Skripsi
Oleh:
HELMI SYARIFUDIN
NIM. 106053002000
1433 H/2012 M
ABSTRAK
Helmi Syarifudin
Pengelolaan Zakat pada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang
Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang menyalurkan dana zakatnya sebagai
dana charity (bantuan sesaat) dan yang menganut prinsip manfaat/ produktif dalam kemasan
sebagai berikut:
1. Paket Senyum
Santunan anak yatim piatu, orang tua jompo, dan bantuan sarana keagamaan.
2. Paket Mawaddatan Fil Qurba (pendekatan kasih sayang)
Memberikan beasiswa, keterampilan dan bimbingan usaha disertai modal agar lebih tegar
mandiri.
i
3. Paket Bulan Sabit Hijau
Memberikan pelayanan kesehatan bagi kaum dhu’afa dan sanitasi lingkungan.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat yang tiada dapat melukiskannya, baik
nikmat iman, Islam dan ikhsan. Segala puji hanya bagi Allah SWT Yang Maha Adil mengatur
pergantian siang dan malam, itulah tanda-tanda kebesaran-Nya.
Shalawat serta salam tak lupa penulis ucapkan kepada junjungan kita, suri tauladan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah diutus sebagai pemberi petunjuk dan pembawa risalah-Nya,
melaksanakan amanat, menasehati ummat, dan selalu berjuang di jalan-Nya.
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “PENGELOLAAN ZAKAT PADA BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA)
KOTA TANGERANG”, tepat pada waktu yang telah ditentukan. Untuk itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada:
1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat., selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
2. Dr. Arif Subhan., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi (FDK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
3. Prof. A. Murodi, M.A, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan
tenaganya serta pikirannya dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. Cecep Castrawijaya. MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah (MD) Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
5. H. Mulkannasir, BA, S.Pd, MM., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah (MD)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
6. Suparto, M.Ed, Ph.D., selaku Pembimbing Akademik
7. Segenap Dosen dan Staf Administrasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah,
Jakarta.
8. H. Misbahul Jannah (Alm) (Ayahanda), HJ. Yumnah (Almh) (Ibunda) walaupun mereka
sudah tiada, namun semangatnya tetap ada di hati penulis sampai skripsi ini telah
terselesaikan. Serta kakak dan adik tercinta yang selalu mendoakan, memotivasi, dan
restunya kepada penulis.
iii
9. Segenap kawan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. khususnya
yang terhimpun dalam Prodi MD angkatan 2006 yang bersama-sama telah mengikuti
studinya sampai selesai.
10. Ust. H. Sofyan
Tsauri, selaku guru spiritual yang selalu mendukung, mendoakan dan
memotivasi penulis.
11. Bpk. Abdul Fakrih dan Ibu Fikriyah sebagai paman dan bibi tercinta yang selalu memotivasi
penulis agar cepat terselesaikannya skripsi ini.
12. Nurfadilah S.Pd.I (Istri), Nayla Syarifah, Sahhal Syarief (Anak), Tercinta.
13. Bpk. Budi Kurniawan Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Al-Muhajirin PT.
Indonesia Stanley Electric.
14. Seluruh jajaran pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Al-Muhajirin PT.
Indonesia Stanley Electric.
15. Serta para pendukung lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Namun, tidak
mengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala amal kebaikan yang telah mereka
berikan kepada penulis dan selalu memperoleh karunia serta kemudahan dari-Nya dalam
melaksanakan tugasnya di dunia ini, Amiin…
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………...................... i
KATA PENGANTAR……………………………………………………… iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… v
BAB I. PENDAHULUAN
D. Metodologi Penelitian............................................................. 6
E. Tinjauan Pustaka..................................................................... 8
F. Sistematika Pembahasan......................................................... 9
A. Pengertian Pengelolaan........................................................... 11
B. Pengertian Zakat..................................................................... 12
C. Pengertian Mustahiq………….................................................. 19
D. Jenis-jenis Mustahiq................................................................ 19
v
E. Pengertian Amil Zakat……………….......................................... 28
1. Sejarah Pendiriannya...................................................................... 36
vi
C. Usaha BAZDA Kota Tangerang dalam Pendayagunaan Dana Zakat
E. Analisis ………………………………………………………………… 64
BAB V. PENUTUP.
A. Kesimpulan.................................................................................................... 68
B. Saran.............................................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak dahulu hingga kini problematika sosial yang paling serius adalah
sosial seperti ; kriminalitas, psikologi sosial, dan lain-lain nya. Karena itu, Islam
Salah satu Syariat Islam yang menjadi sumber dana kegiatan masyarakat
dan pemberdayaan ekonomi umat adalah zakat. Konsepsi Islam tentang zakat
tidak hanya mencakup dimensi ibadah, tetapi juga mencakup dimensi sosial. Dari
sisi sosial, zakat dapat digali, dikembangkan dan didayagunakan sebagai solusi
masalah sosial, dan pemberdayaan ekonomi umat. Secara ekonomi, zakat dapat
Karena itu, Islam pantas menerima penghargaan, bukan hanya karena dapat
membangun nilai-nilai luhur dalam aspek sosial juga dapat membangun watak
1
Djamal Doa, Membangun Ekonomi Umat Melalui Pengeluaran Zakat Harta, (Jakarta:
Nuansa Madani, 2000), Cet Ke-2. h.103.
1
2
yang merupakan sendi dasar bagi tegaknya peradaban manusia. Hal ini
dilaksanakan Islam dengan pengumpulan dana yang disebut dengan dana zakat
agar harta kekayaan tidak hanya beredar dikalangan tertentu, dan sekaligus
Zakat pada dasarnya merupakan tatanan sosial yang dimiliki Islam, yang
pihak kaya dan miskin, karena dalam konsep Islam harta tidak sepenuhnya ia
miliki, tetapi ada hak orang-orang lain pada harta yang dikuasainya, karena itu
hak-hak tersebut harus diberikan setiap waktu sesuai dengan ketentuan syariat.
Dengan demikian, jika syariat Islam tentang zakat ini dilakukan seluruh
umat Islam, maka kemiskinan di kalangan umat Islam akan dapat dikurangi,
masih sangat kurang. ini karena perhatian umat Islam lebih tertuju kepada ibadah-
ibadah lain, semacam shalat, puasa dan haji. Pandangan umum masyarakat hampir
untuk membayar zakat juga disebabkan oleh beberapa hal diantarnya adalah
sebenarnya telah memulai menunaikan zakat, infak dan juga sodaqoh (ZIS) di
2
Maulana Muhammad Ali, Islamologi, (Jakarta: P.T. Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1997),
h.315.
3
Yusuf Qardhawi, Konsepsi Islam dalam Mengentaskan Kemiskinan, (Surabaya: P. T.
Bina Ilmu,1996), cet ke-3. h.99.
3
ijtihad Kyai tersebut. Menurut ajaran Islam, zakat sebenarnya dipungut oleh
negara
atau pemerintah yang bertindak sebagai wakil fakir miskin untuk
Agama Republik Indonesia Nomor 373 tahun 2003 tentang pelaksanaan Undang-
miskin melalui lembaga zakat yang legitimasinya oleh pemerintah itu sendiri.
adalah Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang sebagai lembaga
pengelola zakat dari pemerintah, dimana zakat yang terkumpul dari masyarakat itu
pendayagunaan zakat.
kesadaran dan hasil pengumpulan, serta penempatan zakat sebagai dana yang
umat, maka pemerintah yang paling tepat bertindak sebagai amil. Karena
bagaimana pun, pemerintah mempunyai aparat yang cukup lengkap, serta sarana
4
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: Universitas
Indonesia Press,1998), Cet. Ke-1. h.94.
