Anda di halaman 1dari 25

[INTERNAL]

RISET PENDAHULUAN TERHADAP PENGALIHAN HAK ATAS TANAH, SAHAM DAN KEPUTUSAN BADAN PERTANAHAN NASIOAL

YURISPRUDENS PENJELASAN DAN REFERENSI RELEVANSI


I
Tentang Pengalihan Hak Atas Tanah
No. 1816 Kaidah Hukum 1) Bahwa berdasarkan Akta No. 1 tanggal 1 Oktober 2003 da
K/Pdt.1989 1. Pembeli tidak dapat dikualifikasikan sebagai yang beritikad baik, Akta No. 1 tanggal 18 November 2003, yang hingga saat ini
karena pembelian dilakukan dengan ceroboh pada saat pembelian ia belum diberitahukan kepada Menteri Hukum dan HAM,
sama sekali tidak meneliti hak dan status para penjual atas tanah diketahui bahwa Judio Jose Rizal Iskandar Manopo,
terperkara. Karena itu ia tidak pantas dilindungi dalam transaksi itu; bertindak seolah-olah selaku Direktur PT Nusantara
2. Dalam hal penerbitan sertifikat mengandung kesalahan teknis Ragawisata (“NRW”). Hal demikian merupakan suatu
kadasteral, Mendagri berwenang membatalkan sertifikat tindakan pelanggaran hukum dan karenanya Judio Jose
berdasarkan Pasal 12 jo. Pasal 14 Peraturan Menteri Dalam Negeri Rizal Iskandar Manopo tidak berwenang untuk bertindak
No. 6 Tahun 1972 untuk dan atas nama NRW;

Pokok Perkara 2) Atas dasar Akta No. 1 tanggal 1 Oktober 2003 da Akta No. 1
1. Penggugat memiliki sebidang tanah berdasarkan Akta Jual Beli No. tanggal 18 November 2003, Judio Jose Rizal Iskandar
603/4/18/1974 tanggal 10 September 1974, dibuat dihadapan Darbi, Manopo bertindak mewakili NRW dalam melakukan
PPAT setempat, oleh dan antara Penggugat dan Muhammad Ali bin pengalihan tanah berdasarkan SHGB 72/Unggasan dan
Nurdin dan Haji Abdul Hamid bin Haji Jamaluddin Taslim; SHGB 74/Unggasan kepada PT Mutiara Sulawesi (“MS”)
sesuai dengan Akta Jual Beli No. 41 tanggal 24 November
Atas jual beli tersebut, Penggugat telah mendaftarkan haknya sesuai 2005 dan Akta Jual Beli No. 42 tanggal 22 September 2008;
dengan Sertifikat Hak Miliki No. 169/18 Ilir.
3) Atas pengalihan hak atas tanah tersebut diatas, MS tidak
2. Tergugat menyatakan bahwa haknya atas tanah tersebut diatas dapat dikategorikan sebagai pembeli beritikad baik, dengan
telah diselewengkan oleh Muhammad Ali bin Nurdin dan Haji Abdul pertimbangan bahwa sudah sepatutnya MS meneliti hak
Hamid bin Haji Jamaluddin Taslim; dan status kedudukan Judio Jose Rizal Iskandar Manopo
sebagai Direktur NRW terlebih dahulu.
Muhammad Ali bin Nurdin dan Haji Abdul Hamid bin Haji Jamaluddin
Taslim telah dinyatakan bersalah karena terbukti secara sah dan
menyakinkan melakukan tindak pidana pemalsuan Pasal 266 ayat (1)
dan (2) KUHP sesuai dengan Putusan Pengadilan Negeri Palembang
No. 684/1976.

Tergugat mengajukan gugatan rekonpensi untuk pembatalan


Sertifikat Hak Miliki No. 169/18 Ilir.
No. 938 Kaidah Hukum 1) Atas dasar Akta No. 1 tanggal 1 Oktober 2003 da Akta No. 1
K/Sip/1971 Jual-beli antara tergugat-asal dengan orang ke-3 tidak dapat dibatalkan tanggal 18 November 2003, Judio Jose Rizal Iskandar
tanpa di-ikutsertakannya orang ke-3 terseut sebagai tergugat dalam Manopo bertindak mewakili NRW dalam melakukan
perkara itu. pengalihan tanah berdasarkan SHGB 72/Unggasan dan
SHGB 74/Unggasan kepada MS sesuai dengan Akta Jual Beli
Pokok Perkara No. 41 tanggal 24 November 2005 dan Akta Jual Beli No. 42
1. Penggugat merupakan salah satu ahli waris dari almh. Ngalinah, tanggal 22 September 2008;
yang semasa hidupnya memiliki tanah sawah di beberapa tempat.
2) Agar dapat dimintakan pembatalan Akta Jual Beli No. 41
2. Setelah almh. Ngalinah meninggal dunia, tanah dimaksud dikuasai tanggal 24 November 2005 dan Akta Jual Beli No. 42 tanggal
oleh Tergugat dan selanjutnya melakukan pengalihan hak atas tanah 22 September 2008, MS selaku pembeli/penerima hak
dimaksud kepada pihak ketiga. seharusnya ikut digugat di Pengadilan.

No. 684 Kaidah Hukum 1) Mengingat MS tidak dapat dikategorikan sebagai pembeli
K/Sip/1982 Karena penguasaan tanah sengketa oleh Tergugat adalah melawan beritikad baik, dengan pertimbangan bahwa sudah
hukum, maka tapa harus dibuktikan lebih dahulu siapa pemilik tanah itu, sepatutnya MS meneliti hak dan status kedudukan Judio
tanah harus dikembalikan dulu dalam keadaan semula, yaitu harus Jose Rizal Iskandar Manopo sebagai Direktur NRW terlebih
diserahkan lagi kepada Penggugat dan jika Tergugat merasa sebagai dahulu, maka dalam hal MS menguasai tanah berdasarkan
pemilik tanah tersebut, harus mengajukan gugatan terhadap Penggugat SHGB 72/Unggasan dan SHGB 74/Unggasan maka dapat
ke muka Pengadilan Negeri. disimpulkan bahwa penguasaan tersebut adalah melawan
hukum.
Pokok Perkara
1. Penggugat mempunyai sebidang tanah kebun di Desa Ranowangko I,
Kecamatan Tondano, yang diperoleh dari Tergugat berdasarkan
tukar-menukar dengan seekor sapi milik Penggugat;
2. Setelah beberapa lama, Tergugat melakukan penyerobotan atas
tanah dimaksud;
3. Tergugat menyatakan tidak pernah terdapat perjanjian tukar-
menukar, melainkan hanya kontrak dan karenanya memiliki hak atas
bidang tanah tersebut.
1498 Kaidah Hukum 1) Mengingat atas tanah berdasarkan SHGB 72/Unggasan dan
K/Pdt/2006 Untuk membuktikan apakah jual-beli tanah sengketa terjadi dengan cara SHGB 74/Unggasan telah terdapat Akta No. 1 tanggal 1
yang benar, berdasarkan asas bilijkheid beginsel, maka yang harus Oktober 2003 da Akta No. 1 tanggal 18 November 2003,
membuktikannya adalah pembeli, karena apabila ia benar telah membeli maka MS harus dapat membuktikan bahwa telah membeli
tanah tersebut, maka ia akan lebih mudah untuk membuktikannya. tanah tersebut secara benar, semisal telah memberikan
pelunasan atas biaya jual beli dan sebagainya
Pokok Perkara
1. Penggugat merupakan ahli waris dari alm. Samit, yang semasa
hidupnya memilik tanah sawah;

2. Tergugat I mengaku mendapat surat kuasa jual dari alm. Samit dam
mengalihkannya kepada Tergugat II berdasarkan jual beli.

