RISET PENDAHULUAN TERHADAP PENGALIHAN HAK ATAS TANAH, SAHAM DAN KEPUTUSAN BADAN PERTANAHAN NASIOAL
Pokok Perkara 2) Atas dasar Akta No. 1 tanggal 1 Oktober 2003 da Akta No. 1
1. Penggugat memiliki sebidang tanah berdasarkan Akta Jual Beli No. tanggal 18 November 2003, Judio Jose Rizal Iskandar
603/4/18/1974 tanggal 10 September 1974, dibuat dihadapan Darbi, Manopo bertindak mewakili NRW dalam melakukan
PPAT setempat, oleh dan antara Penggugat dan Muhammad Ali bin pengalihan tanah berdasarkan SHGB 72/Unggasan dan
Nurdin dan Haji Abdul Hamid bin Haji Jamaluddin Taslim; SHGB 74/Unggasan kepada PT Mutiara Sulawesi (“MS”)
sesuai dengan Akta Jual Beli No. 41 tanggal 24 November
Atas jual beli tersebut, Penggugat telah mendaftarkan haknya sesuai 2005 dan Akta Jual Beli No. 42 tanggal 22 September 2008;
dengan Sertifikat Hak Miliki No. 169/18 Ilir.
3) Atas pengalihan hak atas tanah tersebut diatas, MS tidak
2. Tergugat menyatakan bahwa haknya atas tanah tersebut diatas dapat dikategorikan sebagai pembeli beritikad baik, dengan
telah diselewengkan oleh Muhammad Ali bin Nurdin dan Haji Abdul pertimbangan bahwa sudah sepatutnya MS meneliti hak
Hamid bin Haji Jamaluddin Taslim; dan status kedudukan Judio Jose Rizal Iskandar Manopo
sebagai Direktur NRW terlebih dahulu.
Muhammad Ali bin Nurdin dan Haji Abdul Hamid bin Haji Jamaluddin
Taslim telah dinyatakan bersalah karena terbukti secara sah dan
menyakinkan melakukan tindak pidana pemalsuan Pasal 266 ayat (1)
dan (2) KUHP sesuai dengan Putusan Pengadilan Negeri Palembang
No. 684/1976.
No. 684 Kaidah Hukum 1) Mengingat MS tidak dapat dikategorikan sebagai pembeli
K/Sip/1982 Karena penguasaan tanah sengketa oleh Tergugat adalah melawan beritikad baik, dengan pertimbangan bahwa sudah
hukum, maka tapa harus dibuktikan lebih dahulu siapa pemilik tanah itu, sepatutnya MS meneliti hak dan status kedudukan Judio
tanah harus dikembalikan dulu dalam keadaan semula, yaitu harus Jose Rizal Iskandar Manopo sebagai Direktur NRW terlebih
diserahkan lagi kepada Penggugat dan jika Tergugat merasa sebagai dahulu, maka dalam hal MS menguasai tanah berdasarkan
pemilik tanah tersebut, harus mengajukan gugatan terhadap Penggugat SHGB 72/Unggasan dan SHGB 74/Unggasan maka dapat
ke muka Pengadilan Negeri. disimpulkan bahwa penguasaan tersebut adalah melawan
hukum.
Pokok Perkara
1. Penggugat mempunyai sebidang tanah kebun di Desa Ranowangko I,
Kecamatan Tondano, yang diperoleh dari Tergugat berdasarkan
tukar-menukar dengan seekor sapi milik Penggugat;
2. Setelah beberapa lama, Tergugat melakukan penyerobotan atas
tanah dimaksud;
3. Tergugat menyatakan tidak pernah terdapat perjanjian tukar-
menukar, melainkan hanya kontrak dan karenanya memiliki hak atas
bidang tanah tersebut.
1498 Kaidah Hukum 1) Mengingat atas tanah berdasarkan SHGB 72/Unggasan dan
K/Pdt/2006 Untuk membuktikan apakah jual-beli tanah sengketa terjadi dengan cara SHGB 74/Unggasan telah terdapat Akta No. 1 tanggal 1
yang benar, berdasarkan asas bilijkheid beginsel, maka yang harus Oktober 2003 da Akta No. 1 tanggal 18 November 2003,
membuktikannya adalah pembeli, karena apabila ia benar telah membeli maka MS harus dapat membuktikan bahwa telah membeli
tanah tersebut, maka ia akan lebih mudah untuk membuktikannya. tanah tersebut secara benar, semisal telah memberikan
pelunasan atas biaya jual beli dan sebagainya
Pokok Perkara
1. Penggugat merupakan ahli waris dari alm. Samit, yang semasa
hidupnya memilik tanah sawah;
2. Tergugat I mengaku mendapat surat kuasa jual dari alm. Samit dam
mengalihkannya kepada Tergugat II berdasarkan jual beli.