4
umum bahwa pemerintah yang menjadi titik sentral dalam proses pengelolaan
zakat.5 Keterlibatan pemerintah dalam persoalan zakat, terdapat pada Q.S. At-
Taubah
: 103.
pendistribusian zakat kepada fakir miskin sebagian besar masih bersifat sporadis
dan konsumtif belaka, yakni untuk pemenuhan kebutuhan sesaat tetapi setelah itu
mereka tetap tergolong sebagai fakir miskin. padahal visi misi zakat adalah
mengubah mustahiq menjadi muzakki atau dengan kata lain mengubah kebiasaan
Kota Tangerang.
Kota Tangerang secara geograpis terletak antara 606’ Lintang Selatan sampai
dengan 6013’ Lintang Selatan dan 106036’ Bujur Timur sampai dengan 106042’
Bujur Timur. Luas wilayah Kota Tangerang 183.78 km2 (termasuk luas BAndara
5
Abuddin Nata, Pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekah di DKI Jakarta, (Jakarta: Bazis
DKI,1999), h.6.
5
Berdasarkan hasil data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) jumlah penduduk
Dari jumlah penduduk tersebut terdapat penduduk yang kurang mampu atau
miskin sebanyak 121.016 keluarga.8 Hal ini yang membuat kota Tangerang
semakin padat dengan penduduk yang heterogen, sehingga bertambah pula jumlah
orang miskin, Betapa menurunnya daya beli masyarakat akibat krisis ekonomi
pada tahun1998 akibatnya justru memunculkan gejolak sosial politik yang begitu
luar biasa yang pada akhirnya berkembang menjadi tindakan anarkhisme di mana-
mana. Tentu kita tidak menginginkan hal-hal itu terjadi dan terulang kembali di
penelitian tentang: “Pengelolaan Zakat pada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA)
Kota Tangerang ”
1. Pembatasan Masalah
Agar penulisan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membuat batasan
masalah yang akan dibahas, yaitu pada; Pengelolaan yang dilakukan oleh Badan
2. Perumusan Masalah
6
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangerang, “Kota Tangerang dalam Angka 2008”. h. 3
7
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangerang, “Kota Tangerang dalam Angka 2009”. h. 51
8
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangerang, “Kota Tangerang dalam Angka 2009”. h. 192
6
1. Bagaimana Pengelolaan Zakat yang dilakukan Badan Amil Zakat Daerah
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
Secara Akademis
a) Manfaat penelitian ini secara akademis adalah untuk mendapat gelar Sarjana
Secara Praktis
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang
deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-
angka. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk
3. Metode
a. Wawancara
diarahkan pada masalah tertentu dengan tujuan tertentu, baik komunitas sasaran
atau pihak pelaksana. Wawancara itu dilakukan oleh dua pihak yaitu
b. Observasi
9
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya,
2004), h.13.
10
Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada,
2003), Cet. Ke-2. h. 39.
8
fenomena tersebut.
c. Dokumentasi
data tertulis (buku-buku, dokumen) yang terdapat di Badan Amil Zakat Daerah
E. Tinjauan Pustaka
1. Anton Riyanto, Pola Pendayagunaan Dana Zakat, Infaq dan Sodaqoh (ZIS)
pada tahun 2010, berisi tentang pola pendayagunaan dana Zakat, Infaq dan
Malaysia, skripsi mahasiswa Fakultas Syariah & Hukum jurusan Ahwal Al-
9
4. Siti Hafidaty, Sistem Pengelolaan Data Base dan Studi Kelayakan
Dakwah
F. Sistematika Pembahasan
menganalisa yang akan dibahas dan sekaligus agar pembaca dapat memahami
bab, yaitu:
Pembahasan.
BAB II. Berisi tentang TINJAUAN TEORITIS yang terdiri dari: Pengertian
BAB III. Berisi tentang BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KOTA
BAB IV. Berisi tentang BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KOTA
POTENSI ZAKAT yang terdiri dari: Usaha Badan Amil Zakat Daerah
Dana Zakat, Usaha Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang
BAB V. Berisi tentang PENUTUP yang terdiri dari : Kesimpulan dan Saran-saran
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Pengelolaan
Arti “Pengelolaan” ialah (1). Proses, cara, perbuatan mengelola; (2). Proses
melakukan kegiatan tertentu dengan menggunakan tenaga orang lain. (3). Proses
yang membantu merumuskan dan tujuan organisasi. (4). Proses yang memberikan
pengawasan pada hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan.1
Menurut Harsoyo pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal dari kata
“kelola” mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk menggali dan
memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna
usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja
1
Departemen Pendidikan Nasional; “Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa”,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama 2008), edisi ke-4. h. 657.
2
Nasroen Haroen, ”Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Organisasi Pengelola Zakat”
(Departemen Agama Republik Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam: 2007), h. 4
3
http: //id.shooving.com/Writing-and-speaking/presenting/2108155-pengertian-
pengelolaan, tgl 28 Januari 2011. Waktu 13:54.
11
12
ditetapkan sebelumnya.5
memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki secara efektif untuk mencapai
B. Pengertian Zakat
Menurut bahasa kata zakat berarti: 1). Jumlah harta tertentu yang wajib
dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang
4
http: //esharianomics.com/esharianomics/zakat/manajemen/definisi-pengelolaan-zakat.
tgl 1 Januari 2011. Waktu 14:20.
5
http: //id.shooving.com/Writing-and-speaking/presenting/2108155-pengertian-
pengelolaan, tgl 28 Januari 2011. Waktu 13:54.
6
http: //id.shooving.com/Writing-and-speaking/presenting/2108155-pengertian-
pengelolaan, tgl 28 Januari 2011. Waktu 13:55.
13
berhak menerimanya. 2). Salah satu rukun Islam yang mengatur harta yang wajib
Jika diucapkan zaka al-zar‟, artinya adalah tanaman itu tumbuh dan bertambah.
jika diucapkan zakat al-nafaqah, artinya nafkah tumbuh dan bertambah jika di
berkati.8
Kata ini juga sering dikemukakan untuk makna thaharah (suci). Allah swt.
Berfirman:
kemenangan.9
Maksud kata zakka dalam ayat ini ialah menyucikan dari kotoran. Arti yang
Dalam tafsirnya: kata ( ) aflaha terambil dari kata (alfalah) alfalah yang
berarti membelah, dari sini petani dinamai (alfallah) karena ia mencangkul untuk
7
Departemen Pendidikan Nasional; “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama), edisi ke-4. h.1279
8
Wahbah Alzuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya 2005), h. 82.
9
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, “Tafsir Al-Quranul Majid An-Nuur”
(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2000), cet. Ke-2, h.4607.
