Anda di halaman 1dari 94

PENGELOLAAN ZAKAT PADA BADAN AMIL ZAKAT DAERAH

(BAZDA) KOTA TANGERANG

 
Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

HELMI SYARIFUDIN
NIM. 106053002000

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1433 H/2012 M
 
 
 
ABSTRAK

Helmi Syarifudin
 
Pengelolaan Zakat pada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang

Pengelolaan Zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan


pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat. pengelolaan
zakat berasaskan iman, takwa, keterbukaan, dan kepastian hukum sesuai dengan pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang merupakan lembaga resmi penerima
dan penyalur dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) yang dibentuk oleh SK Walikota Tangerang
No. 452/Kep.112 Depag/2003 Tanggal. 22 Oktober 2003. Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA)
Kota Tangerang akan mencanangkan cita-cita melalui visi, misi dan program kerja yang jelas.
Pengurus Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang ke depan bertekad, untuk
menjadi suatu lembaga pengelola yang amanah, terpercaya, profesional dan transparan. Suatu
lembaga yang bisa ikut aktif berperan serta bersama umaro (Pemerintah Daerah Kota Tangerang)
membangun dan mengembangkan masyarakat religius, sejahtera dan mandiri secara ekonomi.
Misi Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang adalah sebagai berikut:

a. Bidang kelembagaan ialah senantiasa memperbaiki diri sejalan dengan perkembangan


masyarakat, teknologi keuangan dan administrasi publik untuk membangun citra diri
menjadi lembaga amanah terpercaya, profesional dan transparan, yang gilirannya
mendapatkan kepercayaan di hati masyarakat.
b. Bidang Religi ialah turut membentuk masyarakat yang religius yang tidak semata-mata
mementingkan ibadah ritual tapi gemar melakukan ibadah sosial.
c. Bidang Ekonomi ialah membantu mengatasi masalah ekonomi kaum dhu’afa, secara
proaktif mengambil peran strategis, menjadi motor penggerak menumbuhkembangkan
ekonomi umat miskin (dhu’afa)

Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang menyalurkan dana zakatnya sebagai
dana charity (bantuan sesaat) dan yang menganut prinsip manfaat/ produktif dalam kemasan
sebagai berikut:

1. Paket Senyum
Santunan anak yatim piatu, orang tua jompo, dan bantuan sarana keagamaan.
2. Paket Mawaddatan Fil Qurba (pendekatan kasih sayang)
Memberikan beasiswa, keterampilan dan bimbingan usaha disertai modal agar lebih tegar
mandiri.

i
3. Paket Bulan Sabit Hijau
Memberikan pelayanan kesehatan bagi kaum dhu’afa dan sanitasi lingkungan.

4. Paket Tabligh Assakinah


Pembentukan  akhlak mulia para mustahiqq untuk mengkaji masalah-masalah yang dihadapi.
5. Paket Baitul Qiroth
Lembaga keuangan mikro sebagai hasil infaq/ shadaqah para mustahiqq yang di bina dalam
Usaha Kecil Sekali (UKS) atau Usaha Kelompok Bersama (UKB).
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan zakat yang dilakukan
Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang. Melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi. Manfaat penelitian ini dapat berpengaruh positif bagi para akademisi yang ingin
melakukan penelitian tentang hal ini, juga dapat menambah khazanah keilmuan. Serta dapat
menggambarkan kinerja Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang, dan dapat
memberikan parameter kepada BAZDA setempat.

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat yang tiada dapat melukiskannya, baik
nikmat iman,  Islam dan ikhsan. Segala puji hanya bagi Allah SWT Yang Maha Adil mengatur
pergantian siang dan malam, itulah tanda-tanda kebesaran-Nya.
Shalawat serta salam tak lupa penulis ucapkan kepada junjungan kita, suri tauladan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah diutus sebagai pemberi petunjuk dan pembawa risalah-Nya,
melaksanakan amanat, menasehati ummat, dan selalu berjuang di jalan-Nya.
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “PENGELOLAAN ZAKAT PADA BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA)
KOTA TANGERANG”, tepat pada waktu yang telah ditentukan. Untuk itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada:
1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat., selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
2. Dr. Arif Subhan., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi (FDK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
3. Prof. A. Murodi, M.A, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan
tenaganya serta pikirannya dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. Cecep Castrawijaya. MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah (MD) Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
5. H. Mulkannasir, BA, S.Pd, MM., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah (MD)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
6. Suparto, M.Ed, Ph.D., selaku Pembimbing Akademik
7. Segenap Dosen dan Staf Administrasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah,
Jakarta.
8. H. Misbahul Jannah (Alm) (Ayahanda), HJ. Yumnah (Almh) (Ibunda) walaupun mereka
sudah tiada, namun semangatnya tetap ada di hati penulis sampai skripsi ini telah
terselesaikan. Serta kakak dan adik tercinta yang selalu mendoakan, memotivasi, dan
restunya kepada penulis.

iii
9. Segenap kawan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. khususnya
yang terhimpun dalam Prodi MD angkatan 2006 yang bersama-sama telah mengikuti
studinya sampai selesai.
10. Ust. H. Sofyan
 
Tsauri, selaku guru spiritual yang selalu mendukung, mendoakan dan
memotivasi penulis.
11. Bpk. Abdul Fakrih dan Ibu Fikriyah sebagai paman dan bibi tercinta yang selalu memotivasi
penulis agar cepat terselesaikannya skripsi ini.
12. Nurfadilah S.Pd.I (Istri), Nayla Syarifah, Sahhal Syarief (Anak), Tercinta.
13. Bpk. Budi Kurniawan Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Al-Muhajirin PT.
Indonesia Stanley Electric.
14. Seluruh jajaran pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Al-Muhajirin PT.
Indonesia Stanley Electric.
15. Serta para pendukung lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Namun, tidak
mengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala amal kebaikan yang telah mereka
berikan kepada penulis dan selalu memperoleh karunia serta kemudahan dari-Nya dalam
melaksanakan tugasnya di dunia ini, Amiin…

Tangerang, 2 Dzulhijjah 1431 H


7 Oktober 2012 M

Penulis

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK……………………………………………………...................... i
 
KATA PENGANTAR……………………………………………………… iii

DAFTAR ISI………………………………………………………………… v

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................... 6

D. Metodologi Penelitian............................................................. 6

E. Tinjauan Pustaka..................................................................... 8

F. Sistematika Pembahasan......................................................... 9

BAB II. TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Pengelolaan........................................................... 11

B. Pengertian Zakat..................................................................... 12

C. Pengertian Mustahiq………….................................................. 19

D. Jenis-jenis Mustahiq................................................................ 19

1. Orang Fakir (Al-Fuqara)………………………………… 20


2. Orang Miskin (Al-Masakin)……………………………… 20
3. Panitia Zakat (Al-Amil)…………………………............... 21
4. Mu’allaf yang perlu ditundukan hatinya………………… 22
5. Para Budak……………………………………… ……… 23
6. Orang yang Memiliki Utang…………………………….. 23
7. Orang yang Berjuang di Jalan Allah (Fi, Sabilillah)……. ……… 24
8. Orang yang sedang dalam Perjalanan (Ibnu Sabil)........... ……… 27

v
E. Pengertian Amil Zakat……………….......................................... 28

F. Pengertian Badan Amil Zakat………………............ …………… 30


1. Pengertian Badan……………………………………………. 30
  2. Pengertian Amil…………………………………. ……………. 30
3. Pengertian Zakat……………………………………………… 30
BAB III. BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KOTA TANGERANG

A. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA)

yang ada di Indonesia………………. ……………………………… 34

1. Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Propinsi Banten….............. 34

B. Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang...................... 35

1. Sejarah Pendiriannya...................................................................... 36

2. Dasar Pembentukan BAZDA Kota Tangerang.............................. 38

3. Fungsi BAZDA Kota Tangerang………………………………… 39

4. Visi dan Misi BAZDA Kota Tangerang…………………………. 40

5. Program-program BAZDA Kota Tangerang…………………….. 41

C. Hubungan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang

dengan Badan Amil Zakat (BAZ) Tingkat Pusat………… ……… 45

D. Hubungan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang

dengan Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqoh (LAZIS)

yang ada di Kota Tangerang……………………………...... ……… 46

BAB IV. BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KOTA TANGERANG

PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN POTENSI ZAKAT

A. Usaha BAZDA Kota Tangerang dalam Pengumpulan Dana Zakat…. 49

B. Usaha BAZDA Kota Tangerang dalam Pengelolaan Dana Zakat.......... 54

vi
C. Usaha BAZDA Kota Tangerang dalam Pendayagunaan Dana Zakat

untuk Mengembangkan Masyarakat................................................. 55

D. Usaha Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang


 
dalam Pendayagunaan Zakat................................................................... 58

E. Analisis ………………………………………………………………… 64

BAB V. PENUTUP.

A. Kesimpulan.................................................................................................... 68

B. Saran.............................................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 72

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak dahulu hingga kini problematika sosial yang paling serius adalah

masalah kemiskinan. Sebab kemiskinan dapat memicu timbulnya banyak masalah

sosial seperti ; kriminalitas, psikologi sosial, dan lain-lain nya. Karena itu, Islam

sangat memperhatikan masalah ini dengan serius. Orang-orang miskin harus

dibantu dalam memecahkan kebuntuan perekonomiaannya, sehingga dapat

meningkatkan kesejahtraan hidup mereka.

Salah satu Syariat Islam yang menjadi sumber dana kegiatan masyarakat

dalam upaya menanggulangi masalah-masalah sosial, pengentasan kemiskinan,

dan pemberdayaan ekonomi umat adalah zakat. Konsepsi Islam tentang zakat

tidak hanya mencakup dimensi ibadah, tetapi juga mencakup dimensi sosial. Dari

sisi sosial, zakat dapat digali, dikembangkan dan didayagunakan sebagai solusi

alternatif utama dalam usaha mengentaskan kemiskinan, menanggulangi masalah-

masalah sosial, dan pemberdayaan ekonomi umat. Secara ekonomi, zakat dapat

berfungsi sebagai salah satu instrumen untuk mengentaskan kemiskinan,

memeratakan pendapatan dan mempersempit kesenjangan antara kelompok kaya

dan miskin, sehingga terciptanya suatu masyarakat yang harmonis 1

Karena itu, Islam pantas menerima penghargaan, bukan hanya karena dapat

membangun nilai-nilai luhur dalam aspek sosial juga dapat membangun watak

1
Djamal Doa, Membangun Ekonomi Umat Melalui Pengeluaran Zakat Harta, (Jakarta:
Nuansa Madani, 2000), Cet Ke-2. h.103.

1
2

yang merupakan sendi dasar bagi tegaknya peradaban manusia. Hal ini

dilaksanakan Islam dengan pengumpulan dana yang disebut dengan dana zakat

agar   harta kekayaan tidak hanya beredar dikalangan tertentu, dan sekaligus

sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahtraan secara menyeluruh.2

Zakat pada dasarnya merupakan tatanan sosial yang dimiliki Islam, yang

memiliki dampak yang sangat besar di dalam memperkecil kesenjangan antara

pihak kaya dan miskin, karena dalam konsep Islam harta tidak sepenuhnya ia

miliki, tetapi ada hak orang-orang lain pada harta yang dikuasainya, karena itu

hak-hak tersebut harus diberikan setiap waktu sesuai dengan ketentuan syariat.

Dengan demikian, jika syariat Islam tentang zakat ini dilakukan seluruh

umat Islam, maka kemiskinan di kalangan umat Islam akan dapat dikurangi,

bahkan mungkin dapat dihapuskan.3

Sayangnya, kesadaran sosial umat Islam untuk menunaikan zakat dirasa

masih sangat kurang. ini karena perhatian umat Islam lebih tertuju kepada ibadah-

ibadah lain, semacam shalat, puasa dan haji. Pandangan umum masyarakat hampir

semuanya mengatakan pentingnya ibadah-ibadah tersebut, tetapi zakat pada

umumnya mendapatkan posisi yang lebih kecil. Lemahnya kesadaran masyarakat

untuk membayar zakat juga disebabkan oleh beberapa hal diantarnya adalah

masalah kepercayaan terhadap pengelolaan zakat. Secara tradisional masyarakat

sebenarnya telah memulai menunaikan zakat, infak dan juga sodaqoh (ZIS) di

lingkungannya masing-masing. Dan tentunya, zakat itu dikelola secara tradisional,

2
Maulana Muhammad Ali, Islamologi, (Jakarta: P.T. Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1997),
h.315.
3
Yusuf Qardhawi, Konsepsi Islam dalam Mengentaskan Kemiskinan, (Surabaya: P. T.
Bina Ilmu,1996), cet ke-3. h.99.
3

artinya dikumpulkan kepada Kyai dan diserahkan kepada mustahiknya menurut

ijtihad Kyai tersebut. Menurut ajaran Islam, zakat sebenarnya dipungut oleh

negara
  atau pemerintah yang bertindak sebagai wakil fakir miskin untuk

memperoleh sebagian haknya yang ada pada harta orang kaya.4

Oleh karena itu maka pemerintah membuat Undang-Undang Nomor 38

tahun 1998 tentang pengelolaan zakat, ditambah dengan Keputusan Mentri

Agama Republik Indonesia Nomor 373 tahun 2003 tentang pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 38 tahun1998, maka kuatlah pemerintah sebagai wakil fakir

miskin melalui lembaga zakat yang legitimasinya oleh pemerintah itu sendiri.

Disinilah, perlunya lembaga pengelola zakat didirikan dan salah satunya

adalah Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang sebagai lembaga

pengelola zakat dari pemerintah, dimana zakat yang terkumpul dari masyarakat itu

bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dan lembaga ini pula yang

bertanggung jawab terhadap proses pengumpulan dan pendistribusian serta

pendayagunaan zakat.

Pemerintah memandang zakat sebagai hal yang penting dikalangan

masyarakat. Untuk menuju efektivitas, insentif , profesionalisme, peningkatan

kesadaran dan hasil pengumpulan, serta penempatan zakat sebagai dana yang

sangat potensial bagi peningkatan kesejahtraan, pendidikan, dan perekonomian

umat, maka pemerintah yang paling tepat bertindak sebagai amil. Karena

bagaimana pun, pemerintah mempunyai aparat yang cukup lengkap, serta sarana

dan prasarana yang memadai, sehingga menjadi pendapat dan kecenderungan

4
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: Universitas
Indonesia Press,1998), Cet. Ke-1. h.94.
4

umum bahwa pemerintah yang menjadi titik sentral dalam proses pengelolaan

zakat.5 Keterlibatan pemerintah dalam persoalan zakat, terdapat pada Q.S. At-

Taubah
  : 103.

