yang telah disebutkan tersebut maka
dapat diambil kesimpulan bahwa nilai adalah sesuatu yang bersifat objektif dan
tetap, sesuatu yang menerangkan tentang baik, buruk, indah atau tidak indahnya
sesuatu yang terlebih dahulu telah diketahui. Jadi nilai adalah kualitas dari suatu
yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik lahir maupun batin. Dalam
kehidupan manusia nilai dijadikan landasan, alasan, atau motivasi dalam bersikap
dan bertingkah laku baik disadari maupun tidak.
2. Macam-macam Nilai
Nilai dapat dipandang sebagai sesuatu yang berharga, memiliki kualitas, baik
itu kualitas tinggi atau kualitas rendah. Dari uraian pengertian nilai di atas, maka
Notonegoro dalam buku Pendidikan Pancasila karangan Prof. Dr. Kaelan,
menyebutkan adanya 3 macam nilai. Dari ketiga jenis nilai tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani
manusia atau kebutuhan ragawai manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerohaniaan, yaitu segala sesuatu yang berguna rohani manusia. Nilai,
kerohaniaan meliputi sebagai berikut :
1) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal ( rasio, budi, cipta) manusia.
2) Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan
(emotion) manusia.
3) Nilai kebaikan atau nilai yang bersumber pada unsur kehendak manusia
11
Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Pendidikan Pancasila, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1998), h. 133
12
HM. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h. 61
14
Dilihat dari penjabaran 3 macam jenis nilai tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa konsep nilai-nilai pendidikan Islam (akidah, ibadah dan akhlak) yang
dietliti dalam skripsi ini termasuk kedalam jenis nilai kerohaniaan, tetapi nilai-
nilai kerohanian yang mengakui adanya nilai material dan nilai vital.
13
Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2008), h. 89
14
Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2005), Cet. ke-2, h. 33
15
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), Cet ke-4, h. 1
16
Sudirman, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Karya, 1998), h. 4
15
pendidikan adalah proses mempersiapkan masa depan anak didik dalam mencapai
tujuan hidup secara efektif dan efisien. 17
Istilah pendidikan dalam kontek Islam pada umumnya mengacu kepada term
al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut term yang populer
digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah term al-tarbiyah. Sedangkan
term al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali digunakan. 18
Pengunaan istilah al-Tarbiyah berasal dari kata Rabb. Walaupun kata ini
memiliki banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukkan makna
tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian
atau eksistensinya. 19
Istilah al-Ta’dib menurut al-Attas adalah istilah yang paling tepat untuk
menunjukkan pendidikan Islam, yang berati pengenalan dan pengakuan yang
secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang
tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. 21
Terlepas dari perdebatan makna dari ketiga term di atas, secara terminologi,
para ahli pendidikan Islam telah mencoba memformulasi pengertian pendidikan
Islam, Di antara batasan yang variatif tersebut adalah:
17
Soleha dan Rada, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 15
18
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan historis, Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. ke-1, h. 25
19
Ibid., h. 25-26
20
Ibid., h. 27
21
Ibid., h. 30
16
Masih banyak lagi pengertian pendidikan Islam menurut para ahli, namun
dari sekian banyak pengertian pendidikan Islam yang dapat kita petik, pada
dasarnya pendidikan Islam adalah usaha bimbingan jasmani dan rohani pada
tingkat kehidupan individu dan sosial untuk mengembangkan fitrah manusia
berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya manusia ideal (insan
kamil)yang berkepribadian muslim dan berakhlak terpuji serta taat pada Islam
sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Jadi nilai-nilai
pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada pendidikan
Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup
manusia yaitu mengabdi pada Allah SWT. Nilai-nilai tersebut perlu ditanamkan
pada anak sejak kecil, karena pada waktu itu adalah masa yang tepat untuk
menanamkan kebiasaan yang baik padanya.
22
Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau, (Ciputat: Suara ADI &
UMJ Press, 2009), Cet. ke-1, h. 34-35
23
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet. ke-7, h.27
24
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012), Cet. ke-6,
h. 17
17
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu
tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan kuat. Karena
pendidikan merupakan bagian yang terpenting dari kehidupan manusia, yang
secara kodrati adalah insan pedagogik, maka acuan yang menjadi landasan bagi
pendidikan adalah nilai yang tertinggi dari pandangan hidup masyarakat di mana
pendidikan itu dilaksanakan. 25
Untuk itu, dikarenakan yang dibahas dalam penelitian ini adalah Pendidikan
Islam, maka yang menjadi pandangan hidup yang melandasinya adalah pandangan
yang Islami. Landasan iti terdiri dari Al-Qur’an dan Hadits (Sunnah Nabi
Muhammad SAW) yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al-maslahah al-
mursalah, istihsan, qiyas dan sebagainya. 26
a. Al-Qur’an
besar yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut dengan
aqidah dan yang berhubungan dengan aktivitas manusia yang disebut dengan
syari’ah. 29
b. Hadits (Sunnah)
Hadits (Sunnah) adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam setelah
Al-Qur’an. Apa yang disebut dalam Al-Qur’an dijelaskan atau dirinci lebih
lanjut oleh Rasulullah dengan sunnah beliau. Secara sederhana, Hadits
(Sunnah) merupakan jalan atau cara yang pernah dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW dalam perjalanan kehidupannya menjalankan dakwah
Islam.
Contoh yang diberikan beliau dapat dibagi kepada tiga bagian; Pertama,
hadits qauliyat, yaitu yang berisikan pernyataan dan persetujuan Nabi
Muhammad SAW. Kedua, hadits fi’liyyat, yaitu yang berisi tindakan dan
perbuatan yang pernah dilakukan Rasulullah. Ketiga, hadits taqririat, yaitu
yang merupakan persetujuan Rasulullah atas tindakan dan peristiwa yang
terjadi. 31 Secara singkat para ahli Hadits mengidentifikasikan Hadits
29
Soleha dan Rada, op. cit., h. 27
30
Daradjat, op. cit., h. 19
31
Soleha dan Rada, op. cit., h. 29
19
Seperti Al-Qur’an, Hadits (Sunnah) juga berisi aqidah dan syari’ah. Ada
tiga peranan Hadits (Sunnah) disamping Al-Qur’an sebagai sumber agama
dan ajaran Islam. Pertama, menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat
dalam Al-Qur’an. Misalnya, mengenai shalat. Di dalam Al-Qur’an ada
ketentuan mengenai shalat, ketentuan itu ditegaskan lagi pelaksanaannya
dalam sunnah Rasulullah. 33
32
Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007), h. 60
33
Daud Ali, op. cit., h. 112
34
Ibid., h.. 113
35
Ibid., h. 113
36
Daradjat, op. cit., h. 21
20
c. Ijtihad
Sebagaimana diketahui bahwa sumber nilai dan ajaran Islam adalah Al-
Qur’an dan Hadits (sunnah). Namun demikian untuk menetapkan hukum atau
tuntutan suatu perkara adakalanya di dalam Al-Qur’an dan Hadits tidak
terdapat keterangan yang nyata-nyata menjelaskan suatu perkara yang akan
ditetapkan hukumnya. Melihat fenomena demikian, ajaran Islam
membenarkan suatu langkah untuk menetapkan hukum perkara dengan jalan
ijtihad, sebagai sarana ilmiah untuk menetapkan sebuah hukum.