14
membelah tanah lalu menanami benih. Benih yang ditanam petani menumbuhkan
buah yang diharapkannya. Dari sini agaknya sehingga memperoleh apa yang
diharapkan
yang dinamai falah dan hal tersebut tentu melahirkan kebahagian yang
orang mukmin yang akan meraih al-falah yaitu: (1) khusyu’ di dalam shalat, (2)
menunaikan zakat, (3) menjauhkan diri dari perbuatan sia-sia, (4) tidak
menggunakan alat kelaminnya kecuali secara sah, (5) memelihara amanat dan
mengartikan kata tazakka berarti mengeluarkan zakat fitrah. Shalat dan zakat
mengamati redaksi ayat diatas yang menjelaskan cara dan sebab meraih
keberuntungan, maka agaknya sekedar shalat, apalagi shalat idul fitri dan zakat
fitrah bukanlah dua hal yang cukup berat guna memperoleh imbalan ganjaran
yang demikian besar. Demikian arti tazakka dalam ayat diatas bukan
Kata zakat , adakalanya bermakna pujian, misalnya dalam firman Allah swt.
Berikut ini:
ٖٕ ٌۡفَ ََل ذُشَ ُّم ٓى ْا أَّفُ َس ُن
Artinya: “(Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci)”,(Q.S. An
Najm: 32)
10
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al-Mishbah”. Volume 15, (Jakarta: Lentera Hati 2002),
h.218
11
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al-Mishbah”. Volume 15, (Jakarta: Lentera Hati 2002),
h.219
15
Dalam tafsirnya: larangan memuji amal dan menyatakan diri suci itu, adalah
bila ia diungkapkan dengan rasa bangga dan keyakinan diterimanya amal itu.
Tetapi
bila tujuannya adalah mensyukuri nikmat allah sambil menyadari bahwa
hal tersebut diperoleh karena anugerahnya, maka ia tidak terlarang. Larangan itu
tertuju kepada setiap orang, baik dalam kedudukannya sebagai pribadi maupun
kolektif, dan dengan demikian tidaklah wajar satu suku atau bangsa memuji diri
mereka.12
Kata ini terkadang bermakna baik (shalah). Pernyataan rajul zakiyy berarti
orang yang bertambah kebaikannya. Min qawm azkiya’ artinya termasuk diantara
Adapun zakat menurut istilah, berarti hak yang wajib (dikeluarkan dari)
khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nishab (batas kuantitas
12
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al-Mishbah”. Volume 13, (Jakarta: Lentera Hati 2002),
h.430
13
Wahbah Alzuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya 2005), h. 83.
14
Wahbah Alzuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya 2005), h. 83.
16
pembagian nabi muhammad SAW. Sambil berkata bahwa beliau tidak adil karena
yakni yang mengumpulkan serta yang mencari, dan menetapkan siapa yang harus
menerima dan membaginya, dan diberikan juga kepada para mua‟allaf, yakni
orang-orang yang dibujuk hatinya, serta untuk memerdekakan para hamba sahaya,
dan orang-orang yang berhutang bukan dalam kedurhakaan kepada allah SWT,
dan disalurkan juga pada sabilillah dan orang-orang yang kehabisan bekal yang
sedang dalam perjalanan. Semua itu sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah; dan Allah maha mengetahui siapa yang harus menerima dan dia maha
15
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al-Mishbah”. Volume 15, (Jakarta: Lentera Hati 2002),
h.141
17
tentang zakat dan shadaqah, dapat di simpulkan bahwa harta benda mempunyai
fungsi sosial. Fungsi tersebut ditetapkan Allah atas kepemilikannya yang mutlak
terhadap
segala sesuatu di alam raya ini termasuk kata benda. Disamping dasar
Dari sini jelaslah bahwa kata zakat, menurut terminologi para Fuqoha,
dimaksudkan sebagai “Penunaian”, yakni penunaian hak yang wajib yang terdapat
dalam harta.17
sejumlah harta tertentu yang harus diberikan kepada kelompok tertentu dengan
berbagai syarat. Menurut Hukum Islam zakat adalah nama bagi suatu
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang dibebankan atas harta
perkataan zakat disebut di dalam al-qur’an dan selalu dirangkaikan dengan shalat
yang merupakan rukun islam yang kedua. Zakat yang disebut Al-qur’an setelah
shalat, adalah sarana komunikasi utama antara manusia dengan manusia lain
16
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al-Mishbah”. Volume 5, (Jakarta: Lentera Hati 2002),
h.148
17
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.1. h. 82.
18
Lili Bariadi, et al., “Zakat dan Wirausaha”, (Jakarta: CED (Center for
Entrepreneurship Development), 2005), Cet. 1. h. 4.
18
dalam masyarakat. Karena itu lembaga zakat ini sangat penting dalam menyusun
salah satu instrumen pemerataan pendapatan, yaitu institusi zakat, infaq dan
shadaqah (ZIS). Secara ideal, bisa terlihat dalam mekanisme pengelolaan zakat.
apabila hal itu bisa terlaksana dalam aktivitas sehari-hari umat Islam, maka zakat
Dana zakat diambil dari harta orang yang berkelebihan dalam harta dan
disalurkan kepada orang yang kekurangan. Zakat bukan sekedar wujud kebaikan
hati orang-orang kaya terhadap orang-orang miskin. Akan tetapi zakat merupakan
hak tuhan dan hak orang miskin terdapat dalam harta orang kaya, yang wajib
dikeluarkan.20
C. Pengertian Mustahiq
19
Muhammad Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf”, (Jakarta :
Universitas Indonesia, 1988), Cet.1. h.9
20
Djamal Doa, “Pengelolaan Zakat oleh Negara untuk Memerangi Kemiskinan”,
(Jakarta: KORPUS, 2004). Cet. 1. H.75
19
Mustahiq menurut bahasa adalah orang atau badan yang berhak menerima
zakat, infak dan sadaqah.21 Mustahiq menurut bahasa ialah orang-orang yang
22
berhak
menerima zakat.
Mustahiq menurut istilah adalah pihak yang berhak menerima zakat yang
terdiri dari 8 golongan masyarakat seperti tercantum dalam firman allah swt. yang
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana). (Q.S: At-Taubah: 60).23
21
http://mustahik.wordpress.com/2008/05/07/petunjuk-praktis-bagi-mustahik/ Mei
7,2008 pkl: 15:00 WIB.
22
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, “Ensiklopedi Islam 5”,(Jakarta: PT ICHTIAR
BARU VAN HOEVE,1997). Cet. 4. h.227.
23
http://pondokzakat.com/articles.php?Ing=in&pg=41: 19/04/2008 10:19
20
untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan akan
Kata fakir berarti orang-orang sangat miskin dan hidup menderita yang
tidak memiliki apa-apa untuk hidup. yang tersirat dalam al-qur’an surat at-
bagian zakat. Al-Fuqara‟ adalah bentuk jamak dari kata al-faqir, Al-Faqir
menurut mazhab Syafi’i dan Hanbali adalah orang yang tidak memiliki harta
merupakan kelompok kedua penerima zakat. Orang miskin adalah orang yang
24
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. h. 280.
25
Muhammad dan Ridwan Mas’ud, “Zakat dan Kemiskinan Instrumen Pemberdayaan
Ekonomi Umat”, (Yogyakarta: UII Press, 2005), cet. 1. h.54.
26
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. h. 280.