Tambahan Putusan PK
11 Kaidah Hukum
PK/TUN/1994 Bahwa dalam suatu Perjanjian Hak Guna Penuh terhadap suatu
bangunan/toko dimana pihak ke-II telah menyerahkan bangunan/toko
tersebut kepada pihak lain (ke-III) dan pihak lain (ke-III) tersebut tidak
melakukan kewajiban untuk membayar sewa, maka sesuai dengan Pasal
14 ayat (1) huruf a PP No. 55 Tahun 1981 jo. Kepmensos RI No.
18/Huk/KEP/V/1982 IV butir 6, pihak Kepala Dinas Perumahan DKI
Jakarta berhak untuk melakukan dan menerbitkan Surat Perintah
Pengosongan terhadap bangunan/toko tersebut.
Pokok Perkara
1. Bahwa Tergugat asli telah mengeluarkan Keputusan berupa Surat
Perintah Pengosongan No. 032/1.711.9 tanggal 9 September 1991
yang ditujukan kepada Pengguat asli yang isinya adalah Perintah
Pengosongan Pertokoan di Blok B No. 21 Lantai II Gedung Pertokoan
Harco Glodok Baru atas permohonan Turut Tergugat asli;
2. Bahwa Turut Tergugat asli terdapat hubungan hukum Hak Guna
Penuh atas ruangan dimaksud sesuai dengan akta Penyerahan dan
Pemindahan (cessie) jo. Akta Kuasa jo. Perjanjian Pemberian Hak
Guna Penuh;
3. Bahwa Surat Perintah Pengosongan ini bertentangan dengan PP No.
49 Tahun 1963 jo. PP No. 55 Tahun 1981;
Pokok Perkara
1. Termohon PK/Terdakwa telah melakukan perbuatan menghasut di
muka umum dengan lisan atau tulisan supaya melakukan perbuatan
pidana, melakukan kekerasan terhadap penguasa umum atau tidak
menuruti baik ketentuan undang-undang maupun perintah jabatan
yang diberikan berdasar ketentuan undang-undang secara berlanjut
dari tahun 1993 sampai dengan 1994;
2. Hasutan yang dilakukan oleh Terdakwa adalah hasutan kepada
buruh untuk melakukan mogok atau unjuk rasa apabila upah buruh
tidak dinaikkan, kebebasan berserikat untuk buruh tidak diberikan,
menolak eksistensi SPSI, dan tuntutan-tuntutan lainnya.
Pokok Perkara
Terdakwa Hutomo Mandala Putera alias Tommy bin Soeharto dalam
kapasitasnya sebagai KOMISARIS UTAMA PT Goro Batara Sakti dan/atau
sebagai pemegang saham 80% berdasarkan akte Notaris No. 27 tanggal
10 Mei 1993 dan dirubah dengan akte Notaris No. 48 tanggal 9
September 1996, bersama-sama dengan saksi H.M. Ricardo Galael bin
Dick Galael dan saksi Prof. DR. Ir. Beddu Amang, MA. Bertindak secara
sendiri-sendiri secara berturut-turut sebagai perbuatan yang dilanjutkan
pada tanggal 17 Februari 1995 sampai dengan tanggal 4 Mei 1995
sampai dengan Thun 1998 di kantor BULOG, dengan melawan hukum,
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
suatu Badan, yang secara langsung merugikan keuangan Negara, atau
diketahui atau patut disangka olehnya bahwa perbuatan tersebut
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang dilakukan
Terdakwa bersama-sama dengan saksi Beddu Amang dan saksi Ricardo
Galael.
Pokok Perkara
1. Bahwa berdasarkan perjanjian kredit No. 283/R.K./94 tanggal 20
Oktober 1994 dst., Termohon telah menerima kredit dalam bentuk
Rekening Koran Valas dari Pemohon maksimum pinjaman sebesar
US$ 1,430,110.00;
2. Termohon telah memberikan jaminan-jaminan Fidusia berdasarkan
akte pemindahan hak milik mutlak sebagai jaminan No. 283/R.K./94
tanggal 24 Oktober 1994, namun Termohon tidak melunasi
hutangnya yang telah jatuh tempo kepada Pemohon yang telah
disepakati dalam perjanjian kredit yaitu tanggal 20 Oktober 1998,
maka Termohon telah melakukan wanprestasi. Selain mempunyai
hutang kepada Pemohon, Termohon juga mempunyai hutang
kepada Kreditur lain.
