Anda di halaman 1dari 26

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara berkembang memiliki pcndupntan dari bcrbagai

sumber salah satunya yaitu berasal dari penagihan pajak, baik pajak ncgara maupun

pajak daerah yang menjadi sumber terbesar pendapatan negara Indonesia berasal

dari penagihan pajak. Penagihan pajak merupakan sumber terbesar untuk

pendapatan kas negara dalam proses penagihannya tidak jarang sekali mengalami

kendala dan masalah seperti masalab mioimoya pengetahuan masyarakat terhadap

penagihan pajak, masalah kesadaran. masyarakat untuk menjadi wajib pajak yang

bijak dengan membayar pajak kepada negara, serta masalah penunggakan

pembayaran pajak di Indonesia sangatlah banyak terjadi di beberapa tahun

terakhir.1

Pembangunan nasional secara baik dan berkesinambungan akan berjalan

lancar, o1eh karena itu diperlukan berbagai macam faktor pendorong yaitu

dukungan dan partisipasi dari se1uruh masyarakat baik yang berada di daerah

maupun yang berada di pusat serta dana yang bersumber dari pajak dan non pajak.2

Pajak merupakan salah satu sum.her pembiayaan pembangunan nasiona1 dalam

rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan pemerintah hams serius dalam

'Mugi Oktafitriani. Tinjauan Yuridis terhadap Penagihan Pajak Bwni dan Bangunan (PBB)
Oleh A~ Desa Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribus1 Daerah. Jurnal UniversiJas Muhammadiyah Jember Faku/Jas Hukum, Vol. I No. I Tahun
2016, him 2
C°"'"'
,,,...,
J":~~
-wi,
Soedjito. HubunganAntara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah. Rineka
2005, hlm 129.

1
2

pengelolaan pajak sebagaimana terdapat dalam Pasal 23A Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sc1anJutnya


. UUD 1945), mcnyntnkan

bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk kcperluan negara

diatur dengan undang-undang. Berkaitan dengan hal tcrscbut pcntingnya

pengelolaan pajak terscbut menjadi prioritas bagi pemerintah. Ada bcrbagai jcnis

pajak yang dikenakan kepada masyarakat, namun dari beberapa diantaranya Pajak

Bumi dan Bangunan (selanjutnya disebut PBB) merupakanjenis-jenis pajak sangat

potensil dan strategis sebagai sumber penghasilan negara dalam rangka membiayru
3
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

PBB dikenakan terhadap objek pajak berupa tanah atau bangunan yang

didasarkan pada asas kenikmatan dan manfaat dan dibayar pada setiap tahunnya.

Bmni dan bangunan merupakan dua objek dari PBB, yaitu bumi yang dapat

didefinisikan sebagai permukaan bumi yang berupa tanah dan perairan serta segala

sesuatu yang dibawahnya, sedangkan bangunan adalah konstruksi teknik yang

ditanamkan atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan perairan di wilayah negara

Indonesia.4 Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber

daya dari sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran

bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama,

berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk

kepentingan penguasa barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan

3
/bid
Mokamat. Analisis faklor yang mempengaruhi Efeklivitas Penarikan Pajak Bumi don
4
Bangunan di Kabupaten Grobogan, Universitas Oiponegoro Semarang, 2009, him 21
3

keuangan negara dalam pcnycdiuw1 b d


urang an jasa pubJik yang merupakan
kebutuhan masyarakat. 5

Perpajakan nasional
. mcnganut s·elf assessment system, dalam sistem ini
wajib pajak diberikan kepercayaan untuk h'
meng 1tung, meJaporkan pajaknya
sendiri, namun mengingat besamya jumJah objek pajak, tingginya subjek pajak,

beragamnya tingkat pendidikan dan pengentahuan wa"b 'ak aka


UJ paJ , m sangat
gampang memungut pajak dari masyarakat, seperti masyarakat di perkotaan bisa

Jangsung menghitung pajak mereka sendiri sesuai dengan sistem yang ada dan yang

sudah diatur oleh undang-undang, tetapi itu tidak berarti di perdesaan, karena

minimnya pengetahuan atau pendidikan mengenai wajibnya masyarakat membayar

pajak, maka belum sepenuhnya wajib pajak di perdesaan dapat melaksanakan

kewajiban unruk mendaftarkan dan melaporkan objek pajaknya, dan masyarakat di

perdesaanjuga tidak dapat melakukan pendataan terhadap objek dan subjek PBB. 6

Wajib pajak dapat mengajukan pengurangan dan penghapusan terhadap

sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang terutang menurut

ketentuan perundangan perpajakandalam hal sanksi tersebut dikarenakan kehilafan

Wajib pajak atau bukan karena kesalahan Wajib pajak. Pengurangan pajak terutang

merupakan hak yang dapat diajukan oleh ajib pajak kepada bupati/walikota.

Pengurangan pajak terutang harus diajukan oleh wajib pajak secara tertulis dan

tidak dapat diberikan begitu aja oleh fiskus tanpa adanya pennohonan wajib pajak.

'Adrian Sutedi, Hulcum Pajalc, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, him. I


6
Mardiasmo.Perpajakan Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta, 2011, him 7
4

Tata cara pemberian pengurangan PBB P2 ditetapkan dengan peraturan

bupati/walikota.7

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11 0/PMK.03/2009 tentang Pemberian

Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (Permenkeu No. 11 0/PMK.03/2009).