ۡ‫ه ۡلَّه ُۗۡم‬ٞ ‫ك ۡ َس َك‬ َ ۡ ‫ص ِّل ۡ َعلَي ِه ۖۡم ۡإِ َّن‬


َ َ‫صلَ َٰىت‬ َ ۡ ‫ُخذۡ ۡ ِمه ۡأَم َٰ َىلِ ِهم‬
َ ‫ص َدقَ ٗة ۡتُطَهِّ ُرهُم‬
َ ‫ۡوتُ َز ِّكي ِهم ۡبِهَا‬
َ ‫ۡو‬
َّۡ ‫َۡو‬
ۡ ۡ٣٠١ۡ‫ٱّللُۡ َس ِميعٌۡ َعلِي ٌم‬
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. At-Taubah : 103)

Masalah penting yang harus diperhatikan dalam peramasalahan zakat ini

adalah masalah pendistribusian dan pendayagunaan zakat, mengingat selama ini

pendistribusian zakat kepada fakir miskin sebagian besar masih bersifat sporadis

dan konsumtif belaka, yakni untuk pemenuhan kebutuhan sesaat tetapi setelah itu

mereka tetap tergolong sebagai fakir miskin. padahal visi misi zakat adalah

mengubah mustahiq menjadi muzakki atau dengan kata lain mengubah kebiasaan

menerima dengan kebiasaan memberi, dengan demikian akan terjadi proses

pengurangan, penurunan angka kemiskinan di Indonesia termasuk di wilayah

Kota Tangerang.

Kota Tangerang secara geograpis terletak antara 606’ Lintang Selatan sampai

dengan 6013’ Lintang Selatan dan 106036’ Bujur Timur sampai dengan 106042’

Bujur Timur. Luas wilayah Kota Tangerang 183.78 km2 (termasuk luas BAndara

Soekarno-Hatta sebesar 19,69 km2) yang berjarak sekitar 60 km dari Ibukota

5
Abuddin Nata, Pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekah di DKI Jakarta, (Jakarta: Bazis
DKI,1999), h.6.
5

Propinsi Banten dan sekitar 27 km dari Daerah Khusus Ibukota Jakarta.6

Berdasarkan hasil data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) jumlah penduduk

Kota  Tangerang tahun 2008 tercatat 1.531.666 jiwa.7

Dari jumlah penduduk tersebut terdapat penduduk yang kurang mampu atau

miskin sebanyak 121.016 keluarga.8 Hal ini yang membuat kota Tangerang

semakin padat dengan penduduk yang heterogen, sehingga bertambah pula jumlah

orang miskin, Betapa menurunnya daya beli masyarakat akibat krisis ekonomi

pada tahun1998 akibatnya justru memunculkan gejolak sosial politik yang begitu

luar biasa yang pada akhirnya berkembang menjadi tindakan anarkhisme di mana-

mana. Tentu kita tidak menginginkan hal-hal itu terjadi dan terulang kembali di

tengah prekonomian masyarakat yang sedang membutuhkan energi baru untuk

menata kembali roda kehidupannya.

Berdasarkan Latar Belakang Masalah di atas, maka penulis ingin melakukan

penelitian tentang: “Pengelolaan Zakat pada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA)

Kota Tangerang ”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penulisan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membuat batasan

masalah yang akan dibahas, yaitu pada; Pengelolaan yang dilakukan oleh Badan

Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang pada Tahun 2010-2011.

2. Perumusan Masalah
6
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangerang, “Kota Tangerang dalam Angka 2008”. h. 3
7
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangerang, “Kota Tangerang dalam Angka 2009”. h. 51
8
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangerang, “Kota Tangerang dalam Angka 2009”. h. 192
6

Sementara masalah yang akan dirumuskan dalam penulisan skripsi ini

adalah sebagai berikut :

1.  Bagaimana Pengelolaan Zakat yang dilakukan Badan Amil Zakat Daerah

(BAZDA) Kota Tangerang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk Mengetahui Bagaimana Pengelolaan Zakat yang dilakukan Badan

Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang.

2. Manfaat Penelitian

Secara Akademis

a) Manfaat penelitian ini secara akademis adalah untuk mendapat gelar Sarjana

Komunikasi Islam (S.Kom.I)

b) Untuk menambah wawasan dan khazanah keilmuan penulis tentang

Pengelolaan Zakat Sebagai Pengembang Masyarakat.

Secara Praktis

Untuk menggambarkan kinerja Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota

Tangerang, dan bisa menjadi panduan praktis bagi lembaga-lembaga terkait.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif, karena penulis bermaksud untuk meneliti secara mendalam. Bogdan

dan Taylor mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang


7

menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang

atau perilaku yang diamati secara langsung.9

2.  Subjek dan Objek Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pada jenis penelitian

deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-

angka. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk

memberikan gambaran penyajian tersebut. Data tersebut berasal dari naskah

wawancara, catatan lapangan atau memo dan catatan resmi lainnya.10

3. Metode

Dalam penelitian ini metode yang peneliti gunakan adalah:

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan secara mendalam yang

diarahkan pada masalah tertentu dengan tujuan tertentu, baik komunitas sasaran

atau pihak pelaksana. Wawancara itu dilakukan oleh dua pihak yaitu

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan

jawaban dari pertanyaan yang diajukan.

b. Observasi

Observasi adalah usaha untuk memperoleh dan mengumpulkan data dengan

melakukan pengamatan terdadap suatu kegiatan secara akurat, serta mencatat

9
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya,
2004), h.13.
10
Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada,
2003), Cet. Ke-2. h. 39.
8

fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam

fenomena tersebut.

c.   Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan data, membaca dan mempelajari berbagi bentuk

data tertulis (buku-buku, dokumen) yang terdapat di Badan Amil Zakat Daerah

(BAZDA) Kota Tangerang, perpustakaan dan sumber-sumber tertulis lainnya.

E. Tinjauan Pustaka

1. Anton Riyanto, Pola Pendayagunaan Dana Zakat, Infaq dan Sodaqoh (ZIS)

pada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Masyarakat Mandiri dalam

Upaya Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah. Skripsi mahasiswa Fakultas

Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, jurusan Manajemen Dakwah disusun

pada tahun 2010, berisi tentang pola pendayagunaan dana Zakat, Infaq dan

Sodaqoh (ZIS) yang dilakukan masyarakat mandiri dalam upaya

pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM).

2. Zaenal Arifin, Pendayagunaan Dana untuk Pendidikan Studi Kasus di

Lembaga Pengembang Insani Dompet Dhu’afa Republika, skripsi

mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan

Agama Islam disusun pada tahun 2009, berisi tentang Pelaksanan

Pendayagunaan Dana Zakat pada Sektor Pendidikan di Lembaga

Pengembang Insani Dompet Dhu’afa Republika.

3. Siti Ernnysah, Efektivitas Pengelolaan Dana Zakat pada Masyarakat di

Malaysia, skripsi mahasiswa Fakultas Syariah & Hukum jurusan Ahwal Al-
9

Syakhsiyyah di susun pada tahun 2008, berisi tentang Pengelolaan Dana

Zakat Baitul Mal Perak di Malaysia.

4.  Siti Hafidaty, Sistem Pengelolaan Data Base dan Studi Kelayakan

Mustahiqq pada Pelaksanaan Program Layanan Mustahiqq Lembaga

Pelayanan Masyarakat (LPM) Dompet Dhu’afa, skripsi mahasiswa Fakultas

Dakwah

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini dalam menguraikan dan

menganalisa yang akan dibahas dan sekaligus agar pembaca dapat memahami

uraian selanjutnya, maka penulis membuat Sistematika Penulisan dalam beberapa

bab, yaitu:

BABI. Berisi tentang PENDAHULUAN, yang terdiri dari: Latar Belakang

Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika

Pembahasan.

BAB II. Berisi tentang TINJAUAN TEORITIS yang terdiri dari: Pengertian

Pengelolaan, Pengertian Zakat, Pengertian Mustahiq, Jenis-jenis

Mustahiq (yang berhak menerima) Zakat, Pengertian Amil Zakat,

Pengertian Badan Amil Zakat.

BAB III. Berisi tentang BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KOTA

TANGERANG, yang terdiri dari: Sejarah Pertumbuhan dan

Perkembangan Badan Amil Zakat Daerah yang ada di Indonesia, Badan


10

Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang, Hubungan Badan Amil

Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dengan Badan Amil Zakat

  (BAZ) Tingkat Pusat, Hubungan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA)

Kota Tangerang dengan Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah

(LAZIS) yang ada di Kota Tangerang.

BAB IV. Berisi tentang BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KOTA

TANGERANG PENGELOLAAN ZAKAT DAN PENGEMBANGAN

POTENSI ZAKAT yang terdiri dari: Usaha Badan Amil Zakat Daerah

(BAZDA) Kota Tangerang dalam Pengumpulan Dana Zakat, Usaha

Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dalam Pengelolaan

Dana Zakat, Usaha Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang

dalam Pendayagunaan Dana Zakat untuk Mengembangkan Masyarakat,

Usaha Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dalam

Pendayagunaan Zakat, Analisis.

BAB V. Berisi tentang PENUTUP yang terdiri dari : Kesimpulan dan Saran-saran

yang di ambil berdasarkan analisa dari uraian terdahulu.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.   Pengertian Pengelolaan

Arti “Pengelolaan” ialah (1). Proses, cara, perbuatan mengelola; (2). Proses

melakukan kegiatan tertentu dengan menggunakan tenaga orang lain. (3). Proses

yang membantu merumuskan dan tujuan organisasi. (4). Proses yang memberikan

pengawasan pada hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan.1

Sedangkan Pengelolaan menurut istilah ialah kegiatan perencanaan atau

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan.2

Menurut Harsoyo pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal dari kata

“kelola” mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk menggali dan

memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna

mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya.

Pengelolaan menurut istilah ialah suatu rangkaian pekerjaan atau suatu

usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja

dalam mencapai tujuan tertentu.3

Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta

pendayagunaan zakat. Pengelolaan zakat berasaskan iman dan takwa,

1
Departemen Pendidikan Nasional; “Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa”,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama 2008), edisi ke-4. h. 657.
2
Nasroen Haroen, ”Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Organisasi Pengelola Zakat”
(Departemen Agama Republik Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam: 2007), h. 4
3
http: //id.shooving.com/Writing-and-speaking/presenting/2108155-pengertian-
pengelolaan, tgl 28 Januari 2011. Waktu 13:54.

11
12

keterbukaan, dan kepastian hukum sesuai dengan pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945. Pengelolaan zakat bertujuan:

1)  Meningkatnya pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai

dengan tuntunan agama.

2) Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya

mewujudkan kesejahtraan masyarakat dan keadilan sosial.

3) meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat.4

Definisi pengelolaan menurut Wardoyo memberikan definisi sebagai berikut

pengelolaan adalah suatu rangkai kegiatan yang berintikan perencanaan

,pengorganisasian pengerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya.5

Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang bertujuan menggali dan

memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki secara efektif untuk mencapai

tujuan organisasi yang telah ditentukan.6

B. Pengertian Zakat

Menurut bahasa kata zakat berarti: 1). Jumlah harta tertentu yang wajib

dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang

4
http: //esharianomics.com/esharianomics/zakat/manajemen/definisi-pengelolaan-zakat.
tgl 1 Januari 2011. Waktu 14:20.
5
http: //id.shooving.com/Writing-and-speaking/presenting/2108155-pengertian-
pengelolaan, tgl 28 Januari 2011. Waktu 13:54.
6
http: //id.shooving.com/Writing-and-speaking/presenting/2108155-pengertian-
pengelolaan, tgl 28 Januari 2011. Waktu 13:55.
13

berhak menerimanya. 2). Salah satu rukun Islam yang mengatur harta yang wajib

dikeluarkan kepada mustahiq.7

  Menurut bahasa zakat berarti tumbuh (numuww) dan bertambah (ziyadah).

Jika diucapkan zaka al-zar‟, artinya adalah tanaman itu tumbuh dan bertambah.

jika diucapkan zakat al-nafaqah, artinya nafkah tumbuh dan bertambah jika di

berkati.8

Kata ini juga sering dikemukakan untuk makna thaharah (suci). Allah swt.

Berfirman:

٩ ‫قَ ۡد أَ ۡفيَ َح ٍَِ سَ َّم ٰىهَا‬

Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa


itu”.(Q.S. Asy Syams:09)

Dalam tafsirnya: orang menyucikan jiwanya dan menyuburkan rohaninya,

serta memanjatkan jiwanya kepada kesempurnaan. Itulah orang yang memperoleh

kemenangan.9

Maksud kata zakka dalam ayat ini ialah menyucikan dari kotoran. Arti yang

sama (suci) juga terlihat dalam ayat berikut:

ٔٗ ‫قَ ۡد أَ ۡفيَ َح ٍَِ ذَشَ َّم ٰى‬

Artinya “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri


(dengan beriman),(Q.S. Al A’ laa: 14)

Dalam tafsirnya: kata ( ) aflaha terambil dari kata (alfalah) alfalah yang

berarti membelah, dari sini petani dinamai (alfallah) karena ia mencangkul untuk

7
Departemen Pendidikan Nasional; “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama), edisi ke-4. h.1279
8
Wahbah Alzuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya 2005), h. 82.
9
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, “Tafsir Al-Quranul Majid An-Nuur”
(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2000), cet. Ke-2, h.4607.
14

membelah tanah lalu menanami benih. Benih yang ditanam petani menumbuhkan

buah yang diharapkannya. Dari sini agaknya sehingga memperoleh apa yang

diharapkan
  yang dinamai falah dan hal tersebut tentu melahirkan kebahagian yang

juga menjadi salah satu makna falah.

Dalam surah Al-Mukminun dari ayat 1-9, dikemukakan sifat-sifat orang-

orang mukmin yang akan meraih al-falah yaitu: (1) khusyu’ di dalam shalat, (2)

menunaikan zakat, (3) menjauhkan diri dari perbuatan sia-sia, (4) tidak

menggunakan alat kelaminnya kecuali secara sah, (5) memelihara amanat dan

janji, (6) memelihara waktu-waktu shalat.10

Dalam tafsirnya: kata (‫)ذَ َش َّمى‬ tazakka yakni bersungguh-sungguh

menyucikan diri, bukannya seperti yang difahami oleh sebagian ulamayang

mengartikan kata tazakka berarti mengeluarkan zakat fitrah. Shalat dan zakat

memang seringkali digandengkan penyebutannya oleh al-qur’an tetapi setelah

mengamati redaksi ayat diatas yang menjelaskan cara dan sebab meraih

keberuntungan, maka agaknya sekedar shalat, apalagi shalat idul fitri dan zakat

fitrah bukanlah dua hal yang cukup berat guna memperoleh imbalan ganjaran

yang demikian besar. Demikian arti tazakka dalam ayat diatas bukan

mengeluarkan zakat, tetapi dalam pengertian umum yakni menyucikan diri.11

Kata zakat , adakalanya bermakna pujian, misalnya dalam firman Allah swt.
Berikut ini:
ٖٕ ٌۡ‫فَ ََل ذُشَ ُّم ٓى ْا أَّفُ َس ُن‬
Artinya: “(Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci)”,(Q.S. An
Najm: 32)
10
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al-Mishbah”. Volume 15, (Jakarta: Lentera Hati 2002),
h.218
11
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al-Mishbah”. Volume 15, (Jakarta: Lentera Hati 2002),
h.219
15

Dalam tafsirnya: larangan memuji amal dan menyatakan diri suci itu, adalah

bila ia diungkapkan dengan rasa bangga dan keyakinan diterimanya amal itu.