Pokok Perkara
1. Pada tanggal 18 Mei 1995, Debitur di hadapan Notaris Jakarta telah
sepakat menandatangani Perjanjian Kredit No. 169/1995 dan para
Pemohon dalam perjanjian kredit akan memberikan Fasilitas Kredit
sebesar DEM 25,135,921.00 (Deutsche Mark twenty five million one
hundred thirty five thousand nine hundred and twenty one) kepada
Debitur;
2. Kedudukan hukum Termohon sebagai penjamin hutang Debitur
yang melepaskan hak-hak dan kedudukan istimewanya sama
dengan kedudukan hukum Debitur dan para pemohon berhak untuk
menagih secara langsung kepada Termohon telah diperkuat oleh
Mahkamah Agung dalam Putusan Pailit No. 01 K/N/2000, yang
memberikan pertimbangan bahwa kedudukan penjamin hutang
untuk melunasi Utang Debitur adalah sama dengan Debitur itu
sendiri apabila penjamin melepaskan hak-hak dan
keistimewaannya;
3. Adapun total kewajiban atau jumlah uatang pokok dan bunga yang
telah jatuh tempo dan harus dibayar Debitur atau Termohon kepada
para Pemohon per tanggal 2 November 2000 adalah sebesar DEM
23,055,809.43;
4. Para Pemohon memohon agar Majelis Hakim meletakkan Sita
Jaminan atas harta kekayaan Termohon baik yang sudah ada
maupun yang baru akan ada di kemudian hari;
5. Para Pemohon mohon agar permohonan ini diperiksa oleh Majelis
Hakim ADHOC.
Pokok Perkara
1. Pada tanggal 31 Januari 1992 kapal M.V. Lucky Fortune milik
Penggugat I/Termohon PK diasuransikan kepada Tergugat/Pemohon
PK;
2. Pada tanggal 28 Januari 1993 kapal diterjang badai dan terbalik.
Musibah ini dilaporkan kepada Tergugat dan Penggugat mengajukan
claim all risk. Tergugat menunjuk Surveyor untuk mengetahui
kerusakan kapal dan hasil survey, kapal dalam keadaan total loss
dan jika diperbaiki biaya perbaikan melebihi biaya asuransi;
3. Tergugat menolak claim asuransi yang diajukan Penggugat dengan
alasan non disclosure material facts. Alasan tersebut tidak tepat
sebab Tergugat sudah mengetahui status, klasifikasi dan kondisi
kapal sedang dalam perbaikan;
4. Karena Tergugat keberatan atas hasil survey, Penggugat menunjuk
Surveyot lain dan hasil survey yang kedua kapal dalam keadaan total
loss, karena itu Penggugat berhak mendapat ganti rugi.
Pokok Perkara
1. Pemohon adalah kurator PT Gemilang yang diangkat berdasarkan
putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No. 05/PKPU/2000/PN.
Niaga.Jkt.Pst jo. No. 17/Pailit/2000/PN.Niaga.Jkt.Pst;
2. Dalam rapat-rapat para kreditur PT Gemilang (dalam Pailit) yang
diadakan di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dalam rangka
verifikasi/pencocokan piutang sesuai UU Kepailitasn, maka telah
berhasil dibuat Daftar Piutang para Kreditur PT Gemilang (dalam
Pailit), yang diakui tanggal 2 November 2000 yang ditandatangani
oleh semua kreditur, termasuk Termohon dan Pemohon serta
Hakim Pengawas;
3. Sesuai surat Termohon kepada Kurator tanggal 12 Oktober 2000,
maka Termohon menjelaskan bahwa piutangnya terhadap PT
Gemilang (dalam Pailit) dijamin dengan obyek jaminan/Hak
Tanggungan. Termohon selaku pemegang Hak Tanggungan,
berdasarkan Pasal 57 ayat (1) UUK, harus melaksanakan hak
istimewanya tersebut dalam jangka waktu 2 (dua) bulan;
4. Dalam pelaksanaannya, karena Termohon tidak menggunakan hak
istimewanya, maka Pemohon demi hukum harus mengambil alih
hak tersebut;
5. Bahwa nyatanya Termohon dengan suratnya tertanggal 21 Mei
2001 dan 18 Juni 2001 yang ditujukan kepada Pemohon, jelas-jelas
menolak pekerjaan Pemohon guna melakukan penjualan di muka
umum atas barang-barang jaminan diatas, apalgi menyerahkan
dokumen asli yang dikaitkan dengan barang-barang tersebut.