Peraturan ini mengatur bahwa kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya

dengan subjek pajak dan/atau karena sebab-sebab tertentu lainnya metiputi:

a Wajib pajak orang pribadi meliputi:

1) objek pajak yang wajib pajak orang pribadi veteran pejuang

kemerdekaan, verteran pembela kemerdekaan, penerima tanda jasa

bintang gerilya, ataujanda/dudanya;

2) objek pajak berupa lahan/pertanian/perkebunan/perikanan/pertemakan

yang hasilnya sangat terbatas yang wajib pajak-nya orang pribadi yang

berpenghasilan rendah;

3) objek pajak yang wajib pajak-nya orang pribadi yang penghasilannya

semata-mata berasal dari pensiunan, sehingga kewajiban PBB-nya sulit

I dipenuhi;
4) objek pajak yang wajib pajak-nya orang pribadi yang berpenghasilan

I
!
rendah, sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi; dan/atau
1
f.
S) objek pajak yang wajib pajak-nya orang pribadi yang berpenghasilan

·1 . Jual Obiek Pajak (NJOP) per meter perseginya


rendah yang N1 ai :J

dampak positif
bahan lingkungan dan ·
meningkat akibat peru

pembangunan;

1
Ibid
5

b. Wajib pajak badan meliputi objek pajak yang wajib pajaknya adalah Wajib

Pajak badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas pada tahun

pajak sebelumnya sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin. 8

Hukum bertujuan untuk mewujudkan keadilan, kemanfaatan atau kepastian

hukum, bukan hanya dalam bentuk kaidah hukum tertulis, tetapi harus tercermin

dalam pelaksanaannya. Demikan pula halnya terhadap hukum pajak yang diadakan

oleh negara sebagai hukum positif yang mengandung pula tujuan berupa keadilan,

kemanfaatan, kepastian hukum, dan perlindungan hukum. Keempat tujuan hukum

pajak. tidak. hanya sekedar tertulis atau sebagai kaidah hukum tertulis dalam undang-

undang pajak., harus kelihatan dalam penerapannya sehingga hukum pajak.

merupakan hukum fungsional yang mengabdi kepada Negara sebagai Negara

hukurn dengan menempatkan tujuan keadilan, kemanfaatan, kepastian hukum, dan

perlindungan hukurn bagi wajib pajak maupun pejabat pajak.9

Kepastian hukum sebagai tujuan hukum pajak dapat diterapkan dalam hal

penagihan pajak maupun dalam penyelesaian sengketa pajak. Berhubungan karena

penagihan pajak tidak boleh dilakukan oleh siapapun kecuali yang telah ditentukan,

tennasuk pula bentuk dan jangka waktu yang harus dipenuhi agar tergolong sebagai

penagihan pajak yang sah. Demikian pula dalam penyelesaian sengketa pajak

terdapat Iembaga peradilan pajak yang berwenang memeriksa dan memutuskan

1Peraturan Menteri Keuangan Pemberian Pengurangan Pajak Bwni dan Bangunan,


Pennenkeu No. l 10/PMK.03/2009, Pasal 2 ayat (2)
9Muharnmad Djafar Saidi, Pembaruan Hukum Pajak (edisi terbaru), Raja Grafindo Persada,
Jakarta 2014, him. 16

-
r. ..-•·.·
6

sengketa pajak. Sementara itu, perlindungan hukum w ..b t . k ..


aJt ercennm epada waJ1b
pajak maupun pejabat pajak ketika hukum . k d·t k
paJa I a sanakan dan ditegakkan. 10
Masalah yang tengah dihadapi ol h . h
e pemermta daerah adalah masih
temahnya kemampuan pendapatan daerah
untuk menutupi biaya dalam
melaksanakan belanja pembangunan daerah yang setiap tahunnya semakin

meningkat. Dimana pendapatan daerah suatu kota tergantun d be ·


g pa a samya paJak
yang diterima daerah. Salah satu sumber perolehan pendapatan daerahyang berasal

dari sektor pajak adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Pennasalahan pengurangan pajak bumi dan bangunan yang terjadi di Kantor

Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan dimana terdapat protes

karena wajib pajak yang mengajukan pennohonan pengurangan PBB ditolak,

karena syarat fonnal tidak terpenuhi yaitu telah melebihi batas waktu pengurangan

pennohonan pengurangan. Pennohonan pengurangan tersebut seharusnya diajukan

paling lambat 3 bulan terhitung sejak diterimanya Surat Pemberitahuan Pajak

Terutang (SPPT). Kesalahpahaman antara petugas pajak dengan wajib pajak

dengan persyaratan yang harus dipenuhi dan kurang memperhatikan tanggal

11
penerimaan SPPT tersebut menjadi kendala

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dilakukan

penelitian yang berjudul Analisis Yuridis Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB) Oleh Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Pada Kantor Badan Pengelolaan

Pajak dan Retribusi Daerah (BPPRD) Kota Medan).