Tetapi
  bila tujuannya adalah mensyukuri nikmat allah sambil menyadari bahwa

hal tersebut diperoleh karena anugerahnya, maka ia tidak terlarang. Larangan itu

tertuju kepada setiap orang, baik dalam kedudukannya sebagai pribadi maupun

kolektif, dan dengan demikian tidaklah wajar satu suku atau bangsa memuji diri

mereka.12

Kata ini terkadang bermakna baik (shalah). Pernyataan rajul zakiyy berarti

orang yang bertambah kebaikannya. Min qawm azkiya’ artinya termasuk diantara

orang-orang yang baik. Zakka al-qadhi al-syuhud artinya seorang qadli

menjelaskan bertambahnya mereka dalam kebaikan.13

Adapun zakat menurut istilah, berarti hak yang wajib (dikeluarkan dari)

harta. Mazhab maliki mendefinisikannya dengan, mengeluarkan sebagian yang

khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nishab (batas kuantitas

yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya

(mustahiqq). Dengan catatan, kepemilikan-kepemilikan itu penuh dan mencapai

hawl (setahun), bukan barang tambang dan bukan pertanian.”14

Firman Allah swt:

12
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al-Mishbah”. Volume 13, (Jakarta: Lentera Hati 2002),
h.430
13
Wahbah Alzuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya 2005), h. 83.
14
Wahbah Alzuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya 2005), h. 83.
16

ًِ‫ب َو ۡٱى ٰ َغ ِز ٍٍَِِ َوف‬


ِ ‫ٍِ َو ۡٱى ٰ َع َِيٍَِِ َعيَ ٍۡهَا َو ۡٱى َُؤَ ىَّفَ ِح قُيُىتُهٌُۡ َوفًِ ٱىزِّ قَا‬ ُ َ‫ص َد ٰق‬
ِ ‫د ىِ ۡيفُقَ َز ٓا ِء َو ۡٱى ََ ٰ َس ِن‬ َّ ‫إَِّّ ََا ٱى‬
٠ٓ ٌٍٞ ‫ٱّللُ َعيٍِ ٌٌ َح ِن‬ َّ ‫ٱّللِ َو‬
‫ض ٗح ٍَِِّ َّ ه‬َ ٌ‫ٍو فَ ِز‬ ِ ِ‫ٱّللِ َو ۡٱت ِِ ٱى َّسث‬ َّ ‫ٍو‬
ِ ِ‫َسث‬
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
 
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.(Q.S:
At-Taubah: 60).

Ayat sebelumnya mengambarkan bahwa ada yang keberatan tentang

pembagian nabi muhammad SAW. Sambil berkata bahwa beliau tidak adil karena

membagikan kepada para peng gembala dan lain-lain.15

Ayat ini, membenarkan sikap nabi dan menjelaskan bahwa sesungguhnya

zakat-zakat, bukan untuk mereka yang mencemoohkan itu, tetapi ia hanyalah

dibagikan untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengelola-pengelolanya,

yakni yang mengumpulkan serta yang mencari, dan menetapkan siapa yang harus

menerima dan membaginya, dan diberikan juga kepada para mua‟allaf, yakni

orang-orang yang dibujuk hatinya, serta untuk memerdekakan para hamba sahaya,

dan orang-orang yang berhutang bukan dalam kedurhakaan kepada allah SWT,

dan disalurkan juga pada sabilillah dan orang-orang yang kehabisan bekal yang

sedang dalam perjalanan. Semua itu sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan

Allah; dan Allah maha mengetahui siapa yang harus menerima dan dia maha

bijaksana dalam menetukan ketentuan-ketentuannya.

Ayat ini merupakan dasar pokok menyangkut kelompok-kelompok yang

berhak mendapat zakat. dari sekumpulan ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara

15
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al-Mishbah”. Volume 15, (Jakarta: Lentera Hati 2002),
h.141
17

tentang zakat dan shadaqah, dapat di simpulkan bahwa harta benda mempunyai

fungsi sosial. Fungsi tersebut ditetapkan Allah atas kepemilikannya yang mutlak

terhadap
  segala sesuatu di alam raya ini termasuk kata benda. Disamping dasar

persaudaraan semasyarakat, sebangsa, dan sekemanusiaan dan berdasar istikhlaf,

yakni penugasan manusia sebagai khalifah di bumi.16

Dari sini jelaslah bahwa kata zakat, menurut terminologi para Fuqoha,

dimaksudkan sebagai “Penunaian”, yakni penunaian hak yang wajib yang terdapat

dalam harta.17

Sedangkan pengertian zakat menurut Abdurrahim dan Mubarak adalah

sejumlah harta tertentu yang harus diberikan kepada kelompok tertentu dengan

berbagai syarat. Menurut Hukum Islam zakat adalah nama bagi suatu

pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat tertentu.18

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang dibebankan atas harta

kekayaan seseorang menurut aturan tertentu. Zakat bukanlah pajak yang

merupakan sumber pendapatan negara. Karena itu keduanya harus dibedakan,

perkataan zakat disebut di dalam al-qur’an dan selalu dirangkaikan dengan shalat

yang merupakan rukun islam yang kedua. Zakat yang disebut Al-qur’an setelah

shalat, adalah sarana komunikasi utama antara manusia dengan manusia lain

16
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al-Mishbah”. Volume 5, (Jakarta: Lentera Hati 2002),
h.148
17
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.1. h. 82.
18
Lili Bariadi, et al., “Zakat dan Wirausaha”, (Jakarta: CED (Center for
Entrepreneurship Development), 2005), Cet. 1. h. 4.
18

dalam masyarakat. Karena itu lembaga zakat ini sangat penting dalam menyusun

kehidupan yang humanis dan harmonis.19

  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa definisi pengelolaan zakat adalah

salah satu instrumen pemerataan pendapatan, yaitu institusi zakat, infaq dan

shadaqah (ZIS). Secara ideal, bisa terlihat dalam mekanisme pengelolaan zakat.

apabila hal itu bisa terlaksana dalam aktivitas sehari-hari umat Islam, maka zakat

berpotensi mempengaruhi ativitas ekonomi nasional, termasuk didalamnya

penguatan pemberdayaan ekonomi nasional. Secara substantif, zakat, infaq, dan

shadaqah (ZIS) merupukan bagian dari mekanisme keagamaan yang berintikan

semangat pemerataan pendapatan.

Dana zakat diambil dari harta orang yang berkelebihan dalam harta dan

disalurkan kepada orang yang kekurangan. Zakat bukan sekedar wujud kebaikan

hati orang-orang kaya terhadap orang-orang miskin. Akan tetapi zakat merupakan

hak tuhan dan hak orang miskin terdapat dalam harta orang kaya, yang wajib

dikeluarkan.20

C. Pengertian Mustahiq

19
Muhammad Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf”, (Jakarta :
Universitas Indonesia, 1988), Cet.1. h.9
20
Djamal Doa, “Pengelolaan Zakat oleh Negara untuk Memerangi Kemiskinan”,
(Jakarta: KORPUS, 2004). Cet. 1. H.75
19

Mustahiq menurut bahasa adalah orang atau badan yang berhak menerima

zakat, infak dan sadaqah.21 Mustahiq menurut bahasa ialah orang-orang yang
22
berhak
  menerima zakat.

Mustahiq menurut istilah adalah pihak yang berhak menerima zakat yang

terdiri dari 8 golongan masyarakat seperti tercantum dalam firman allah swt. yang

artinya: (Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-

orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk

(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk

mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan

Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana). (Q.S: At-Taubah: 60).23

D. Jenis-jenis Mustahiq (yang berhak menerima) zakat

Pada ayat 60 dalam surat At-Taubah, dijelaskan kelompok-kelompok yang

berhak menerima zakat, yaitu firman Allah swt.,

ًِ‫ب َو ۡٱى ٰ َغ ِز ٍٍَِِ َوف‬


ِ ‫ٍِ َو ۡٱى ٰ َع َِيٍَِِ َعيَ ٍۡهَا َو ۡٱى َُؤَ ىَّفَ ِح قُيُىتُهٌُۡ َوفًِ ٱىزِّ قَا‬ ُ َ‫ص َد ٰق‬
ِ ‫د ىِ ۡيفُقَ َز ٓا ِء َو ۡٱى ََ ٰ َس ِن‬ َّ ‫إَِّّ ََا ٱى‬
٠ٓ ٌٍٞ ‫ٱّللُ َعيٍِ ٌٌ َح ِن‬ َّ ‫ٱّللِ َو‬
‫ض ٗح ٍَِِّ َّ ه‬َ ٌ‫ٍو فَ ِز‬ ِ ِ‫ٱّللِ َو ۡٱت ِِ ٱى َّسث‬ َّ ‫ٍو‬
ِ ِ‫َسث‬
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
(Q.S: At-Taubah: 60).

21
http://mustahik.wordpress.com/2008/05/07/petunjuk-praktis-bagi-mustahik/ Mei
7,2008 pkl: 15:00 WIB.
22
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, “Ensiklopedi Islam 5”,(Jakarta: PT ICHTIAR
BARU VAN HOEVE,1997). Cet. 4. h.227.
23
http://pondokzakat.com/articles.php?Ing=in&pg=41: 19/04/2008 10:19
20

Ayat tersebut menunjukkan bahwa yang berhak menerima zakat ialah

delapan kategori manusia.24

  Adapun kelompok penerima zakat (mustahiq al-zakat) ada delapan: orang-

orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang

dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,

untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan akan

dijelaskan mengenai delapan kelompok yang berhak menerima zakat, ialah:

1. Orang Fakir (Al-Fuqara‟)

Kata fakir berarti orang-orang sangat miskin dan hidup menderita yang

tidak memiliki apa-apa untuk hidup. yang tersirat dalam al-qur’an surat at-

taubah(9) ayat (60),25 Al-Fuqara‟ adalah kelompok pertama yang menerima

bagian zakat. Al-Fuqara‟ adalah bentuk jamak dari kata al-faqir, Al-Faqir

menurut mazhab Syafi’i dan Hanbali adalah orang yang tidak memiliki harta

benda dan pekerjaan yang yang mampu mencukupi kebutuhannya sehari-hari.26

2. Orang Miskin (Al-Masakin)

Al-Masakin adalah bentuk jamak dari kata Al-Miskin. Kelompok ini

merupakan kelompok kedua penerima zakat. Orang miskin adalah orang yang

memiliki pekerjaan, tetapi penghasilannya tidak dapat dipakai untuk memenuhi

24
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. h. 280.
25
Muhammad dan Ridwan Mas’ud, “Zakat dan Kemiskinan Instrumen Pemberdayaan
Ekonomi Umat”, (Yogyakarta: UII Press, 2005), cet. 1. h.54.
26
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. h. 280.
21

hajat hidupnya. Orang Fakir, menurut mazhab Syafi’i dan Hanbali, lebih sengsara

dibandingkan dengan orang miskin.27

‫ُخ ُذ ُم َّو‬  ‫ل ٌَ ۡأ‬ٞ ِ‫دخ أَ ُۡ أَ ِعٍثَهَا َو َماَُ َو َر ٓا َءهٌُ ٍَّي‬


ُّ ‫أَ ٍَّا ٱى َّسفٍَِْحُ فَ َناّ َۡد ىِ ََ ٰ َس ِنٍَِ ٌَ ۡع ََيُىَُ فًِ ۡٱىثَ ۡح ِز فَأ َ َر‬
٩٩ ‫َصثٗ ا‬ ۡ ‫َسفٍَِْ ٍح غ‬
Artinya: “Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang
bekerja di laut, dan Aku bertujuan merusakkan bahtera itu, Karena di hadapan
mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera”. (Q.S.Al Kahfi:79)

Dalam ayat ini telah dijelaskan bahwasanya Nabi Musa as. Melakukan

pelanggaran. Melakukan kemudharatan yang kecil yaitu melakukan sesuatu hal

yang dapat membahayakan hak-hak orang miskin, dan dalam hal ini imam Syafii

menjadi dasar hukum yaitu bahwa seorang miskin keadaannya lebih baik dari

pada seorang fakir, karena yang miskin masih memiliki modal untuk mencari

rezeki, berbeda dengan yang fakir.28

3. Panitia Zakat (Al-„Amil)

Panitia Zakat (Al-„Amil) ialah orang-orang yang bertugas mengumpulkan

zakat yang telah ditugaskan oleh pemerintah atau pemimpin dalam masyarakat.

Kata Amilun yang diartikan pengumpul bisa mencakup semua pegawai yang turut

mengelola akan sumber dana zakat, pengumpul, pekerja, pembagi, distributor,

penjaga, akuntan dan sebagainya yang bersangkutan dalam mengelola manajemen

dan administrasi dana zakat.

27
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. h. 281.
28
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al-Mishbah”. Volume 8, (Jakarta: Lentera Hati 2002),
h.106-107
22

Panitia zakat (al-amil), mereka berhak mendapat gaji dari dana zakat yang

terkumpul tersebut. Tanpa melihat kondisi keuangan atau kekayaan mereka yang

terlibat
  dalam pengelolaan dana zakat tersebut. Penetapan gaji panitia zakat (al-

amil) selayaknya ditentukan menurut volume zakat yang terkumpul, berupa

persen (%) dari jumlahnya. Dengan ketentuan ini akan meningkatkan upaya

panitia zakat (al-amil) dalam mengoptimalkan penarikan dana zakat. adapun

untuk mengoptimalkan pengelolaan zakat, maka bagi panitia zakat (al-amil) harus

memiliki kemampuan pengelolaannya sehingga dana zakat benar-benar maksimal

dalam target penarikan dan pendistribusiannya. Selain itu juga sebagai panitia

zakat (al-amil) harus mampu dan memiliki sistem manajemen yang jelas dan

transparan.29

4. Mu‟allaf yang perlu ditundukkan hatinya

Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain orang-orang yang lemah

niatnya untuk memasuki Islam. Mereka diberi bagian dari zakat agar niat mereka

memasuki Islam menjadi kuat. Mereka terdiri atas dua macam: Muslim dan Kafir.

Kelompok kafir terdiri atas dua bagian, yaitu orang-orang yang diharapkan

kebaikannya bisa muncul, dan orang-orang yang ditakuti kejelekannya.

Disebutkan bahwa Nabi saw. Pernah memberikan sesuatu kepada orang kafir,

untuk menundukkan hatinya agar mereka mau masuk Islam.30

29
Muhammad dan Ridwan Mas’ud, “Zakat dan Kemiskinan Instrumen Pemberdayaan
Ekonomi Umat”, op.cit., h.57.
30
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. h. 283.
23

5. Para Budak

Para budak yang dimaksud di sini, menurut jumhur ulama, ialah para budak

muslim
  yang telah membuat perjanjian dengan tuannya (al-mukatabun). Al-

Mukatabun ialah budak yang dijanjikan oleh tuannya untuk dimerdekakan bila dia

telah membayar sejumlah uang. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk

memberikan zakat kepada para budak itu agar dapat memerdekakan diri mereka.

Selain itu ditegaskan pula dalam firman Allah swt.

ٓ ‫ٱّللِ ٱىَّ ِذ‬


ٖٖ ٌۡ‫ي َءاذَ ٰى ُن‬ َّ ‫اه‬
ِ ٍَّ ٍِِّ ٌُ‫َو َءاذُىه‬

Artinya “Berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang


dikaruniakan Nya kepadamu” (Q.S.An Nuur:33).