1974 Kaidah Hukum 1) Berdasarkan informasi sementara, terdapat pemalsuan


K/Pdt/2011 Peralihan hak atas tanah dinyatakan cacat hukum karena pemalsuan tanda tangan Raditya Rizki oleh Judio Jose Rizal Iskandar
tanda tangan sehingga batal demi hukum jual beli tanah harus Manopo dan penggunaan keterangan palsu oleh Judio Jose
dibuktikan melalui pemeriksaan dari laboratorium kriminologi atau ada Rizal Iskandar Manopo;
putusan pidana yang menyatakan tanda tangan dipalsukan.
2) Dalam hal tersebut dapat dibuktikan lebih lanjut, maka Akta
Pokok Perkara No. 1 tanggal 1 Oktober 2003 da Akta No. 1 tanggal 18
1. Penggugat memiliki tanah di Desa Buaran; November 2003 dapat dibatalkan dikarenakan cacat
hukum.
2. Tergugat I dan II memalsukan tanda tangan Pengguagt untuk
membuat akte jual beli kepada Tergugat III, dan atas hal tersebut
telah terbit sertifikat atas nama Tergugat III.
Tentang Pengalihan Saham
No. 556 Kaidah Hukum 1) Berdasarkan Akta Jual Beli Saham No. 3 tanggal 10 Juni
K/Sip/1979 Jual beli saham adalah bersyarat, sebab digantungkan pada persetujuan 2005 dan Akta Jual Beli Saham No. 4 tanggal 10 Juni 2005,
Menteri; karena persetujuan ini belum ada, maka menurut hukum, Cristhoporus Richard mempereleh saham di NRW dan telah
perjanjian tersebut belum ada. dicatatkan dalam Akta No. 5 tanggal 13 Juni 2005, telah
diberitahukan kepada Menteri Hukum dan HAM, dengan
Pokok Perkara demikian telahmemenuhi persyaratan Undang Undang dan
Penggugat telah membeli saham-saham PT Golsindo sebanyak 250 Yurisprudensi.
lembar dengan Akte Jual Beli No. 94, dihadapan D Muljadi, Notaris, oleh
dan antara Penggugat dan Thomas Suseno;

Atas pengalihan saham tersebut dilakukan tanpa memperoleh


persetujuan Menteri terlebih dahulu.
Tentang Keputusan Badan Pertanahan Nasional
154 Kaidah Hukum 1) Berdasarkan informasi sementara, diketahui terdapat
PK/TUN/2010 Batalnya Keputusan Tata Usaha Negara yang berkaitan dengan Hak Keputusan Badan Pertanahan Nasional yang pada pokoknya
Tanah tidak serta merta menghilangkan hak pemegangnya terhadap menyatakan bahwa tanah berdasarkan SHGB 72/Unggasan
tanah tersebut. Tetapi sebaliknya putusan yang menentukan subtansi dan SHGB 74/Unggasan sedang dalam sengketa dan status
Hak Tanah di Pengadilan Perdata, dapat dijadikan landasan bagi Pejabat quo;
Tata Usaha Negara yang berwenang untuk merobah Surat Keputusan
tentang Hak Tanah tersebut menjadi keatas nama pihan yang diberi titel 2) Meskipun adanya Keputusan tersebut diatas, tidak serta
Hak oleh Putusan Perdata. merta menghilangkan hak pemegangnya terhadap tanah
tersebut.
Pokok Perkara
1. Penggugat merupakan pemilik sebidang tanah di Desa Bencongan,
yang diperoleh dari Lelang. Atas hal tersebut kemudian mengajukan
sertifikasi ke BPN;
2. Ternyata atas tanah yang dimohonkan tersebut tumpang tinding
dengan tanah Tergugat;
3. Telah terdapat putusan Pengadilan TUN yang membatalkan sertifikat
milik Tergugat.

06 Kaidah Hukum 1) Berdasarkan informasi sementara, diketahui terdapat


PK/TUN/2008 Kelalaian Pejabat TUN di dalam pengiriman Keputusan TUN kepada Keputusan Badan Pertanahan Nasional yang pada pokoknya
rakyat/warga negara, yang menyebabkan tenggang waktu pengajuan menyatakan bahwa tanah berdasarkan SHGB 72/Unggasan
gugatan ke Pengadilan menjadi bergeser, merupakan kesalahan pihak dan SHGB 74/Unggasan sedang dalam sengketa dan status
administrasi, sehingga tidak dapat menjadi beban yang merugikan hak quo;
Penggugat sebagai rakyat/warga negara pencari keadilan.
2) Dalam hal penyampaian Keputusan tersebut kepada pihak
Pokok Perkara terkait adalah terlambat, maka tidak dapat
1. Penggugat memperoleh izin permbukaan lahan berdasarkan dipertanggungjawabkan kepada pihak terkait tersebut
Keputusan Menteri Kehutananan No. 1680/Menhut-III/2002 tanggal dalam hal tenggang waktu pengajuan gugatan ke
26 September 2002; Pengadilan menjadi bergeser.

2. Tergugat menerbitkan Keputusan Menteri Kehutananan No.


S.419/Menhut-II/2002 tanggal 13 Oktober 2004, yang pada
pokoknya adalah mencabut Keputusan Menteri Kehutananan No.
1680/Menhut-III/2002 tanggal 26 September 2002;

Bahwa Tergugat baru menyampaikan Keputusan Menteri


Kehutananan No. S.419/Menhut-II/2002 tanggal 13 Oktober 2004
tersebut diatas kepada Penggugat pada tanggal 21 September 2005.

Tambahan Putusan PK
11 Kaidah Hukum
PK/TUN/1994 Bahwa dalam suatu Perjanjian Hak Guna Penuh terhadap suatu
bangunan/toko dimana pihak ke-II telah menyerahkan bangunan/toko
tersebut kepada pihak lain (ke-III) dan pihak lain (ke-III) tersebut tidak
melakukan kewajiban untuk membayar sewa, maka sesuai dengan Pasal
14 ayat (1) huruf a PP No. 55 Tahun 1981 jo. Kepmensos RI No.
18/Huk/KEP/V/1982 IV butir 6, pihak Kepala Dinas Perumahan DKI
Jakarta berhak untuk melakukan dan menerbitkan Surat Perintah
Pengosongan terhadap bangunan/toko tersebut.

Pokok Perkara
1. Bahwa Tergugat asli telah mengeluarkan Keputusan berupa Surat
Perintah Pengosongan No. 032/1.711.9 tanggal 9 September 1991
yang ditujukan kepada Pengguat asli yang isinya adalah Perintah
Pengosongan Pertokoan di Blok B No. 21 Lantai II Gedung Pertokoan
Harco Glodok Baru atas permohonan Turut Tergugat asli;
2. Bahwa Turut Tergugat asli terdapat hubungan hukum Hak Guna
Penuh atas ruangan dimaksud sesuai dengan akta Penyerahan dan
Pemindahan (cessie) jo. Akta Kuasa jo. Perjanjian Pemberian Hak
Guna Penuh;
3. Bahwa Surat Perintah Pengosongan ini bertentangan dengan PP No.
49 Tahun 1963 jo. PP No. 55 Tahun 1981;

55 PK/PID/1996 Kaidah Hukum


Dengan mendasarkan pada pertimbangan dari Mahkamah Agung sendiri
dan pertimbangan judex facti yang dinilai telat tepat dan benar serta
dijadikan sebagai pertimbangan Mahkamah Agung sendiri, Mahkamah
Agung dalam perkara Peninjauan Kembali ini menyatakan telah cukup
bukti secara sah dan meyakinkan, bahwa Terdakwa bersalah melakukan
perbuatan pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan kesatu
Pasal 160 jo. Pasal 164 ayat (1) KUHP dan dakwaan kedua Pasal 161 ayat
(1) KUHP, oleh karena itu atas kesalahan tersebut Terdakwa harus
dijatuhi pidana.

Pokok Perkara
1. Termohon PK/Terdakwa telah melakukan perbuatan menghasut di
muka umum dengan lisan atau tulisan supaya melakukan perbuatan
pidana, melakukan kekerasan terhadap penguasa umum atau tidak
menuruti baik ketentuan undang-undang maupun perintah jabatan
yang diberikan berdasar ketentuan undang-undang secara berlanjut
dari tahun 1993 sampai dengan 1994;
2. Hasutan yang dilakukan oleh Terdakwa adalah hasutan kepada
buruh untuk melakukan mogok atau unjuk rasa apabila upah buruh
tidak dinaikkan, kebebasan berserikat untuk buruh tidak diberikan,
menolak eksistensi SPSI, dan tuntutan-tuntutan lainnya.