10
Ibid., him 17 . . dan PBB ada
11 Hasil wawancara dengan Ahmad Untung Lubis, selaku Kast Teknik BPHTB p
Kant.or Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan
B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang permasalahan tersebut, maka

pennasalahan yang akan diteliti adalah :

1. Apa dasar pengurangan pajak bumi dan bangunan oleh wajib pajak orang

pribadi pada Kantor Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota

Medan?

2. Bagaimanakah mekanisme permohonan pengurangan pajak bumi dan

bangunan oleh wajib pajak orang pribadi pada Kantor Badan Pengelolaan

Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan?


/.,,u..At;; ~
3. faa.up~a· penyelesaian atas kendala dalam pemberian pengurangan pajak

bumi dan Bangunan Bagi wajib pajak orang pribadi pada Kantor Badan

Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan?

C. Tujuan Penulisan

I Berdasarkan permasalahan yang tersebut di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah:

I. Untuk mengetahui dasar pengurangan pajak bumi dan bangunan oleh wajib

pajak orang pribadi pada Kantor Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi

Daerah Kota Medan.


'ak b . d
2. Untuk mengetahui mek.anisme permohonan pengurangan paJ unu an

bangunan oleh wajib pajak orang pribadi pada Kantor Badan Pengelolaan

Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan.

,;;-··
8

3. Untulc mengetahui upaya penyelesaian atas kendala dalam pemberian

pengurangan pajak bumi dan Bangunan Bagi wajib pajak orang pribadi pada

Kantor Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penelitian yang hendak dicapai yaitu:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapan sebagai bahan informasi dan sumbangan

pemikiran bagi pihak-pihak yang ingin memperdalam khususnya yang

berkaitan dengan PBB, serta dapat mengembangkan teori, landasan, konsep

dan masalah-masalah yang timbul dalam Pengurangan Pajak Bruni dan

Bangunan (PBB) Oleh Wajib Pajak Orang Pribadi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan khususnya bagi

Penulis clan sebagai bahan bacaan bagi mereka yang membutuhkan clan guna

mengembangkan clan memberikan ilmu pengetahuan tentang hukum

perpajakan khususnya yang berkaitan dengan Pengurangan Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) Oleh Wajib Pajak Orang Pribadi.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan di Program Studi Magister

Kenotariatan Fakultas Hulrum Universitas Sumatera Utara Medan dan Universitas

yang ada di Indonesia baik secara fisik maupun online tidak ditemukan tesis

berjudul Analisis Yuridis Pengurangan Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Oleh

Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Pada Kantor Badan Pengelolaan Pajak dan
]

I
t
Retribusi Daerah (BPPRD) Kota Medan), namun ada beberapa penelitian

sebelumnya yang membahas berkaitan dengan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),

antara lain:

1. Ardhi Satria Kinasih. Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta (2017), dengan judul penelitian

Implementasi Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Perkotaan (PBB-P2)

dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) Di Kabupaten

Klaten Setelah Berlakunya Uu No 28 Tahun 2009. Adapun pennasalahan

dalam penelitian ini adalah:

a Implementasi PBB-P2 dan BPHTB di Kabupaten Klaten setelah

berlakunya UU No. 28 tahun 2009

b. Kendala dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bagunan sektor Perdesaan

I
Perkotaan (PBB-P2) dan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
f

Bagunan (BPHTB) di Kabupaten Klaten.

!
,.
c. Upaya-upaya dalam mengoptimalkan pemungutan Pajak Bumi dan

Bagunan sektor Perdesaan Perkotaan (PBB-P2) dan Pajak Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bagunan (BPHTB) di Kabupaten Klaten.

Kesimpulan dalam penelitian implementasi PBB-P2 di lapangan BPKD

menempatkan satu mantri pajak pada setiap kecamatan di Kabupaten Klaten

untuk mengkoordinir pemungutan pajak daerah yang dilakukan oleh bayan

atau kadus, namun masih terdapat kendala-kendala dalam pemungutannya

meliputi kurangnya kesadaran wajih pajak dan data peninggalan pusat yang

rancu. Dalam implementasi BPHTB wajib pajak diharuskan untuk


10

menghadap ke BPKD dalam penentuan harga transaksi yang akan dilakukan

oleh para pihak dan baru akan dilakukan validasi apabila sudah sesuai

dengan ketentuan BPKD. Penentuan harga transaksi jual beli dalam

pembayaran BPHTB oleh BPKD tidak memiliki dasar hukum dan

mengabaikan asas personalitas.

2. Komang Agus Wira Kusuma. Program Studi Program Magister

Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar (2015),

dengan judul penelitian Pengaturan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pada

Jalur Hijau dan Kawasan Limitasi Di Kabupaten Badung. Adapun

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

a Dasar hukum pengaturan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada Jalur

Hijau Dan Kawasan Limitasi Di Kabupaten Badung

b. Kedudukan hukum Peraturan Bupati Kabupaten Badung Nomor 89

Tahun 2012 mengenai Pajak Bumi dan Bangunan pada Jalur Hijau dan

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Pajak Bumi dan

Bangunan terhadap Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Kesimpulan penelitian ini dasar pengaturan untuk pengurangan PBB

untuk objek pajak pada jalur hijau dan kawasan limitasi di Kabupaten

Badung terdiri dari Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 3

Tahun 2012 tentang PBB Perdesaan dan dan Peraturan Bupati Badung

Nomor 89 Tahun 2012 tentang Pengurangan Pajak Bumi clan

Bangunan Perdesaan clan Perkotaan pada Jalur Hijau clan Kawasan


11

' I
Limitasi. Kedudukan hukum Peraturan Bupati Badung Nomor 89

Tahun 2012 mengenai Pajak Bumi dun Bangunan padujalur hijau dan

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012 tentang PBB merupakan

peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang memberikan

kewenangan pemungutan dan pengelolaan PBB diserahkan sepenuhnya

kepada pemerintah kota dan pemerintah kabupaten.