21
hajat hidupnya. Orang Fakir, menurut mazhab Syafi’i dan Hanbali, lebih sengsara
Dalam ayat ini telah dijelaskan bahwasanya Nabi Musa as. Melakukan
yang dapat membahayakan hak-hak orang miskin, dan dalam hal ini imam Syafii
menjadi dasar hukum yaitu bahwa seorang miskin keadaannya lebih baik dari
pada seorang fakir, karena yang miskin masih memiliki modal untuk mencari
zakat yang telah ditugaskan oleh pemerintah atau pemimpin dalam masyarakat.
Kata Amilun yang diartikan pengumpul bisa mencakup semua pegawai yang turut
27
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. h. 281.
28
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al-Mishbah”. Volume 8, (Jakarta: Lentera Hati 2002),
h.106-107
22
Panitia zakat (al-amil), mereka berhak mendapat gaji dari dana zakat yang
terkumpul tersebut. Tanpa melihat kondisi keuangan atau kekayaan mereka yang
terlibat
dalam pengelolaan dana zakat tersebut. Penetapan gaji panitia zakat (al-
persen (%) dari jumlahnya. Dengan ketentuan ini akan meningkatkan upaya
untuk mengoptimalkan pengelolaan zakat, maka bagi panitia zakat (al-amil) harus
dalam target penarikan dan pendistribusiannya. Selain itu juga sebagai panitia
zakat (al-amil) harus mampu dan memiliki sistem manajemen yang jelas dan
transparan.29
Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain orang-orang yang lemah
niatnya untuk memasuki Islam. Mereka diberi bagian dari zakat agar niat mereka
memasuki Islam menjadi kuat. Mereka terdiri atas dua macam: Muslim dan Kafir.
Kelompok kafir terdiri atas dua bagian, yaitu orang-orang yang diharapkan
Disebutkan bahwa Nabi saw. Pernah memberikan sesuatu kepada orang kafir,
29
Muhammad dan Ridwan Mas’ud, “Zakat dan Kemiskinan Instrumen Pemberdayaan
Ekonomi Umat”, op.cit., h.57.
30
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. h. 283.
23
5. Para Budak
Para budak yang dimaksud di sini, menurut jumhur ulama, ialah para budak
muslim
yang telah membuat perjanjian dengan tuannya (al-mukatabun). Al-
Mukatabun ialah budak yang dijanjikan oleh tuannya untuk dimerdekakan bila dia
telah membayar sejumlah uang. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk
memberikan zakat kepada para budak itu agar dapat memerdekakan diri mereka.
ialah budak itu harus muslim dan memerlukan bantuan untuk pembebasannya.31
Mereka adalah orang-orang yang memiliki utang, baik hutang itu untuk
dirinya sendiri maupun bukan, baik utang itu dipergunakan untuk hal-hal yang
kepentingannya sendiri, dia tidak berhak mendapatkan bagian dari zakat kecuali
dia adalah seorang yang di anggap fakir. Tetapi, jika utang itu untuk kepentingan
orang banyak yang berada di bawah tanggung jawabnya, untuk menebus denda
31
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. h. 286.
24
pembunuhan atau menghilangkan barang orang lain, dia boleh diberi bagian
zakat, meskipun sebenarnya dia itu kaya, sebab ada sabda rasulullah saw.32
Mazhab Hanafi mengatakan, “orang yang berutang ialah orang yang betul-
betul memiliki utang dan tidak memiliki apa-apa selain utangnya itu.” Dan
Mazhab maliki mengatakan, “bahwa orang yang berutang ialah orang yang benar-
benar dililit utang sehingga dia tidak bisa melunasi utangnya.” Misalnya , orang
itu memiliki kekayaan yang dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhannya sehari-
hari, tetapi dia memperbanyak pengeluarannya kemudian berutang agar dia dapat
memperoleh bagian dari zakat. Orang seperti itu tidak patut diberi bagian dari
seperti ini harus diberi uang sebesar utang yang telah dia lakukan karena dia telah
32
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. h. 286.
33
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. h.287.
25
Yang termasuk dalam kelompok ini ialah para pejuang yang berperang di
jalan Allah yang tidak digaji oleh markas komando mereka karena yang mereka
lakukan
hanyalah berperang, Allah swt. Berfirman, (Q.S.Ash Shaff: 4).
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
berjuang di jalannya, yakni untuk menegakkan agama allah dalam bentuk satu
barisan yang kukuh yang kait-berkaitan dan menyatu jiwanya lagi penuh disiplin
seakan-akan mereka, karena kukuh dan saling berkaitannya satu dengan yang lain,
Dengan demikian, ayat di atas dapat dinilai sebagai kecaman yang ditujukan
kepada mereka yang berjanji akan berjihad tapi ternyata enggan melakukannya.
Ayat ini pun serupa dengan firman allah dalam QS. Al-Baqarah: 246 yang
untuk berperang tetapi “tatkala perang diwajibkan atas mereka, mereka pun
berpaling, kecuali sedikit dari mereka”. Ayat ini juga mengecam orang-orang
34
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al-Mishbah”. Volume 14, (Jakarta: Lentera Hati 2002),
h.10
35
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al-Mishbah”. Volume 14, (Jakarta: Lentera Hati 2002),
h.11
26
bagian zakat agar dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka, meskipun mereka itu
komando mereka, tidak diberi bagian zakat sebab mereka memiliki gaji tetap yang
dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan mereka tidak memerlukan
jalan Allah tidak perlu diberi bagian zakat, kecuali jika mereka adalah orang-
orang fakir. Dan ibadah haji menurut imam Hanbali termasuk salah satu jenis
Oleh karena itu, orang yang memiliki keinginan untuk melaksanakan ibadah
haji bisa diberi bagian zakat; berdasarkan riwayat Abu Dawud dari Ibn Abbas
mengatakan,
ٌَ َّ صي َّى للاُ َعيَ ٍْ ِه َوآىِ ِه َو َسي َ َخ إِ ٍْ َزأَذُهُ ْاى َح َّج فَق
َ ًُّ ِاه ىَهَا اىَّْث ْ أَ َُّ َر ُجَلا َّاقَحٌ فِى َسثِ ٍْ ِو للاِ فَأ َ َرا َد
Oleh karena itu, orang yang hendak melakukan ibadah haji boleh
mengambil zakat jika dia orang fakir sehingga bagian itu dapat dia pergunakan
untuk menunaikan ibadah haji, atau hanya melakukan umrah, atau akan
36
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. , h.288.
37
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. , h.288.
27
melakukan kedua ibadah itu. Adapun untuk ibadah sunah, dia tidak perlu
mendapat bantuan karena di dalam ibadah sunah dia tidak dikenai denda apa-
apa.38
bepergian (musafir) untuk melaksanakan suatu hal yang baik (tha‟ah) tidak
termasuk maksiat. Dia diperkirakan tidak akan mencapai maksud dan tujuannya
jika tidak dibantu. Sesuatu yang termasuk perbuatan baik (tha‟ah) ini antara lain,
Selain itu, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Jama‟ah dari ibn Abbas
bahwasanya Nabi saw. Pernah berkata kepada Mu’adz bin Jabal ketika beliau
mengutusnya ke Yaman,
Artinya: “jika mereka menuruti perintahmu untuk itu ketetapan atas mereka
untuk mengeluarkan zakat beritahukanlah kepada mereka bahwasanya allah swt.