78 PK/Pid/2000 Kaidah Hukum


Seseorang yang tidak lagi menjabat sebagai Komisaris pada suatu
perusahaan dimana apabila perusahaan tersebut melakukan tindakan
melawan hukum tidaklah dapat dipertanggungjawabkan kepadanya,
kalaupun sebelum kedudukannya selaku Komisaris pada perusahaan
tersebut. Hal ini bertentangan dengan UU No. 1 Tahun 1995 tentang
Perusahaan Terbatas dan tidak terbukti adanya perbuatan melawan
hukum sebagaimana bunyi Pasal 1 ayat (1) Sub a jo. Pasal 28 UU No. 3
Tahun 1971 jo. Pasal 55 ayat (1) ke Ie jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP.

Pokok Perkara
Terdakwa Hutomo Mandala Putera alias Tommy bin Soeharto dalam
kapasitasnya sebagai KOMISARIS UTAMA PT Goro Batara Sakti dan/atau
sebagai pemegang saham 80% berdasarkan akte Notaris No. 27 tanggal
10 Mei 1993 dan dirubah dengan akte Notaris No. 48 tanggal 9
September 1996, bersama-sama dengan saksi H.M. Ricardo Galael bin
Dick Galael dan saksi Prof. DR. Ir. Beddu Amang, MA. Bertindak secara
sendiri-sendiri secara berturut-turut sebagai perbuatan yang dilanjutkan
pada tanggal 17 Februari 1995 sampai dengan tanggal 4 Mei 1995
sampai dengan Thun 1998 di kantor BULOG, dengan melawan hukum,
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
suatu Badan, yang secara langsung merugikan keuangan Negara, atau
diketahui atau patut disangka olehnya bahwa perbuatan tersebut
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang dilakukan
Terdakwa bersama-sama dengan saksi Beddu Amang dan saksi Ricardo
Galael.

12 PK/N/2001 Kaidah Hukum


Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 256 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1998,
rencana perdamaian dapat diterima apabila disetujui oleh lebih dari ½
(satu per dua) Kreditur Konkuren yang haknya diakui oleh yang hadir
pada rapat permusyawaratan.

Pokok Perkara
1. Bahwa berdasarkan perjanjian kredit No. 283/R.K./94 tanggal 20
Oktober 1994 dst., Termohon telah menerima kredit dalam bentuk
Rekening Koran Valas dari Pemohon maksimum pinjaman sebesar
US$ 1,430,110.00;
2. Termohon telah memberikan jaminan-jaminan Fidusia berdasarkan
akte pemindahan hak milik mutlak sebagai jaminan No. 283/R.K./94
tanggal 24 Oktober 1994, namun Termohon tidak melunasi
hutangnya yang telah jatuh tempo kepada Pemohon yang telah
disepakati dalam perjanjian kredit yaitu tanggal 20 Oktober 1998,
maka Termohon telah melakukan wanprestasi. Selain mempunyai
hutang kepada Pemohon, Termohon juga mempunyai hutang
kepada Kreditur lain.

030 PK/N/2001 Kaidah Hukum


Bahwa dengan diasuransikannya Utang Debitur yang telah dijamin oleh
Termohon Pailit melalui asuransi kredit eksport maka sesuai dengan
ketentuan Pasal 12, 4, 1 dan 13 perjanjian kredit yang bersangkutan
perlu dibuktikan apakah perjanjian asuransi tersebut telah terpenuhi dan
sampai sejauh mana tanggung jawabnya, proses mana membuat
pembuktian dalam permohonan pailit a quo menjadi kompleks dan
rumit.

Pokok Perkara
1. Pada tanggal 18 Mei 1995, Debitur di hadapan Notaris Jakarta telah
sepakat menandatangani Perjanjian Kredit No. 169/1995 dan para
Pemohon dalam perjanjian kredit akan memberikan Fasilitas Kredit
sebesar DEM 25,135,921.00 (Deutsche Mark twenty five million one
hundred thirty five thousand nine hundred and twenty one) kepada
Debitur;
2. Kedudukan hukum Termohon sebagai penjamin hutang Debitur
yang melepaskan hak-hak dan kedudukan istimewanya sama
dengan kedudukan hukum Debitur dan para pemohon berhak untuk
menagih secara langsung kepada Termohon telah diperkuat oleh
Mahkamah Agung dalam Putusan Pailit No. 01 K/N/2000, yang
memberikan pertimbangan bahwa kedudukan penjamin hutang
untuk melunasi Utang Debitur adalah sama dengan Debitur itu
sendiri apabila penjamin melepaskan hak-hak dan
keistimewaannya;
3. Adapun total kewajiban atau jumlah uatang pokok dan bunga yang
telah jatuh tempo dan harus dibayar Debitur atau Termohon kepada
para Pemohon per tanggal 2 November 2000 adalah sebesar DEM
23,055,809.43;
4. Para Pemohon memohon agar Majelis Hakim meletakkan Sita
Jaminan atas harta kekayaan Termohon baik yang sudah ada
maupun yang baru akan ada di kemudian hari;
5. Para Pemohon mohon agar permohonan ini diperiksa oleh Majelis
Hakim ADHOC.

698 Kaidah Hukum


PK/Pdt/2001 Secara yuridis tertanggung mempunyai kewajiban untuk
memberitahukan keadaan yang sebenarnya dari kapal yang akan
diasuransikan, jika ternyata ada yang disembunyikan sewaktu
penutupan polis asuransi maka perjanjian asuransi batal demi hukum

Pokok Perkara
1. Pada tanggal 31 Januari 1992 kapal M.V. Lucky Fortune milik
Penggugat I/Termohon PK diasuransikan kepada Tergugat/Pemohon
PK;
2. Pada tanggal 28 Januari 1993 kapal diterjang badai dan terbalik.
Musibah ini dilaporkan kepada Tergugat dan Penggugat mengajukan
claim all risk. Tergugat menunjuk Surveyor untuk mengetahui
kerusakan kapal dan hasil survey, kapal dalam keadaan total loss
dan jika diperbaiki biaya perbaikan melebihi biaya asuransi;
3. Tergugat menolak claim asuransi yang diajukan Penggugat dengan
alasan non disclosure material facts. Alasan tersebut tidak tepat
sebab Tergugat sudah mengetahui status, klasifikasi dan kondisi
kapal sedang dalam perbaikan;
4. Karena Tergugat keberatan atas hasil survey, Penggugat menunjuk
Surveyot lain dan hasil survey yang kedua kapal dalam keadaan total
loss, karena itu Penggugat berhak mendapat ganti rugi.

03 PK/N/2002 Kaidah Hukum


Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 1917 BW yang menyatakan
bahwa suatu putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap mempunyai
bukti yang kuat, maka berdasarkan putusan pailit tersebut, Termohon PK
harus dinyatakan terbukti mempunyai utang kepada Pemohon PK.
Pokok Perkara
1. Bahwa sekarang Termohon PK dahulu sebagai Debitur Pailit/
Pemohon Kasasi telah dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan
Niaga pada Pengadila Niaga Jakarta Pusat tanggal 13 Maret 2001
No. 021/PKPU/2000/PN.NIAGA.JKT.PST jo. No.
78/Pailit/2000/PN.NIAGA. JKT.PST.
2. Selanjutnya ternyata dalam rangka pencocokan piutang terdapat
pembantahan piutang yang tidak bisa didamaikan antara sekarang
Termohon PK dahulu Pemohon Kasasi/Debitur Pailit dengan
sekarang Pemohon PK dahulu Termohon Kasasi/Kreditur dan para
Kreditur lain.

016 PK/N/2002 Kaidah Hukum


Bahwa untuk dapat diajukan upaya hukum Peninjauan Kembali, putusan
Pengadilan Niaga harus memenuhi syarat Pasal 82 UU Kepailitan, yang
menentukan bahwa ketetapan-ketetapan Hakim dalam hal-hal yang
mengenai pengurusan atau pemberesan harta pailit, Pengadilan
memutus dalam tingkat penghabisan. Dengan demikian terhadap
perkara yang diputus oleh Pengadilan Niaga dalam rangka pengurusan
dan pemberesan harta pailit tidak dapat diajukan upaya hukum kasasi
maupun Peninjauan Kembali.