3. Albert Lodewyk Sentosa Siahaan. Program Studi Magister Kenotariatan

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan (2014), denganjudul

penelitian Kajian Yuridis terhadap Beralihnya Kewenangan Pemungutan

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Dari Pemerintah Pusat

Ke Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Adapun permasalahan

dalam penelitian ini :

a Kewenangan pemungutan PBB P2 sebelwn dan setelah beralih dari

pemerintah pusat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang

Bedagai.

b. Pemenuhan asas keadilan dalam penetapan tarif PBB P2 di Kabupaten

Serdang Bedagai.

c. Upaya hukum untuk menagih utang PBB P2 sebelum pengalihan

kewenangan pemungutan dari pemerintah pusat kepada Pemerintah

Daerah Kabupaten Serdang Bedagai.

Kesimpulan dalam penelitian diberlakukannya Peraturan Daerah

Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi


·- .
:;

12

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan maka kewenangan pemungutan

PBB P2 dialihkan dari pemerintah pusat kcpada pemerintah daerah

Kabupaten Serdang Bedagai. Tarif dalam Peraturan Dacrah Kabupaten

Serdang Bedagai Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan

Ban.gun.an Perdesaan dan Perkotaan sudah memenuhi asas keadilan

yaitu keadilan vertikal dan keadilan horizontal karena membedakan

pengenaan pajak terhadap wajib pajak berdasarkan NJOP yaitu 0, 1%

dan 0,2% serta pajak yang sama terhadap NJOP yang sama. Upaya

hukum terhadap tunggakan pajak PBB P2 sebelum dialihkan kepada

pemerintah daerah Kabupaten Serdang Bedagai ikut beralih menjadi

kewenangan clan kewajiban pemerintah daerah Kabupaten Serdang

Bedagai untuk menagih tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan di daerah

Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilakukan dengan Penagihan Pajak

dengan Surat Paksa berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

2000 perubahan atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997.

4. Herl Azwar Anas Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara Medan (2010), dengan judul penelitian Analisis

Yuridis Penetapan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dalam Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) Di Kota Banda Aceh. Adapun permasalahan dalam

penelitian ini:

a. NJOP PBB ditetapkan oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat

dalam hal ini melalui Menteri Keuangan.

b. Prinsip-prinsip yang harus dimuat dalam penetapan NJOP PBB.


13

c. Hubungan penetapan NJOP PBB dengan BPHTB dan PPhPHTB dalam

hukum pajak Indonesia.

5 10d
· ra Hadyanto. Program Pascasarjana Program Studi Magister

Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang (2007), dengan judul

penelitian Penyelesaian Sengketa Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor

Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Semarang. Adapun permasalahan

dalam penelitian ini :

a. Terjadinya sengketa pajak di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak

Bumi dan Bangunan Semarang Satu.

b. Upaya-upaya hukum apa yang dapat di tempuh oleh wajib pajak

apabila terjadi sengketa pajak tersebut.

c. Penyelesaian sengketa pajak yang dilakukan di Kantor Pelayanan

Pajak Bumi dan Bangunan Semarang Satu.

Kesimpulan dalam penelitian ini Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan ini

menggunakan sistem Official Assesment. Dalam pemungutan Pajak Bumi

dan Bangunan ini kadang-kadang terjadi selisih pendapat atau sengketa

pajak antara wajib pajak dengan pemerintah (Kantor Pajak) mengenai

besamya pajak yang harus dibayarkan. Upaya hukum yang dapat ditempuh

oleh wajib pajak jika terjadi sengketa pajak adalah dengan melakukan

upaya Keberatan yang diajukan secara tertulis ke Direktorat Jenderal Pajak

dalam waktu 30 (tigapuluh) hari sejak diterimanya Surat Pemberitahuan

Pajak Bumi dan Bangunan. Direktorat Jenderal Pajak harus memberikan

Putusan dalamjangka waktu 60 (enampuluh) hari. Upaya hukum lain adalah


... . ·..:•.·
~

.·.5 ;;;
. •.),
··. ; ·
14 : .lr.
. . ,.-.-~:

dengan melakukan Banding yang dapat diajukan olch wajib pajak 3 (tiga)

bulan sejak tanggal ditetapknnnya putusnn keberatnn. Penyelesaian sengketa

pajak yang dilakukan di Kantor Pelaynnnn Pajak Bumi dan Bangunan

Semarang adalah akan melakukan pemeriksaan terhadap Surat Keberatan

yang diajukan oleh wajib pajak tersebut. Jika alasan Keberatan benar maka

akan dikabulkan, namun bila tidak terbukti dan tidak sesuai dengan data di

lapangan maka keberatan tersebut akan ditolak.