Mewajibkan kepada mereka untuk mengeluarkan zakat yang diambil dari orang-
orang kaya mereka dan diberikan lagi kepada orang-orang fakir di antara
mereka.
Dalil ini menunjukkan bahwa zakat diambil oleh imam dari orang-orang
muslim yang kaya, kemudian dibagikan olehnya kepada orang-orang yang fakir.
Pembagian zakat kepada “kaum fakir” dalam riwayat tersebut dijadikan dasar bagi
38
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. , h.288.
39
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. , h.289.
28
mazhab maliki bahwasanya zakat boleh dibagikan hanya kepada satu kelompok
saja.40
Amil zakat menurut bahasa: orang yang menerima dan menyalurkan zakat.42
sedangkan amil zakat menurut istilah: semua pihak yang bertindak mengerjakan
penyaluran atau distribusi harta zakat. mereka diangkat oleh pemerintah dan
memperoleh izin darinya atau dipilih oleh instansi pemerintah yang berwenang
atau oleh masyarakat Islam untuk memungut dan membagikan serta tugas lain
panitia pengurus zakat yang ada pada zaman sekarang ini adalah bentuk
40
Wahbah Al-Zuhayly, “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005). Cet.6. , h.277.
41
M. Jawad Mughniyah, “Fiqih Lima Mazhab”, (Jakarta: Lentera, 2010). Cet. 25. h.189.
42
Tim Primapena, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Gita Media Press), h.45
43
www.http://id.wikipedia.org/wiki/Amil, 11 Desember 2009, Waktu 09:09.
29
dalam syari’at Islam. Oleh karena itu, petugus (amil) yang bekerja di lembaga
yang harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh para ulama fikih, antara
lain muslim, laki-laki, jujur dan mengetahui hukum zakat. ada tugas-tugas
sekunder lain yang boleh diserahkan kepada orang yang hanya memenuhi
yang dimiliki lembaga pengelola zakat, pengetahuan tentang ilmu fikih zakat, dan
lain-lain.45
Para amil zakat berhak mendapat bagian zakat dari kuota amil yang
diberikan oleh pihak yang mengangkat mereka, dengan catatan bagian tersebut
tidak melebihi dari upah yang pantas, walaupun mereka orang fakir. Dengan
penekanan supaya total gaji para amil dan biaya administrasi itu tidak lebih dari
pegawai lebih dari keperluan. Sebaiknya gaji para petugas ditetapkan dan diambil
dari anggaran pemerintah, sehingga uang zakat dapat disalurkan kepada mustahiq
lain.46 Para amil zakat tidak diperkenankan menerima sogokan, hadiah atau hibah,
baik dalam uang ataupun barang. Para petugas zakat seharusnya mempunyai etika
solidaritas sosial. Selain itu, agar menyalurkan zakat sesegera mungkin kepada
para mustahiq.47
1. Pengertian Badan
(dalam arti segenap jasad manusia), 2. Tubuh (dalam arti pokok tubuh manusia
selain anggota dan kepala), 3. Awak (bagian yang terutama tentang barang), 4.
sesuatu.48
2. Pengertian Amil
mengumpulkan zakat.49
3. Pengertian Zakat
Kata “zakat” menurut bahasa ialah: derma yang wajib diberikan oleh umat
pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur masyarakat dan
47
www.http://id.wikipedia.org/wiki/Amil, 11 Desember 2009, Waktu 09:09.
48
W.J.S. Poerwadarminta, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai
Pustaka2003), cet. Ke-1, h.76
49
W.J.S. Poerwadarminta, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai
Pustaka2003), cet. Ke-1, h.33
50
W.J.S. Poerwadarminta, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai
Pustaka2003), cet. Ke-1, h.1371
31
zakat sesuai denga ketentuan agama.51 Badan Amil Zakat (BAZ) merupakan
pergantian nama dari BAZIS (Badan Amil Zakat, Infaq, Dan Shadaqah).
Mengenai
pengertian BAZDA tidak jauh berbeda dengan Badan Amil Zakat
(BAZ) atau BAZIS (Badan Amil Zakat, Infaq, Dan Shadaqah) namun
penyaluran dan pemanfaatan, zakat, infaq, dan shadaqah secara berdayaguna dan
berhasil guna. Pengertian ini tercantum dalam Surat Keputusan Bersama (SKB)
menteri dalam negeri dan menteri agama nomor 29 tahun 1991/ 47 tahun 1991
tentang pembinaan badan amil zakat, infaq, dan shadaqah pada pasal 1. Secara
1999 tentang pengelolaan zakat. Pengertian itu kemudian dipertegas lagi dalam
keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 581 tahun 1999 tentang
Dalam pasal 1 ayat 1 keputusan menteri itu disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan badan amil zakat adalah organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh
51
Nasroen Haroen, ”Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Organisasi Pengelola Zakat”
(Departemen Agama Republik Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam: 2007), h.5
52
Nasroen Haroen, ”Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Organisasi Pengelola Zakat”
(Departemen Agama Republik Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam: 2007),h.6
32
ketentuan agama.53
terdiri atas dewan pertimbangan, komisi pengawas dan badan pelaksana. Dewan
seorang wakil ketua, seorang sekretaris, seorang wakil sekretaris dan sebanyak-
banyaknya 5 (lima) orang anggota. Badan pelaksana terdiri atas seorang ketua,
dua orang wakil ketua, seorang sekretaris, dua orang wakil sekretaris dan seorang
shadaqah. Serta harta dari para hartawan/wati untuk disalurkan kepada orang-
53
Departemen Agama RI, “Peraturan Perundang-Undangan Pengelolaan Zakat”,
(Jakarta: Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2003), h. 25
54
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.9
55
Tulus “Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Lembaga Pengelola Zakat” (Jakarta:
Departemen Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat Dan Wakaf : 2003), h. 7
33
Keputusan Bersama (SKB) Menteri dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 29
tahun 1997/ 47 tahun 1991 tentang pembinaan Badan Amil Zakat, Infaq dan
Banten adalah merupakan propinsi di sebelah barat Pulau Jawa. Daerah ini
memiliki letak yang strategis, namun belum membuat semua daerah di propinsi
masyarakat tidak dapat berputar secara baik sehingga akan melahirkan kemiskinan
hal ini perlu adanya pembuktian dari pihak pemerintah propinsi untuk mendirikan
Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) agar memberikan manfaat yang signifikan
keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D/291/tahun 2000 tentang
1
Tim Institut Manajemen Zakat, “Profil 7 BAZDA Propinsi & Kabupaten Potensial di
Indonesia”, (Ciputat: Institut Manajemen Zakat 2006), cet ke-1 h.39
2
Tim Institut Manajemen Zakat, “Profil 7 BAZDA Propinsi & Kabupaten Potensial di
Indonesia”, (Ciputat: Institut Manajemen Zakat 2006), cet ke-1 h.39
34
35
a) Kabupaten Serang
b) Kabupaten Pandegelang
c) Kota Cilegon
d) Kabupaten Lebak
e) Kabupaten Tangerang
f) Kota Tangerang.3
resmi penerima dan penyalur dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) yang
Oktober 2003.4
cita-cita melalui visi, misi dan program kerja yang jelas. Pengurus Badan Amil
Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang ke depan bertekad, untuk menjadi suatu
lembaga yang bisa ikut aktif berperan serta bersama umaro (Pemerintah Daerah
3
Tim Institut Manajemen Zakat, “Profil 7 BAZDA Propinsi & Kabupaten Potensial di
Indonesia”, (Ciputat: Institut Manajemen Zakat 2006), cet ke-1 h.40
4
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
36
1. Sejarah pendiriannya:
dan Shadaqah (ZIS) pada tingkat daerah sudah lama terbentuk, hal ini terbukti
dengan adanya Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS) Kota Tangerang
yang mengacu kepada SK Walikota Madya Tingkat II Tangerang No. 452. 12/SK.