Pokok Perkara
1. Pemohon adalah kurator PT Gemilang yang diangkat berdasarkan
putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No. 05/PKPU/2000/PN.
Niaga.Jkt.Pst jo. No. 17/Pailit/2000/PN.Niaga.Jkt.Pst;
2. Dalam rapat-rapat para kreditur PT Gemilang (dalam Pailit) yang
diadakan di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dalam rangka
verifikasi/pencocokan piutang sesuai UU Kepailitasn, maka telah
berhasil dibuat Daftar Piutang para Kreditur PT Gemilang (dalam
Pailit), yang diakui tanggal 2 November 2000 yang ditandatangani
oleh semua kreditur, termasuk Termohon dan Pemohon serta
Hakim Pengawas;
3. Sesuai surat Termohon kepada Kurator tanggal 12 Oktober 2000,
maka Termohon menjelaskan bahwa piutangnya terhadap PT
Gemilang (dalam Pailit) dijamin dengan obyek jaminan/Hak
Tanggungan. Termohon selaku pemegang Hak Tanggungan,
berdasarkan Pasal 57 ayat (1) UUK, harus melaksanakan hak
istimewanya tersebut dalam jangka waktu 2 (dua) bulan;
4. Dalam pelaksanaannya, karena Termohon tidak menggunakan hak
istimewanya, maka Pemohon demi hukum harus mengambil alih
hak tersebut;
5. Bahwa nyatanya Termohon dengan suratnya tertanggal 21 Mei
2001 dan 18 Juni 2001 yang ditujukan kepada Pemohon, jelas-jelas
menolak pekerjaan Pemohon guna melakukan penjualan di muka
umum atas barang-barang jaminan diatas, apalgi menyerahkan
dokumen asli yang dikaitkan dengan barang-barang tersebut.

01 PK/N/2003 Kaidah Hukum


Bahwa sesuai Pasal 278 UUK, terhadap putusan atas permohonan
perdamaian tidak dapat diajukan kasasi, karenanya dalam putusan yang
dimohonkan PK tersebut terdapat kesalahan berat dalam penerapan
hukum, sehingga putusan tersebut harus dibatalkan.

Pokok Perkara
1. Pemohon PK sebagai Termohon Kasasi/Termohon Pembatalan
Perdamaian/Debitur telah mengajukan permohonan PK terhadap
putusan MA tanggal 11 November 2002 No. 027 K/N/2002 yang
telah BHT, dalam perkaranya melawan Termohon Pembatalan
Perdamaian/Kreditur;
2. Pemohon Kasasi dalam kedudukannya sebagai Kreditur telah
mengajukan permohonan pailit terhadap Termohon Kasasi sebagai
Debiturnya yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat No. 18 Pailit/2000/PN.Niaga.Jkt.Pst tertanggal 21
Maret 2000;
3. Atas permohonan pailit tersebut telah diajukan PKPU atas
permohonan mana PN Jakarta Pusat telah memberikan putusan
PKPU sementara tanggal 24 April 2000 No. 18/Pailit/2000/PN.Niaga.
Jkt.Pst jo. No. 06/PKPU/2000/PN.Niaga.Jkt.Pst;
4. Dalam proses PKPU tersebut kedua belah pihak telah sepakat untuk
berdamai, yang dituangkan dalam perjanjian perdamaian tanggal 30
Oktober 2000 dan perdamaian tersebut juga telah disahkan dengan
putusan PN Niaga Jakarta Pusat No. 06/PKPU/2000/PN.Niaga.Jkt.Pst
tanggal 2 November 2000. Di dalam perjanjian perdamaian tersebut
Termohon telah sepakat berjanji untuk memenuhi kewajibannya
secara angsuran setiap bulannya selama 36 bulan sampai
dinyatakan lunas oleh Pemohon Pembatalan Perdamaian;
5. Sampai dengan pembayaran yang ke-14, Termohon telah lalai
membayar angsuran kewajibannya kepada Pemohon Pembatalan
Perdamaian sesuai perjanjian a quo. Atas kelalaiannya membayar
angsuran kewajban tersebut, maka Pemohon Pembatalan
Perdamaian telah mengirimkan surat terguran (somasi), namun
tidak ditanggapi dengan baik sampai diajukannya permohonan
pembatalan perdamaian oleh Pemohon Pembatalan Perdamaian.

05 PK/N/HAKI/ Kaidah Hukum


2003 Sesuai dengan Pasal 61 ayat (2) b UU No. 15 Tahun 2001, gugatan
penghapusan merek Tergugat yang diajukan oleh Penggugat dapat
dikabulkan, dan menurut Pasal 64 ayat (2) dan (3) UU No. 15 Tahun
2001, Panitera Pengadilan harus segera menyampaikan isi putusan ini
kepada Dirjen HAKI yang selanjutnya melaksanakan penghapusan Merek
Tergugat dan Daftar Umum Merek dan mengumumkannya dalam Berita
Resmi Merek.

Pokok Perkara
1. Penggugat/Termohon PK adalah pemegang dan pemilik satu-
satunya merek Holland Bakery berdasarkan putusan MA RI No. 1203
K/Pdt/ 1987, putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.
491/Pdt.G/1998/ PN.Jkt.Pst jo. Sertifikat Merek No. 260637 tanggal
28 Juni 1990 yang telah dikeluarkan Dirjen HAKI;
2. Pada tanggal 21 November 1994 Dirjen HAKI kembali mengeluarkan
sertifikat merek yang etiket mereknya sama dengan etiket merek
Holland Bakery milik Penggugat, hanya saja kali ini dikeluarkan
untuk kelas barang/jasa No. 42 dan untuk jenis barang/jasa;
3. Bahwa sertifikat merek tertanggal 21 November 1994 tersebut
dikeluarkan oleh Dirjen HAKI adalah berdasarkan permohonan
pendaftaran merek yang diajukan oleh Tergugat melalui kuasanya
pada tanggal 16 Agustus 1993. Sesuai dengan Pasal 63 UU No. 15
Tahun 2001, Penggugat berhak untuk mengajukan gugatan
penghapusan pendaftaran merek ke Pengadilan Niaga Semarang.

27 PK/Pid/2003 Kaidah Hukum


Putusan judex factie Kasasi telah salah dalam menerapkan hukum, dalam
pertimbangan hukumnya, bahwa pembuktian terhadap unsur
memperdaya publik atau seseorang, namun seseorang tersebut tidak
pernah didengar keterangannya di muka persidangan, keterangan saksi
yang didengar dari orang lain harus dikategorikan sebagai Testimonium
De Auditu dan karenanya tidak dapat dijadikan alat bukti.
Pokok Perkara
Terdakwa Tjandra Sugiono selaku GM Marketing Internasional PT
Martina Bertho yang tugasnya mengembangkan pemasaran produk di
luar Indonesia khususnya negara Asia, pada tanggal 7 Oktober 1999
bertempat di Cisadane No. 3 Pav. Jakarta Pusat JA. 10330 telah
melakukan sesuatu perbuatan menipu untuk mengelirukan orang
banyak atau seorang, yang dengan maksud akan mendirikan atau
membesarkan hasil perdagangan suatu perusahaannya sendiri, atau
kepunyaan orang lain, yang dilakukan Terdakwa dengan cara
mendaftarkan Domain Name Mustika Ratu-Com di Amerika dengan
menggunakan Network Solution, dengan penggunaan nama Domain
Mustika Ratu-Com oleh Terdakwa di PT Martina Bertho, maka PT
Mustika Ratu tidak dapat melakukan sebagian transaksi dengan calon
mitra usaha yang berada di luar negeri, di lain pihak dapat menarik
keuntungan bagi PT Martina Bertho, rangkaian perbuatan ini diloakukan
dikarenakan Terdakwa telah menduga bahwa PT Mustika Ratu tidak aktif
lagi, sehingga tidak dapat menemukan informasi mengenai PT Muatika
Ratu yang sudah dikenal baik di dalam maupun di luar negeri.