Berdasarkan penjelasan penelitian terdahulu terlihat perbedaan dengan

penelitian yang dilakukan peneliti, antara lain judul penelitian, permasalahan,

waktu dan tempat penelitian, sedangkan persarnaan dalarn penelitian ini adalah

sama-sama membahas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Sehingga dapat dikatakan

bahwa penelitian tesis ini adalah asli yang didukung dengan studi kepustaakan dan

studi lapangan. Peneliti dapat mempertanggungjawabkan baik secara ilmiah

maupun akademik.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori berguna menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau

proses tertentu terjadi. 12Suatu teori harus dikaji dengan menghadapkannya pada

fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Kerangka teori adalah


. . d t t . test's mengenai suatu kasus
kerangka pemikiran atau buttr-butrr pen apa , eon, '
•• 13
. di bandingan pegangan teont1s.
atau permasalahan (problem) yang menJa per

. I fl' d I FE UI Jakarta,2006, hlm.203


12 M.Hisyam, Penelitian //mu-I/mu Sosza:. 11 M~dar Maju, Bndung, 2014, hal.80.
u M.Solly Lubis, Filsafat //mu dan Penelt11an,
dipergunakan sebagai Iandasan teoritis dalam :_·: .'!~
. ·~

penelitian ini karena ada relevansinya dengan pennasalahan terkait dengan

pembebasan kewajiban pembayaran pajak bumi clan bangunan di kawasan

jalur hijau dan kawasan limitasi sedangkan kewajiban dari wajib pajak adalah

membayar pajak. Gustav Radbruch sebagaimana dikutip Achmad Ali

menyatajan bahwa keadilan, kemanfaatan, clan kepastian hukum sebagai "tiga

ide dasar hukum" atau ''tiga nilai dasar hukum. 14 Di antara ketiga asas tersebut

sulit untuk ditegakkan secara bersamaan, karena unruk menegakkan yang

satu, harus mengalahkan / mengorbankan yang lainnyn; Pendapat Gustav

Radbruch sejalan dengan yang diungkapkan oleh Bismar Siregar sebagaimana

dikutip Dardji Darmodihardjo dan Shidarta yang menyatakan: untuk

menegakkan keadilan, saya korbankan kepastian hukum, akan saya

korbankan hukum itu, karena hukum hanyalah sarana, sedangkan tujuannya

adalah keadilan. 15

Keadilan menurut Aristoteles sebagaimana dikutip Agus Yudha

Hemoko, adalah kebajikan yang berkaitan dengan hubungan antar manusia.

Keadilan artinya berbuat kebajikan, atau dengan kata lain keadilan merupakan

kebajikan yang utama. Aristoteles menyatakan: justice consists intreating


...... .
equals equally and unequals unequally, in proportion to their inequality. 16

J~ vtu' ri~ .
14
Achmad Ali, Menguak Tahir Hu/cum, Chandra Pratama, Jakarta, 1996, hlm. 95.
15
Dardji Dannodihardjo dan Shidarta, Polcok-Polcok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana
FilsafaJ Hu/cum Indonesia, Cetakan Kedua, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996,hlm 154
16
Agus Yudha Hemoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak
Komersial, Laksbang Mediatama, Yogyakarta, 2011, hlm. 36.
Konsep keadilan scb ,. . Ii . ..
aga, atrness mcrupakan konsep keadilan yang
dikembangkan oleh Jhon R I l • • - .
aw s. I nnstp keadilan sebagai fairness menurut
Jhon Rawls dapat digamb k
ar an sebagai berikut: Bahwa seseorang diwajibkan
melakukan perannya b . .
se agatmana dttentukan oleh aturan institusi ketika dua
kondisi terpenuhi · pertam · . .
• a, mstitusmya adil (atau fair) yakni memenuhi
. ·
.;.

.:- ;
.....
:
.· i

prinsip keadilan· dan ked ' . •:t; {l


, ua, orang secara sukarela menerima keuntungan dari

tatanan atau mendapat keuntungan dari peluang yang ditawarkannya demi

mengejar kepentingannya. Gagasan utamanya adalah bahwa ketika sejumlah

orang terlibat dalam kerja sama yang saling menguntungkan sesuai dengan

aturan, lantas membatasi kebebasan mereka agar memberikan keuntungan

untuk semua orang, mereka yang patuh pada batasan tersebut punya hale.

mendapatkan kepatuhan serupa dari orang-orang yang mendapat keuntungan

dari ketundukan mereka. 17

Menurut Adolf Wagner, pemungutan pajak yang adil adalah

pemungutan pajak yang diberlakukan secara umum kepada semua wajib pajak

dan dibebankan kepada setiap wajib pajak yang mempunyai ability to pay

secara merata, bahwa satu struktur tarif pajak berlaku kepada setiap wajib

pajak yang mempunyai kemampuan membayar. Semakin besar ability to pay

seorang Wajib Pajak, semakin besar presentase pajak yang harus dibayar.