Pokok Perkara
1. Pemohon PK sebagai Termohon Kasasi/Termohon Pembatalan
Perdamaian/Debitur telah mengajukan permohonan PK terhadap
putusan MA tanggal 11 November 2002 No. 027 K/N/2002 yang
telah BHT, dalam perkaranya melawan Termohon Pembatalan
Perdamaian/Kreditur;
2. Pemohon Kasasi dalam kedudukannya sebagai Kreditur telah
mengajukan permohonan pailit terhadap Termohon Kasasi sebagai
Debiturnya yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat No. 18 Pailit/2000/PN.Niaga.Jkt.Pst tertanggal 21
Maret 2000;
3. Atas permohonan pailit tersebut telah diajukan PKPU atas
permohonan mana PN Jakarta Pusat telah memberikan putusan
PKPU sementara tanggal 24 April 2000 No. 18/Pailit/2000/PN.Niaga.
Jkt.Pst jo. No. 06/PKPU/2000/PN.Niaga.Jkt.Pst;
4. Dalam proses PKPU tersebut kedua belah pihak telah sepakat untuk
berdamai, yang dituangkan dalam perjanjian perdamaian tanggal 30
Oktober 2000 dan perdamaian tersebut juga telah disahkan dengan
putusan PN Niaga Jakarta Pusat No. 06/PKPU/2000/PN.Niaga.Jkt.Pst
tanggal 2 November 2000. Di dalam perjanjian perdamaian tersebut
Termohon telah sepakat berjanji untuk memenuhi kewajibannya
secara angsuran setiap bulannya selama 36 bulan sampai
dinyatakan lunas oleh Pemohon Pembatalan Perdamaian;
5. Sampai dengan pembayaran yang ke-14, Termohon telah lalai
membayar angsuran kewajibannya kepada Pemohon Pembatalan
Perdamaian sesuai perjanjian a quo. Atas kelalaiannya membayar
angsuran kewajban tersebut, maka Pemohon Pembatalan
Perdamaian telah mengirimkan surat terguran (somasi), namun
tidak ditanggapi dengan baik sampai diajukannya permohonan
pembatalan perdamaian oleh Pemohon Pembatalan Perdamaian.
Pokok Perkara
1. Penggugat/Termohon PK adalah pemegang dan pemilik satu-
satunya merek Holland Bakery berdasarkan putusan MA RI No. 1203
K/Pdt/ 1987, putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.
491/Pdt.G/1998/ PN.Jkt.Pst jo. Sertifikat Merek No. 260637 tanggal
28 Juni 1990 yang telah dikeluarkan Dirjen HAKI;
2. Pada tanggal 21 November 1994 Dirjen HAKI kembali mengeluarkan
sertifikat merek yang etiket mereknya sama dengan etiket merek
Holland Bakery milik Penggugat, hanya saja kali ini dikeluarkan
untuk kelas barang/jasa No. 42 dan untuk jenis barang/jasa;
3. Bahwa sertifikat merek tertanggal 21 November 1994 tersebut
dikeluarkan oleh Dirjen HAKI adalah berdasarkan permohonan
pendaftaran merek yang diajukan oleh Tergugat melalui kuasanya
pada tanggal 16 Agustus 1993. Sesuai dengan Pasal 63 UU No. 15
Tahun 2001, Penggugat berhak untuk mengajukan gugatan
penghapusan pendaftaran merek ke Pengadilan Niaga Semarang.
Pokok Perkara
Pemohon PK/Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana :
1. turut serta tanpa hak menguasai, menyimpan dan
menyembunyikan senjata api dan bahan peledak.
2. Tanpa hak menguasai, menyimpan, menyembunyikan senjata api
dan bahan peledak.
3. Membujuk (uitlokker) untuk melakukan pembunuhan berencana.
4. Dengan sengaja tidak menurut perintah atau menggagalkan suatu
perbuatan Pegawai Negeri dalam menjalankan suatu peraturan
undang-undang.
Dipidana penjara selama 15 (lima belas) tahun potong tahanan.