Syarat untuk pembayaran zakat budak yang dijanjikan untuk dimerdekakan

ialah budak itu harus muslim dan memerlukan bantuan untuk pembebasannya.31

6. Orang Yang Memiliki Utang

Mereka adalah orang-orang yang memiliki utang, baik hutang itu untuk

dirinya sendiri maupun bukan, baik utang itu dipergunakan untuk hal-hal yang

baik maupun untuk melakukan kemaksiatan.jika utang itu dilakukannya untuk

kepentingannya sendiri, dia tidak berhak mendapatkan bagian dari zakat kecuali

dia adalah seorang yang di anggap fakir. Tetapi, jika utang itu untuk kepentingan

orang banyak yang berada di bawah tanggung jawabnya, untuk menebus denda

31
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. h. 286.
24

pembunuhan atau menghilangkan barang orang lain, dia boleh diberi bagian

zakat, meskipun sebenarnya dia itu kaya, sebab ada sabda rasulullah saw.32

‫اهَا‬ ‫ار ًٍ أَوْ ىِ َز ُج ٍو اِ ْشرَ َز‬


ِ ‫اس فِى َسثِ ٍْ ِو للاِ اَوْ ىِ َعا ٍِ ٍو َعيَ ٍْهَا اَوْ ىِ َغ‬ ٍ ‫ص َدقَحُ ىِ َغًِْ إِ َّل خَ َْ َسحٌ ىِ َغ‬َّ ‫َلذَ ِحوُّ اى‬
َ ْ َ َ َ‫تِ ََاىِ ِه اَوْ ىِ َز ُج ٍو ىهُ َجا ٌر ٍِ ْس ِن ٍْ ٌِ فَر‬
َ ‫ص َّد‬
‫ق َعيى اى َِ ْس ِن ٍْ ِِ إِى ٍْ ِه‬ َ
Artinya: “zakat tidak boleh diberikan kepada orang kaya kecuali bila ada
salah satu dari lima sebab di bawah ini. Orang yang berjuang di jalan Allah swt.,
panitia zakat, berutang, orang yang menebus dirinya, orang yang mempunyai
tetangga yang miskin lalu diberikan kepadanya, tetapi orang miskin itu
menghadiahkan kembali kepadanya”.

Mazhab Hanafi mengatakan, “orang yang berutang ialah orang yang betul-

betul memiliki utang dan tidak memiliki apa-apa selain utangnya itu.” Dan

Mazhab maliki mengatakan, “bahwa orang yang berutang ialah orang yang benar-

benar dililit utang sehingga dia tidak bisa melunasi utangnya.” Misalnya , orang

itu memiliki kekayaan yang dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhannya sehari-

hari, tetapi dia memperbanyak pengeluarannya kemudian berutang agar dia dapat

memperoleh bagian dari zakat. Orang seperti itu tidak patut diberi bagian dari

zakat. Berbeda dengan orang-orang fakir yang berutang untuk memenuhi

kebutuhan pokoknya, bukan berutang untuk memperoleh zakat. Orang fakir

seperti ini harus diberi uang sebesar utang yang telah dia lakukan karena dia telah

memiliki niat yang sangat baik.”33

7. Orang Yang Berjuang Di Jalan Allah (Fi Sabilillah)

32
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. h. 286.
33
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. h.287.
25

Yang termasuk dalam kelompok ini ialah para pejuang yang berperang di

jalan Allah yang tidak digaji oleh markas komando mereka karena yang mereka

lakukan
  hanyalah berperang, Allah swt. Berfirman, (Q.S.Ash Shaff: 4).

ٗ ‫ُىص‬ َ ‫ٱّللَ ٌ ُِحةُّ ٱىَّ ِذٌَِ ٌُ ٰقَرِيُىَُ فًِ َسثٍِيِ ِهۦ‬


ٞ ‫ِ ٍَّ ۡزص‬ٞ ٍَٰ ُْۡ ‫ص ٗفّا َمأََّّهٌُ ت‬ َّ َُّ ِ‫إ‬
Artinya. “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya

dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang

tersusun kokoh”. (Q.S.Ash Shaff: 4).

Dalam tafsirnya bahwa sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang

berjuang di jalannya, yakni untuk menegakkan agama allah dalam bentuk satu

barisan yang kukuh yang kait-berkaitan dan menyatu jiwanya lagi penuh disiplin

seakan-akan mereka, karena kukuh dan saling berkaitannya satu dengan yang lain,

bagaikan bangunan yang tersusun rapi.34

Dengan demikian, ayat di atas dapat dinilai sebagai kecaman yang ditujukan

kepada mereka yang berjanji akan berjihad tapi ternyata enggan melakukannya.

Ayat ini pun serupa dengan firman allah dalam QS. Al-Baqarah: 246 yang

berbicara tentang orang-orang yahudi yang suatu ketika mengharap diizinkan

untuk berperang tetapi “tatkala perang diwajibkan atas mereka, mereka pun

berpaling, kecuali sedikit dari mereka”. Ayat ini juga mengecam orang-orang

munafik yang mengucapkan kalimat syahadat dengan mengaku muslim tanpa

melaksanakan secara baik dan benar tuntunan agama islam.35

34
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al-Mishbah”. Volume 14, (Jakarta: Lentera Hati 2002),
h.10
35
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al-Mishbah”. Volume 14, (Jakarta: Lentera Hati 2002),
h.11
26

Menurut jumhur ulama, orang-orang yang berperang di jalan Allah diberi

bagian zakat agar dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka, meskipun mereka itu

kaya   karena sesungguhnya orang-orang yang berperang itu adalah untuk

kepentingan orang banyak. Adapun orang-orang yang digaji oleh markas

komando mereka, tidak diberi bagian zakat sebab mereka memiliki gaji tetap yang

dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan mereka tidak memerlukan

bagian itu.36 Abu Hanifah berpendapat bahwa orang-orang yang berperang di

jalan Allah tidak perlu diberi bagian zakat, kecuali jika mereka adalah orang-

orang fakir. Dan ibadah haji menurut imam Hanbali termasuk salah satu jenis

perjuangan di jalan Allah.37

Oleh karena itu, orang yang memiliki keinginan untuk melaksanakan ibadah

haji bisa diberi bagian zakat; berdasarkan riwayat Abu Dawud dari Ibn Abbas

mengatakan,

ٌَ َّ ‫صي َّى للاُ َعيَ ٍْ ِه َوآىِ ِه َو َسي‬ َ َ‫خ إِ ٍْ َزأَذُهُ ْاى َح َّج فَق‬
َ ًُّ ِ‫اه ىَهَا اىَّْث‬ ْ ‫أَ َُّ َر ُجَلا َّاقَحٌ فِى َسثِ ٍْ ِو للاِ فَأ َ َرا َد‬

ِ‫اَرْ َمثِ ٍْهَا فَئ ِ َُّ ْاى َح َّج ٍِ ِْ َسثِ ٍْ ِو للا‬

Artinya “ ada seorang yang memberikan untanya umtuk suatu keperluan di


jalan Allah dan istrinya hendak menunaikan ibadah haji. Maka Nabi saw.
bersabda kepada perempuan itu : „naikilah unta itu karena sesungguhnya haji
merupakan suatu bentuk perjuangan di jalan Allah.”

Oleh karena itu, orang yang hendak melakukan ibadah haji boleh

mengambil zakat jika dia orang fakir sehingga bagian itu dapat dia pergunakan

untuk menunaikan ibadah haji, atau hanya melakukan umrah, atau akan

36
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. , h.288.
37
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. , h.288.
27

melakukan kedua ibadah itu. Adapun untuk ibadah sunah, dia tidak perlu

mendapat bantuan karena di dalam ibadah sunah dia tidak dikenai denda apa-

apa.38 

8. Orang Yang Sedang Dalam Perjalanan (Ibnu Sabil)

Orang yang sedang melakukan perjalanan adalah orang-orang yang

bepergian (musafir) untuk melaksanakan suatu hal yang baik (tha‟ah) tidak

termasuk maksiat. Dia diperkirakan tidak akan mencapai maksud dan tujuannya

jika tidak dibantu. Sesuatu yang termasuk perbuatan baik (tha‟ah) ini antara lain,

ibadah haji, berperang di jalan Allah, dan ziarah yang dianjurkan.39

Selain itu, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Jama‟ah dari ibn Abbas

bahwasanya Nabi saw. Pernah berkata kepada Mu’adz bin Jabal ketika beliau

mengutusnya ke Yaman,

ٌْ ‫ض أَ َُّ للاَ َعيَ ٍْ ِه‬


َ ‫ب اى َّش َما ِج َعيَ ٍْ ِه ٌْ فَأ َ ْعيِ َْهُ ٌْ اَ َُّ للاَ اِ ْفرَ َز‬ ِ ْ‫فَئ ِ َُّ هُ ٌْ اَطَا ُعىْ كَ ىِ َذا ىِلَ أَيْ اَ ْ ِل ْق َزا ُرتِ ُى ُجى‬
ٌْ ‫ص َد قَحٌ ذُ ْؤخَ ُذ ٍِ ِْ أَ ْغٍَِْائِ ِه ٌْ فَرُ َز ُّد َعيَى فُقَ َزا ِء ِه‬
َ

Artinya: “jika mereka menuruti perintahmu untuk itu ketetapan atas mereka
untuk mengeluarkan zakat beritahukanlah kepada mereka bahwasanya allah swt.
Mewajibkan kepada mereka untuk mengeluarkan zakat yang diambil dari orang-
orang kaya mereka dan diberikan lagi kepada orang-orang fakir di antara
mereka.

Dalil ini menunjukkan bahwa zakat diambil oleh imam dari orang-orang

muslim yang kaya, kemudian dibagikan olehnya kepada orang-orang yang fakir.

Pembagian zakat kepada “kaum fakir” dalam riwayat tersebut dijadikan dasar bagi

38
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. , h.288.
39
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. , h.289.
28

mazhab maliki bahwasanya zakat boleh dibagikan hanya kepada satu kelompok

saja.40

  Para ulama mazhab sependapat bahwa golongan yang berhak menerima

zakat itu ada 8 (delapan).41

E. Pengertian Amil Zakat

Amil zakat menurut bahasa: orang yang menerima dan menyalurkan zakat.42

sedangkan amil zakat menurut istilah: semua pihak yang bertindak mengerjakan

yang berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan, penjagaan, pencatatan, dan

penyaluran atau distribusi harta zakat. mereka diangkat oleh pemerintah dan

memperoleh izin darinya atau dipilih oleh instansi pemerintah yang berwenang

atau oleh masyarakat Islam untuk memungut dan membagikan serta tugas lain

yang berhubungan dengan zakat, seperti penyadaran atau penyuluhan masyarakat

tentang hukum zakat, menrangkan sifat-sifat pemilik harta yang terkena

kewajiban membayar zakat dan mereka yang menjadi mustahiq, mengalihkan,

menyimpan dan menjaga serta menginvestasikan harta zakat sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan dalam rekomendasi pertama Seminar Masalah Zakat

Kontemporer Internasional ke-3, di kuwait.43 Lembaga-lembaga dan panitia-

panitia pengurus zakat yang ada pada zaman sekarang ini adalah bentuk

kontemporer bagi lembaga yang berwenang mengurus zakat yang ditetapkan

40
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. , h.277.
41
M. Jawad Mughniyah, “Fiqih Lima Mazhab”, (Jakarta: Lentera, 2010). Cet. 25. h.189.
42
Tim Primapena, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Gita Media Press), h.45
43
www.http://id.wikipedia.org/wiki/Amil, 11 Desember 2009, Waktu 09:09.
29

dalam syari’at Islam. Oleh karena itu, petugus (amil) yang bekerja di lembaga

tersebut harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan.44

  Tugas-tugas yang dipercayakan kepada amil zakat ada yang bersifat

pemberian kuasa (karena berhubungan dengan tugas pokok dan kepemimpinan)

yang harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh para ulama fikih, antara

lain muslim, laki-laki, jujur dan mengetahui hukum zakat. ada tugas-tugas

sekunder lain yang boleh diserahkan kepada orang yang hanya memenuhi

sebagian syarat-syarat di atas, yaitu akuntansi, penyimpanan, dan perawatan aset

yang dimiliki lembaga pengelola zakat, pengetahuan tentang ilmu fikih zakat, dan

lain-lain.45

Para amil zakat berhak mendapat bagian zakat dari kuota amil yang

diberikan oleh pihak yang mengangkat mereka, dengan catatan bagian tersebut

tidak melebihi dari upah yang pantas, walaupun mereka orang fakir. Dengan

penekanan supaya total gaji para amil dan biaya administrasi itu tidak lebih dari

seperdelapan zakat (13.5%). Perlu diperhatikan, tidak diperkenankan mengangkat

pegawai lebih dari keperluan. Sebaiknya gaji para petugas ditetapkan dan diambil

dari anggaran pemerintah, sehingga uang zakat dapat disalurkan kepada mustahiq

lain.46 Para amil zakat tidak diperkenankan menerima sogokan, hadiah atau hibah,

baik dalam uang ataupun barang. Para petugas zakat seharusnya mempunyai etika

ke Islaman secara umum. Misalnya, penyantun dan ramahkepada para wajib

zakat(muzakki) dan selalu mendoakan mereka. Begitu juga terhadap para

mustahiq, mereka mesti dapat menjelaskan kepentingan zakat dalam menciptakan


44
www.http://id.wikipedia.org/wiki/Amil, 11 Desember 2009, Waktu 09:09.
45
www.http://id.wikipedia.org/wiki/Amil, 11 Desember 2009, Waktu 09:09.
46
www.http://id.wikipedia.org/wiki/Amil, 11 Desember 2009, Waktu 09:09.
30

solidaritas sosial. Selain itu, agar menyalurkan zakat sesegera mungkin kepada

para mustahiq.47

F. Pengertian Badan Amil Zakat

1. Pengertian Badan

Menurut kamus besar bahasa indonesia kata “badan” berarti: 1. Tubuh

(dalam arti segenap jasad manusia), 2. Tubuh (dalam arti pokok tubuh manusia

selain anggota dan kepala), 3. Awak (bagian yang terutama tentang barang), 4.

Diri (sendiri), 5. Sekumpulan orang yang merupakan kesatuan untuk mengerjakan

sesuatu.48

2. Pengertian Amil

Kata “amil” menurut bahasa ialah: orang yang menerima atau

mengumpulkan zakat.49

3. Pengertian Zakat

Kata “zakat” menurut bahasa ialah: derma yang wajib diberikan oleh umat

islam kepada fakir miskin (pada hari raya lebaran).50

Sedangkan Badan Amil Zakat (BAZ) menurut istilah adalah organisasi

pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur masyarakat dan

pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan

47
www.http://id.wikipedia.org/wiki/Amil, 11 Desember 2009, Waktu 09:09.
48
W.J.S. Poerwadarminta, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai
Pustaka2003), cet. Ke-1, h.76
49
W.J.S. Poerwadarminta, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai
Pustaka2003), cet. Ke-1, h.33
50
W.J.S. Poerwadarminta, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai
Pustaka2003), cet. Ke-1, h.1371
31

zakat sesuai denga ketentuan agama.51 Badan Amil Zakat (BAZ) merupakan

pergantian nama dari BAZIS (Badan Amil Zakat, Infaq, Dan Shadaqah).