Dalam perpajakan dikenal 2 (dua) macam prinsip keadilan, yaitu: Keadilan

Horizontal (horizontal equity) mengandung pengertian bahwa

11 Rawls, John, A Theory of Justice, Teori Keadilan. Diterjemahkan oleh U:zair Fauzan dan
Heru Prasetyo, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hlm 134
kemampuan ekonomis y .
ang sama hams d1kenakan pajak. yang sama. 2.
Keadilan Vertikal (vert' I .
,ca equity) pada hakikatnya berkenaan dengan
kewajiban membayar pa'~ ak yang kemampuan membayamya tidak sama, yaitu

semakin besar kemampuannya untuk membayar pajak. harus semakin besar .

tarif pajak yang dikenakan. 18

Dalam penelitian ini teori keadilan yang digunakan adalah teori

keadilan dari Gustav Radbruch yang meletakkan tujuan keadilan di atas tujuan

hukum yang lain yaitu kemanfaatan d~tian hukum.

b. Teori Kewajiban Mutlak V


Teori ini mendasarkan pada paham organische staatsleer. Paham

tersebut mengajarkan bahwa karena sifat negara sebagai suatu organisasi dari

individu-induvidu maka timbul hak mutlak untuk memungut pajak.

Sekumpulan individu tersebut membuat perjanjian untuk membentuk negara

clan menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada negara untuk memimpin

masyarakat. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus menyadari

bahwa pembayaran pajak adalah suatu kewajiban, karena negaralah yang

bertugas menyelenggarakan kepentingan masyarakat. Sehingga menurut teori

ini negara berhak memungut pajak dan rakyat berkewajiban membayar pajak.

11Chairil Anwar Pohan, Pembahasan Komprehensif Pengantar Perpajakan Teori dan


Konsep Hukum Pajak Edisi 2, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2017, hlm. 148
Teori ini sering di b t. " . . . . ·
se u Juga teon bakt1". Teon tersebut dtdasarkan
pada organ theoryd · 0 . . .
an tto Von g1erke, yang menyatakan bahwa negara itu ·
rnerupakan suatu kesatu _ d" _ . .
an yang I dalamnya setiap warga negara terikat.
Tanpa ada "organ" at b . .
au Iem aga itu mdividu tidak mungkin dapat hidup.
Lembaga tersebut oleh k . .
' arena memben hidup kepada warganya, dapat
rnembebani setiap ta
anggo rnasyarakatnya dengan kewajiban-kewajiban,
seperti kewajiban membayar pajak.19

Negara mernpunyai hak mutlak untuk memungut pajak dan rakyat

harus membayar pajak sebagai tanda buktinya. Menurut teori ini dasar

hukum pajak terletak pada hubungan antara rakyat dan negara, di mana

negara berhak mernungut pajak dan rakyat berkewajiban membayar pajak.20

2. Konsepsi

Konsepsi merupakan salah satu bagian terpenting dari teori, karena konsep

adalah sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya hanya

baru ada dalam pikiran atau ide. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk

menghubungkan dunia teori dan observasi antara abstraksi dan realitas.21 Kerangka

konsep mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan

dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum. 22 Samadi Suryabrata memberikan

arti khusus apa yang dimaksud dengan konsep, yang mana sebuah berkaitan dengan

defenisi operasional.

t9 Y.Sri Pudyatmoko. Pengantar Hukum Pajak (Edisi Revisi). Yogyakarta. Andi offset.
2006,hlm. 19
20 Erly Suandy, Hukum Pajak, Edisi 6, Salemba_Empat, Jakarta, 2014, hlm27
11samadi Suryabrata, Metodologi Penel_i!lan, Raj~ ~rafindo Persada, J~arta, 1998, ~b_n.38.
22soerjono Soekanto dan Sri MamUJt, Peneht1an Hukum Normatif (Suatu T,,yauan
Singkat), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, him. 7
Konsep diartik
an sebagai k .
. a1· ata Yang .
d1gener 1sasi dari hal-h rnenyatakan abstraksi yang
I
a Yang kl
1usus Yan, r
Guna menjawab permasalah g c tsebut dengan defenisi operasional.23
an dalain pc 1• •
. ne ihan ini p I d.
konsep dasar sehingg ct· er u idefenisikan beberapa
a 1Peroleh h .
as,t penelitian .
penelitian yang telah d. yang sesua1 dengan tujuan
1tentukan K
. . onsep tersebut sebagai berikut:
a PaJak adalah bantuan b .k
, a1 secara I
angsung maupun tidak yang dipaksa)can
oleh kekuatan publik d .
an penduduk ta d ·
a u an barang untuk menutup belanja
negara. 24

b. Pengurangan Pajak B . d
unu an Bangunan (PBB) adaJah pemberian
keringanan paiak yan t h .
:i g er utang atas obJek pajak daJam ha] wajib pajak

pribadi atau badan karena kondisi tertentu objek pajak yang ada

hubungannya dengan subjek pajak dan/atau karena sebab-sebab tertentu

lainnya. Objek pajak yang terkena bencana alam atau sebab lain yang luar

biasa25

c. Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang bersifat kebendaan dan

besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi / tanah /

dan bangunan keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan

besar pajak. 26

d. Wajib pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak,

pemotong paJ·ak, d an pemungut paiak


:i ,
yang mempunyai hak dan kewajiban

Samadi Suryab~, {!P·Cit., hi~ ~ I/mu Hukum Pajak, Refika Aditama, Bandung, 2003,
23
24Santoso BrotodihardJ0, Pengon a
hlmJ Nomor 110/PMK.03/2009 tentang Pemberian
is Keputusan Menteri Keuangan
Pengurangan Pajak Bumi dan Bongunan
26 Erly Suandy, Op.Cit, him 61
~":~~ ·~-~:.:$
,:,