Secara etimologi, ijtihad diambil dari kata al-jahd atau al-juhd, yang
berarti al-musyaqat (kesulitan dan kesusahan) dan ath-thaqat (kesanggupan
dan kemampuan). 37 Adapun definisi ijtihad secara terminologi cukup
beragam dikemukakan oleh para ahli. Namun secara umum adalah berpikir
dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam
untuk menetapkan/menentukan sesuatu hukum syariat Islam dalam hal-hal
yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan Hadits
(Sunnah). 38
Eksistensi ijtihad sebagai salah satu sumber ajaran Islam setelah Al-
Qur’an dan Hadits, merupakan dasar hukum yang sangat dibutuhkan setiap
waktu guna mengantarkan manusia dalam menjawab berbagai tantangan
zaman yang semakin mengglobal dan mendunia.
37
Syafe’i, op. cit., h. 97
38
Daradjat, op. cit., h. 21
39
Soleha dan Rada, op. cit., h. 37
21
Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau
kegiatan selesai dan memerlukan usaha dalam meraih tujuan tersebut. Maka
pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui
tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan maka tujuan pendidikan bertahap dan
bertingkat.
a. Tujuan Tertinggi/Terakhir
Tujuan ini sejalan dengan tujuan hidup dan penciptaan manusia, yaitu
semata-mata untuk beribadah kepada Allah Swt. Dalam hal ini pendidikan
harus memungkinkan manusia memahami dan menghayati tentang
Tuhannya sedemikian rupa, sehingga semua peribadahannya dilakukan
dengan penuh penghayatan dan kekhusu’an terhadap-Nya, melakukan
seremoni ibadah dan tunduk senantiasa pada syari’ah dan petunjuk Allah
Swt. 40
b. Tujuan umum
Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu
meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku,
penampilan, kebiasaan dan pandangan. 42 Tujuan umum berfungsi sebagai arah
yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap,
perilaku dan kepribadian peserta didik.
Salah satu formulasi dan realisasi diri sebagai tujuan pendidikan yang
bersifat umum ialah rumusan yang disarankan oleh Konferensi Internasional
Pertama tentang pendidikan Islam di Mekkah 8 April 1977 sebagi berikut:
c. Tujuan khusus
41
Ibid.
42
Daradjat, op. cit., h. 21
43
Ramayulis, op. cit., h. 30
23
Islam sangat mengakui adanya perbedaan individu dalam hal minat, bakat
dan kemampuan.
44
Ibid., h. 33
24
1. Nilai-nilai Aqidah
öΝÍκŦàΡr& #’n?tã öΝèδy‰pκô−r&uρ öΝåκtJ−ƒÍh‘èŒ óΟÏδÍ‘θßγàß ⎯ÏΒ tΠyŠ#u™ û©Í_/t .⎯ÏΒ y7•/u‘ x‹s{r& øŒÎ)uρ
ô⎯tã $¨Ζà2 $¯ΡÎ) Ïπyϑ≈uŠÉ)ø9$# tΠöθtƒ (#θä9θà)s? χr& ¡ !$tΡô‰Îγx© ¡ 4’n?t/ (#θä9$s% ( öΝä3În/tÎ/ àMó¡s9r&
45
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda karya,
1993), h. 242
46
Alim, op. cit., h. 124.
47
Ibid.
25
Karakteristik aqidah Islam bersifat murni, baik dalam isi, maupun prosesnya,
dimana hanyalah Allah yang wajib diyakini, diakui dan disembah. 49 Keyakinan
tersebut sedikit-pun tidak boleh dialihkan kepada yang lain, karena akan berakibat
penyekutuan (musyrik) yang berdampak pada motivasi ibadah yang tidak
sepenuhnya didasarkan atas panggilan Allah.
Aqidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai
Tuhan yang wajib disembah; ucapan dalam lisan dalam bentuk dua kalimah
syahadat; dan perbuatan dengan amal saleh. Dengan demikian, aqidah Islam
bukan hanya sekedar keyakinan dalam hati, melainkan pada tahap selanjutnya
harus menjadi acuan dasar dalam bertingkah laku dan berbuat yang pada akhirnya
akan membuahkan amal saleh.
Lebih lanjut, Abu A’la al-Maududi yang dikutip oleh Muhammad Alim
dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Agama Islam, menyebutkan pengaruh
aqidah sebagai berikut:
õ8Îô³ç„ ⎯tΒuρ 4 â™!$t±o„ ⎯yϑÏ9 y7Ï9≡sŒ tβρߊ $tΒ ãÏøótƒuρ ⎯ÏμÎ/ x8uô³ç„ βr& ãÏøótƒ Ÿω ©!$# ¨βÎ)
51
Departemen Agama RI,op. cit., h. 87
27
2. Nilai-nilai Ibadah
Secara harfiah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah SWT., karena
didorong dan dibangkitkan oleh aqidah tauhid. Majelis Tarjih Muhammdiyah
mendefinisikan ibadah sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah dengan
mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya, dan mengamalkan
segala yang diizinkan-Nya. 52
Ketentuan ibadah termasuk salah satu bidang ajaran Islam dimana akal
manusia tidak berhak ikut campur, melainkan hak dan otoritas milik Allah
sepenuhnya. Kedudukan manusia dalam hal ini mematuhi, mentaati,
melaksanakan dan menjalankannya dengan penuh ketundukan sebagai bukti
pengabdian dan rasa terima kasih kepada-Nya.
Di dalam Islam nilai ibadah tidak hanya sebatas ritual pada hari atau tempat-
tempat tertentu saja, akan tetapi lebih luas lagi. Karena pemahaman nilai Ibadah
dalam Islam adalah juga mencakup segala perkataan dan perbuatan dalam
kehidupan sehari-hari yang dikerjakan secara ikhlas semata hanya ingin mendapat
ridha dari Allah SWT. Menuntut ilmu, mendidik & membesarkan anak, bekerja
keras mencari nafkah untuk keluarga, bahkan menyingkirkan duri dari jalanan-
pun bisa mempunyai nilai ibadah jika perbuatan-perbuatan tersebut didasari
keikhlasan hanya untuk mencari keridhaan Allah.
Ibnu Taimiyah dalam bukunya yang berjudul al-‘Ubudiyah, menjelaskan
cakupan dan bentuk-bentuk ibadah, antara lain menulis; “Ibadah adalah sebutan
yang mencakup segala sesuatu yang disukai dan diridhai oleh Allah SWT. dalam
bentuk ucapan dan perbuatan batin dan lahir, seperti shalat, puasa, haji, kebenaran
dalam berucap, kebaktian kepada orang tua, silaturahim, dan lain-lain.” 56
3. Nilai-nilai Akhlak
55
Umay M. Dja’far Shiddieq, Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah,
(http://umayonline.wordpress.com), diakses pada tanggal 12 juli 2014.