171 Bag. Sos/1998 tentang pembentukkan pengurus Badan Amil Zakat, Infaq dan
nama Kota Madya menjadi Kota Tangerang maka turunlah keputusan Walikota
Tangerang No. 451. 12/Kep. 112-Depag/ 2003 pada tanggal 22 Oktober 2003
yang dahulu bernama Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS) Kota
Dengan turunnya SK Walikota No. 451. 12/ Kep. 112 Depag/ 2003 tanggal
22 Oktober 2003, Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang akan
5
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
6
Nur Tachlis, Wakil ketua Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang,
Wawancara Pribadi, Tangerang, 25 Nopember 2011
7
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
37
mencanangkan cita-cita melalui visi, misi dan program kerja yang jelas. Pengurus
Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang ke depan bertekad, untuk
menjadi
suatu lembaga pengelola yang amanah, terpercaya, profesional dan
transparan.8 Suatu lembaga yang bisa ikut aktif berperan serta bersama umaro
masyarakat religius, sejahtera dan mandiri secara ekonomi. Untuk mencapai cita-
cita itu, pengurus Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang telah
merancang Misi Utama sebagai pemandu gerak yaitu Misi Kelembagaan, Misi
profesional. Pada tataran pelaksanaan yang bertumpu pada Misi Religi dan Misi
8
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
9
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
10
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
38
Bupati/
Wali Kota, Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota.11
resmi penerima dan penyalur dana zakat, infaq dan shadaqah yang dibentuk
melalui SK Walikota No. 451. 12/ Kep. 112 Depag/ 2003 tanggal 22 Oktober
2003, diantaranya:
1) Dewan Pertimbangan
2) Komisi Pengawas
3) Badan Pelaksana.12
1) Ulama
2) Cendikiawan
3) Profesional
4) Tokoh Masyarakat
1) Departemen Agama
2) Pemerintah Daerah.13
11
Nasroen Haroen, ”Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Organisasi Pengelola Zakat”
(Departemen Agama Republik Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam: 2007), h.10
12
Nasroen Haroen, ”Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Organisasi Pengelola Zakat”
(Departemen Agama Republik Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam: 2007), h.12
39
Pengawas
dan Badan Pelaksana, Kepala Kantor Departemen Agama
Kabupaten/Kota;
Badan Amil Zakat Daerah merupakan salah satu lemabaga amil zakat yang
dibentuk oleh pemerintah, adapun fungsi dari Badan Amil Zakat Daerah itu
a) Mengumpulkan
b) Mengelola
c) Mendistribusikan
d) Mendayagunakan.15
13
Nasroen Haroen, ”Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Organisasi Pengelola Zakat”
(Departemen Agama Republik Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam: 2007), h.12
14
Nasroen Haroen, ”Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Organisasi Pengelola Zakat”
(Departemen Agama Republik Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam: 2007), h.12
40
4. Visi dan Misi Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang
a) Visi
Visi Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang adalah menjadi
lembaga amanah yang terpercaya, profesional dan transparan yang berusaha turut
secara ekonomis.16
b) Misi
1. Bidang kelembagaan :
teknologi keuangan dan administrasi publik untuk membangun citra diri menjadi
2. Bidang Religi :
3. Bidang Ekonomi :
15
Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
16
Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
17
Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
18
Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
41
Adapun tujuan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang yaitu :
Zakat, Infaq Dan Shadaqah (ZIS) yang amanah, profesional, transparan dan
tanggung jawab.
dapat diartikan sebagai daftar atau rancangan suatu rangkaian kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
manusia.
itikad baik
19
Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
20
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta
:Balai Pustaka, 1998), cet, ke-1, h. 702,
42
dan prosedur).21
Zakat).24
donatur
21
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
22
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
23
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
24
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
25
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
43
a. Publikasi di media masa, media cetak, SK folder, leaf left, radio dll
3) Layanan donatur
No.17/2000.26
b. Penyediaan dana santuna anak yatim, rumah jompo dan sarana sosial
2) Layanan sosial
26
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
44
kaum dhu’afa
Manusia)
1) Pendayaan ekonomi
c. Magang
d. Sekolah gratis.28
Tangerang juga telah berhasil menyalurkan dana zakat untuk para guru taman
bantuan pangan, bantuan kesehatan, serta bantuan bencana alam bagi masyarakat.
27
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
28
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
45
program ini, dana zakat yang terkumpul disalurkan dalam bentuk pinjaman usaha
bagi para pedagang kecil yang kesulitan pendaaan dalam usaha. Selain itu tujuan
program
ini adalah bagaimana memberdayakan masyarakat agar kehidupan
ekonominya menjadi lebih baik sehingga predikat sebagai mustahiq dapat berubah
menjadi muzakki sesuai cita-cita yang ingin di wujudkan oleh Badan Amil Zakat
Dalam ruang lingkup ini Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota
Tangerang mempunyai hubungan sangat baik dengan Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) dan Badan Amil Zakat (BAZ) Propinsi, karena BAZNAS dan BAZ
1) Bantuan pendidikan
2) Bantuan usaha
29
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
46
usaha.30
Pusat kepada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang adapun
Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang, selalu disusun Laporan
Pertanggung Jawabannya setiap 6 bulan sekali atau sama dengan per tiap
dengan Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZIS) yang ada
di Kota Tangerang.
beragama Islam yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan divisi-divisi
Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dengan Lembaga Amil
Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZIS) tidak ada hubungan baik itu dari sisi
30
Nur Tachlis, Wakil ketua Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang,
Wawancara Pribadi, Tangerang, 25 Nopember 2011
31
Nur Tachlis, Wakil ketua Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang,
Wawancara Pribadi, Tangerang, 25 Nopember 2011
32
Nur Tachlis, Wakil ketua Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang,
Wawancara Pribadi, Tangerang, 25 Nopember 2011
47
kerjasama, koordinasi, korelasi dalam satu naungan. Sebab Badan Amil Zakat
BAZ Propinsi, yang mana Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZIS),
yang ada di Kota Tangerang telah berdiri sendiri. Adapun Lembaga Amil Zakat,
Infaq, danShadaqah (LAZIS) yang telah berdiri di Kota Tangerang itu telah
didirikan atas izin walikota Tangerang. Sedangkan BAZDA Kota Tangerang itu
sendiri kurang atau tidak dapat dukungan dari Pemerintah Kota setempat hanya
Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang pun tidak menginginkan
untuk bekerjasama dengan Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZIS)
yang ada di Kota Tangerang, menurut penjelasan dari petugas BAZDA Kota
dengan Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZIS) sama saja dengan
Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZIS) hanya boleh didirikan di
tingkat pusat saja.”34 Ini yang menjadi alasan kenapa BAZDA Kota Tangerang
karena Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZIS) hanya ada di tingkat
33
Nur Tachlis, Wakil ketua Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang,
Wawancara Pribadi, Tangerang, 25 Nopember 2011
34
Nur Tachlis, Wakil ketua Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang,
Wawancara Pribadi, Tangerang, 25 Nopember 2011
35
Nur Tachlis, Wakil ketua Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang,
Wawancara Pribadi, Tangerang, 25 Nopember 2011
48
Infaq, dan Shadaqah (ZIS) kecuali UPZ yang ada di wilayah setempat karena UPZ
ialah Unit Pengumpul Zakat yang berada di instansi-instansi yang ada di Kota
Tangerang
seperti: Rumah Sakit, Kelurahan, Kecamatan, Dinas Perhubungan,
Kantor Pajak dan lain-lain. UPZ juga ada disetiap DKM Masjid yang ada di Kota
36
Nur Tachlis, Wakil ketua Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang,
Wawancara Pribadi, Tangerang, 25 Nopember 2011
BAB IV
PENGELOLAAN
ZAKAT DAN PENGEMBANGAN POTENSI ZAKAT
horizontal agar tidak tumpang tindih dalam pengumpulan dan penyaluran zakat.1
Penulis akan menjelaskan terbagi berapakah dan dari mana saja unit pengumpul
melakukan pengumpulan zakat melalui Unit Pengumpul Zakat yang ada di:
Jenderal RI).