perpajakan seSuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan


perpajakan daerah. 27

e. Wajib Pajak Orang Pribadi, Pasal 2 ayat (3) Huruf a UU PPh wajib pajak

orang pribadi hisa didefinisikan sebagi berikut "Pada prinsipnya orang

pribadi yang menjadi Subjek Pajak dalam negeri adalah orang pribadi yang

bertempat tinggal atau berada di Indonesia. Termasuk dalam pengertian

orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia adalah mereka yang

mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.28

f. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayam atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.29

g. Pengelolaan pajak adalah pengelolaan Pajak di Indonesia Secara um~

pajak yang berlaku di Indonesia dapat dibedakan menjadi Pajak Pusat dan

Pajak Daerah

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian \MN'~ ft ~


Jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah yuridis ~ ~~

. . . ~-;amsa. das dopol di~ pula -
: : : : : : : : : : : ~ m balun, J 8 I ~ -

27
Undang-Undang Nomor 28 Tabun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
Pasal I angka 45
28l.Jndang-Undang Nomor 36 Tabun 2008 Tentang
. Perubaban Keempat Atas Undang-
1983 T tang Pajak Penghastla
Undang Nomor
9 7 Tahun
2 Undang-Undang en 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
Nomor
PasaJ I angka 64
·adi dalam k
enyataannya
penelitian yang

rn ' atau keadaan nyata yang

i dan menemukan fakta-

Penelitian · · b . ;,
lllI ersifat peneliti
d . .
an eskriptif. Penelitian deskriptif
dimaksudkan untuk memberikan ----
data yang seteliti mungkin tentang manusia,
keadaan, atau gejala-gejala lainn Maks
ya. udnya adalah terutama untuk
mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu d1· dal kua .
am memper t teon-
teori lama, atau didalam kerangka menyusun teori.32

2. Somber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. ,.-.)Yl~

Data sekunder adalah data yang diperoh:h dengan mempelajari peraturan

perundang-undangan, buku-buku hukum, dan dokumen yang berhubungan

dengan pennasalahan yang dibahas. Data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain:

a) Bahan hukum primer yaitu data yang diambil dari sumber aslinya yang
·- ----------_.. Jo__,_,_..---.
berupa undang-undang yang memiliki otoritas tinggi yang bersifat

..,
mengikat untuk penyelenggaraan keh"d b
1 upan ermasy
arakat .33 Dalam

·,1on Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2002,


30 Bambang WaIuyo, Pene/l
hlm.15
31
3
Ibid., him 16 p tor Penelltlan Hukum, UI Press, Jakarta, 2014, bbn 41.
. Penelitian Hukum, Kencana Prenada Group, Jakarta, 2005, blm.
2soelJ· ono Soekanto, engan
33 Peter Mahmud Marzuk1,
t.
142.
penelitian ini b h
a .an huku .
N m Pnmer terd' . d .
egara Repubrk I m an: Undang-undang Dasar
I ndonesia Tah
Tahun 2009 T . un 1945. Undang-Unclang Nomor 28
entang Pajak 0
aerah dan R t .b .
Undang Nomor en us1 Daerah. Undang-
12 Tahun 1985 te .
Undang-U d ntang P8Jak Bumi dan Bangunan.
n ang Nomor 36 Tab ' .(

Atas U clan un 2008 Tentang Perubahan Keempat


n g-UndangN
omor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
Keputusan Menteri Ke · .
uangan Nomor l 10/PMK.03/2009 tentang~
Pemberian Pengurangan p ·a1c .
8J 8 urru dan Bangunan.
b) Bahan hukum sekunder Bahan h
· ukum sekunder yaitu merupakan bahan
hukum yang memberikan keterangan terhadap bahan hukum primer dan
diperoleh secara tidak langsung dari sumbemya atau dengan kata lain

dikumpulkan oleh pihak lain, berupa buku jurnal hukum, dokumen-_;


dokumen resmi, penelitian yang berwujud Iaporan dan bukubuku
hukum.34

c) Bahan hukum tersier. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang
J
memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer

dan bahan hukum sekunder yang lebih dikenal dengan nama acuan

bidang hukum, seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus hukum

dan ensiklopedia.35

3. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
36
. . . kar . tama dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun
pene11ttan, ena ruJuan u
=-~ rmasi dalam penelitian ini, sebagai berikut:
cara untuk memperoleh data clan uuo

34
Ibid., him 36 him 12
35
Soerjono Soekanto, Op.Ci~.~ K.uantitatif, Kualitatif dan R&D. Altabteba. Bandung,
36sugiyono. Metode Pene/,ttan
2016, him 401
•i . ,·

. ..

23 .
.J.
,·,··.