38 PK/Pid/2003 Kaidah Hukum


Terdapat kekeliruan atau kekhilafan yang nyata karena judex factie
dalam pertimbangan hukumnya sama sekali tidak mempertimbangkan
prinsip keadilan bagi Pemohon Peninjauan Kembali.

Pokok Perkara
Pemohon PK/Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana :
1. turut serta tanpa hak menguasai, menyimpan dan
menyembunyikan senjata api dan bahan peledak.
2. Tanpa hak menguasai, menyimpan, menyembunyikan senjata api
dan bahan peledak.
3. Membujuk (uitlokker) untuk melakukan pembunuhan berencana.
4. Dengan sengaja tidak menurut perintah atau menggagalkan suatu
perbuatan Pegawai Negeri dalam menjalankan suatu peraturan
undang-undang.
Dipidana penjara selama 15 (lima belas) tahun potong tahanan.

01 PK/N/2004 Kaidah Hukum


Bahwa menurut Pasal 82 UU No. 1 Tahun 1995, Direksi (in casu
Termohon Pailit II) bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili
perseroan baik didalam maupun di luar Pengadilan karena itu Termohon
Pailit II pribadi tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban atas
perbuatan yang dilakukannya mewakili Termohon Pailit I (PT KAWI)
didalam atau diluar pengadilan, dengan demikian putusan yang
dimohonkan PK harus dibatalkan karena telah melakukan kesalahan
berat dalam penerapan hukum.

Pokok Perkara
1. Pemohon Pailit adalah suatu PT yang didirikan berdasarkan Akta
Pendirian No. 24 tanggal 7 Januari 1986 yang bergerak dalam usaha
perkayuan gelondongan dan dilakukan suatu perikatan hukum
dengan Termohon Pailit I menjual kayu gelondongan;
2. Termohon Pailit I telah menerima kayu gelondongan sejumlah 529
pcs dari Pemohon Pailit pada tanggal 7 November 1997 sesuai tanda
terima kayu bulat No. 48/LP-J/KW-X/1997 dengan harga USD
179.412.48 ditambah dengan DR dan IHH sebesar Rp. 399.390.670,-
(tiga ratus sembilan puluh sembilan juta tiga ratus sembilan puluh
ribu enam ratus tujuh puluh rupiah) dan pembayarannya sudah
jatuh tempo;
3. Keterikatan Termohon Pailit I dan Termohon Pailit II dalam
permohonan kepailitan ini adalah sebagai Direktur Utama dan
Pemegang Saham dari Termohon Pailit I yang secara hukum
bertanggung jawab secara tanggung renteng antara Termohon Pailit
I dan Termohon Pailit II. Termohon Pailit I dan Termohon Pailit II
mempunyai utang yang telah dapat ditagih dan sudah jatuh tempo
kepada Pemohon Pailit, dan memenuhi persyaratan pailit juga
mempunyai hutang kepada dua kreditur lain.

06 PK/N/HAKI/ Kaidah Hukum


2004 Oleh karena tidak terbukti adanya itikad tidak baik dari Tergugat dalam
pendaftaran merek miliknya tersebut dan dengan demikian merek
Boncafe dan Logo milik Tergugat tidak bertentangan dengan ketertiban
umum sehingga sesuai dengan Pasal 69 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2001,
gugatan pembatalan pendaftaran merek hanya dapat diajukan dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal pendaftaran. Bahwa gugatan
pembatalan pendaftaran merek Tergugat yang diajukan oleh Penggugat
telah melewati tenggang waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal 15 Juli 1981
dan karenanya gugatan Penggugat harus ditolak.
Pokok Perkara
1. Penggugat/Termohon PK adalah pemilik yang berhak atas pemilik
merek dagang BONCAFE & LOGO, dengan nama perusahaan
BONCAFE International Pte. Ltd. yang telah ada sejak tahun 1962.
Merek dagang milik Penggugat telah terdaftar dalam Daftar Umum
Merek Direktorat HAKI dengan No. 430986 tanggal 20 Agustus 1999.
Selain itu, merek dagang milik Penggugat telah terdaftar di
Singapura juga telah terdaftar di manca negara antara lain di
Australia dan New Zealand;
2. Ternyata Tergugat/Pemohon PK bahwa tanpa sepengetahuan dan
seizin Penggugat telah mendaftarkan merek BONCAFE LOGO yang
telah terdaftar dalam Daftar Umum Merek Direktorat HAM dengan
No. 445024 tanggal 24 April 2000;
3. Penggugat sangat keberatan atas pendaftaran merek oleh Tergugat
karena semata-mata hanya merupakan tiruan belaka dari nama
perusahaan/badan hukum BONCAFE & LOGO.

09 PK/N/2004 Kaidah Hukum


Dari bukti PK 3 (kesejahteraan bersama antara Debitur dengan Kreditur),
dan bukti PK 5d (kuitansi pelunasan pembayaran oleh Debitur kepada
Kreditur) yang baru ditemukan oleh Debitur pada tanggal 10 Februari
2004, sehingga Kreditur tidak lagi menjadi Kreditur dari Debitur. Dengan
demikian syarat sekurang-kurangnya mempunyai dua kreditur dari
debitur sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) UUK tidak
terbukti dan dalam hal ini diketahui pada tahap pemeriksaan kasasi
maka putusan kasasi akan berbeda.

Pokok Perkara
1. Antara Pemohon dengan Termohon telah sepakat mengadakan
perjanjian untuk jual beli sebuah rumah susun dengan Pemohon
telah memenuhi kewajiban dengan memberikan uang cicilan hingga
sebesar USD 12.902,24;
2. Pada kenyataannya Termohon sampai saat ini belum juga dapat
menyelesaikan atau membangun RS BH Graha Kuningan tanpa
alasan yang jelas. Sebagaimana ketentuan dari surat perjanjian
tersebut, apabila Termohon terlambat untuk melakukan serah
terima, maka Termohon dikenakan denda;
3. Pemohon telah membawa permasalahan ini melalui BANI tapi sia-
sia.
4. Selain mempunyai utang dengan Pemohon, Termohon juga
mempunyai utang pada PT Transpacific Mutual Cipta.

011 PK/N/2004 Kaidah Hukum


Walaupun pemohon pailit adalah penerima Fiducia sebagai kreditur, ia
dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit ke Pengadilan Niaga
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat TANPA harus melaksanakan
haknya atas jaminan Fiducia tersebut, sehingga putusan yang
dimohonkan PK harus DIBATALKAN dan MA akan mengadili kembali
dengan pertimbangan:
1. Bahwa bukti yang diajukan oleh Pemohon Pailit TIDAK DIBANTAH
oleh Termohon Pailit;
2. Termohon Pailit mempunyai hutang lebih dari 2 (dua) kreditur;
3. Termohon Pailit mempunyai hutang yang telah jelas waktu dan
dapat ditagih.

Pokok Perkara
1. Pemohon Pailit adalah suatu badan hukum yang mengalami
pergantian nama dari NICHIMEN COPORATION menjadi SOJITZ
CORPORATION setelah melakukan merger dengan Nisho Iwai
Corporation;
2. Pada tahun 2001 Pemohon Pailit sebagai penjual telah mengadakan
perjanjian jual beli sejumlah mesin tenun dan persiapan filamen
polyster beserta aksesorisnya berdasarkan perjanjian jual beli No.
MT.2587 tanggal 20 Februari 2001 dengan Termohon Pailit;
3. Termohon Pailit juga telah menyetujui dan menegaskan adanya
kewajiban dalam bentuk pengakuan hutang terhadap Pemohon
Pailit, termasuk juga memberikan jaminan-jaminan dalam rangka
memberikan kapasitas pelunasan seluruh kewajiban tersebut.
Ternyata, Termohon Pailit hanya mampu melakukan pembayaran
cicilan pertama dan kedua yang masing-masing telah jatuh tempo
dan dapat ditagih pada tanggal 26 Agustus 2002 dan 26 November
2002, terhadap cicilan ketiga yang jelas jatuh tempo dan dapat
ditagih pada tanggal 26 Februari 2003, Termohon Pailit ternyata
tidak mampu melakukan pembayaran;
4. Karena adanya ketidakmampuan dan merasa kesulitan untuk
membayar hutang-hutang tersebut, Termohon Pailit telah
mengajukan permohonan kepada Pemohon untuk melakukan
penjadwalan ulang (reschedule) atas hutang-hutang yang harus
dibayar kepada Pemohon Pailit;
5. Meskipun dengan niat baik dari Pemohon Pailit untuk melakukan
penjadwalan utang kembali, Termohon Pailit hanya mampu
melakukan pembayaran sampai pada cicilan yang ketujuh dan
selanjutnya Termohon Pailit juga telah gagal dan tidak mampu
melakukan pembayaran dari mulai cicilan ke delapan yang telah
jelas jatuh tempo pada tanggal 26 Februari 2004.