Pokok Perkara
1. Pemohon Pailit adalah suatu PT yang didirikan berdasarkan Akta
Pendirian No. 24 tanggal 7 Januari 1986 yang bergerak dalam usaha
perkayuan gelondongan dan dilakukan suatu perikatan hukum
dengan Termohon Pailit I menjual kayu gelondongan;
2. Termohon Pailit I telah menerima kayu gelondongan sejumlah 529
pcs dari Pemohon Pailit pada tanggal 7 November 1997 sesuai tanda
terima kayu bulat No. 48/LP-J/KW-X/1997 dengan harga USD
179.412.48 ditambah dengan DR dan IHH sebesar Rp. 399.390.670,-
(tiga ratus sembilan puluh sembilan juta tiga ratus sembilan puluh
ribu enam ratus tujuh puluh rupiah) dan pembayarannya sudah
jatuh tempo;
3. Keterikatan Termohon Pailit I dan Termohon Pailit II dalam
permohonan kepailitan ini adalah sebagai Direktur Utama dan
Pemegang Saham dari Termohon Pailit I yang secara hukum
bertanggung jawab secara tanggung renteng antara Termohon Pailit
I dan Termohon Pailit II. Termohon Pailit I dan Termohon Pailit II
mempunyai utang yang telah dapat ditagih dan sudah jatuh tempo
kepada Pemohon Pailit, dan memenuhi persyaratan pailit juga
mempunyai hutang kepada dua kreditur lain.
Pokok Perkara
1. Antara Pemohon dengan Termohon telah sepakat mengadakan
perjanjian untuk jual beli sebuah rumah susun dengan Pemohon
telah memenuhi kewajiban dengan memberikan uang cicilan hingga
sebesar USD 12.902,24;
2. Pada kenyataannya Termohon sampai saat ini belum juga dapat
menyelesaikan atau membangun RS BH Graha Kuningan tanpa
alasan yang jelas. Sebagaimana ketentuan dari surat perjanjian
tersebut, apabila Termohon terlambat untuk melakukan serah
terima, maka Termohon dikenakan denda;
3. Pemohon telah membawa permasalahan ini melalui BANI tapi sia-
sia.
4. Selain mempunyai utang dengan Pemohon, Termohon juga
mempunyai utang pada PT Transpacific Mutual Cipta.
Pokok Perkara
1. Pemohon Pailit adalah suatu badan hukum yang mengalami
pergantian nama dari NICHIMEN COPORATION menjadi SOJITZ
CORPORATION setelah melakukan merger dengan Nisho Iwai
Corporation;
2. Pada tahun 2001 Pemohon Pailit sebagai penjual telah mengadakan
perjanjian jual beli sejumlah mesin tenun dan persiapan filamen
polyster beserta aksesorisnya berdasarkan perjanjian jual beli No.
MT.2587 tanggal 20 Februari 2001 dengan Termohon Pailit;
3. Termohon Pailit juga telah menyetujui dan menegaskan adanya
kewajiban dalam bentuk pengakuan hutang terhadap Pemohon
Pailit, termasuk juga memberikan jaminan-jaminan dalam rangka
memberikan kapasitas pelunasan seluruh kewajiban tersebut.
Ternyata, Termohon Pailit hanya mampu melakukan pembayaran
cicilan pertama dan kedua yang masing-masing telah jatuh tempo
dan dapat ditagih pada tanggal 26 Agustus 2002 dan 26 November
2002, terhadap cicilan ketiga yang jelas jatuh tempo dan dapat
ditagih pada tanggal 26 Februari 2003, Termohon Pailit ternyata
tidak mampu melakukan pembayaran;
4. Karena adanya ketidakmampuan dan merasa kesulitan untuk
membayar hutang-hutang tersebut, Termohon Pailit telah
mengajukan permohonan kepada Pemohon untuk melakukan
penjadwalan ulang (reschedule) atas hutang-hutang yang harus
dibayar kepada Pemohon Pailit;
5. Meskipun dengan niat baik dari Pemohon Pailit untuk melakukan
penjadwalan utang kembali, Termohon Pailit hanya mampu
melakukan pembayaran sampai pada cicilan yang ketujuh dan
selanjutnya Termohon Pailit juga telah gagal dan tidak mampu
melakukan pembayaran dari mulai cicilan ke delapan yang telah
jelas jatuh tempo pada tanggal 26 Februari 2004.
Pokok Perkara
Terdakwa/Pemohon PK telah didakwa oleh JPU seperti dalam dakwaan:
“bertanggung jawab terhadap pelanggaran HAM BERAT yang dilakukan
oleh bawahannya” dimana disebutkan secara eksplisit, yang
dimaksudkan sebagai “bawahan Terpidana” dalam perkara ini adalah :
1. Drs. Herman Sedyono; Bupati KDH TK.II Kovalima.
2. Leonita Martinus; Bupati KDH TK.II Liquisa.
3. Enrico Gutteres; Wakil panglima Pasuka PPI
dan ketiganya sebagai saksi dan terpidana.