'.

a. Penelitian kepustakaan (library research). Pada tahap ini, penulis

berusaha untuk memperoleh berbngai informasi sebanyak-banyaknya

untuk dijadikan sebagai dasar teori dan acuan dalam mengolah data,

dengan cara membaca, mempelajari, menelaah dan mengkaji Jiteratur-

literatur berupa buku-buku, jumal, makalah, dan penelitian-penelitian

terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Penulis juga

berusaha mengumpulkan, mempelajari, dan menelaah data-data

sekunder yang berhubungan dengan objek yang akan penulis teliti.

b. Studi I..apangan (field research). Studi lapangan dilakukan untuk

memperoleh data primer dengan menggunakan teknik wawancara

langsung dengan responden yang telah direncanakan sebelumnya.

Wawancara dilaksanakan secara langsung dan terbuka dengan

mengadakan tanya jawab untuk mendapatkan keterangan atau jawaban

yang bebas sehingga data yang diperoleh sesuai dengan yang

diharapkan. Wawancara dilakukan kepada Ahmad Untung Lubis, selaku

Kasi teknik BPHTB dan PBB dan M. Amri Harahap selaku Kasi

Pendaftaran dan Administrasi pada Kantor Badan Pengelolaan Pajak

dan Retribusi Daerah Kota Medan.

4. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif, artinya

menguraikan data yang diolah secara rinci kedalam bentuk kalimat-kalimat

(deskritif). Analisis kualitatif yang dilakukan bertitik tolak dari analisis empiris,

yang dalam pendalamannya dilengkapi dengan analisis normatif. Be~dasarkan basil


24

analisis ditarik kesimpulan secara dedukatif, yaitu cara berpikir yang didasarkan

pada fakta-fakta yang hersifat umum untuk kemudian ditarik suatu kesimpulan
. '•- ~: -~
bersifat khusus.

H. Jadwal Penelitian

Penelitian ini direncanakan selesai dengan perkiraan waktu sebagai berikut:


\

Keterangan Mei 2019 Juni 201 9


I II III IV I II III IV

osal

• •
t.
[.
,..
25

DAFT AR PUST AKA


Buku

Ali, Achmad. Menguak Tab·,r flukum, Chandra Pratama, Jakarta, 19 .


96
Bohari, Pengantar Hukum p U.Ja
· k R ·
, aJa Grafindo Persada, Jakarta, 2001.

Broto~~;djo, Santoso. Pengantar I/mu Hukum Pajak, Refika Aditama, Bandung,

Darmodih~djo, D~dji dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan


Bagazmana Fzlsafat Hukum Indonesia, Cetakan Kedua, Gram d' p taka
Utama, Jakarta, 1996. e ia us

Hemoko, A~ Yudha. Hukum !erjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak


Komerszal, Laksbang Mediatama, Y ogyakarta, 2011.

Hisyam, M. Penelitian Rmu-Ilmu Sosial, Jilid I, FE UI Jakarta,2006.

Lubis, M.Solly. Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 2014.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum, Kencana Prenada Group, Jakarta,


2005.

Mokamat. Analisis faktor yang mempengaruhi Efektivitas Penarikan Pajak Bumi


dan Bangunan di Kabupaten Grobogan, Universitas Diponegoro Semarang,
2009.

Pohan, Chairil Anwar. Pembahasan Komprehensif Pengantar Perpajakan Teori


dan Konsep Hukum PajakEdisi 2, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2017.

Pudyatmoko, Y.Sri. Pengantar Hukum Pajak (Edisi Revisi). Yogyakarta. Andi


offset. 2006,
Rawls, Jo~ A Theory of Justice, Teori Keadilan. Diterjemahkan oleh Uzair
Fauzan dan Hem Prasetyo, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013.

Saidi, Muhammad Djafar. Pembaruan Hukum Pajak (edisi terbaru), Raja Grafindo
Persada, Jakarta 2014.
98
Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, l 9 ·

Soedjito, Irawan. Hubungan Antara Pemerintah Pusat Dengan Pemerintah


Daerah. Rineka Cipta, Jakarta, 2005.
Soekanto, Soerjono dan S . .. . ·
Singka11 R · rt MamuJ1 Pe I'th·
/, a.Ja Grafindo p d' ne an Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
ersa a, Jakarta, 2013.
Soekanto, SoelJ· 000 p
· engantar Pe I' ·
ne lltan Hukum, UI Press, Jakarta, 2014. I '.

Suandy, Erly. Hu/cum Pa ·ak, S


lJ alemba Empat, Jakarta, 2014
Sugiyono. Metode Pene/itia K . . ·
2016. n uantltatif, KualitatifdanR&D. Alfabteha, Bandung,
Susyanti, Jeni dan Ahmad Dahl .
Empatdua Media, Malang, : , ~erpaJakan untuk Praktisi dan Akademisi,
2 5

Sutedi, Adrian. Hu/cum Pajak, Sinar Grafika, Jakarta, 2013.

Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2002.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi


Daerah.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 11 0/PMK.03/2009 tentang Pemberian


Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.

Jurnal/artikel/tesis

Mugi Oktafitriani. Tinjauan Yuridis terhadap Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) Oleh Aparat Desa Menurut Undan~-Undang Nomor 28 Tab~ 2~09
Tentang Pajak Daerah clan Retribus1 Daerah. Jurnal Umvers1tas
Muhammadiyah Jember Fakultas Hukum, Vol. 1 No.1 Tahun 2016.

Anda mungkin juga menyukai