56
Shihab, op. cit., h. 177
29
Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa arabyang berarti perangai, tabiat,
adat (yang diambil dari kata dasar khuluqun) atau kejadian, buatan, ciptaan
(diambil dari kata dasar khalqun). 57 Adapun pengertian akhlak secara terminologi,
para ulama telah banyak mendefinisikan, diantaranya Imam al-Ghazali dalam
kitabnya Ihya’ Ulum al-Din menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran tingkah
laku dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 58
Sedangkan akhlak menurut konsep Ibnu Maskawaih dalam bukunya
Tahdzibul Akhlak adalah sikap yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (lagi).59
Akhlak adalah merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang
kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan. Secara historis dan teologis
akhlak tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup manusia agar selamat
dunia dan akhirat.
Akhlak terbagi menjadi dua macam; yaitu akhlak mahmudah (akhlak terpuji)
dan akhlak madzmumah (akhlak tercela).
a. Akhlak Mahmudah (terpuji)
Akhlak mahmudah (terpuji) amat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi
hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang
terpuji tersebut dapat dibagi kepada empat bagian.
1) Akhlak terhadap Allah
Titik tolak Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa
tiada tuhan melainkan Allah swt. Dia memiliki sifat-sifat terpuji yang
manusia tidak mampu menjangkau hakikat-Nya. 60
D. Konsep Novel
1. Pengertian Novel
Karya sastra dapat digolongkan sebagai salah satu sarana pendidikan dalam
arti luas. Pendidikan dalam arti ini tidak terbatas pada buku-buku teks (text book)
pelajaran dan kurikulum yang diajarkan di sekolah, namun dapat berupa apa saja,
61
Ardani, op. cit., h. 80
62
Ibid., h. 49
31
termasuk karya sastra, baik yang berbentuk novel, cerpen, puisi, pantun,
gurindam, dan bentuk karya sastra lainnya.
Dunia kesusastraan secara garis besar mengenal tiga jenis teks sastra, yaitu:
a. Teks monolog (puisi), adalah Adalah tulisan atau salah satu hasil karya
sastra yang berisi pesan yang memiliki arti yang luas. Untuk mengetahui
makna yang terkandung di dalam sebuah puisi, seseorang perlu
mengartikan dan memahami betul secara detail maksud kata-kata yang ada
dalam bait-bait puisi.
b. Teks dialog (drama), adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog,
yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan
action di hadapan penonton (audience)
c. Teks naratif (prosa) adalah suatu jenis tulisan yang berbeda dengan puisi
karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, sertabahasanya
yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa
Latin "prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya
digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide.Salah satu dari
ragam prosa adalah novel. 63
Kata novel berasal dari bahasa latin, novus (baru). Sedangkan dalam bahasa
italia novel disebut novella, kemudian masuk ke Indonesia menjadi novel, yaitu
suatu proses naratif yang lebih panjang dari pada cerita pendek (cerpen), yang
biasanya memamerkan tokoh-tokoh atau pristiwa imajiner. Novel merupakan
karangan sastra prosa panjang dan mengundang rangkaiaan cerita kehidupan
seseorang dengan orang-orang di sekitar dengan cara menonjolkan sifat dan watak
tokoh-tokoh itu. 64
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel diartikan sebagai “karangan
prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang
dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap
pelaku. 65
Novel menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya
dengan lingkungan, diri sendiri, serta dengan Tuhan. Novel merupakan hasil
dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan
kehidupannya. Walau berupa khayalan, tidak benar jika novel dianggap sebagai
63
Guru Basindomd, jenis-karya-sastra-indonesia, (http://basindomd.blogspot.com), diakses
pada tanggal 28 Mei 2015.
64
Bitstream, Pengertian Novel, (http://repository.usu.ac.id), diakses pada tanggal 14 Juli
2014.
65
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, op. cit., h. 1079
32
hasil kerja lamunan belaka, melainkan penuh penghayatan dan perenungan secara
intens terhadap hakikat hidup dan kehidupan, serta dilakukan dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab. 66
Bagi pembaca, kegiatan membaca karya fiksi seperti novel berarti menikmati
cerita dan menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. “Melalui sarana
cerita inilah pembaca secara tidak langsung dapat belajar, merasakan, dan
menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang secara sengaja ditawarkan
oleh pengarang”. 67 Oleh karena itu, cerita, fiksi, atau karya sastra pada umumnya
sering dianggap dapat membuat manusia menjadi lebih arif, atau dapat dikatakan
sebagai memanusiakan manusia.
2. Macam-Macam Novel
Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia. Bentuk
sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada
masyarakat. Novel mampu menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi
sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan
berbagai peristiwa rumit yang terjadi beberapa tahun silam secara lebih
mendetail. 68 Adapun menurut jenisnya, novel digolongkan kedalam beberapa jenis
diantaranya sebagai berikut:
a. Novel Populer, merupakan jenis sastra populer yang menyuguhkan
problematika kehidupan yang berkisar pada cinta, asmara yang bertujuan
untuk menghibur.
b. Novel Literer, merupakan jenis sastra yang menyajikan persoalan-
persoalan kehiduan manusia.
c. Novel Picisan, merupakan jenis karya sastra yang menyuguhkan cerita
tentang percintaan yang terkadang tidak sedikit menjurus ke pornografi.
Jenis karya sastra ini bernilai rendah, ceritanya cendrung cabul, alurnya
datar.
66
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta Gadjah Mada University Press,
2010), Cet. VII,h. 3
67
Ibid., h. 4
68
Robert Stanton, Teori Fiksi Robert Stanton, Terj. dari An Introduction to Fiction oleh
Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 90
33
3. Unsur-unsur Novel
Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyeluruhan yang
bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-
unsur, yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling
menggantungkan. Adapun Unsur-unsur yang terkandung di dalam novel antara
lain sebagai berikut:
a. Unsur Instrinsik
Unsur Instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan novel hadir sebagai karya
sastra. Unsur instrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara
langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan unsur instrinsik inilah
yang membuat sebuah novel berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari
sudut pandang pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika
membaca sebuah novel. Unsur yang dimaksud adalah:tema, alur/plot, tokoh,
latar/setting dan sudut pandang. 70
1) Tema
Tema dipahami sebagai gagasan (ide) utama atau makna utama sebuah
tulisan. Tema adalah sesuatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis
melalui karangannya 71 . Ia selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman
69
Anne Ahira, Berkenalan Dengan Jenis-Jenis Novel, (http://anneahira.com), diakses pada
tanggal 14 Juli 2014.
70
Nurgiyantoro, op. cit., h. 23
71
Nini Ibrahim, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Depok: UHAMKA PRESS,
2009), cet.ke-2, h.136
34
2) Alur/Plot
Secara umum, alur/plot merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa
dalam sebuah novel. 72 Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu alur maju
(progresif) yaitu apabila pristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan
urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur yaitu terjadi
kaitannya dengan pristiwa yang sedang berlangsung.