Mengenai
  pengertian BAZDA tidak jauh berbeda dengan Badan Amil Zakat

(BAZ) atau BAZIS (Badan Amil Zakat, Infaq, Dan Shadaqah) namun

dispesifikasikan pada daerahnya.52

BAZIS (Badan Amil Zakat, Infaq,Dan Shadaqah) mempunyai pengertian

lembaga swadaya masyarakat yang mengelola penerimaan, pengumpulan,

penyaluran dan pemanfaatan, zakat, infaq, dan shadaqah secara berdayaguna dan

berhasil guna. Pengertian ini tercantum dalam Surat Keputusan Bersama (SKB)

menteri dalam negeri dan menteri agama nomor 29 tahun 1991/ 47 tahun 1991

tentang pembinaan badan amil zakat, infaq, dan shadaqah pada pasal 1. Secara

substansial, pengertian tersebut dapat ditemukan pula dalam UU nomor 38 tahun

1999 tentang pengelolaan zakat. Pengertian itu kemudian dipertegas lagi dalam

keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 581 tahun 1999 tentang

pelaksanaan Undang-Undang no. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.

Dalam pasal 1 ayat 1 keputusan menteri itu disebutkan bahwa yang dimaksud

dengan badan amil zakat adalah organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh

pemerintah terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas

51
Nasroen Haroen, ”Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Organisasi Pengelola Zakat”
(Departemen Agama Republik Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam: 2007), h.5
52
Nasroen Haroen, ”Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Organisasi Pengelola Zakat”
(Departemen Agama Republik Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam: 2007),h.6
32

mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan

ketentuan agama.53

  Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten/Kota dibentuk dengan keputusan

Bupati/Wali Kota yang susunan kepengurusannya diusulkan oleh kepala kantor

departemen agama kabupaten/kota.54

Susunan kepengurusan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) kabupaten/kota

terdiri atas dewan pertimbangan, komisi pengawas dan badan pelaksana. Dewan

pertimbangan dan komisi pengawas masing-masing terdiri dari seorang ketua,

seorang wakil ketua, seorang sekretaris, seorang wakil sekretaris dan sebanyak-

banyaknya 5 (lima) orang anggota. Badan pelaksana terdiri atas seorang ketua,

dua orang wakil ketua, seorang sekretaris, dua orang wakil sekretaris dan seorang

bendahara serta dilengkapi seksi pengumpulan, seksi pendistribusian, seksi

pendayagunaan dan seksi pengembangan.55

Berdasarkan analisis, penulis mengemukakan tentang Badan Amil Zakat

ialah sebuah lembaga yang mewadahi, menampung dan mengumpulkan dana

zakat dari berbagai instansi-instansi dan lembaga-lembaga zakat, infaq dan

shadaqah. Serta harta dari para hartawan/wati untuk disalurkan kepada orang-

orang yang berhak menerimanya (Mustahiq) dan untuk membantu guna

membangun sistem ekonomi nasional agar masyarakat Islam terutama di Negara

53
Departemen Agama RI, “Peraturan Perundang-Undangan Pengelolaan Zakat”,
(Jakarta: Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2003), h. 25
54
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.9
55
Tulus “Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Lembaga Pengelola Zakat” (Jakarta:
Departemen Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat Dan Wakaf : 2003), h. 7
33

Indonesia menjadi sejahtera. Sebagaimana yang telah tercantum dalam Surat

Keputusan Bersama (SKB) Menteri dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 29

tahun  1997/ 47 tahun 1991 tentang pembinaan Badan Amil Zakat, Infaq dan

Shadaqah pada pasal 1.


BAB III

BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KOTA TANGERANG

A. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Badan Amil Zakat Daerah

yang ada di Indonesia.

1. Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Propinsi Banten

Banten adalah merupakan propinsi di sebelah barat Pulau Jawa. Daerah ini

memiliki letak yang strategis, namun belum membuat semua daerah di propinsi

ini mendapatkan pemerataan pembangunan secara memadai. Dan roda ekonomi

masyarakat tidak dapat berputar secara baik sehingga akan melahirkan kemiskinan

dan keterbelakangan. untuk menciptakan keadilan sosial bagi masyarakat, dalam

hal ini perlu adanya pembuktian dari pihak pemerintah propinsi untuk mendirikan

Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) agar memberikan manfaat yang signifikan

bagi masayarakat Banten dan sekitarnya.1

Pada tanggal 23 september 1999. Pada masa kepemimpinan BJ. Habibie.

lahirlah Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.

Undang-Undang tersebut disusun oleh keputusan Menteri Agama Nomor 581

tahun 1999 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 dan

keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D/291/tahun 2000 tentang

pedoman teknis pengelolaan zakat.2

1
Tim Institut Manajemen Zakat, “Profil 7 BAZDA Propinsi & Kabupaten Potensial di
Indonesia”, (Ciputat: Institut Manajemen Zakat 2006), cet ke-1 h.39
2
Tim Institut Manajemen Zakat, “Profil 7 BAZDA Propinsi & Kabupaten Potensial di
Indonesia”, (Ciputat: Institut Manajemen Zakat 2006), cet ke-1 h.39

34
35

Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kabupaten/Kota yang berada di

propinsi Banten adalah sebagai berikut:

  a) Kabupaten Serang

b) Kabupaten Pandegelang

c) Kota Cilegon

d) Kabupaten Lebak

e) Kabupaten Tangerang

f) Kota Tangerang.3

B. Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang

Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang merupakan lembaga

resmi penerima dan penyalur dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) yang

dibentuk oleh SK Walikota Tangerang No. 452/Kep.112 Depag/2003 Tanggal. 22

Oktober 2003.4

Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang akan mencanangkan

cita-cita melalui visi, misi dan program kerja yang jelas. Pengurus Badan Amil

Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang ke depan bertekad, untuk menjadi suatu

lembaga pengelola yang amanah, terpercaya, profesional dan transparan. Suatu

lembaga yang bisa ikut aktif berperan serta bersama umaro (Pemerintah Daerah

3
Tim Institut Manajemen Zakat, “Profil 7 BAZDA Propinsi & Kabupaten Potensial di
Indonesia”, (Ciputat: Institut Manajemen Zakat 2006), cet ke-1 h.40
4
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
36

Kota Tangerang) membangun dan mengembangkan masyarakat religius, sejahtera

dan mandiri secara ekonomi.5

1. Sejarah pendiriannya:

Pada dasarnya pembentukkan Lembaga/Badan yang mengelola Zakat, Infaq

dan Shadaqah (ZIS) pada tingkat daerah sudah lama terbentuk, hal ini terbukti

dengan adanya Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS) Kota Tangerang

yang mengacu kepada SK Walikota Madya Tingkat II Tangerang No. 452. 12/SK.

171 Bag. Sos/1998 tentang pembentukkan pengurus Badan Amil Zakat, Infaq dan

Shadaqah (BAZIS) Kota Madya Daerah Tingkat II periode 1998-2002.6 Akan

tetapi dengan berlakunya Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang

pengelolaan zakat, maka perlu diadakan penyesuaian karena adanya perubahan

nama Kota Madya menjadi Kota Tangerang maka turunlah keputusan Walikota

Tangerang No. 451. 12/Kep. 112-Depag/ 2003 pada tanggal 22 Oktober 2003

tentang pembentukkan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang

yang dahulu bernama Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS) Kota

Madya Daerah Tingkat II Tangerang yang mengacu kepada Undang-Undang No.

22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.7

Dengan turunnya SK Walikota No. 451. 12/ Kep. 112 Depag/ 2003 tanggal

22 Oktober 2003, Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang akan

5
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
6
Nur Tachlis, Wakil ketua Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang,
Wawancara Pribadi, Tangerang, 25 Nopember 2011
7
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
37

mencanangkan cita-cita melalui visi, misi dan program kerja yang jelas. Pengurus

Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang ke depan bertekad, untuk

menjadi
  suatu lembaga pengelola yang amanah, terpercaya, profesional dan

transparan.8 Suatu lembaga yang bisa ikut aktif berperan serta bersama umaro

(Pemerintah Daerah Kota Tangerang) membangun dan mengembangkan

masyarakat religius, sejahtera dan mandiri secara ekonomi. Untuk mencapai cita-

cita itu, pengurus Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang telah

merancang Misi Utama sebagai pemandu gerak yaitu Misi Kelembagaan, Misi

Religi dan Misi Ekonomi.9

Secara Kelembagaan, pengurus harus senantiasa memperbaharui diri dan

menerapkan prinsip-prinsip good institusional governance dengan cara

membangun kepengurusan yang solid dan handal, berintegritas tinggi, dan

profesional. Pada tataran pelaksanaan yang bertumpu pada Misi Religi dan Misi

Ekonomi, pengurus berharap bisa ikut ambil bagian menumbuhkan kesadaran

religius masyarakat dan mengatasi masalah kesulitan ekonominya.10

8
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
9
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
10
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
38

2. Dasar Pembentukan BAZDA Kota Tangerang

Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten/Kota diangkat dengan keputusan

Bupati/
  Wali Kota, Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota.11

Kepengurursan Badan Amil Zakat Daerah Kota Tangerang merupakan lembaga

resmi penerima dan penyalur dana zakat, infaq dan shadaqah yang dibentuk

melalui SK Walikota No. 451. 12/ Kep. 112 Depag/ 2003 tanggal 22 Oktober

2003, diantaranya:

a. Susunan pengurus Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas:

1) Dewan Pertimbangan

2) Komisi Pengawas

3) Badan Pelaksana.12

b. Pengurus Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten/Kota terdiri dari:

Unsur masyarakat meliputi:

1) Ulama

2) Cendikiawan

3) Profesional

4) Tokoh Masyarakat

Unsur pemerintah meliputi:

1) Departemen Agama

2) Pemerintah Daerah.13

11
Nasroen Haroen, ”Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Organisasi Pengelola Zakat”
(Departemen Agama Republik Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam: 2007), h.10
12
Nasroen Haroen, ”Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Organisasi Pengelola Zakat”
(Departemen Agama Republik Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam: 2007), h.12
39

c. Prosedur penyusunan personalia pengurus Badan Amil Zakat Daerah

Kabupaten/Kota, yang akan ditunjuk sebagai Dewan Pertimbangan, Komisi

Pengawas
  dan Badan Pelaksana, Kepala Kantor Departemen Agama

Kabupaten/Kota mengambil langkah sebagai berikut:

1) Mengadakan koordinasi dengan instansi dan unsur terkait ditingkat

Kabupaten/Kota;

2) Mengadakan rapat dengan para ulama, kaum cendikiawan, tokoh

masyarakat dan instansi pemerintah terkait;

3) Menyusun konsep surat keputusan Bupati/Wali Kota tentang pembentukan

Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten/Kota;

4) Menyampaikan konsep surat keputusan Bupati/Wali Kota tersebut untuk

diproses menjadi surat keputusan Bupati/Wali Kota.14

3. Fungsi BAZDA Kota Tangerang

Badan Amil Zakat Daerah merupakan salah satu lemabaga amil zakat yang

dibentuk oleh pemerintah, adapun fungsi dari Badan Amil Zakat Daerah itu

sendiri yaitu sebagai berikut:

a) Mengumpulkan

b) Mengelola

c) Mendistribusikan

d) Mendayagunakan.15

13
Nasroen Haroen, ”Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Organisasi Pengelola Zakat”
(Departemen Agama Republik Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam: 2007), h.12
14
Nasroen Haroen, ”Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Organisasi Pengelola Zakat”
(Departemen Agama Republik Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam: 2007), h.12
40

4. Visi dan Misi Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang

a) Visi

  Visi Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang adalah menjadi

lembaga amanah yang terpercaya, profesional dan transparan yang berusaha turut

membangun dan mengembangkan masyarakat religius yang sejahtera dan mandiri

secara ekonomis.16

b) Misi

1. Bidang kelembagaan :

Senantiasa memperbaiki diri sejalan dengan perkembangan masyarakat,

teknologi keuangan dan administrasi publik untuk membangun citra diri menjadi

lembaga amanah terpercaya, profesional dan transparan, yang gilirannya

mendapatkan kepercayaan di hati masyarakat.17

2. Bidang Religi :

Turut membentuk masyarakat yang religius yang tidak semata-mata

mementingkan ibadah ritual tapi gemar melakukan ibadah sosial.

3. Bidang Ekonomi :

Membantu mengatasi masalah ekonomi kaum dhu’afa, secara proaktif

mengambil peran strategis, menjadi motor penggerak menumbuhkembangkan

ekonomi umat miskin (dhu’afa).18

15
Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
16
Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
17
Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
18
Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
41

Adapun tujuan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang yaitu :

a) Meningkatkan dan mengembangkan potensi umat dengan pengelolaan

  Zakat, Infaq Dan Shadaqah (ZIS) yang amanah, profesional, transparan dan

tanggung jawab.

b) Untuk mengembangkan Mustahiq (orang yang berhak menerima zakat)

menjadi Muzakki (orang yang memberikan zakat).19

5. Program- Program Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang

Kata program menurut kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti

rancangan mengenai asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan.20 Program

dapat diartikan sebagai daftar atau rancangan suatu rangkaian kegiatan yang akan

dilaksanakan oleh sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam hal ini BAZDA Kota Tangerang mempunyai program-program yang

akan dilaksanakan, diantaranya:

A. Pengembangan kelembagaan dan peningkatan kualitas sumber daya

manusia.

1) Penerapan budaya kerja dan good governance

a. Penerapan disiplin profesionalisme lembaga (reward and punishment)

b. Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat di landasi

itikad baik

19
Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
20
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta
:Balai Pustaka, 1998), cet, ke-1, h. 702,
42

c. Setiap kebijakan dipandu oleh ketentuan yang telah ditentukan (sistem

dan prosedur).21

2)  Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

a. Rekruitmen pelaksana secara selektif berdasarkan kriteria tertentu

b. Pendidikan dan pelatihan berkala bagi pengurus dan pelaksana

c. Kerjasama dan studi banding dengan lembaga lain yang sukses.22

3) Perbaikan administrasi dan keuangan

a. Pemanfaatan teknologi informasi (komputer) untuk kegiatan administrasi

terutama administrasi keuangan (komputerisasi akuntansi)

b. Pelaksanaan kerja berdasarkan sistem prosedur yang telah dibakukan

c. Pengendalian keuangan berdasarkan sistem aggaran yang terbuka.23

4) Networking-UPZ (Unit Pengumpul Zakat) dan LAZ (Lembaga Amil Zakat)

a. Membentuk dan membina jaringan UPZ (Unit Pengumpul Zakat)

b. Mensosialisasikan kesamaan visi dan misi kelembagaan dan zakat

kepada UPZ (Unit Pengumpul Zakat) dan LPZ (Lembaga Pengumpul

Zakat).24

c. Mendorong pengelolaan UPZ dan LPZ dengan baik (good governance).25

B. Penghimpun, sosialisasi ZIS layanan penerimaan dana dan layanan

donatur

21
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
22
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
23
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
24
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
25
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
43

1) Sosialisai ZIS (Zakat, Infaq Dan Sodaqah)

a. Publikasi di media masa, media cetak, SK folder, leaf left, radio dll

  tentang visi, misi lembaga dan visi zakat

b. Presentasi, syi’ar dan penggalangan kesamaan visi

c. Konsultasi ZIS (tatap muka, via phone, call, kontak e-mail)

d. Perusahaan peduli zakat, donasi, sharring bisnis.