Pokok Perkara
Terdakwa/Pemohon PK sejak tanggal 1 Oktober 1999 telah
meninggalkan Kesatuan Korem 023/KS tanpa ada izin sah Dansat, dan
belum ada kembali yang disebabkan karena faktor ekonomi dan jauh
dari keluarga. Selama meninggalkan Kesatuan Korem 023/KS tanpa izin
sah Dansat, Terdakwa tidak pernah berusaha melaporkan tentang
keberadaan dan kegiatannya kepada Kesatuan Korem 023/KS maupun
kepada Instansi terkait lainnya baik secara lisan maupun tertulis melalui
surat atau telepon. Pihak Kesatuan Korem 023/KS telah berusaha
melakukan pencarian namun Terdakwa tidak diketemukan.
Saat Terdakwa meninggalakn Kesatuan Korem 023/KS tanpa izin sah
Dansat Kesatuan Terdakwa Korem 023/KS tidak tergabung dalam
Formasi Militer begitu pula Terdakwa tidak sedang dipersiapkan dalam
tugas Operasi Militer maupun Ekspedisi Militer karena negara Republik
Indonesia dalam keadaan aman dan damai.
Pokok Perkara
1. Pemohon adalah Kreditur dari Termohon berdasarkan transaksi
yang terjadi dengan dibelinya oleh Pemohon surat berharga berupa
3 (tiga) Surat Sanggup (Promissory Note) yang diterbitkan oleh
Termohon dengan pokok nominal masing-masing sebesar USD
1,000,000.00 (satu juta dolar Amerika Serikat). Dengan demikian,
telah jelas bahwa Pemohon adalah pemegang dan/atau pemilik
yang sah menurut hukum atas Surat Sanggup, maka secara hukum
Termohon telah berutang kepada Pemohon dengan total nominal
pokok sebesari USD 3,000,000.00 (tiga juta dolar Amerika Serikat),
yang mana masing-masing jumlah yang terhutang berdasarkan
masing-masing Surat Sanggup tersebut harus dibayar dilunasi secara
sekaligus dan seketika oleh Termohon kepada Pemohon selambat-
lambatnya pada tanggal jatuh tempo dari masing-masing Surat
Sanggup tersebut;
2. Lebih lanjut, Termohon telah mengakui dan mengonfirmasikan
berutang kepada Pemohon sebagaimana diakuinya dan
dikonfirmasikan dalam Surat Termohon yang ditujukan kepada
Kuasa Hukum Pemohon.
011 PK/N/2005 Kaidah Hukum
Bahwa berdasarkan bukti P-3 yang diajukan oleh Pemohon dihubungkan
dengan bukti PK-1 (Perjanjian Pengalihan Piutang, akta Notaris tanggal
25 Februari 2004) yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan
Kembali/Termohon I, terbukti bahwa Termohon II telah mengalihkan
piutangnya (cessie) kepada Termohon I. Dengan beralihnya piutang
tersebut, maka sesuai dengan Pasal 16 UU No. 4 Tahun 1996, Termohon
I merupakan kreditor pemegang hak tanggungan yang baru, dan hal
inipun telah diketahui dan ditindaklanjuti oleh Pemohon dengan
mengundang Termohon I untuk hadir dalam rapat kreditur. Oleh karena
pengalihan piutang Termohon II kepada Termohon I setelah lampaunya
tenggang waktu 2 bulan setelah ini maka Termohon I tidak dapat lagi
melaksanakan hak tanggungannya dan sesuai dengan Pasal 59 ayat (2)
UU No. 37 Tahun 2004 tuntutan Pemohon harus dikabulkan.
Pokok Perkara
1. PT Asep Abadi Coconut Oil Industry Company dan PT Hasil Karsa
Perdana (selanjutnya disebut debitur pailit) telah dinyatkan pailit
berdasarkan keputusan Majelis Hakim Niaga pada Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat No. 14/PKPU/1999/PN.NIAGA.JKT.PST tanggal 3
Agustus 2000 dan Pemohon diangkat selaku Kurator debitur pailit;
2. Termohon II dalam proses verifikasi di Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat bersama dengan para kreditur lainnya telah mengajukan
tagihan kepada Pemohon dan berdasarkan Daftar Piutang Para
Kreditur PT Asep Abadi Coconut Oil Industry Company dan PT Hasil
Karsa Perdana yang diakui tanggal 19 Maret 2001 yang
ditandatangani oleh Hakim Pengawas Ny. CH. Kristipurnami Wulan,
S.H., dan Kurator, Tafrizal Hasan Gewang, S.H., status dan jumlah
tagihan Termohon II telah diakui selaku kreditur yang mempunyai
hak istimewa (kreditur separatis);
3. Sesuai surat Termohon II yang ditujukan kepada Ketua PTUN di
Jakarta, maka menurut hukum kewenangan menjual asset berada
dan dimiliki oleh Kurator;
4. Termohon II dengan suratnya yang ditujukan kepada Pemohon
menjelaskan tentang adanya pengalihan piutang debitur pailit pada
hari Rabu, 30 Juni 2004 dan Termohon I dengan kuasa hukumnya
hadir dalam rapat kreditur tersebut;
5. Pada kenyataannya, Termohon I secara melanggar hukum telah
mengajukan permohonan eksekusi atas Sertifikat HUB No.