3) Tokoh
Tokoh cerita adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif,
atau drama yang oleh pembaca memiliki kualitas moral dan memiliki
kecendrungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa
yang dilakukan dari tindakan. Menurut Abrams yang dikutip oleh Burhan
Nurgiyantoro dalam bukunya Teori Pengkajian Fiksi, Tokoh cerita adalah
orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh
pembaca memiliki kualitas moral dan memiliki kecendrungan tertentu
seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dari
tindakan. 73 Secara lebih mudahnya, istilah tokoh menunjukkan pada
orangya atau pelaku cerita.
4) Latar/Setting
Latar atau setting adalah penggambaran suatu tempat dan waktu serta
suasana terjadinya peristiwa. Latar tidak hanya sebagai background saja,
tetapi juga dimaksudkan mendukung unsur cerita lainya. Dalam bukunya
Burhan Nurgiyantoro dijelaskan bahwa latar atau setting disebut juga
sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu
72
Stanton, op. cit., h. 26
73
Nurgiyantoro, op. cit., h. 165
35
5) Sudut Pandang
Yang dimaksud dengan sudut pandang adalah dimana ‘pembaca’
memiliki posisi yang berbeda, memiliki hubungan yang berbeda dengan
setiap peristiwa dalam tiap cerita. ‘Posisi’ ini, pusat kesadaran tempat
pembaca dapat memahami setiap peristiwa dalam cerita, dinamakan sudut
pandang. 76
Tempat dan sifat sudut pandang tidak muncul semerta-merta.
Pengarang harus memilih sudut pandangnya dengan hati-hati agar cerita
yang diutarakannya menimbulkan efek yang pas bagi pembaca.
b. Unsur Ekstrinsik
Unsur Ekstrinsik adalah unsur-unsur di luar karya sastra, tetapi secara
tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra.
Namun ia sendiri tidak ikut menjadi bagian didalamnnya. Walau demikian
unsur ekstrinsik cukup berpengaruh (untuk dikatakan: cukup menentukan)
terhadap totalitas terhadap bangun cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu
unsur ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap dipandang sebagai suatu yang
penting.
74
Ibid.,h. 217
75
Ibid., h. 227
76
Stanton, op. cit., h. 53
36
77
Novel Sekolah, Pengertian Novel, (http://fantastic007.file.wordpress.com), diakses pada
tanggal 14 Juli 2014.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
37
38
sementara. 78 Dalam penelitian ini, peneliti menggunkan dua ciri, yaitu: manusia
sebagai alat atau instrumen, maksudnya peneliti sendiri atau dengan bantuan
orang lain merupakan alat pengumpul data utama dan ciri kedua, deskriptif, yakni
data yang dikumpulkan berupa kata-kata.
B. Sumber Data
c. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. 79 Data primer merupakan literatur yang membahas secara
langsung objek permasalahan pada penelitian ini yaitu novel Negeri 5
Menara karya A. Fuadi.
d. Data Sekunder
78
Lexy J. Moleong, MetodologiPenelitiKualitatif, (Bandung: RemajaKarya, 2012), Cet. ke-
30, h. 8-13
79
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 308
80
Ibid., h. 308
39
D. Instrumen Penelitian
pengumpulan data, analisis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelopor hasil
penelitian. 85
2. Metode Deskriptif
Yaitu suatu cara yang digunakan untuk membahas objek penelitian secara apa
adanya berdasarkan data-data yang diperoleh.adapun teknik deskriptif yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. 87 Dengan analisis
kualitatif akan diperoleh gambaran sistematik mengenai isi suatu dokumen.
Dokumen tersebut diteliti isinya kemudian diklasifikasikan menurut kriteria atau
pola tertentu. Yang hendak dicapai dalam analisis ini adalah menjelaskan pokok-
pokok penting dalam sebuah manuskrip atau dokumen.
85
Moleong,op. cit., h.121
86
Suwardi Endraswa, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Medpress, 2008), h. 160
87
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), Cet. ke-
4, h. 36
41
88
Moleong, op. cit., h. 327
89
Ibid., h. 330
42
BAB IV
42
43
Dengan membaca pembuka novel ini, dapat dengan mudah kita menerka
nuansa apa yang akan kita rasakan sampai pada selesainya novel ini,yaitu nuansa
Islam. Pembukaan ini merupakan pembukaan yang baik di mana pembaca dapat
berharap banyak dan berimajinasi akan jadi apa Alif ini. Pemimpin negara? Atau
pemimpin besar agama?, Sayangnya sampai akhir, penulis kurang mampu
memperlihatkan dinamika dalam cerita. Klimaks cerita kurang menonjol sehingga
pembaca merasa dinamika cerita sedikit datar. Setelah selesai membaca, pembaca
akan merasa cerita belum selesai setuntas-tuntasnya. Hal ini mungkin disebabkan
karena penulis mendasarkan ceritanya pada kisah nyata dan tidak ingin melebih-
lebihkannya. Mungkin akan lebih baik jika penulis membuat konflik-konflik yang
lebih tegang atau menuliskan ending yang lebih memukau pembaca.
Kelebihan novel ini adalah mengubah pola pikir kita tentang kehidupan
pondok yang hanya belajar agama saja. Karena dalam novel ini selain belajar ilmu
agama, ternyata juga belajar ilmu umum seperti bahasa inggris, arab, kesenian dll.
Pelajaran yang dapat dipetik adalah jangan pernah meremehkan sebuah impian
setinggi apapun itu, karena Allah Maha mendengar doa dari umat-Nya.
Satu lagi kelebihan novel ini. Pembaca tidak akan bosan membaca kehidupan
di pondok karena penulis rupaya menggunakan alur campuran. Ia memulai cerita
dengan mengambil setting Alif yang sudah bekerja lalu mulai masuk ke dalam
ingatan-ingatan Alif akan kehidupannya dulu di Pondok Madani. Setelah cukup
panjang menceritakan tentang pondok, ia mulai beralih lagi ke kehidupan Alif
masa sekarang.
Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di
luar ranah Minangkabau. Alif dari kecil sudah bercita-cita ingin menjadi B.J
Habibie, maka dari itu selepas tamat SMP Alif sudah berencana melanjutkan
sekolah ke SMU negeri di Padang yang akan memuluskan langkahnya untuk
kuliah di jurusan yang sesuai. Namun, Amak menginginkan Alif jadi penerus
Buya Hamka, membuat mimpi Alif kandas.
44
Awalnya Alif setengah hati menjalani pendidikan dipondok karena dia harus
merelakan cita-citanya yang ingin kuliah di ITB dan menjadi seperti Habibie.
Namun kalimat bahasa Arab yang didengar Alif dihari pertama di PM (Pondok
Madani) mampu mengubah pandangan Alif tentang melanjutkan pendidikan di
Pesantren sama baiknya dengan sekolah umum. "Mantera" sakti yang diberikan
kiai Rais (pimpinan pondok) man jadda wajada; siapa yang bersungguh-sungguh
pasti berhasil. Dan Alif pun mulai menjalani hari-hari di pondok dengan ikhlas
dan bersungguh-sungguh.
Di PM Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid
dari Sumenep, Atang dari Bandung dan si jenius Baso dari Gowa, Sulawesi.
Ternyata kehidupan di PM tidak semudah dan sesantai menjalani sekolah biasa.