2) Layanan penerimaan dana

a. Layanan langsung melalui outlet, UPZ (Unit Pengumpul Zakat) dan

layanan jemput zakat

b. Layanan via bank

3) Layanan donatur

a. Layanan komunikasi muzakki dan mitra

b. Publikasi penerimaan, penyaluran dan pendayagunaan dana

c. Insentif pengurangan penghasilan kena pajak sesuai UU RI

No.17/2000.26

C. Pendistribusian (santunan dan layanan sosial)

1) Layanan charity atau santunan

a. Penyediaan dana darurat kritis dan dakwah

b. Penyediaan dana santuna anak yatim, rumah jompo dan sarana sosial

c. Penyediaan dana pengembangan sarana ibadah.

2) Layanan sosial

26
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
44

a. Penyediaan layanan kesehatan, khitanan masal, pengobata gratis bagi

kaum dhu’afa

  b. Penyedian sarana sanitasi pedesaan, Mandi, Cuci, Kakus (MCK), sumur

pantek (penyediaan air bersih).27

D. Pendayagunaan (pendayagunaan ekonomi dan pendayaan Sumber Daya

Manusia)

1) Pendayaan ekonomi

a. Pengembangan kelompok ekonomi mandiri

b. Pengembangan ekonomi produktif individual

c. Membangun kemitraan usaha

d. Mengembangkan iptek tepat guna

2) Pendayaan Sumber Daya Manusia (SDM)

a. Beasiswa atau beastudi

b. Pendidikan dan pelatihan kerja

c. Magang

d. Sekolah gratis.28

Dalam program kesejahtraan umat Badan Amil Zakat Daerah Kota

Tangerang juga telah berhasil menyalurkan dana zakat untuk para guru taman

pendidikan Al-Qur’an (TPQ), Ustadz/Ustadzah, penjaga masjid (marbot) dll,

bantuan pangan, bantuan kesehatan, serta bantuan bencana alam bagi masyarakat.

Program yang terakhir adalah program pengembangan skala mikro. dalam

27
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
28
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
45

program ini, dana zakat yang terkumpul disalurkan dalam bentuk pinjaman usaha

bagi para pedagang kecil yang kesulitan pendaaan dalam usaha. Selain itu tujuan

program
  ini adalah bagaimana memberdayakan masyarakat agar kehidupan

ekonominya menjadi lebih baik sehingga predikat sebagai mustahiq dapat berubah

menjadi muzakki sesuai cita-cita yang ingin di wujudkan oleh Badan Amil Zakat

Daerah Kota Tangerang.29

C. Hubungan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang

dengan Badan Amil Zakat (BAZ) Tingkat Pusat.

Dalam ruang lingkup ini Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota

Tangerang mempunyai hubungan sangat baik dengan Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) dan Badan Amil Zakat (BAZ) Propinsi, karena BAZNAS dan BAZ

Propinsi sebagai koordinator yang selalu membimbing dan membina BAZDA

Kota/Kabupaten. BAZNAS pun sering mengadakan pembinaan dan

pembimbingan secara periodik kepada BAZDA Kota/Kabupaten, juga sering

memberikan bantuan-bantuan yang diantaranya:

1) Bantuan pendidikan

2) Bantuan usaha

3) Bantuan pembangunan masjid

4) Honor ustadz, ustadzah (guru ngaji)

29
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
46

5) Bantuan berupa uang untuk pengusaha-pengusaha kecil yang ingin mendirikan

usaha.30

  BAZNAS juga mengenalkan lembaga-lembaga tinggi yang ada di Tingkat

Pusat kepada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang adapun

lembaga-lembaga tersebut ialah: Dompet Dhu’afa, Rumah Sakit, DLL.

Setiap penyaluran bantuan-bantuan yang diberikan oleh BAZNAS kepada

Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang, selalu disusun Laporan

Pertanggung Jawabannya setiap 6 bulan sekali atau sama dengan per tiap

semester, dan laporan pertanggung jawaban ini dilaporkan secara global.31

D. Hubungan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang

dengan Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZIS) yang ada

di Kota Tangerang.

Berdasarkan Undang-Undang tentang pengelolaan zakat No. 38 tahun 1999

Pemerintah Republik Indonesia telah mendirikan sarana dan prasarana untuk

kesejahtraan Agama khususnya Agama Islam yang mana penduduknya mayoritas

beragama Islam yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan divisi-divisi

lainnya yang sudah disebar luaskan ke wilayah-wilayah terpencil sekalipun.32

Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dengan Lembaga Amil

Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZIS) tidak ada hubungan baik itu dari sisi

30
Nur Tachlis, Wakil ketua Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang,
Wawancara Pribadi, Tangerang, 25 Nopember 2011
31
Nur Tachlis, Wakil ketua Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang,
Wawancara Pribadi, Tangerang, 25 Nopember 2011
32
Nur Tachlis, Wakil ketua Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang,
Wawancara Pribadi, Tangerang, 25 Nopember 2011
47

kerjasama, koordinasi, korelasi dalam satu naungan. Sebab Badan Amil Zakat

Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dibawah naungan koordinasi BAZNAS dan

BAZ  Propinsi, yang mana Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZIS),

yang ada di Kota Tangerang telah berdiri sendiri. Adapun Lembaga Amil Zakat,

Infaq, danShadaqah (LAZIS) yang telah berdiri di Kota Tangerang itu telah

didirikan atas izin walikota Tangerang. Sedangkan BAZDA Kota Tangerang itu

sendiri kurang atau tidak dapat dukungan dari Pemerintah Kota setempat hanya

bernaung dibawah koordinasi BAZNAS dan BAZ Propinsi saja.33

Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang pun tidak menginginkan

untuk bekerjasama dengan Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZIS)

yang ada di Kota Tangerang, menurut penjelasan dari petugas BAZDA Kota

Tangerang “jika BAZDA Kota Tangerang mempunyai hubungan kerjasama

dengan Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZIS) sama saja dengan

menyalahi aturan perundang-undangan tentang pengelolaan zakat, karena

Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZIS) hanya boleh didirikan di

tingkat pusat saja.”34 Ini yang menjadi alasan kenapa BAZDA Kota Tangerang

tidak menginginkan bekerjasama dengan LAZIS khususnya di Kota Tangerang,

karena Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZIS) hanya ada di tingkat

pusat Pemerintahan Republik Indonesia.35 BAZDA Kota Tangerang juga tidak

memiliki kerjasama dengan lembaga-lembaga yang menyalurkan dana Zakat,

33
Nur Tachlis, Wakil ketua Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang,
Wawancara Pribadi, Tangerang, 25 Nopember 2011
34
Nur Tachlis, Wakil ketua Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang,
Wawancara Pribadi, Tangerang, 25 Nopember 2011
35
Nur Tachlis, Wakil ketua Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang,
Wawancara Pribadi, Tangerang, 25 Nopember 2011
48

Infaq, dan Shadaqah (ZIS) kecuali UPZ yang ada di wilayah setempat karena UPZ

ialah Unit Pengumpul Zakat yang berada di instansi-instansi yang ada di Kota

Tangerang
  seperti: Rumah Sakit, Kelurahan, Kecamatan, Dinas Perhubungan,

Kantor Pajak dan lain-lain. UPZ juga ada disetiap DKM Masjid yang ada di Kota

Tangerang. Tugas UPZ hanya mengumpulkan dana zakat kemudian disalurkan

kepada BAZDA Kota Tangerang dan diberikan kepada 8 ashnaf (golongan).36

36
Nur Tachlis, Wakil ketua Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang,
Wawancara Pribadi, Tangerang, 25 Nopember 2011
BAB IV

BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KOTA TANGERANG

PENGELOLAAN
  ZAKAT DAN PENGEMBANGAN POTENSI ZAKAT

A. Usaha Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dalam

Pengumpulan Dana Zakat

Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dalam operasionalnya

masing-masing bersifat independen dan otonom sesuai tingkat kewilayahannya

tetapi dimungkinkan mengadakan koordinasi baik secara vertikal maupun

horizontal agar tidak tumpang tindih dalam pengumpulan dan penyaluran zakat.1

Penulis akan menjelaskan terbagi berapakah dan dari mana saja unit pengumpul

zakat (UPZ) itu disebarkan, diantaranya:

1. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) bertempat di Ibukota Negara dan

melakukan pengumpulan zakat melalui Unit Pengumpul Zakat yang ada di:

a. Instansi pemerintah tingkat pusat (Departemen dan Non Departemen).

b. Kantor perwakilan RI di Luar Negeri (Kedutaan Besar dan Konsulat

Jenderal RI).

c. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kantor pusat Jakarta.

d. Perusahaan Swasta Nasional dan Perusahaan Asing milik orang Islam

berskala Nasional yang beroperasi di Jakarta.2

1
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.20
2
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.21

49
50

Selain itu bagi muzakki yang tidak dapat menyalurkan zakatnya melalui UPZ

tertentu, dapat melakukan penyetoran dana zakatnya langsung ke rekening

BAZNAS
  dengan menggunakan Bukti Setoran Zakat (BSZ) yang telah disiapkan

oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). 3

2. Badan Amil Zakat Daerah Propinsi

Badan Amil Zakat Daerah Propinsi bertempat di Ibukota Propinsi yang

bersangkutan dan melakukan pengumpulan zakat melalui Unit Pengumpul Zakat

(UPZ) yang ada di Propinsi tersebut:

a. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Instansi Pemerintah Daerah/Dinas Daerah

Propinsi.

b. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan

BUMN cabang propinsi.

c. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) perusahaan swasta dan usaha milik orang

Islam di daerah setempat.

d. Perorangan.4

Selain itu bagi muzakki yang tidak dapat menyalurkan zakatnya melalui

UPZ tertentu, dapat melakukan penyetoran dana zakatnya langsung ke rekening

BAZ Propinsi atau langsung ke counter BAZ Propinsi dengan menggunakan

Bukti Setoran Zakat (BSZ) yang telah ditetapkan oleh BAZDA Propinsi.5

3
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.21
4
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.21
5
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.21
51

3. Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten/Kota

Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten/Kota berkedudukan di Ibukota

Kabupaten/Kota
  dan melakukan pengumpulan zakat melalui Unit Pengumpulan

Zakat (UPZ) di Kabupaten/Kota tersebut:

a. Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) pada Instansi Pemerintah Daerah/Dinas

Kabupaten/Kota.

b. Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) pada Badan Usaha Milik Daerah dan

BUMN cabang Kabupaten/Kota.

c. Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) pada perusahaan swasta dan usaha milik

orang Islam di daerah setempat.

d. Perorangan.6

Selain itu bagi muzakki yang tidak dapat menyalurkan zakatnya melalui

Unit Pengumpul Zakat (UPZ) tertentu, dapat melakukan penyetoran dana

zakatnya langsung ke rekening BAZDA Kabupaten/Kota atau langsung ke

counter BAZDA Kabupaten/Kota dengan menggunakan Bukti Setoran Zakat

(BSZ) yang telah ditetapkan oleh BAZDA Kabupaten/Kota. 7

4. Badan Amil Zakat (BAZ) Kecamatan

Badan Amil Zakat (BAZ) Kecamatan berkedudukan di Ibukota Kecamatan

dan melakukan pengumpulan zakat melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di

kecamatan tersebut:

6
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.22
7
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.22
52

a. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) pada Instansi Pemerintah Daerah/Dinas

daerah kecamatan.

b.  Unit Pengumpul Zakat (UPZ) pada Badan Usaha Milik Daerah dan BUMN

cabang kecamatan.

c. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) pada perusahaan swasta dan usaha milik

orang Islam di daerah setempat.

d. Perorangan.8

Selain itu bagi muzakki yang tidak dapat menyalurkan zakatnya melalui

UPZ tertentu, dapat melakukan penyetoran dana zakatnya langsung ke rekening

BAZ kecamatan atau langsung ke counter BAZ kecamatan dengan menggunakan

Bukti Setoran Zakat (BSZ) yang telah ditetapkan oleh BAZ kecamatan.9

Zakat yang ada harus disalurkan melalui sebuah badan khusus atau lembaga

yang benar-benar secara serius mengelola dana-dana zakat baik lembaga

pemerintahan atau non-pemerintahan.10 Dengan adanya sebuah lembaga yang

mengelola dana zakat tersebut, diharapkan permasalahan sosial yang dihadapi

oleh umat Islam khususnya bangsa Indonesia dalam mengatasi kemiskinan dapat

terpecahkan. Perlu adanya manajemen agar semua yang diharapkan bisa tercapai,

manajemen organisasi zakat; pertama. Amanah, artinya sifat amanah merupakan

syarat mutlak yang harus di miliki oleh setiap amil zakat, karena hal ini

8
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.22
9
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.23
10
Departemen Agama RI, “Pedoman Pengelolaan Zakat”, (Jakarta: Direktorat
Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2003), h.68
53

bersangkutan dengan moral dan akhlak. Kedua. Professional, artinya hanya

dengan professional yang tinggi dana-dana zakat yang dikelola akan menjadi

efektif
  dan efesien, jadi dengan amanah saja tidak cukup jika tidak dibarengi

dengan professional. Ketiga. Transparan, dengan transparan menciptakan kontrol

yang baik. Dari ketiga unsur manajemen ini, pihak BAZDA selalu menggunakan

unsur-unsur tersebut dalam menggunakan program.11

Dalam mengelola dan menyalurkan dana zakat sangat dibutuhkan adanya

sebuah konsep yang matang, khususnya konsep tentang penyaluran dana zakat

yang berorientasi pada manfaat produktif, meskipun manfaat secara konsumtif

tidak diabaikan sepenuhnya. Salah satu lembaga pengelolaan dana zakat yang

bernaung di bawah pemerintah Kota Tangerang yang ada di Indonesia adalah

Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang. 12 Lembaga zakat

pemerintahan ini berperan dalam mengelola dana zakat yang terkumpul dari

masyarakat Kota Tangerang pada umumnya, baik dari lembaga pengumpul dana

zakat di kecamatan dan di kelurahan disekitar daerah Kota Tangerang maupun

muzakki yang menyetorkan langsung ke BAZDA Kota Tangerang dan

menyalurkan dana zakat tersebut kepada para mustahiq yang berada di Kota

Tangerang.13

11
Departemen Agama RI, “Pedoman Pengelolaan Zakat”, (Jakarta: Direktorat
Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2003), h.68
12
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.22
13
Departemen Agama RI, “Pedoman Pengelolaan Zakat”, (Jakarta: Direktorat
Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2003), h.68
54

B. Usaha Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dalam

  pengelolaan dana zakat

Setiap Badan Amil Zakat setelah mengumpulkan zakat, dana zakat yang

telah dikumpulkan wajib disalurkan kepada yang berhak menerimanya sesuai

dengan ketentuan hukum Islam.14

Dalam pendistribusian dana zakat kepada mustahiq ada 3 sifat yaitu:

1. Bersifat hibah (pemberian) dan memperhatikan skala prioritas kebutuhan

mustahiq di wilayah masing-masing.