1
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.20
2
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.21
49
50
Selain itu bagi muzakki yang tidak dapat menyalurkan zakatnya melalui UPZ
BAZNAS
dengan menggunakan Bukti Setoran Zakat (BSZ) yang telah disiapkan
Propinsi.
b. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan
c. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) perusahaan swasta dan usaha milik orang
d. Perorangan.4
Selain itu bagi muzakki yang tidak dapat menyalurkan zakatnya melalui
Bukti Setoran Zakat (BSZ) yang telah ditetapkan oleh BAZDA Propinsi.5
3
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.21
4
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.21
5
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.21
51
Kabupaten/Kota
dan melakukan pengumpulan zakat melalui Unit Pengumpulan
Kabupaten/Kota.
b. Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) pada Badan Usaha Milik Daerah dan
c. Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) pada perusahaan swasta dan usaha milik
d. Perorangan.6
Selain itu bagi muzakki yang tidak dapat menyalurkan zakatnya melalui
kecamatan tersebut:
6
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.22
7
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.22
52
daerah kecamatan.
b. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) pada Badan Usaha Milik Daerah dan BUMN
cabang kecamatan.
c. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) pada perusahaan swasta dan usaha milik
d. Perorangan.8
Selain itu bagi muzakki yang tidak dapat menyalurkan zakatnya melalui
Bukti Setoran Zakat (BSZ) yang telah ditetapkan oleh BAZ kecamatan.9
Zakat yang ada harus disalurkan melalui sebuah badan khusus atau lembaga
oleh umat Islam khususnya bangsa Indonesia dalam mengatasi kemiskinan dapat
terpecahkan. Perlu adanya manajemen agar semua yang diharapkan bisa tercapai,
syarat mutlak yang harus di miliki oleh setiap amil zakat, karena hal ini
8
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.22
9
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.23
10
Departemen Agama RI, “Pedoman Pengelolaan Zakat”, (Jakarta: Direktorat
Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2003), h.68
53
dengan professional yang tinggi dana-dana zakat yang dikelola akan menjadi
efektif
dan efesien, jadi dengan amanah saja tidak cukup jika tidak dibarengi
yang baik. Dari ketiga unsur manajemen ini, pihak BAZDA selalu menggunakan
sebuah konsep yang matang, khususnya konsep tentang penyaluran dana zakat
tidak diabaikan sepenuhnya. Salah satu lembaga pengelolaan dana zakat yang
pemerintahan ini berperan dalam mengelola dana zakat yang terkumpul dari
masyarakat Kota Tangerang pada umumnya, baik dari lembaga pengumpul dana
menyalurkan dana zakat tersebut kepada para mustahiq yang berada di Kota
Tangerang.13
11
Departemen Agama RI, “Pedoman Pengelolaan Zakat”, (Jakarta: Direktorat
Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2003), h.68
12
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.22
13
Departemen Agama RI, “Pedoman Pengelolaan Zakat”, (Jakarta: Direktorat
Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2003), h.68
54
Setiap Badan Amil Zakat setelah mengumpulkan zakat, dana zakat yang
mustahiq yang menjadi sasaran pembinaan tidak terikat pada wilayah tertentu
tetapi juga dapat mendistribusikan dana zakat, infaq, dan shadaqah kepada
14
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.22
15
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.22
55
sesama Badan Amil Zakat lainnya, agar terjadi sinergi dalam pendistribusian
pemberdayaan umat.17
produktif.18
1. Kebutuhan konsumtif
miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, ibnu sabil yang di dalam
aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi
seperti anak yatim, orang jompo penyandang cacat, orang menuntut ilmu, pondok
16
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.24
17
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.24
18
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.24
56
pesantren, anak terlantar, orang yang terlilit hutang, pengungsi yang terlantar dan
2. Kebutuhan Produktif
kesejahtraan masyarakat.21
19
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.24
20
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.25
21
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.25
57
dana bergulir untuk memberi kesempatan penerima dana lebih banyak lagi. 22
Dengan demikian bila penyaluran dan kontrol yang dilakukan BAZDA Kota
dana ZIS, maka dana ZIS benar-benar akan teraskan Fungsi dan manfaatnya oleh
para mustahiq. Dan tentunya yang sangat diharapkan dari penyaluran dana ZIS
kepada mustahiq adalah bagaimana nantinya para mustahiq bukan lagi sebagai
penerima dana ZIS akan tetapi sebagai muzakki yang memberikan ZIS.23
22
Tulus, “Pola Pembinaan Badan Amil Zakat”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf 2004), h.25
23
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
58
Tangerang, dana tidak diberikan atau hanya diberikan sebagai dana yang
diminta.24
dari BAZ kecamatan. Artinya, proposal kegiatan yang diajukan oleh panitia
pelaksana yang ada di kelurahan dengan melampirkan foto copy KTP baik ketua,
atau membentuk Usaha Kecil Sekali (UKS) dan Usaha Kelompok Bersama
(UKB).25
Pendayagunaan Zakat
Pada setiap tahunnya besar prosentase Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS)
Tangerang.26
pada periode 2010-2011 disalurkan sesuai dengan hasil musyawarah antar dewan
24
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
25
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
26
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
59
tersebut antara lain bantuan fakir miskin yakni bantuan yang bersifat produktif
dan konsumtif, sedangkan untuk sabilillah untuk pembangunan baik yang bersifat
fisik maupun non-fisik, sedangkan untuk muallaf, gharimin dan ibnu sabil
dana ZIS terbagi dua yaitu: bagian penyaluran dari dana zakat dan penyaluran dari
dana infaq dan shadaqah. Penyaluran dana zakat khusus dialokasikan untuk
delapan ashnaf, sedangkan penyaluran yang terkumpul dari dana infaq dan
27
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
28
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
29
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
60
Setelah proposal diajukan, harus ada rekomendasi dari kelurahan dan tokoh
kelayakannya
di kecamatan, kemudian diusulkan ke BAZDA Kota Tangerang,
Tangerang.30
Dalam proses pencairan dana bantuan, ada beberapa prosedur yang harus
dilakukan yaitu:
30
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
31
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
61
Dari pemberian bantuan modal bergulir dan pinjaman modal usaha yang
muzakki cukup berhasil, diantara mustahiq yang telah menjadi muzakki adalah:33
Jasim ini termasuk mustahiq yang menerima dana bantuan modal usaha dari
32
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
33
Nur Tachlis, Wakil ketua Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota
Tangerang, Wawancara Pribadi, Tangerang, 25 Nopember 2011
62
2009.34
telepon alat-alat listrik. Bapak Jawahir ini juga termasuk mustahiq yang
3. Bapak kemal Pasya, beralamat di jl. Slada raya NO.4 RT.001/08 kelurahan
dagang kain, bapak Kemal ini juga temasuk mustahiq yang menerima
bapak Saefuddin ini juga termasuk mustahiq yang menerima bantuan modal
5. Siti Syahriah, beralamat di jl. Larinda timur raya No.16 RT.00/07 kelurahan
34
Nur Tachlis, Wakil ketua Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota
Tangerang, Wawancara Pribadi, Tangerang, 25 Nopember 2011
63
dana zakatnya sebagai dana charity (bantuan sesaat) dan yang menganut prinsip
manfaat/
produktif dalam kemasan sebagai berikut:
a. Paket Senyum
Santunan anak yatim piatu, orang tua jompo, dan bantuan sarana keagamaan.