33/Jatinegara tanggal 11 Desember 1981, tertulis atas nama PT
Asep Abadi Coconut Oil Industry Company dan SHGB No.
2092/Tambora tertulis atas nama Hendro Tjokrosetio dan debitur
pailit telah dipanggil untuk annmaning, dan hal mana melanggar
prinsip dasar UU Kepailitan disamping juga hak untuk menjual dan
pemegang hak tanggungan telah lewat.
Pokok Perkara
1. Pada tahun 1916 di Semarang telah berdiri sekolah menengah
umum yang dieri nama Hwa Ing Tiong Hak (bahasa dialek Hokkian),
atau Hua Ying Zhong Xue (bahasa nasional Mandarin) atau Chinese
English School (bahasa Inggris) disingkat C.E.S. Sejak tahun 1920,
sekolah tersebut memiliki lambang sekolah atau simbol ataupun
logo yang terwujud dalam bentuk bendera sekolah, dipasang di
papan nama sekolah, surat-surat resmi yang dikeluarkan oleh pihak
sekolah/yayasan sekolah (sebagai kop surat), insigne (embleem)
atau badge yang harus dipasang oleh semua guru, murid-murid dan
pegawai sekolah setiap hari, sehingga merupakan ciri atau identitas
sekolah setiap hari secara luas. Dengan demikian
lambang/simbol/logo sekolah tersebut telah tercipta oleh kepala
sekolah dan ciptaan tersebut telah menjadi milik C.E.S. Di negara
Asia dan Asia Tenggara banyak berdiri ikatan alumni Hua Ying atau
alumni C.E.S., dengan demikian ikatan alumni ini merupakan suatu
perkumpulan, ikatan atau yayasan yang berjumlah banyak dan
tersebar di semua negara, dimana masing-masing tetap
mempergunakan lambang atau logo sekolah;
2. Sekolah tersebut sempat berhenti kegiatannya antara tahun 1942-
1945, kemudian kembali meneruskan kegiatannya pada tahun 1951,
dan akhirnya ditutup pada tahun 1966 karena alasan politis.
3. Penggugat I (Yayasan Hwa Ing Fonds) yang berdiri sejak tanggal 19
Desember 1929 adalah sebuah yayasan yang didirikan oleh C.E.S.
dan oleh para alumni sekolah tersebut. Pengurus yayasan tersebut
senantiasa terdiri dari para pengurus/mantan pengurus sekolah,
kepala/mantan kepala sekolah, guru maupun alumni siswa sekolah
tersebut;
4. Penggugat II (Yayasan Cipta Era Sejahtera) berdiri sejak tanggal 15
Maret 1995 dan dalam kegiatannya selalu memakai
lambang/simbol/ logo seperti yang dipakai oleh sekolah C.E.S.;
5. Ternyata Tergugat (Benny Salim) mengaku sebagai pencipta, dimana
gambar ciptaannya tersebut seluruhnya sama (presisi) dengan
logo/lambang sekolah C.E.S. Tergugat mengaku memegang surat
pendaftaran ciptaan yang dikeluarkan oleh Dirjen HAKI dengan
nomor pendaftaran 021236 tanggal 11 Januari 2001.
Pokok Perkara
Pemohon PK telah memohon agar Termohon PK dinyatakan pailit
dengan segala akibat hukumnya. Atas permohonan tersebut, PN Jakarta
Pusat telah menjatuhkan putusan mengabulkan permohonan Pemohon
untuk seluruhny6a dan menyatkaan Termohon pailit dengan segala
akibat hukumnya. Ternyata kemudian di antara para debitur pailit dan
para krediturnya telah terjadi perdamaian dan Pengadilan Niaga
mengambil putusan yang amarnya menyatakan sah perdamaian yang
dilakukan antara debitur PT Beruang Mas Perkasa dengan 7 dari 9
krediturnya. Akan tetapi salah satu kreditur separatisnya, PT Bank
Mayora, kemudian mengajukan kasasi, dan terhadap permohonan
tersebut MA mengambil keputusan mengabulkan permohonan kasasi
dari PT Bank Mayora, membatalkan putusan Pengadilan Niaga, dan
menolak Pengesahan Perjanjian Perdamaian (homologasi) yang
dilakukan antara PT Beruang Mas Perkasa dengan 7 krediturnya.