2. Bersifat bantuan, yaitu membantu mustahiq dalam menyelesaikan atau

mengurangi masalah yang sangat mendesak/darurat.

3. Bersifat pemberdayaan, yaitu membantu mustahiq untuk meningkatkan

kesejahtraannya, baik secara perorangan maupun berkelompok melalui

program atau kegiatan yang berkesinambungan, dengan dana bergulir, untuk

memberi kesempatan penerima lain yang lebih banyak. 15

Dalam pelaksanaan pendistribusian dana zakat yang dikumpulkanya kepada

mustahiq yang menjadi sasaran pembinaan tidak terikat pada wilayah tertentu

tetapi juga dapat mendistribusikan dana zakat, infaq, dan shadaqah kepada

14
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.22
15
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.22
55

mustahiq di luar sasaran pembinaannya terutama dalam keadaan darurat seperti

apabila terjadi bencana alam, bencana kebakaran, pengungsian dan sebagainya.16

  Dalam melaksanakan kegiatannya, Badan Amil Zakat bersifat otonom dan

independen, namun diharapkan dapat berkoordinasi dengan pemerintah dan

sesama Badan Amil Zakat lainnya, agar terjadi sinergi dalam pendistribusian

zakat, dalam upaya perbaikan ekonomi pemerataan kesejahtraan dan

pemberdayaan umat.17

C. Usaha Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dalam

Pendayagunaan Dana Zakat untuk Mengembangkan Masyarakat

Pendayagunaan zakat dapat diperuntukan untuk kebutuhan konsumtif dan

produktif.18

1. Kebutuhan konsumtif

Zakat diperuntukan bagi pemenuhan hajat hidup para mustahiq 8 ashnaf

(golongan), sesuai dengan undang-undang, Mustahiq delapan ashnaf ialah: fakir,

miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, ibnu sabil yang di dalam

aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi

seperti anak yatim, orang jompo penyandang cacat, orang menuntut ilmu, pondok

16
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.24
17
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.24
18
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.24
56

pesantren, anak terlantar, orang yang terlilit hutang, pengungsi yang terlantar dan

korban bencana alam.19

  Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk kebutuhan konsumtif

mustahiqq dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut:

a. Hasil pendataan dan penilitian kebenaran mustahiq delapan ashnaf

khususnya fakir miskin.

b. Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi kebutuhan

dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan bantuan.

c. Mendahulukan mustahiq dalam wilayahnya masing-masing

pendistribusian/penyaluran zakat kepada mereka adalah bersifat bantuan

sesaat untuk menyelesaikan masalah yang mendesak.20

2. Kebutuhan Produktif

Pendayagunaan zakat khususnya yang berupa infaq dan shadaqah

diperuntukan bagi usaha produktif, tujuannya adalah untuk meningkatkan

kesejahtraan masyarakat.21

Pendayagunaan hasil pengumpul zakat untuk kebutuhan usaha produktif

dilakukan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

a. Apabila pendayagunaan zakat untuk mustahiq delapan asnaf sudah

terpenuhi dan ternyata masih terdapat kelebihan.

19
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.24
20
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.25
21
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.25
57

b. Terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang memungkinkan

c. Mendapat persetujuan dari dewan pertimbangan.

  Penyaluran/ pendistribusian zakat dalam bentuk ini bersifat bantuan

pemberdayaan melalui program atau kegiatan yang berkesinambungan dengan

dana bergulir untuk memberi kesempatan penerima dana lebih banyak lagi. 22

Dengan demikian bila penyaluran dan kontrol yang dilakukan BAZDA Kota

Tangerang secara baik, serta dengan memperhatikan skala prioritas penyaluran

dana ZIS, maka dana ZIS benar-benar akan teraskan Fungsi dan manfaatnya oleh

para mustahiq. Dan tentunya yang sangat diharapkan dari penyaluran dana ZIS

kepada mustahiq adalah bagaimana nantinya para mustahiq bukan lagi sebagai

penerima dana ZIS akan tetapi sebagai muzakki yang memberikan ZIS.23

Dalam mekanisme penyaluran dana ZIS, BAZDA Kota Tangerang

melakukan beberapa tahapan:

1. Bantuan diberikan atas dasar rekomendasi BAZ kecamatan, karena BAZ

kecamatan berada dibawah naungan BAZDA Kota Tangerang.

2. Bantuan diberikan sesuai kemampuan anggaran yang dialokasikan BAZDA

Kota Tangerang. Maksudnya apabila anggaran tersebut diluar batas atau

tidak sesuai dengan kemampuan anggaran yang dialokasikan BAZDA Kota

22
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.25
23
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
58

Tangerang, dana tidak diberikan atau hanya diberikan sebagai dana yang

diminta.24

  Selanjutnya dalam mekanisme penyaluran bantuan pada BAZDA, berawal

dari BAZ kecamatan. Artinya, proposal kegiatan yang diajukan oleh panitia

pelaksana yang ada di kelurahan dengan melampirkan foto copy KTP baik ketua,

sekertaris, maupun bendahara. Misalnya, meminta bantuan dalam kegiatan sosial

atau membentuk Usaha Kecil Sekali (UKS) dan Usaha Kelompok Bersama

(UKB).25

D. Usaha Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dalam

Pendayagunaan Zakat

Pada setiap tahunnya besar prosentase Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS)

yang disalurkan untuk mustahiq disesuaikan dengan perkembangan sosial

masyarakat Tangerang dengan terlebih dahulu dimusyawarahkan melalui rapat

badan pembina kemudian ditetapkan dengan keputusan BAZDA Kota

Tangerang.26

Untuk pendayagunaan hasil pengumpulan ZIS BAZDA Kota Tangerang

pada periode 2010-2011 disalurkan sesuai dengan hasil musyawarah antar dewan

pertimbangan, badan pelaksana dan komisi pengawas ditetapkan sebagai berikut:

24
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
25
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
26
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
59

1. Untuk fakir miskin 54%

2. Untuk Sabilillah 33, 4%


 

3. Untuk Muallaf 1,8%

4. Untuk Gharimin 0,9%

5. Untuk Ibnu Sabil 0,9%

6. Untuk Amilin 9%.27

Pemberian bantuan ini disesuaikan dengan kebutuhan nyata atau kondisi

(skala prioritas), kemudian aspek bantuan yang diberikan kepada mustahiq

tersebut antara lain bantuan fakir miskin yakni bantuan yang bersifat produktif

dan konsumtif, sedangkan untuk sabilillah untuk pembangunan baik yang bersifat

fisik maupun non-fisik, sedangkan untuk muallaf, gharimin dan ibnu sabil

mendapatkan bantuan yang bersifat konsumtif.28 Dalam penyaluran/ pengeluaran

dana ZIS terbagi dua yaitu: bagian penyaluran dari dana zakat dan penyaluran dari

dana infaq dan shadaqah. Penyaluran dana zakat khusus dialokasikan untuk

delapan ashnaf, sedangkan penyaluran yang terkumpul dari dana infaq dan

shadaqah untuk pemberdayaan usaha produktif dan keperluan operasional

BAZDA, seperti: insentif pengurus, kendaraan operasional, publikasi,

kesekretariatan dan lain-lain.29

27
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
28
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
29
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
60

Setelah proposal diajukan, harus ada rekomendasi dari kelurahan dan tokoh

masyarakat daerah yang bersangkutan. Setelah itu proposal diseleksi

kelayakannya
  di kecamatan, kemudian diusulkan ke BAZDA Kota Tangerang,

kemudian diberikan sesuai anggaran yang telah dialokasikan BAZDA Kota

Tangerang.30

Dalam proses pencairan dana bantuan, ada beberapa prosedur yang harus

dilakukan yaitu:

1. Surat usulan proposal masuk ke sekretariat (kegiatan operasional BAZDA)

setelah ada rekomendasi dari BAZ kecamatan.

2. Disposisi dari ketua ke wakil ketua yang membidanginya. Artinya, badan

pelaksana (Ketua BAZDA) memberikan wewenang kepada wakil ketua,

misalnya dalam BAZDA ada wakil ketua I yang bertugas sebagai

pengumpul dan pendayagunaan.

3. Disposisi wakil ketua ke seksi yang melaksanakan melalui sekertariat.

Maksudnya, setelah wakil ketua I diberikan wewenang tersebut kepada

seksi yang melaksanakan melalui sekertariat atau kegiatan operasional

BAZDA Kota Tangerang, misalnya, sekertariat “membentuk Usaha Kesil

Sekali (UKS) Usaha Kelompok Bersama (UKB)”.31

4. Sekertariat mendistribusikan proposal tersebut diatas ke seksi pelaksana

teknis untuk dikaji kelayakan mendapat bantuan dan merekomendasi kepada

wakil ketua yang membidanginya agar mendapat persetujuan. Artinya,

30
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
31
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
61

pelaksana teknis disini adalah orang berkompenten dan mengerti tentang

UKS dan UKB, yang selanjutnya proposal tersebut dikaji kelayakannya.

  Apakah proposal tersebut layak mendapatkan bantuan atau tidak? Apabila

proposal tersebut layak mendapatkan bantuan, maka proposal tersebut layak

mendapat bantuan, maka proposal tersebut direkomendasikan kepada wakil

ketua I agar mendapat persetujuan.

5. Wakil ketua yang membidangi memberikan disposisi ke bendahara untuk

pencarian dana dan disesuaikan dengan kemapuan anggaran.

6. Bendahara koordinasi dengan ketua untuk pencarian dana.

7. Bendahara memberikan dana bentuan kepada pemohon dengan bukti

kuitansi sesuai aturan yang berlaku.32

Dari pemberian bantuan modal bergulir dan pinjaman modal usaha yang

diberikan oleh BAZDA Kota Tangerang kepada mustahiq, transformasi

pemberdayaan yakni menuju kemandirian mustahiq, dan mustahiq menjadi

muzakki cukup berhasil, diantara mustahiq yang telah menjadi muzakki adalah:33

1. Bapak Jasim Damiri, beralamat di kp. Kunciran RT.003/03, kelurahan

kunciran kecamatan Pinang. Jenis usahanya adalah usaha sembako, bapak

Jasim ini termasuk mustahiq yang menerima dana bantuan modal usaha dari

32
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
33
Nur Tachlis, Wakil ketua Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota
Tangerang, Wawancara Pribadi, Tangerang, 25 Nopember 2011
62

program PDU (Pendayagunaan Dana Umat Untuk Umat) tahun 2008-

2009.34

2.  Bapak H. Jawahir, beralamat di jl. H. Ilyas RT.001/03 kelurahan

Peninggilan Utara Kecamatan Ciledug, jenis usahanya adalah service

telepon alat-alat listrik. Bapak Jawahir ini juga termasuk mustahiq yang

mendapatkan dana bantuan modal usaha dari program PDU

(Pendayagunaan Dana Umat Untuk Umat) tahun 2008-2009.

3. Bapak kemal Pasya, beralamat di jl. Slada raya NO.4 RT.001/08 kelurahan

Cibodas kecamatan Cibodas, jenis usahanya adalah usaha konveksi atau

dagang kain, bapak Kemal ini juga temasuk mustahiq yang menerima

bantuan modal usaha dari program PDU pada tahun 2006-2007.

4. Bapak Saefuddin, beralamat di jl. Mujaer No.140 RT.005/10 kelurahan

Karawaci Baru kecamatan Karawaci, jenis usahanya adalah usaha meubeul,

bapak Saefuddin ini juga termasuk mustahiq yang menerima bantuan modal

usaha dari program PDU pada tahun 2006-2007.

5. Siti Syahriah, beralamat di jl. Larinda timur raya No.16 RT.00/07 kelurahan

Larangan indah kecamatan Larangan, jenis usahanya adalah usaha penjual

sembako, Siti Syahriah ini mustahiq yang mendapatkan bantuan modal

usaha dari program PMU pada tahun 2008-2009.

34
Nur Tachlis, Wakil ketua Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota
Tangerang, Wawancara Pribadi, Tangerang, 25 Nopember 2011
63

Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang juga menyalurkan

dana zakatnya sebagai dana charity (bantuan sesaat) dan yang menganut prinsip

manfaat/
  produktif dalam kemasan sebagai berikut:

a. Paket Senyum

Santunan anak yatim piatu, orang tua jompo, dan bantuan sarana keagamaan.

b. Paket Mawaddatan Fil Qurba (pendakatan kasih sayang)

Memberikan beasiswa, keterampilan dan bimbingan usaha disertai modal

agar lebih tegar mandiri.

c. Paket Bulan Sabit Hijau

Memberikan pelayanan kesehatan bagi kaum dhu’afa dan sanitasi

lingkungan.

d. Paket Tabligh Assakinah

Pembentukan akhlak mulia para mustahiq untuk mengkaji masalah-

masalah yang dihadapi.

e. Paket Baitul Qiroth

Lembaga keuangan mikro sebagai hasil infaq/shadaqah para mustahiq yang

dibina dalam usaha kecil sekali (UKS) atau usaha kelompok bersama (UKB). 35

Dengan demikian pentingnya peran BAZDA Kota Tangerang dalam upaya

pengembangan masyarkat dalam menunjang keberhasilan membangun ataupun

mengembangkan usaha yang telah dijalani masyarakat, BAZDA Kota Tangerang

berharap bantuan modal yang diberikan dapat digunakan sebagaimana mestinya

35
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
64

dan bermanfaat serta dapat membawa perubahan yang signfikan dari kategori

mustahiq menjadi muzakki.36

E. Analisis

Secara umum masalah kemiskinan merupakan tanggung jawab negara.

Kemiskinan tercipta karena berbagai faktor penyebabnya, meskipun secara garis

besar kemiskinan tercipta karena faktor struktural dan kultural. Berbagai macam

solusi telah dilakukan, akan tetapi kemiskinan tetap saja menjadi permasalahan

yang tidak ada ujungnya bagi negeri yang kita cintai ini.

Negara Indonesia yang mayoritas masyarakat beragama Islam namun solusi

pengentasan kemiskinan belum menggunakan pendekatan secara Islami. Padahal

agama Islam sudah memberikan solusi yang termaktub didalam Al-Quran dan As-

Sunnah sejak dahulu kala dan sudah dipraktekan pada zaman Rosulullah dan para

sahabatnya dan mencapai hasil yang bisa dikatakan maksimal. Solusi alternatif

yang ditawarkan oleh agama Islam yaitu dengan cara mengoptimalisasikan dana

zakat.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel pada lembaga zakat, infak

dan shadakah yang berada di daerah Kota Tangerang yaitu BAZDA (Badan Amil

Zakat Daerah) Kota Tangerang. Maksud dan tujuan peneliti hanya untuk

mengetahui pengelolaan yang dilakukan BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah)

Kota Tangerang.