45 PK/Pid/Ham. Kaidah Hukum


Ad.Hoc/2004 Terpidana/Pemohon PK dalam permohonannya mengajukan bukti baru
(novum) berupa putusan Mahkamah Agung RI yang berkekuatan hukum
tetap bahwa Bupati Kovalima dan Bupati Liquisa serta Panglima PPI
sebagai bawahan Gubernur (Terpidana) dinyatakan “tidak terbukti”
melakukan tindak pidana pelanggaran HAM berat ex Pasal 42 UU No. 26
Tahun 2000.

Pokok Perkara
Terdakwa/Pemohon PK telah didakwa oleh JPU seperti dalam dakwaan:
“bertanggung jawab terhadap pelanggaran HAM BERAT yang dilakukan
oleh bawahannya” dimana disebutkan secara eksplisit, yang
dimaksudkan sebagai “bawahan Terpidana” dalam perkara ini adalah :
1. Drs. Herman Sedyono; Bupati KDH TK.II Kovalima.
2. Leonita Martinus; Bupati KDH TK.II Liquisa.
3. Enrico Gutteres; Wakil panglima Pasuka PPI
dan ketiganya sebagai saksi dan terpidana.

03 PK/Mil/2005 Kaidah Hukum


Alasan peninjauan kembali dapat dibenarkan karena terdapat kekhilafan
yang nyata dari judex facti dengan pertimbangan bahwa ternyata
Terdakwa tidak pernah meninggalkan dinas sebagaimana yang
didakwakan Oditur Militer, Terdakwa sekarang bertugas di Korem
031/WB Batam dan tidak pernah ditugaskan di Korem 023/KS Sibolga
seperti dalam dakwaan, sehingga Mahkamah Militer I-02 Medan tidak
berwenang mengadili Terdakwa. Berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tersebut, Mahkamah Agung mengadili kembali perkara
tersebut dengan memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan,
kedudukan, dan harkat serta martabatnya (rehabilitasi).

Pokok Perkara
Terdakwa/Pemohon PK sejak tanggal 1 Oktober 1999 telah
meninggalkan Kesatuan Korem 023/KS tanpa ada izin sah Dansat, dan
belum ada kembali yang disebabkan karena faktor ekonomi dan jauh
dari keluarga. Selama meninggalkan Kesatuan Korem 023/KS tanpa izin
sah Dansat, Terdakwa tidak pernah berusaha melaporkan tentang
keberadaan dan kegiatannya kepada Kesatuan Korem 023/KS maupun
kepada Instansi terkait lainnya baik secara lisan maupun tertulis melalui
surat atau telepon. Pihak Kesatuan Korem 023/KS telah berusaha
melakukan pencarian namun Terdakwa tidak diketemukan.
Saat Terdakwa meninggalakn Kesatuan Korem 023/KS tanpa izin sah
Dansat Kesatuan Terdakwa Korem 023/KS tidak tergabung dalam
Formasi Militer begitu pula Terdakwa tidak sedang dipersiapkan dalam
tugas Operasi Militer maupun Ekspedisi Militer karena negara Republik
Indonesia dalam keadaan aman dan damai.

04 PK/N/2005 Kaidah Hukum


PT Palysindo (Pemohon PK) mengaku mempunyai kewajiban Unseconed
Communicial Paper lebih dari $ 400.000.000 (empat ratus juta dolar)
kepada para Kreditur, termasuk BPPN. Pengakuan ini menunjukkan
bahwa Pemohon PK mempunyai lebih dari dua kreditur salah satunya
adalah bukti F.C. Surat Bank Lippo 11 Oktober 2004 dan 23 November
2004.

Pokok Perkara
1. Pemohon adalah Kreditur dari Termohon berdasarkan transaksi
yang terjadi dengan dibelinya oleh Pemohon surat berharga berupa
3 (tiga) Surat Sanggup (Promissory Note) yang diterbitkan oleh
Termohon dengan pokok nominal masing-masing sebesar USD
1,000,000.00 (satu juta dolar Amerika Serikat). Dengan demikian,
telah jelas bahwa Pemohon adalah pemegang dan/atau pemilik
yang sah menurut hukum atas Surat Sanggup, maka secara hukum
Termohon telah berutang kepada Pemohon dengan total nominal
pokok sebesari USD 3,000,000.00 (tiga juta dolar Amerika Serikat),
yang mana masing-masing jumlah yang terhutang berdasarkan
masing-masing Surat Sanggup tersebut harus dibayar dilunasi secara
sekaligus dan seketika oleh Termohon kepada Pemohon selambat-
lambatnya pada tanggal jatuh tempo dari masing-masing Surat
Sanggup tersebut;
2. Lebih lanjut, Termohon telah mengakui dan mengonfirmasikan
berutang kepada Pemohon sebagaimana diakuinya dan
dikonfirmasikan dalam Surat Termohon yang ditujukan kepada
Kuasa Hukum Pemohon.
011 PK/N/2005 Kaidah Hukum
Bahwa berdasarkan bukti P-3 yang diajukan oleh Pemohon dihubungkan
dengan bukti PK-1 (Perjanjian Pengalihan Piutang, akta Notaris tanggal
25 Februari 2004) yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan
Kembali/Termohon I, terbukti bahwa Termohon II telah mengalihkan
piutangnya (cessie) kepada Termohon I. Dengan beralihnya piutang
tersebut, maka sesuai dengan Pasal 16 UU No. 4 Tahun 1996, Termohon
I merupakan kreditor pemegang hak tanggungan yang baru, dan hal
inipun telah diketahui dan ditindaklanjuti oleh Pemohon dengan
mengundang Termohon I untuk hadir dalam rapat kreditur. Oleh karena
pengalihan piutang Termohon II kepada Termohon I setelah lampaunya
tenggang waktu 2 bulan setelah ini maka Termohon I tidak dapat lagi
melaksanakan hak tanggungannya dan sesuai dengan Pasal 59 ayat (2)
UU No. 37 Tahun 2004 tuntutan Pemohon harus dikabulkan.

Pokok Perkara
1. PT Asep Abadi Coconut Oil Industry Company dan PT Hasil Karsa
Perdana (selanjutnya disebut debitur pailit) telah dinyatkan pailit
berdasarkan keputusan Majelis Hakim Niaga pada Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat No. 14/PKPU/1999/PN.NIAGA.JKT.PST tanggal 3
Agustus 2000 dan Pemohon diangkat selaku Kurator debitur pailit;
2. Termohon II dalam proses verifikasi di Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat bersama dengan para kreditur lainnya telah mengajukan
tagihan kepada Pemohon dan berdasarkan Daftar Piutang Para
Kreditur PT Asep Abadi Coconut Oil Industry Company dan PT Hasil
Karsa Perdana yang diakui tanggal 19 Maret 2001 yang
ditandatangani oleh Hakim Pengawas Ny. CH. Kristipurnami Wulan,
S.H., dan Kurator, Tafrizal Hasan Gewang, S.H., status dan jumlah
tagihan Termohon II telah diakui selaku kreditur yang mempunyai
hak istimewa (kreditur separatis);
3. Sesuai surat Termohon II yang ditujukan kepada Ketua PTUN di
Jakarta, maka menurut hukum kewenangan menjual asset berada
dan dimiliki oleh Kurator;
4. Termohon II dengan suratnya yang ditujukan kepada Pemohon
menjelaskan tentang adanya pengalihan piutang debitur pailit pada
hari Rabu, 30 Juni 2004 dan Termohon I dengan kuasa hukumnya
hadir dalam rapat kreditur tersebut;
5. Pada kenyataannya, Termohon I secara melanggar hukum telah
mengajukan permohonan eksekusi atas Sertifikat HUB No.
33/Jatinegara tanggal 11 Desember 1981, tertulis atas nama PT
Asep Abadi Coconut Oil Industry Company dan SHGB No.
2092/Tambora tertulis atas nama Hendro Tjokrosetio dan debitur
pailit telah dipanggil untuk annmaning, dan hal mana melanggar
prinsip dasar UU Kepailitan disamping juga hak untuk menjual dan
pemegang hak tanggungan telah lewat.