Hari-hari Alif dipenuhi kegiatan hafalan Al-Qur'an, belajar siang-malam, harus
belajar berbicara bahasa Arab dan Inggris di 6 Bulan pertama. Karena PM
melarang keras murid-muridnya berbahasa Indonesia, PM mewajibkan semua
murid berbahasa Arab dan Inggris. Belum lagi peraturan ketat yang diterapkan
PM pada murid yang apabila melakukan sedikit saja kesalahan dan tidak taat
peraturan yang berakhir pada hukuman yang tidak dapat dibayangkan
sebelumnya. Tahun-tahun pertama Alif dan ke-5 temannya begitu berat karena
harus menyesuaikan diri dengan peraturan di PM.
Hal yang paling berat dijalani di PM adalah pada saat ujian, semua murid
belajar 24 jam nonstop dan hanya beberapa menit tidur. Mereka benar-benar harus
45
mempersiapkan mental dan fisik yang prima demi menjalani ujian lisan dan
tulisan yang biasanya berjalan selama 15 hari. Namun disela rutinitas di PM yang
super padat dan ketat. Alif dan ke-5 temannya selalu menyempatkan diri untuk
berkumpul di bawah menara masjid, sambil menatap awan dan memikirkan cita-
cita mereka ke depan.
Setelah lulus SMP dengan nilai terbaik Fuadi merantau ke Jawa untuk
mematuhi permintaan ibunya agar masuk sekolah agama. Ia memperdalam
ilmu agama serta bahasa Arab dan Inggris di Pondok Modern Darussalam
Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, selama empat tahun sampai lulus tahun
1992. 91 Di Pondok inilah Fuadi menemukan banyak pengalaman dan kisah
yang sangat membekas dalam dirinya. Sehingga menjadi inspirasi untuk
membukukan kisahnya di Gontor dalam buku Negeri 5 Menara.
92
Ibid.
93
Ibid.
48
1. Nilai Aqidah
a. Berserah diri kepada Allah dengan bertauhid
Salah satu dari prinsip aqidah Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan
bertauhid, yaitu menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan dan tempat
meminta. Lebih lanjut, tauhid adalah konsep aqidah Islam yang menyatakan
ke-Esa-an Allah. Baik ke-Esa-an dalam perbuatan-perbuatan yang hanya
dapat dilakukan Allah dan meng-Esa-kan Allah dalam segala macam ibadah
yang kita lakukan. Jadi, dari berbagai macam ibadah yang kita lakukan hanya
ditujukan untuk Allah semata.
Dalam lingkup penelitian ini konsep aqidah Islam tentang ketauhidan banyak
dijumpai dalam novel Negeri 5 Menara, antara lain sebagai berikut:
1) Berdo’a
Posisi paling mulia bagi kita di sisi Allah adalah ketika kita
menengadahkan tangan kepada-Nya untuk berdo’a dan memohon. Seperti
yang telah disabdakan Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang artinya:
“Tidak ada yang lebih mulia di sisi Allah selain do’a.” (HR. At-Turmudzi,
Ibnu Majah dan Ahmad). 94
Kutipan novel:
Maka selesai shalat Ashar berjamaah, aku terpekur lebih lama dan
memanjatkan doa sebagai seorang jasus yang “teraniaya” karena belum
menemukan pelanggar aturan. Aku dengan khusuk memohon Allah
memudahkan misi ini sehingga kehidupanku kembali tenang dan damai. 96
’ÎAyŠ$t6Ïã ô⎯tã tβρçÉ9õ3tGó¡o„ š⎥⎪Ï%©!$# ¨βÎ) 4 ö/ä3s9 ó=ÉftGó™r& þ’ÎΤθãã÷Š$# ãΝà6š/u‘ tΑ$s%uρ
95
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir & Do’a, (Ciputat: Lentera Hati,
2006), Cet. ke-2, h. 177.
96
Fuadi, op. cit., h. 82
97
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2002),
h. 475
50
Dalam ayat tersebut telah jelas bahwa kita diperintahkan untuk berdo’a
hanya kepada Allah SWT. Memohon pertolongan dan menyerahkan segala
urusan hanya kepada-Nya bukan kepada yang lain-Nya. Berdo’a adalah
bagian dari bentuk ketaatan kepada Allah dan bentuk pemenuhan akan
perintah-Nya.
Lebih luas lagi, dengan berdoa secara tidak langsung kita telah mengakui
akan adanya Allah beserta sifat-sifat-Nya. Sebab, mustahil seseorang akan
berdo’a atau meminta jika yang diserunya itu tak diyakini ada. Dan juga
mengakui bahwa Allah Maha Mendengar dan Mengetahui. Sebab, mustahil
pula seseorang akan berdo’a dan meminta manakala ia tak meyakini bahwa
yang diserunya itu mampu mendengar dan memahami sebagaimana tak
mungkinnya seseorang mengutarakan hajat dan maksudnya kepada yang tak
mampu mendengar dan mengetahui isi pembicaraan.
Maka perlu kita ketahui bahwa berdo’a merupakan cara yang paling
ampuh untuk menanamkan akidah kepada anak-anak ataupun peserta didik
kita.
2) Tawakal
Setelah usaha dan do’a yang telah kita kerjakan sudah maksimal, maka
selanjutnya hal yang harus dilakukan adalah tawakal, menyerahkan semua
hasil usaha kita kepada Allah. Sebagaimana yang tertuang dalam novelNegeri
5 Menara, sebagai berikut:
Ya Allah telah aku sempurnakan semua usahaku dan doaku kepada-Mu.
Sekarang semuanya aku serahkan kepada-Mu. Aku tawakal dan ikhlas.
Mudahkanlah ujianku besok. Amin. 98
98
Fuadi, op. cit., h. 200
51
Ÿ≅yè_
y ô‰s% 4 ⎯ÍνÌøΒr& àÎ=≈t/ ©!$# ¨βÎ) 4 ÿ…çμç7ó¡ym uθßγsù «!$# ’n?tã ö≅©.uθtGtƒ ⎯tΒuρ …..
99
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 202
100
Departeman Agama RI, op. cit., h.559
52
Dalam novel Negeri 5 Menara juga telah ditemukan konsep akidah Islam
tentang ketaatan dan kepatuhan kepada Allah, terutama ketaatan dengan menjauhi
segala larangan-Nya.
1) Menjauhi perbuatan dosa
Salah satu indikasi seseorang beriman adalah senantiasa menjalankan
segala perintah Allah dan menjauhi semua yang dilarang-Nya. Karena
sejatinya, seorang hamba yang beriman akan selalu takut untuk melakukan
perbuatan dosa, hatinya akan bergetar dan seketika merasa lemah ketika
dihadapkan pada peluang untuk berbuat dosa, baik itu dosa kecil maupun
dosa besar.
Bahkan di dalam Al-Qur’an Allah telah menjanjikan tempat yang mulia di
akhirat kelak bagi orang yang mampu menjauhi perbuatan-perbuatan dosa.