lingkungan.
dibina dalam usaha kecil sekali (UKS) atau usaha kelompok bersama (UKB). 35
35
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
64
dan bermanfaat serta dapat membawa perubahan yang signfikan dari kategori
E. Analisis
besar kemiskinan tercipta karena faktor struktural dan kultural. Berbagai macam
solusi telah dilakukan, akan tetapi kemiskinan tetap saja menjadi permasalahan
yang tidak ada ujungnya bagi negeri yang kita cintai ini.
agama Islam sudah memberikan solusi yang termaktub didalam Al-Quran dan As-
Sunnah sejak dahulu kala dan sudah dipraktekan pada zaman Rosulullah dan para
sahabatnya dan mencapai hasil yang bisa dikatakan maksimal. Solusi alternatif
yang ditawarkan oleh agama Islam yaitu dengan cara mengoptimalisasikan dana
zakat.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel pada lembaga zakat, infak
dan shadakah yang berada di daerah Kota Tangerang yaitu BAZDA (Badan Amil
Zakat Daerah) Kota Tangerang. Maksud dan tujuan peneliti hanya untuk
Kota Tangerang.
36
A. Saifulmillah, dkk., “Arsip Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang”.
(Tangerang).
65
masyarakat
yang membutuhkan-nya terutama masyarakat Islam. BAZDA Kota
bantuan modal usaha dengan prinsip pendayagunaan ZIS untuk usaha produktif,
akan tetapi tentunya bagi pengusaha yang mendapat penilaian layak dari pihak
BAZDA Kota Tangerang yang akan diutamakan, baik pengusaha kecil atau pun
pengusaha menengah.
Keberhasilan dan nilai keefektifan suatu Lembaga Amil Zakat (LAZ) dapat
permasalahan masyarakat.
lembaga ZIS. Akan tetapi bila pengelolaan dan pemanfaatan dana ZIS yang baik
hatinya untuk menyalurkan dananya kepada BAZDA Kota Tangerang dari pada
melaksanakan tiga kata kunci diatas. Amanah, terbukti masih banyaknya para
66
jumlah dana zakatnya masih begitu kecil bila dibandingkan dengan BAZIS atau
LAZIS
yang lain. Hal ini disebabkan oleh kurangnya dukungan dari pemda Kota
Tangerang yang tidak membuat perda tentang perzakatan, kendati dari pihak
baik. Berupa program charity; Paket Senyum (santunan anak yatim piatu, orang
tua jompo dan bantuan sarana keagamaan), Paket Mawaddah Fil Qurba
bimbingan usaha disertai modal agar lebih tegar mandiri, Paket Bulan Sabit Hijau
keuangan mikro sebagai hasil infaq atau shadaqoh para mustahiq yang dibina
dalam usaha kecil sekali untuk usaha kelompok bersama). Sedangkan program
yang bersifat produktif dan berjangka panjang untuk pemberdayaan ekonomi dan
program kerja BAZDA Kota Tangerang yang dibagi dalam tiga paket yaitu :
dibagi
menjadi; paket A, untuk program Modal Bergulir (MB), paket B, untuk
dilakukan oleh BAZDA Kota Tangerang sudah cukup baik dan efektif. Apalagi
mandiri dengan usaha yang dijalaninya, tanpa harus berpangku tangan dengan
mengharapkan santunan.
berharap agar para mustahiq tidak selamanya menjadi mustahiq, akan tetapi suatu
saat akan menjadi muzakki dan menjadi donatur tetap di BAZDA Kota Tangerang.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1 sampai dengan bab 4 maka, penulis akan mengambil kesimpulan pada bab 5 ini.
mengelola hasil zakat dari harta orang kaya yang akan disalurkan kepada para
Pengelolaan dana ZIS (Zakat, Infaq dan Shadaqah) pada Badan Amil Zakat
Daerah (BAZDA) Kota Tangerang yang dikelola dengan baik dan terprogram
privat yang melangit, namun lebih mempunyai nilai ibadah yang membumi dan
masyarakat. Semua itu kami jabarkan dalam program kerja berupa: program aksi
68
69
dan aplikasi yang sistematis sejalan dengan pembidangan pada struktur organisasi
sebagai dana charity (bantuan sesaat) dan yang menganut prinsip manfaat/
a. Paket Senyum
Santunan anak yatim piatu, orang tua jompo, dan bantuan sarana
keagamaan.
lingkungan.
yang dihadapi.
Lembaga keuangan mikro sebagai hasil infaq/ shadaqah para mustahiq yang
di bina dalam Usaha Kecil Sekali (UKS) atau Usaha Kelompok Bersama (UKB).
program-program diatas, jika keseluruhan-nya itu sudah berjalan dengan baik dan
sehari-hari dan dapat mengurangi jumlah kemiskinan dan kaum dhu’afa yang
B. Saran
1. Bagi Pemerintah
a) Diharapkan agar lebih inisiatif, inovatif dan kreatif dalam membuat program
masyarakat.
sehingga Badan Amil Zakat Daerah Kota Tangerang dapat diterima penuh
oleh kaum muslim sebagai sebuah lembaga pengumpul dan penyaluran dana
3. Bagi Masyarakat
Mulai dari sekarang kita harus menaruh rasa percaya terhadap Lembaga
Zakat untuk membayar zakat melalui lembaga tersebut, khususnya para muzakki
Zakat serta disiplin membayar zakat, sehingga dana tersebut dapat disalurkan ke
arah yang lebih produktif sebagai wujud kepedulian sosial kita kepada sesama.
Karena, dalam prakteknya masyarakat masih saja kurang percaya terhadap kinerja
Demikian kesimpulan dan saran yang penulis dapat sampaikan dalam hasil
penelitian ini, semoga apa yang telah penulis sampaikan dapat berrmanfaat dan
Lembaga Amil Zakat (LAZ), khususnya Badan Amil Zakat (BAZDA) Kota
Tangerang dan pihak yang terkait dan yang terlebih bagi kita semua pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
72
73