36
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
65

BAZDA Kota Tangerang mempunyai cara sendiri untuk menyalurkan dana

zakat yang telah terkumpul, dengan cara memberikan sesuai kebutuhan

masyarakat
  yang membutuhkan-nya terutama masyarakat Islam. BAZDA Kota

Tangerang memberikan bantuan charity terutama kalau umat sedang kelaparan,

membutuhkan pakaian dan lain-lain, dan BAZDA Kota Tangerang memberikan

bantuan modal usaha dengan prinsip pendayagunaan ZIS untuk usaha produktif,

akan tetapi tentunya bagi pengusaha yang mendapat penilaian layak dari pihak

BAZDA Kota Tangerang yang akan diutamakan, baik pengusaha kecil atau pun

pengusaha menengah.

Keberhasilan dan nilai keefektifan suatu Lembaga Amil Zakat (LAZ) dapat

dilihat dari pengelolaan dana zakatnya. Baik dari penghimpunannya ataupun

pendistribusiannya. Apabila lembaga tersebut mengelola dana ZIS dapat

disalurkan secara tepat sasaran untuk kepentingan masyarakat yang kurang

mampu, maka lembaga tersebut dapat dikatakan berhasil dalam menyelesaikan

permasalahan masyarakat.

Kurangnya animo masyarakat untuk membayar ZIS pada lembaga yang

sudah ada dikarenakan kurangnya rasa percaya masyarakat terhadap lembaga-

lembaga ZIS. Akan tetapi bila pengelolaan dan pemanfaatan dana ZIS yang baik

akan menciptakan kepercayaan masyarakat dan masyarakat pun akan terketuk

hatinya untuk menyalurkan dananya kepada BAZDA Kota Tangerang dari pada

menyalurkannya langsung kepada mustahiq.

Mengenai manajemen pengelolaan zakat, BAZDA Kota Tangerang telah

melaksanakan tiga kata kunci diatas. Amanah, terbukti masih banyaknya para
66

muzakki yang menyerahkan dana zakatnya ke BAZDA Kota Tangerang, meskipun

jumlah dana zakatnya masih begitu kecil bila dibandingkan dengan BAZIS atau

LAZIS
  yang lain. Hal ini disebabkan oleh kurangnya dukungan dari pemda Kota

Tangerang yang tidak membuat perda tentang perzakatan, kendati dari pihak

BAZDA Kota Tangerang sudah berkali-kali mengajukan RAPERDA-nya

(Rancangan Peraturan Daerah) kepada Pemda Kota Tangerang. Profesional,

terbukti pada susunan pengurus yang berkompenten dan berpengalaman dalam

bidangnya yang termaktub dalam susunan struktur organisasi BAZDA Kota

Tangerang. Transparan, adanya laporan tahunan yang di publikasikan kepada

para muzakki dan masyarakat luas.

Implementasi dari pengelolaan dan penditribusian sudah berjalan dengan

baik. Berupa program charity; Paket Senyum (santunan anak yatim piatu, orang

tua jompo dan bantuan sarana keagamaan), Paket Mawaddah Fil Qurba

(pendekatan kasih sayang) berupa memberikan beasiswa, ketrampilan dan

bimbingan usaha disertai modal agar lebih tegar mandiri, Paket Bulan Sabit Hijau

(memberikan pelayanan kesehatan bagi kaum dhu’afa dan sanitasi lingkungan),

Paket Tabligh Assakinah (pembentukan akhlaq mulia para mustahiq untuk

mengkaji masalah-masalah yang dihadapi), Paket Baitul Qirath (lembaga

keuangan mikro sebagai hasil infaq atau shadaqoh para mustahiq yang dibina

dalam usaha kecil sekali untuk usaha kelompok bersama). Sedangkan program

yang bersifat produktif dan berjangka panjang untuk pemberdayaan ekonomi dan

pengembangan usaha para kaum dhu’afa, BAZDA Kota Tangerang memiliki

program pengelolaan dan pendayagunaan tersendiri dalam rangka aplikasi


67

program kerja BAZDA Kota Tangerang yang dibagi dalam tiga paket yaitu :

Pemberian Beasiswa, Pemberian Ketrampilan. Untuk pemberian modal usaha

dibagi
  menjadi; paket A, untuk program Modal Bergulir (MB), paket B, untuk

program Pinjaman Modal Usaha (PMU ), paket C, untuk program Kemitraan

Umum Dan Program Kemitraan Progresif.

Berdasarkan uraian diatas bahwa implementasi bahwa pengelolaan yang

dilakukan oleh BAZDA Kota Tangerang sudah cukup baik dan efektif. Apalagi

program pendayagunaan yang bersifat produktif berupa pinjaman modal usaha,

agar para masyarakat yang membutuhkan bisa merubah kehidupannya secara

mandiri dengan usaha yang dijalaninya, tanpa harus berpangku tangan dengan

mengharapkan santunan.

Dengan beberapa langkah yang telah dilakukan oleh BAZDA Kota

Tangerang dalam mengentaskan kemiskinan, maka BAZDA Kota Tangerang

berharap agar para mustahiq tidak selamanya menjadi mustahiq, akan tetapi suatu

saat akan menjadi muzakki dan menjadi donatur tetap di BAZDA Kota Tangerang.

Agar adanya keseimbangan antara program mengentaskan kemiskinan dan biaya

oprasional, maka pihak BAZDA Kota Tangerang selalu mensosialisasikan kepada

muzakki untuk berzakat di BAZDA Kota Tangerang.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan tentang “PENGELOLAAN ZAKAT PADA

BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KOTA TANGERANG” pada bab

1 sampai dengan bab 4 maka, penulis akan mengambil kesimpulan pada bab 5 ini.

Pengelolaan zakat di Indonesia belumlah maksimal. Hal ini ditandai dengan

masih tingginya angka kemiskinan di tengah besarnya jumlah pemeluk Islam.

Pemerintah perlu mengadakan sosialisasi dan pengembangan kesejahtraan

masyarakatnya dalam hal ekonomi dengan melalui lembaga-lembaga yang dapat

mengelola hasil zakat dari harta orang kaya yang akan disalurkan kepada para

Mustahiqq, kaum dhu’afa dan fakir miskin.

Pengelolaan dana ZIS (Zakat, Infaq dan Shadaqah) pada Badan Amil Zakat

Daerah (BAZDA) Kota Tangerang yang dikelola dengan baik dan terprogram

akan mampu membangun dan mengembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan

yang berdampak luas bagi masyarakat. Ia akan mampu menggugah kesadaran

religius masyarakat bahwa berzakat bukan semata-mata untuk kepentingan ibadah

privat yang melangit, namun lebih mempunyai nilai ibadah yang membumi dan

berdampak sosial luas. Ia akan mampu mengatasi kemiskinan kaum dhu’afa,

menumbuh kembangkan kemandirian ekonominya dan mewujudkan kesejahtraan

masyarakat. Semua itu kami jabarkan dalam program kerja berupa: program aksi

68
69

dan aplikasi yang sistematis sejalan dengan pembidangan pada struktur organisasi

BAZDA Kota Tangerang.

  Badan Amil Zakat Daerah Kota Tangerang menyalurkan dana zakatnya

sebagai dana charity (bantuan sesaat) dan yang menganut prinsip manfaat/

produktif dalam kemasan sebagai berikut:

a. Paket Senyum

Santunan anak yatim piatu, orang tua jompo, dan bantuan sarana

keagamaan.

b. Paket Mawaddatan Fil Qurba (pendakatan kasih sayang)

Memberikan beasiswa, keterampilan dan bimbingan usaha disertai modal

agar lebih tegar mandiri.

c. Paket Bulan Sabit Hijau

Memberikan pelayanan kesehatan bagi kaum dhu’afa dan sanitasi

lingkungan.

d. Paket Tabligh Assakinah

Pembentukan akhlak mulia para mustahiq untuk mengkaji masalah-masalah

yang dihadapi.

e. Paket Baitul Qiroth

Lembaga keuangan mikro sebagai hasil infaq/ shadaqah para mustahiq yang

di bina dalam Usaha Kecil Sekali (UKS) atau Usaha Kelompok Bersama (UKB).

Dari pola pengelolaan zakat yang telah dibentuk sehingga menghasilkan

program-program diatas, jika keseluruhan-nya itu sudah berjalan dengan baik dan

efektif, sehingga dapat membantu para mustahiq dalam kebutuhan hidupnya


70

sehari-hari dan dapat mengurangi jumlah kemiskinan dan kaum dhu’afa yang

berada di Kota Tangerang.

B. Saran

1. Bagi Pemerintah

Pemerintah Pusat atau khususnya Pemerintah Daerah Kota Tangerang

hendaknya untuk memperhatikan keberadaan lembaga Badan Amil Zakat secara

keseluruhan yang berada di Kota Tangerang dan PERDA (Pemerintah Daerah)

tentang perzakatan dan pemerataan sosial ekonomi (kaya) segera terwujudkan

demi menjaga nama baik Motto Kota Tangerang “Berakhlakul Karimah”.

2. Bagi Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang

a) Diharapkan agar lebih inisiatif, inovatif dan kreatif dalam membuat program

pengelolaan zakat yang bersifat produktif agar lebih berdayaguna bagi

masyarakat.

b) Diharapkan agar selalu memperbaiki diri dalam hal manajemen

perencanaan, pengelolaan, pendayagunaan dan pendistribusian dana zakat

sehingga Badan Amil Zakat Daerah Kota Tangerang dapat diterima penuh

oleh kaum muslim sebagai sebuah lembaga pengumpul dan penyaluran dana

zakat yang amanah.

c) Selanjutnya yang terpenting dalam hal ini ialah tentang penyebaran

informasi tentang pentingnya membayar zakat melalui lembaga zakat, juga

harus ditingkatkan sosialisasinya sehingga penyaluran dana zakat tidak


71

sebatas pada kelompok-kelompok tertentu saja melainkan juga diikuti oleh

masyarakat luas karena, tidak semua masyarakat tidak semuanya mengerti

  tentang bagaimana cara menyalurkan dana zakat dengan baik.

3. Bagi Masyarakat

Mulai dari sekarang kita harus menaruh rasa percaya terhadap Lembaga

Zakat untuk membayar zakat melalui lembaga tersebut, khususnya para muzakki

diharapkan kesadaran tentang pentingnya membayar zakat melalui Lembaga

Zakat serta disiplin membayar zakat, sehingga dana tersebut dapat disalurkan ke

arah yang lebih produktif sebagai wujud kepedulian sosial kita kepada sesama.

Karena, dalam prakteknya masyarakat masih saja kurang percaya terhadap kinerja

Lembaga Badan Amil Zakat.

Demikian kesimpulan dan saran yang penulis dapat sampaikan dalam hasil

penelitian ini, semoga apa yang telah penulis sampaikan dapat berrmanfaat dan

dijadikan sesuatu yang bersifat konstruktif bagi perkembangan dan kemajuan

Lembaga Amil Zakat (LAZ), khususnya Badan Amil Zakat (BAZDA) Kota

Tangerang dan pihak yang terkait dan yang terlebih bagi kita semua pada

umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Afzalurrahman, “Doktrin Ekonomi Islam”, (Yogyakarta:PT. Dana Bhakti Wakaf,


 
1995), jilid 1.
Al-Zuhayly, Wahbah, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet. 6.
A. Saifulmillah, dkk., “Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”
(Arsip BAZDA Kota Tangerang).
Bariadi, Lili, et al., “Zakat Dan Wirausaha”, (Jakarta:CED(Center for
Entrepreneurship Development), 2005), Cet. 1.
Bungin, Burhan, “Analisa Data Penelitian Kualitatif”, (Jakarta:P.T. Raja
Grafindo Persada,2003), Cet. Ke-2.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangerang, “Kota Tangerang dalam Angka
2008 dan 2009”
Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang.
Daud, Muhammad Ali, “Sistem Ekonomi Islam: Zakat Dan Wakaf”, (Jakarta:
Universitas Indonesia Press,1998), Cet. Ke-1.
Departemen Pendidikan Nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa”, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama 2008), edisi ke-4.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”,
(Jakarta: Balai Pustaka), cet, ke-1.
Departemen Agama RI,”Peraturan Perundang-Undangan Pengelolaan Zakat”,
(Jakarta:Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2003).
Departemen Agama RI, “Pedoman Pengelolaan Zakat”, (Jakarta:Direktorat
Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2003).
Dewan redaksi ensiklopedi islam, “Ensiklopedi Islam 5” (Jakarta: PT ICHTIAR
BARU VAN HOEVE, 1997). Cet.4.
Djamal, Doa, “Membangun Ekonomi Umat Melalui Pengeluaran Zakat Harta”,
(Jakarta:Nuansa Madani, 2000), Cet Ke-2.

72
73

Haroen, Nasrun,”Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Organisasi Pengelola Zakat”


(Departemen Agama Republik Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Zakat,
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam: 2007).
Kota  Tangerang Dalam Angka 2004.
Muhammad dan Ridwan mas’ud, “Zakat dan Kemiskinan Instrumen
Pemberdayaan Ekonomi Umat”, (yogyakarta: UII Press, 2005), cet. 1.
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, “Tafsir Al-Quranul Majid An-Nuur”
(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2000), cet. Ke-2.
Maulana, Muhammad Ali, “Islamologi”, (Jakarta:P. T. Ikhtiar Baru Van Hoeve,
1997).
Moleong, Lexy J., “Metode Penelitian Kualitatif”, (Bandung:P.T. Remaja
Rosdakarya, 2004).
Nata, Abuddin, “Pengelolaan Zakat Infak dan Sedekah di DKI Jakarta”,
(Jakarta:Bazis DKI,1999).
Permono, Sjechul Hadi, “Pemerintah Republik Indonesia Sebagai Pengelola
Zakat”, (Jakarta:Pustaka Firdaus, 1993).
Qardhawi, Yusuf, “Konsepsi Islam Dalam Mengentaskan Kemiskinan”,
(Surabaya:P. T. Bina Ilmu,1996), Cet Ke-3.
Ra’na, Irfan Mahmud, “Sistem Ekonomi Pemerintahan Umar Bin Khattab”,
(Jakarta:Pustaka Firdaus, 1997), cet Ke-3.
Shihab, M. Quraish, “Tafsir Al-Mishbah”. Volume 15,13,8,14,5, (Jakarta: Lentera
Hati 2002).
Suyuti pulungan. J, “Fiqh Siyasah: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran”, (Jakarta:PT.
Raja Grafindo Persada, 1997), Cet Ke-3.
Tim Institut Manajemen Zakat, “Profil 7 BAZDA Propinsi & Kabupaten Potensial
di Indonesia”, (Ciputat: Institut Manajemen Zakat 2006), cet ke-1.
Tim Primapena, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Gita Media Press).
Tulus, “Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan Zakat dan Wakaf”, (Jakarta:
Pusat Bahasa dan Budaya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003).
“Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
74

Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan


Wakaf 2004).
“Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Lembaga Pengelola Zakat” (Jakarta:
 
Departemen Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan
Zakat dan Wakaf : 2003).
Usman, Suparman, “Himpunan Perundang-Undangan Tentang Pengelolaan
Zakat”, (Banten: BAZDA Propinsi Banten 2005).
“Himpunan Rakerda 3 dan Rakorda 2”, (Banten: BAZDA Propinsi Banten
2005).
Poerwadarminta, W.J.S., “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai
Pustaka2003), cet. Ke-1.
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Anda mungkin juga menyukai