Wξyzô‰•Β Νà6ù=Åzô‰çΡuρ öΝä3Ï?$t↔Íh‹y™ öΝä3Ψtã öÏes3çΡ çμ÷Ψtã tβöθpκ÷]è? $tΒ tÍ←!$t6Ÿ2 (#θç6Ï⊥tFøgrB βÎ)
∩⊂⊇∪ $VϑƒÌx.
101
Departemen Agama RI, op. cit., h. 84
102
Fuadi, op. cit., h. 128
53
Tabel 4.1
Nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel tentang Aqidah
No Nilai Akidah Kutipan Novel Keterangan
1 Berserah diri kepada Banyak yang berdo’a khusuk setelah Berdo’a
Allah dengan bertauhid Maghrib agar hari ini dia menjadi orang
terpilih menerima wesel. (Novel, hal. 71)
Aku dengan khusuk memohon Allah Berdo’a
memudahkan misi ini sehingga
103
Abu Syauqie al Mujaddid, Tips Agar Hafalan Tidak Mudah Hilang,
(http://www.solusiislam.com), diakses pada 27 April 2015.
104
Fuadi, op. cit., h. 139
105
Muhammad Ali Hasyimi, Apakah Anda Berkepribadian Muslim?, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1994), Cet. ke-9, h. 107.
54
2. Nilai Ibadah
Ibadah adalah suatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai
puncaknya sebagai dampak dari rasa pengagungan yang bersemai dalam lubuk
hati seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia tunduk. Rasa itu lahir akibat
adanya keyakinan dalam diri yang beribadah bahwa objek yang ditujukan ibadah
itu memiliki kekuasaan yang tidak dapat terjangkau hakikatnya. 106
Maksimal yang dapat diketahui adalah bahwa yang disembah itu dan yang
kepadanya tertuju ibadahnya itu adalah Dia yang menguasai jiwa raganya, namun
Dia berada di luar jangkauannya. 107
106
M. Quraish Shihab, Menjawab - 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui, (Jakarta,
Lentera Hati, 2008), h. 3.
107
Ibid.
55
a. Ibadah Mahdhah
1) Shalat
Shalat merupakan wujud ketaatan seorang makhluk kepada penciptanya
yaitu Allah SWT. Shalat merupakan salah satu ibadah yang wajib dikerjakan
hr6ikaum muslimin yang sudah baligh. Hal ini didasarkan pada dalil-dalil
dalam bentuk perintah dalam Al-Qur’an dan Hadits. Diantara dalil-dalil
tersebut adalah fieman Allah:
sakitnya tersebut menghalangi untuk ikut shalat berjamaah, akan tetapi tidak
menggugurkan kewajibannya untuk tetap mendirikan shalat.
Disamping shalat fardhu, A. Fuadi juga menyampaikan konsep pendidikan
Islam tentang ibadah shalat sunnah yaitu shalat tahajud.
Aku membentang sajadah dan melakukan shalat Tahajud.Di akhir rakaat,
aku benamkan ke sajadah sebuah sujud yang panjang dan dalam. 111
111
Ibid., h. 197
112
Said bin Ali, Rahasia Qiyamul Lail, Terj. dari Qiyamullail: Fadhluhu, wa adabuhu wal
asbab al-mu’inah alaihi fi dhau’ al-kitab was Sunnah oleh Ahmad Syaikhu, (Jakarta: Darul Haq,
2003), h. 3
113
Ibid., h. 8-18.
57
©!$# (#θà)−Gu‹ù=sù öΝÎγøŠn=tæ (#θèù%s{ $¸≈yèÅÊ Zπ−ƒÍh‘èŒ óΟÎγÏù=yz ô⎯ÏΒ (#θä.ts? öθs9 š⎥⎪Ï%©!$# |·÷‚u‹ø9uρ
114
Departemen Agama RI, op. cit., h. 79
115
Fuadi, op. cit., h. 8
58
2) Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi muslim, baik laki-laki maupun
perempuan.Karena pentingnya menuntut ilmu, sebagian ulama ada yang
mengatakan bahwa menuntut ilmu itu seperti jihad di jalan Allah. Hal ini
senada dengan kutipan dalam novel Negeri 5 Menara, sebagai berikut:
“Baik-baik di rantau urang, Nak, Amak percaya ini perjalanan untuk
membela agama. Belajar ilmu agama sama dengan berjihad di jalan
Allah,” kata beliau. 116
116
Ibid., h. 14
59
tβθè=yϑ÷ès? $yϑÎ/ ª!$#uρ 4 ;M≈y_u‘yŠ zΟù=Ïèø9$# (#θè?ρé& t⎦⎪Ï%©!$#uρ öΝä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# ª!$# Æìsùötƒ
∩⊇⊇∪ ×Î7yz
Artinya: “...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah:
11) 117
Dalam kutipan lain disebutkan:
Bujukan mereka agar tetap tinggal di kampung telah kukalahkan dengan
argumen berbahasa Arab yang terdengar gagah, “uthlubul ilma walau
bisshin”, artinya “tuntutlah ilmu, bahkan walau ke negeri sejauh
Cina”. 118
Tabel 4.2
Nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel tentang Ibadah
No Nilai Ibadah Kutipan Novel Keterangan
1 Ibadah Mahdhah Shalat Maghrib di masjid jami’ Shalat
dihadiri seluruh penduduk sekolah.
117
Departemen Agama RI, op. cit., h. 544
118
Fuadi, op. cit., h. 17
60
3. Nilai Akhlak
Akhlak merupakan merupakan salah satu dari pilar ajaran Islam yang
memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah yang
dihasilkan dari proses menerapkan aqidah dan syari’ah/ibadah. Ibarat pohon,
akhlak merupakan buah kesempurnaan dari pohon tersebut setelah akar dan
batangnya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada diri seseorang
jika tidak memiliki aqidah dan syari’ah yang baik.
a. Akhlak kepada Allah
1) Bersyukur
61
’Î1#x‹tã ¨βÎ) ÷ΛänöxŸ2 ⎦È⌡s9uρ ( öΝä3¯Ρy‰ƒÎ—V{ óΟè?öx6x© ⎦È⌡s9 öΝä3š/u‘ šχ©Œr's? øŒÎ)uρ
∩∠∪ Ó‰ƒÏ‰t±s9
Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7) 119
Perlu kita ketahui bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini baik yang
kita miliki maupun yang tidak kita miliki semua itu merupakan pemberian
dan anugerah dari Allah. Maka sudah sepantasnya bagi kita untuk
mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah tersebut. Dan dengan
bersyukur pula kadar keimanan kita kepada Allah SWT akan semakin
bertambah kuat. Karena dengan bersyukur akan senantiasa mengingatkan
kepada kita bahwa semua yang ada di dunia ini adalah titipan dari Allah
sebagai rahmat kita.