012 PK/N/HAKI/ Kaidah Hukum


2005 Bahwa Penggugat I secara faktuil didirikan oleh sekolah Cipta Era
Sejahtera pada tahun 1929 selaku pencipta logo sengketa yang
pendirinya diambil dari mantan pengurus sekolah, mantan kepada
sekolah guru ataupun alumni sekolah Cipta Era Sejahtera dan kepada
Penggugat I diberikan hak dan izin oleh pendirinya in casu sekolah Cipta
Era Sejahtera selaku pencipta logo untuk memakai logo sengketa secara
sah sejak berdirinya sampai sekarang dan seterusnya setelah sekolah
Cipta Era Sejahtera dinyatakan ditutup pada tahun 1966. Perbuatan
mana harus dianggap sebagai wujud pengalihan hak cipta atas logo
sengketa yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (2) huruf e UU No. 19 Tahun
2002 dalam melanjutkan pemakaian logo tersebut sebagai pemegang
hak atas logo sengketa sebagaimana dimaksud Pasal 1 butir 4 UU No. 19
Tahun 2002, terutama setelah sekolah Cipta Era Sejahtera tersebut tidak
aktif lagi, oleh karenanya Penggugat I menurut hukum mempunyai
kapasitas sebagai Penggugat yang dapat mengajukan gugatan
pembatalan pendaftaran ciptaan terhadap Penggugat.

Pokok Perkara
1. Pada tahun 1916 di Semarang telah berdiri sekolah menengah
umum yang dieri nama Hwa Ing Tiong Hak (bahasa dialek Hokkian),
atau Hua Ying Zhong Xue (bahasa nasional Mandarin) atau Chinese
English School (bahasa Inggris) disingkat C.E.S. Sejak tahun 1920,
sekolah tersebut memiliki lambang sekolah atau simbol ataupun
logo yang terwujud dalam bentuk bendera sekolah, dipasang di
papan nama sekolah, surat-surat resmi yang dikeluarkan oleh pihak
sekolah/yayasan sekolah (sebagai kop surat), insigne (embleem)
atau badge yang harus dipasang oleh semua guru, murid-murid dan
pegawai sekolah setiap hari, sehingga merupakan ciri atau identitas
sekolah setiap hari secara luas. Dengan demikian
lambang/simbol/logo sekolah tersebut telah tercipta oleh kepala
sekolah dan ciptaan tersebut telah menjadi milik C.E.S. Di negara
Asia dan Asia Tenggara banyak berdiri ikatan alumni Hua Ying atau
alumni C.E.S., dengan demikian ikatan alumni ini merupakan suatu
perkumpulan, ikatan atau yayasan yang berjumlah banyak dan
tersebar di semua negara, dimana masing-masing tetap
mempergunakan lambang atau logo sekolah;
2. Sekolah tersebut sempat berhenti kegiatannya antara tahun 1942-
1945, kemudian kembali meneruskan kegiatannya pada tahun 1951,
dan akhirnya ditutup pada tahun 1966 karena alasan politis.
3. Penggugat I (Yayasan Hwa Ing Fonds) yang berdiri sejak tanggal 19
Desember 1929 adalah sebuah yayasan yang didirikan oleh C.E.S.
dan oleh para alumni sekolah tersebut. Pengurus yayasan tersebut
senantiasa terdiri dari para pengurus/mantan pengurus sekolah,
kepala/mantan kepala sekolah, guru maupun alumni siswa sekolah
tersebut;
4. Penggugat II (Yayasan Cipta Era Sejahtera) berdiri sejak tanggal 15
Maret 1995 dan dalam kegiatannya selalu memakai
lambang/simbol/ logo seperti yang dipakai oleh sekolah C.E.S.;
5. Ternyata Tergugat (Benny Salim) mengaku sebagai pencipta, dimana
gambar ciptaannya tersebut seluruhnya sama (presisi) dengan
logo/lambang sekolah C.E.S. Tergugat mengaku memegang surat
pendaftaran ciptaan yang dikeluarkan oleh Dirjen HAKI dengan
nomor pendaftaran 021236 tanggal 11 Januari 2001.

010 PK/N/2007 Kaidah Hukum


Dari novum terbukti bahwa utang Pemohon PK kepada Termohon PK
maupun kepada para kreditur lain belum jatuh waktu dan belum dapat
ditagih, sehingga belum terpenuhi ketentuan Pasal 2 ayat (1) UU No. 37
Tahun 2004 tentang syarat untuk menyatakan Pemohon PK Pailit.

Pokok Perkara
Pemohon PK telah memohon agar Termohon PK dinyatakan pailit
dengan segala akibat hukumnya. Atas permohonan tersebut, PN Jakarta
Pusat telah menjatuhkan putusan mengabulkan permohonan Pemohon
untuk seluruhny6a dan menyatkaan Termohon pailit dengan segala
akibat hukumnya. Ternyata kemudian di antara para debitur pailit dan
para krediturnya telah terjadi perdamaian dan Pengadilan Niaga
mengambil putusan yang amarnya menyatakan sah perdamaian yang
dilakukan antara debitur PT Beruang Mas Perkasa dengan 7 dari 9
krediturnya. Akan tetapi salah satu kreditur separatisnya, PT Bank
Mayora, kemudian mengajukan kasasi, dan terhadap permohonan
tersebut MA mengambil keputusan mengabulkan permohonan kasasi
dari PT Bank Mayora, membatalkan putusan Pengadilan Niaga, dan
menolak Pengesahan Perjanjian Perdamaian (homologasi) yang
dilakukan antara PT Beruang Mas Perkasa dengan 7 krediturnya.

Terhadap putusan kasasi tersebut Termohon Pailit mengajukan


permohonan PK dengan alasan ditemukan novum.

010 Kaidah Hukum


PK/N/HAKI/200 Dalam kasus Paten Proses, yang melarang pihak lain menggunakan
7 proses produksi yang diberi Paten tersebut tanpa persetujuan Pemilik
(termasuk metode atau penggunaan dari proses tersebut), Penggugat
(pemilik Paten Proses) harus menjelaskan secara rinci pada bagian-
bagian proses mana yang dilanggar oleh Tergugat, apakah pada proses
pembuatan isi, kandungan atau formula, ataukan pada bagian proses
penggunaannya, agar supaya dapat diperjelas ada tidaknya perbedaan
antara paten Penggugat dan herbisida milik Tergugat yang telah
memperoleh izin dari Departemen Pertanian Republik Indonesia. Karena
hal tersebut tidak diperjelas oleh Penggugat dalam gugatannya, maka
sudah tepat Judex Facti menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat
diterima (niet ontvankelijk verklaard).