Pokok Perkara
1. Penggugat telah menghasilkan dan menjual produk berupa
herbisida berbahan aktif metil metsulfuron yang penggunaannya
untuk pengendalian gulma yang tak diinginkan pada tanaman
perkebunan. Produk tersebut telah memperoleh perlindungan hak
atas paten di Indonesia, juga izin pemasaran;
2. Ternyata herbisida berbahan aktif metil metsulfuron telah
digunakan dan dijual oleh Tergugat di perkebunan-perkebunan di
wilayah Indonesia untuk diaplikasikan pada tanaman kelapa sawit
dalam jumlah penjualan yang besar, tanpa izin dan sepengetahuan
Penggugat, atau lisensi dari Penggugat;
3. Tindakan Tergugat berdampak negatif pada tingkat penjualan
produk Penggugat sehingga mengakibatkan kerugian bagi
Penggugat, yaitu hilangnya pendapatan dan rusaknya nama baik
serta reputasi Penggugat sebagai perusahaan yang memiliki reputasi
internasional, sehingga Penggugat mengajukan gugatan ganti rugi
materiil dan immateriil.
018 Kaidah Hukum
PK/Pdt.Sus/200 Berdasarkan Pasal 41 UU No. 37 Tahun 2004, jual beli antara Debitur
7 Pailit dan Tergugat I tak bisa dibatalkan karena dilakukan sebelum
Debitu Pailit dinyatakan pailit. Lagipula, Penggugat tidak dapat
membuktikan bahwa baik Debitur Pailit maupun pihak dengan siapa jual
beli tersebut dilakukan (Tergugat I) dan para Tergugat II dan III
mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa jual beli tersebut akan
merugikan Kreditur.
Pokok Perkara
Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang telah
menjatuhkan putusan penyataan pailit terhadap Soeharsono; untuk itu
pengadilan tersebut telah menunjuk Penggugat/Pemohon PK sebagai
Kurator. Sesuai dengan kewenangan Penggugat selaku Kurator, maka
untuk kepentingan harta pailit, Penggugat mengajukan pembatalan
terhadap perjanjian jual beli yang dilakukan oleh Tergugat I dengan
Debitur Pailit. Adapun barang yang dijualbelikan adalah sebidang tanah
dan bangunan yang berdiri di atasnya. Jual beli dilakukan sebelum satu
tahun dari putusan pailit Pengadilan Niaga pada PN Semarang.
Pokok Perkara
Tergugat II/Pemohon PK digugat oleh Penggugat, yaitu seorang staf guru
pada yayasan sekolah Tergugat II dengan alasan bahwa Tergugat I, yaitu
kepala sekolah pada yayasan sekolah Tergugat II mem-PHK Penggugat.
Menurut Penggugat, PHK tersebut dilakukan secara sepihak sebelum ada
izin dari Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip UU Perburuhan yang berlaku, dan merupakan
perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad) yang sangat
merugikan Penggugat secara materiil dan immateriil.
Pokok Perkara
Terdakwa/Pemohon PK telah membuat surat hibah palsu atau yang
dipalsukan seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan tertanggal 03
Djuli 1960 sebagai bukti hak pemilikan atas tanah dan bangunan Jalan
Otto Iskandardinata No. 11a, Kota Bandung dengan maksud
dipergunakan Terdakwa dalam gugatan perdata No.
74/Pdt.G/2004/PN.Bdg.
Pokok Perkara
Penggugat/Termohon PK merupakan top brand dunia di bidang produksi
peralatan dan perlengkapan rumah tangga dan keperluan kantor
mengetahui adanya merk Ikema terdaftar dalam daftar umum merek di
kantor Tergugat II atas nama/milik Tergugat I/Pemohon PK dengan dasar
Pasal 6 ayat (1) UU Merek yaitu apakah produk barang merek Ikema
dengan merek Ikea itu mempunyai persamaan pada keseluruhan
ataukan mempunyai persamaan pokoknya untuk barang sejenis atau
tidak.
Pokok Perkara
Pokok Perkara