⎯ÏΒ (#θäótGö;tGÏ9uρ ⎯ÍνÌøΒr'Î/ Ïμ‹Ïù à7ù=àø9$# y“ÌôftGÏ9 tóst7ø9$# â/ä3s9 t¤‚y™ “Ï%©!$# ª!$# *
ÇÚö‘F{$# ’Îû $tΒuρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ’Îû $¨Β /ä3s9 t¤‚y™uρ ∩⊇⊄∪ tβρãä3ô±s? ö/ä3¯=yès9uρ ⎯Ï&Î#ôÒsù
121
Fuadi, op. cit., h. 71
122
Ibid., h. 80
123
Ibid., h. 395
124
Khalil Al-Musawi, Bagaimana Membangun Kepribadian Anda: Resep-resep Sederhana
dan Mudah Membentuk Kepribadian Islam Sejati, Terj. dari Kaifa Tabni Syakhshiyyatah oleh
Ahmad Subandi, (Jakarta: PT. LENTERA BARSITRAMA, 1999), h. 30
63
2) Ikhlas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ikhlas diartikan sebagai “tulus
(dengan hati yang bersih dan jujur). 125 Dalam Al-Qur’an juga dapat kita
lihat tentang konsep ikhlas, antara lain di surat Al-Bayyinah ayat 5.
(#θè?÷σãƒuρ nο4θn=¢Á9$# (#θßϑ‹É)ãƒuρ u™!$xuΖãm t⎦⎪Ïe$!$# ã&s! t⎦⎫ÅÁÎ=øƒèΧ ©!$# (#ρ߉ç6÷èu‹Ï9 ωÎ) (#ÿρâÉΔé& !$tΒuρ
4’n1öà)ø9$# “É‹Î/uρ $YΖ≈|¡ômÎ) È⎦ø⎪t$Î!≡uθø9$$Î/uρ ( $\↔ø‹x© ⎯ÏμÎ/ (#θä.Îô³è@ Ÿωuρ ©!$# (#ρ߉ç6ôã$#uρ *
tβ%Ÿ2 ⎯tΒ =Ïtä† Ÿω ©!$# ¨βÎ) 3 öΝä3ãΖ≈yϑ÷ƒr& ôMs3n=tΒ $tΒuρ È≅‹Î6¡¡9$# È⎦ø⌠$#uρ É=/Ζyfø9$$Î/
128
Departemen Agama RI, op. cit., h. 85
65
Begitulah, aku diajarkan untuk selalu berbakti kepada orang tua, dan
yang lebih utama adalah ibu. Amak bagiku adalah junjungan dan bos
besar. Beliau juga penguasa pintu masuk surga bagiku. 130
129
Fuadi, op. cit., h. 70
130
Ibid., h. 141
131
Ibid., h. 363
132
Departeman Agama RI, op. cit., h. 285
66
Ëx|¡øtƒ (#θßs|¡øù$$sù ħÎ=≈yfyϑø9$# †Îû (#θßs¡¡xs? öΝä3s9 Ÿ≅ŠÏ% #sŒÎ) (#þθãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ
t⎦⎪Ï%©!$#uρ öΝä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# ª!$# Æìsùötƒ (#ρâ“à±Σ$$sù (#ρâ“à±Σ$# Ÿ≅ŠÏ% #sŒÎ)uρ ( öΝä3s9 ª!$#
Pada bagian ini, A. Fuadi menampilkan sosok Baso yang selalu gigih
dan giat dalam belajar. Hal ini terbukti dengan kesediaan dirinya untuk
meninggalkan waktu olahraga hanya untuk menyibukkan dirinya dalam
membolak-balikkan buku pelajaran guna meneliti dan memeriksa kembali
jawaban-jawaban dia pada ujian yang telah dilewatinya. Bahkan teman-
temannya di sahibul menara merasa heran dan takjub terhadap sifat giat
belajar yang dipegang teguh oleh Baso.
Semangat belajar sebagaimana yang ditunjukkan tokoh Baso sangat
perlu untuk terus dikembangkan dikalangan peserta didik. Sebab tanpa
semangat belajar yang tinggi sukar untuk meraih prestasi yang gemilang.
2) Tanggung jawab
Ajaran Islam sangat menjunjung tinggi tanggung jawab seseorang.
Tanggung jawab ada hubungannya dengan hak dan kewajiban. Seorang
suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas
semua keluarganya. Orang-orang yang kaya bertanggung jawab atas
semua harta yang dimilikinya. Dan pada hakikatnya kita semua adalah
pemimpin dan bertanggung jawab atas diri kita sendiri.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:
y7Íׯ≈s9'ρé& ‘≅ä. yŠ#xσàø9$#uρ u|Çt7ø9$#uρ yìôϑ¡¡9$# ¨βÎ) 4 íΟù=Ïæ ⎯ÏμÎ/ y7s9 }§øŠs9 $tΒ ß#ø)s? Ÿωuρ
134
Fuadi, op. cit., h. 206
135
Departemen Agama RI, op. cit., h. 286
68
Ayat tersebut menjelaskan bahwa setiap apa yang kita perbuat kelak
akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Allah. Dalam novel Negeri
5 Menar, A. Fuadi juga menyampaikan sebuah pesan tentang pertanggung
jawaban, sebagai berikut.
Said dan Raja bahkan dengan gagah berani menyatakan siap
membantu untuk menjadi asisten jasus. Tapi aku berpikir, tidak adil
kalau mereka menjalankan bagian dari hukuman yang aku terima.
Kesalahan pribadi harus dibayar sendiri-sendiri. 136
/ä3În/u‘ 4’n<Î) §ΝèO 4 3“t÷zé& u‘ø—Íρ ×οu‘Η#uρ â‘Ì“s? Ÿωuρ 4 $pκön=tæ ωÎ) C§øtΡ ‘≅à2 Ü=Å¡õ3s? Ÿωuρ
136
Fuadi, op. cit., h. 81
137
Departeman Agama RI, op. cit., h. 151
69
3) Disiplin
Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu
sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah
dan peraturan yang berlaku. Dengan lebih sederhananya, disiplin adalah
sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa
pamrih.
Dalam ajaran Islam banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan untuk
disiplin, salah satunya dalam surat An-Nisa’ ayat 59.
( óΟä3ΖÏΒ ÍöΔF{$# ’Í<'ρé&uρ tΑθß™§9$# (#θãè‹ÏÛr&uρ ©!$# (#θãè‹ÏÛr& (#þθãΨtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ
Tidak ada yang bicara diantara kami bertiga. Said yang gagah perkasa
tak kuasa menegakkan basan. Atang hanya dapat menunduk seakan
kepala seberat batu karang. Aku sendiri bertarung dengan rasa malu.
138
Ibid., h. 88
139
Fuadi, op. cit., h. 60
140
Ibid., h. 353
70
“Semoga ini menjadi pelajaran buat kalian seumur hidup, dan kalian
ikhlas menerima hukuman ini,” pesan Ustad Torik melepas kami di
pintu kantornya. 141
( $yϑÍκÍ5 4’n<÷ρr& ª!$$sù #ZÉ)sù ÷ρr& $†‹ÏΨxî ï∅ä3tƒ βÎ) 4 t⎦⎫Î/tø%F{$#uρ È⎦ø⎪y‰Ï9≡uθø9$# Íρr& öΝä3Å¡àΡr&
$yϑÎ/ tβ%x. ©!$# ¨βÎ*sù (#θàÊÌ÷èè? ÷ρr& (#ÿ…âθù=s? βÎ)uρ 4 (#θä9ω÷ès? βr& #“uθoλù;$# (#θãèÎ7−Fs? Ÿξsù
terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia
kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari
kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan
menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui
segala apa yang kamu kerjakan. (QS. An-Nisa’: 135) 142
142
Departemen Agama RI, op. cit., h. 101
143
Fuadi, op. cit., h. 139
144
Ali Hasyimi, op. cit., h. 147
72
2) Saling menghormati
Dalam Islam, sikap menghormati dan menghargai orang lain
merupakan identitas seorang muslim sejati. Seorang yang mengakui
dirinya muslim, wajib menghormati dan menghargai orang lain. Baginda
Rasulullah SAW menjelaskan.