Pokok Perkara
1. Penggugat telah menghasilkan dan menjual produk berupa
herbisida berbahan aktif metil metsulfuron yang penggunaannya
untuk pengendalian gulma yang tak diinginkan pada tanaman
perkebunan. Produk tersebut telah memperoleh perlindungan hak
atas paten di Indonesia, juga izin pemasaran;
2. Ternyata herbisida berbahan aktif metil metsulfuron telah
digunakan dan dijual oleh Tergugat di perkebunan-perkebunan di
wilayah Indonesia untuk diaplikasikan pada tanaman kelapa sawit
dalam jumlah penjualan yang besar, tanpa izin dan sepengetahuan
Penggugat, atau lisensi dari Penggugat;
3. Tindakan Tergugat berdampak negatif pada tingkat penjualan
produk Penggugat sehingga mengakibatkan kerugian bagi
Penggugat, yaitu hilangnya pendapatan dan rusaknya nama baik
serta reputasi Penggugat sebagai perusahaan yang memiliki reputasi
internasional, sehingga Penggugat mengajukan gugatan ganti rugi
materiil dan immateriil.
018 Kaidah Hukum
PK/Pdt.Sus/200 Berdasarkan Pasal 41 UU No. 37 Tahun 2004, jual beli antara Debitur
7 Pailit dan Tergugat I tak bisa dibatalkan karena dilakukan sebelum
Debitu Pailit dinyatakan pailit. Lagipula, Penggugat tidak dapat
membuktikan bahwa baik Debitur Pailit maupun pihak dengan siapa jual
beli tersebut dilakukan (Tergugat I) dan para Tergugat II dan III
mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa jual beli tersebut akan
merugikan Kreditur.

Pokok Perkara
Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang telah
menjatuhkan putusan penyataan pailit terhadap Soeharsono; untuk itu
pengadilan tersebut telah menunjuk Penggugat/Pemohon PK sebagai
Kurator. Sesuai dengan kewenangan Penggugat selaku Kurator, maka
untuk kepentingan harta pailit, Penggugat mengajukan pembatalan
terhadap perjanjian jual beli yang dilakukan oleh Tergugat I dengan
Debitur Pailit. Adapun barang yang dijualbelikan adalah sebidang tanah
dan bangunan yang berdiri di atasnya. Jual beli dilakukan sebelum satu
tahun dari putusan pailit Pengadilan Niaga pada PN Semarang.

Menurut harga pasaran umum, obyek sengketa tersebut berharga Rp.


5.500.000.000,- tetapi dalam perjanjian hanyalah ditetapkan sebesar Rp.
1.355.000.000,- sehingga apa yang dilakukan Tergugat I merupakan
perbuatan yang sangat licik dan penuh dengan rekayasa agar bisa
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperdulikan
pihak lain sehingga sangat merugikan para Kreditur.

34 PK/PID.HAM. Kaidah Hukum


ADHOC/2007 1. Pertikaian, bentrokan atau huru-hara yang terjadi secara spontan
tanpa perencanaan yang terinci tidak memenuhi unsur kebijakan
organisasi untuk melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan
secara meluas dan sistematik.
2. Orang atau kelompok yang terlibat atau ikut serta dalam pertikaian,
bentrokan, atau huru-hara tidak dapat dikategorikan sebagai
“penduduk sipil”
3. Tanggung jawab pidana seorang atasan sipil terhadap perbuatan
bawahannya yang melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan
(omisi) harus didasarkan pada adanya otoritas de jure atau de facto,
yang mempunyai rantai hirarki pimpinan (chain of command) yang
benar-benar efektif (seperti hirarki dalam organisasi kemiliteran).
Pokok Perkara
Pada tanggal 17 April 1999 dilaksanakan Apel Akbar Peresmian PAM
Swakarsa di depan halaman kantor Gubernur Timor-Timur. Setelah
mendengar pidato dari Terdakwa/Pemohon PK, massa menyerang
rumah Manuel Viegas Carrascalao yang saat itu sedang dihuni oleh 136
orang pengungsi dan membunuh 12 orang di antara mereka. Terdakwa
didakwa tidak mengambil tindakan yang layak dan diperlukan, yaitu
mencegah atau menghentikan bawahannya tersebut agar tidak
melakukan atau menghentikan penyerangan dan pembunuhan terhadap
massa yang ada di rumah Manuel Viegas Carrascalao tersebut atau
Terdakwa tidak menyerahkan pelakunya kepada pejabat yang
berwenang.

634 Kaidah Hukum


PK/Pdt/2007 Peradilan Umum (Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah
Agung) tidak berwenang untuk memeriksa dan mengadili sengketa
perburuhan antara Penggugat dan para Tergugat; sengketa perburuhan
merupakan wewenang Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan
Daerah (P4D) dan Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat
(P4P). P4D, P4P serta Pengadilan Tinggi TUN telah memutus sengketa
tersebut; jadi, gugatan Penggugat ini bertujuan untuk mengaburkan
kepastian hukum, sehingga harus ditolak.

Pokok Perkara
Tergugat II/Pemohon PK digugat oleh Penggugat, yaitu seorang staf guru
pada yayasan sekolah Tergugat II dengan alasan bahwa Tergugat I, yaitu
kepala sekolah pada yayasan sekolah Tergugat II mem-PHK Penggugat.
Menurut Penggugat, PHK tersebut dilakukan secara sepihak sebelum ada
izin dari Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip UU Perburuhan yang berlaku, dan merupakan
perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad) yang sangat
merugikan Penggugat secara materiil dan immateriil.

183 Kaidah Hukum


PK/PID/2010 Putusan Peninjauan Kembali perkara No. 803 PK/Pdt/2008 yang
membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat No.
532/Pdt/2004/PT.Bdg dan Putusan Mahkamah Agung No. 1433
K/Pdt/2005 merupakan novum, karena belum pernah terungkap dalam
pemeriksaan perkara pidana terdakwa Ny. Nyayu Saodah BA, baik waktu
pemeriksaan di Peradilan tingkat pertama, tingkat kasasi maupun
Peninjauan Kembali. Juga putusan Peninjauan Kembali dalam perkara
pidana No. 41 PK/Pid/2009 mengabulkan Peninjauan Kembali Jaksa
Penuntut Umum yang semata-mata berdasarkan putusan Pengadilan
Tinggi Jawa Barat No. 532/Pdt/2004/PT.Bdg dan putusan Mahkamah
Agung No. 1434 K/Pdt/2005.

Pokok Perkara
Terdakwa/Pemohon PK telah membuat surat hibah palsu atau yang
dipalsukan seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan tertanggal 03
Djuli 1960 sebagai bukti hak pemilikan atas tanah dan bangunan Jalan
Otto Iskandardinata No. 11a, Kota Bandung dengan maksud
dipergunakan Terdakwa dalam gugatan perdata No.
74/Pdt.G/2004/PN.Bdg.

165 Kaidah Hukum


PK/Pdt.Sus/201 Merek IKEA milik Penggugat tidak mempunyai persamaan pada
2 pokoknya dengan merek IKEA milik Tergugat.

Pokok Perkara
Penggugat/Termohon PK merupakan top brand dunia di bidang produksi
peralatan dan perlengkapan rumah tangga dan keperluan kantor
mengetahui adanya merk Ikema terdaftar dalam daftar umum merek di
kantor Tergugat II atas nama/milik Tergugat I/Pemohon PK dengan dasar
Pasal 6 ayat (1) UU Merek yaitu apakah produk barang merek Ikema
dengan merek Ikea itu mempunyai persamaan pada keseluruhan
ataukan mempunyai persamaan pokoknya untuk barang sejenis atau
tidak.

56 PK/Pdt.Sus/ Kaidah Hukum


2011 Putusan Banding Arbitrase yang diputus oleh Mahkamah Agung adalah
final dan mengikat dan tidak dapat diajukan peninjauan kembali.

Pokok Perkara

13/B/PK/PJK/ Kaidah Hukum


2013 Ketentuan yang ada didalam Kontrak Karya merupakan Lex Specialis dari
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pokok Perkara
PT Newmont Nusa Tenggara keberatan dengan ketetapan pajak yang
dikeluarkan oleh Pemda NTB terkait Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor Jenis Alat-Alat Berat dan Besar. Pajak
tersebut tidak diatur dalam KK, tetapi diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang lahir setelah adanya KK.

403 PK/Pdt/ Kaidah Hukum


2015 Apabila jual beli tanah dilakukan dihadapan PPAT dan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, atau membeli melalui kantor lelang negara,
pembeli tanah merupakan pembeli yang beritikad baik.

Pokok Perkara

Anda mungkin juga menyukai