“Tidak termasuk golongan umatku orang yang tidak menghormati
mereka yang lebih tua dan tidak mengasihi mereka yang lebih muda
darinya, serta tidak mengetahui hak-hak orang berilmu.” (HR. Ahmad) 145
Dalam novel Negeri 5 Menara, A. Fuadi juga menyampaikan pesannya
tentang konsep pendidikan Islam yaitu saling menghormati. Sebagai
gambaran maka penulis tampilkan kutipan dalam novel tersebut.
Demi menghormati sang ketua kelas dan ketua kamar yang paling
berumur, kami terpaksa mengekor langkahnya. Menuju masjid lurus,
tapi kemudian berbelok ke sebelah kanan menyamping dari masjid. 146
145
Helmi Rafi, Mulailah Menghargai Siapapun Kapanpun,
(http://helmimediadakwah.blogspot.com), diakses pada 27 April 2015.
146
Fuadi, op. cit., h. 93
147
Ali Hasyimi, op. cit, h. 88
73
3) Saling berbagi
Ketika telah meraih kesuksesan, terkadang seseorang lupa daratan.
Ketika bisnis dipuncak kejayaan, manusia-pun lupa akan kewajiban dari
harta yang mesti dikrluarkan dan lupa untuk saling berbagi. Karena perlu
kita ketahui bahwa kesuksesan, begitu pula harta yang Allah anugerahkan
kepada kita itu semua hanyalah titipan dari-Nya. Allah berfirman.
(#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$$sù ( ÏμŠÏù t⎦⎫Ïn=ø⇐tGó¡•Β /ä3n=yèy_ $£ϑÏΒ (#θà)ÏΡr&uρ ⎯Ï&Î!θß™u‘uρ «!$$Î/ (#θãΖÏΒ#u™
satu dengan yang lain. Maka dari itu kita dianjurkan untuk saling berbagi
terhadap sesama.
Berbagi dalam hidup bukanlah berbagi dengan paksaan, bukan berbagi
untuk mengharapkan sesuatu dari orang lain, melainkan berbagi dengan
ikhlas dengan niat saling membantu satu dengan yang lain. Dengan hidup
berbagi berarti kita telah mensyukuri pemberian Allah kepada kita, karena
hidup adalah sebuah anugerah dan amanah yang harus kita jaga.
Dalam novel Negeri 5 Menara, A. Fuadi banyak menampilkan konsep
pendidikan Islam tentang saling berbagi. Berikut penulis tampilkan
kutipan dalam novel tersebut:
Melihat aku tidak bisa menikmati menu istimewa ini, kawan-kawanku
yang baik hati menyumbang serpihan-serpihan rendang mereka. 150
Satu potong rendang buat satu orang. Sudah tradisi kami, siapapun
yang menerima rezeki paket dari rumah, maka dia harus berbagi
dengan kami semua sebagai lauk tambahan di dapur umum nanti. 152
Tabel 4.3
Nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel tentang Akhlak
No Nilai Ibadah Kutipan Novel Keterangan
1 Akhlak kepada Allah Tiba-tiba Said mengangkat tangan Bersyukur
dengan gembira, menggumamkan
alhamdulillah dan berteriak yes, sambil
tangannya ditarik kebawah, layaknya
150
Fuadi, op. cit., h.. 122
151
Ibid., h. 198
152
Ibid., h. 270
75
Dari beberapa tabel yang telah dipaparkan maka dapat diambil kesimpulan
bahwa nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Negeri 5
Menara yang terbanyak adalah Nilai Akhlak.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kajian yang dilakukan penulis mengenai nilai-nilai pendidikan
Islam dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi, dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai-nilai pendidikanIslam yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara
karya A. Fuadi terbagi menjadi tiga macam,yaitu:
a. Nilai Aqidah, dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah
sebagai Tuhan yang wajib disembah; ucapan dalam lisan dalam bentuk
dua kalimah syahadat; dan perbuatan dengan amal saleh. Dengan
demikian, aqidah Islam bukan hanya sekedar keyakinan dalam hati,
melainkan pada tahap selanjutnya harus menjadi acuan dasar dalam
bertingkah laku dan berbuat yang pada akhirnya akan membuahkan
amal saleh. Adapun aspek aqidah yang peneliti temukan dalam novel
Negeri 5 Menara adalahberserah diri kepada Allah dengan bertauhid
(berdo’a dan tawakkal), taat dan patuh kepada Allah (menjauhi
perbuatan dosa).
b. Nilai Ibadah, dalam Islam nilai ibadah tidak hanya sebatas ritual pada
hari atau tempat-tempat tertentu saja, akan tetapi lebih luas lagi. Karena
77
79
B. Saran
Dari kesimpulan yang sudah dijelaskan sebelumnya, penulis memberikan
beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi salah satu upaya konstruktif dalam
mengembangkan konsep pendidikan Islam di Indonesia.
1. Terkait dengan eksistensi novel, sudah sepantasnya novel atau karya
sastra lainnya, mempertimbangkan aspek-aspek pendidikan Islam yang
bisa disumbangkan kepada masyarakat luas, terutama sebagai alat
80
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. ke-
8, 2008.
Ali, Said bin, Rahasia Qiyamul Lail, Terj. dari Qiyamullail: Fadhluhu, wa
adabuhu wal asbab al-mu’inah alaihi fi dhau’ al-kitab was Sunnah oleh
Ahmad Syaikhu, Jakarta: Darul Haq, 2003.
Ardani, Moh., Akhlak – Tasawuf “Nilai-nilai Akhlak atau Budi Pekerti dalam
Ibadat dan Tasawuf “, Jakarta: CV Karya Mulia, 2005.
Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. ke-
6, 2012.
Daradjat, Zakiyah, et. al.,Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Bumi Aksara, Cet. ke-
10, 2012.
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, Jakarta: Pena Pundi Aksara,
2002.
Moleong, Lexy J., Metodologi Peneliti Kualitatif, Bandung: Remaja Karya, Cet.
ke-30, 2012.
Salam, Hamsyir & Aripin, Jaenal, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, Cet. ke-1, 2006.
Shihab, M. Quraish, Menjawab - 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui,
Jakarta, Lentera Hati, 2008.
83
Stanton, Robert, Teori Fiksi Robert Stanton, Terj. dari An Introduction to Fiction
oleh Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Pusat Bahasa, Edisi IV, 2008.
Internet :
86
87
88
89
90
IDENTITAS BUKU
Kategori : Novel