Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PUTUSAN

Disusun Oleh :

Sephia Erliyani
( 2008016002 )

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Kronologi
Bahwa, berawal pada sekitar bulan Januari Tahun 1996 antara Penggugat dan
Tergugat melakukan kesepakatan jual beli dibawah tangan sebidang tanah dan bangunan
seluas 100 M2 (seratus meter persegi) yang terletak di Wilayah Kelurahan Cigereleng,
Kecamatan Regol, Kota Bandung, Jawa Barat berdasarkan Sertipikat Hak Milik (SHM)
Nomor : 609/Tahun 1983, Gambar Situasi No. 7830/Tahun 1983 dengan pemegang hak
terakhir atas nama HERMAN alias (Tan Han Tiam) selaku Tergugat. Bahwa, dalam
proses jual beli tanah dan bangunan tersebut diatas, antara Penggugat dan Tergugat telah
sepakat dan dibayar secara tunai dengan nilai transaksi sebesar Rp. 40.000.000,- (empat
puluh juta rupiah) dengan bukti adanya laporan kehilangan atas kwitansi jual beli dari
Polrestabes Bandung. Bahwa, setelah adanya pembayaran tanah dan bangunan tersebut,
Tergugat telah menyerahkan kepada Penggugat yaitu berupa Sertifikat Hak Milik (SHM)
Nomor : 609/Tahun 1983, Gambar Situasi No. 7830/Tahun 1983 yang terletak di
Wilayah Kelurahan Cigereleng, Kecamatan Regol, Kota Bandung, Jawa Barat.
Bahwa, walaupun Penggugat secara fisik telah menguasai diatas tanah dan
bangunan tersebut sesuai dengan Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor: 609 Tahun 1983,
Gambar Situasi No.7830/Tahun 1983 yang terletak di Wilayah Kelurahan Cigereleng,
Kecamatan Regol, Kota Bandung, Jawa Barat, akan tetapi Penggugat belum memiliki
landasan hukum dan/atau administrasi. kepemilikan atas tanah dan bangunan yang dijual
oleh Tergugat kepada. Penggugat tersebut masih terdaftar atas nama Tergugat. Bahwa,
selanjutnya untuk pembuatan Akta Jual Beli sebagai suatu bukti otentik dalam
kepemilikan dan/ atau pengalihan hak milik dari Tergugat selaku penjual dengan
Penggugat selaku pembeli, maka Penggugat melanjutkan proses dengan perpindahan
kepemilikan secara administrative dengan membuat Akta Jual Beli atas tanah dan
bangunan tersebut.
Bahwa namun, setelah pelaksanaan jual beli antara Penggugat selaku Pembeli
dengan Tergugat selaku Penjual, yang Penggugat mengalami kendala saat melakukan
proses balik nama Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor : 609/Tahun 1983, Gambar Situasi
No. 7830/Tahun 1983 atas nama HERMAN alias (Tan Han Tiam) selaku Tergugat
menjadi atas nama Penggugat, dikarenakan Tergugat tidak diketahui lagi keberadaannya
untuk membuat Akta Jual Beli ke pejabat yang berwenang dalam hal ini Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PPAT), atas jual beli dengan Objek Jual Beli sebidang Tanah dan Bangunan
seluas 100 M2 (seratus meter persegi) yang terletak di Wilayah Kelurahan Cigereleng,
Kecamatan Regol, Kota Bandung, Jawa Barat.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis Hukum

Untuk menganalisi kasus ini kita lihat terlebih dahulu akan dipertimbangkan
apakah jual beli tanah dan bangunan yang dimaksud oleh Penggugat tersebut telah sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata tersebut, berdasarkan
dengan ketentuan yang diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata, suatu perikatan perjanjian
dinyatakan sah apabila telah memenuhi 4 syarat yaitu :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya


2. Cakap untuk membuat suatu kesepakatan
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
Berdasarkan bukti yang dibawa oleh penggugat yaitu Kwitansi tanggal 30 Januari
1996, Sdr. Tommy Mossembekker telah menyerahkan uang sejumlah Rp. 40.000.000,-
kepada Sdr. Herman (Tergugat) dan Tergugat sudah menerima uang tersebut dengan
tujuan untuk pembayaran pembelian sebidang tanah dan bangunan rumah yang terletak di
Jalan Sri Bentang No. 526 Bandung, seluas 100 m2, bahwa sebagaimana telah diberitahu
oleh Penggugat, bahwa jual beli atas tanah dan bangunan rumah Jalan Sri Bentang No.
526 seluas 100 m2 yang dikenal dengan SHM No. 609/Cigereleng tersebut belum
dituangkan dalam suatu Akta yang dibuat dan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT).
Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UUPA No. 5 Tahun 1960 Jo PP No.
24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, karena Tergugat setelah terjadi jual beli dan
menyerahkan tanah dan bangunan tersebut beserta SHM No. 609/Cigereleng tersebut
kepada Penggugat, sudah pindah rumah dan tidak diketahui dimana tempat tinggalnya
walaupun Penggugat sudah berusaha untuk mencarinya, sehingga jual beli tanah dan
rumah tersebut tidak dapat dibuatkan Akta Jual Belinya, sehingga Penggugat melalui
gugatan Aquo menuntut supaya Penggugat diberi izin atau kuasa bertindak untuk dan atas
nama Tergugat selaku penjual sekaligus Penggugat selaku pembeli untuk menghadap
PPAT di Bandung guna menandatangani Akta Jual Beli atas tanah dan bangunan rumah
yang terletak di Jalan Sri Bentang No. 526 seluas 100 m2 yang dikenal dengan SHM No.
609/Cigereleng, Gambar Situasi No. 7830/1983 tercatat atas nama Tergugat tersebut dan
berdasarkan Akta Jual Beli tersebut Penggugat dapat mengurus kepada Turut Tergugat
(BPN Kota Bandung) untuk mendaftarkan peralihan hak atas SHM No. 609/Cigereleng
Tahun 1983 tersebut dari atas nama Tergugat ke atas nama Penggugat.
Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam pasal 19 UU No. 5 Tahun 1960 tentang
UUPA, telah menentukan untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah
mengadakan Pendaftaran Tanah di seluruh wilayah RI. Pendaftaran Tanah tersebut antara
lain meliputi pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak atas tanah tersebut,
bahwa ketentuan tentang pendaftaran tanah sebagaimana diatur dalam pasal 19 UUPA
tersebut telah diatur lebih lanjut dalam PP No. 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah,
dimana menurut pasal 37 ayat (1) menentukan peralihan hak atas tanah dan hak milik atas
satuan rumah susun, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika
dibuktikan dengan Akta yang dibuat oleh PPAT. lebih lanjut menurut pasal 30 ayat (1)
diatur bahwa pembuatan Akta dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) dihadiri oleh para pihak
yang melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan dan disaksikan sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang saksi.
Berdasarkan pemaparan ketentuan-ketentuan diatas dapat kita analisi bahwa
penggugat telah membeli tanah tersebut yang mana berdasarkan kententuan jual beli
tersebut telah sah dan terbukti bahwa penggugat merupakan pembeli dengan itikad
baik,namun dalam hal kepemilikan tanah tersebut belum sepenuhnya menjadi milik
penggugat karena tidak memiliki lamdasan hukum, dan belum memiliki akta yang mana
merupakan salah satu bukti terkuat kepemilikan. Oleh karena itu penggugat mengajukan
hak atas akta karena dalam kepengurusannya tergugat melepas tangan dan tidak diketahui
dimana keberadaannya, pada putusan pengadilan kali ini hakim memutuskan bahwa
penggugat telah menjadi pemilik sah atas obyek tanah tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan kasus dan analisa saya diatas dapat disimpulkan bahwa Examina
Mossembekker Unggu telah memiliki hak kepemilikan sah atas obyek tanah yang
dipermasalahkan yang dimana dalam jual beli telah terbukti sebagai pembeli dengan
itikad baik. Oleh karena itu dalam melaksanakan jual beli kita harus lebih berhati-hati
karena masih ada beberapa oknum-oknum yang masih belum bertanggung jawab dalam
tugasnya. Dan dalam kasus seperti Examina Mossembekker Unggu memang lebih baik
untuk segara mengurus dan mengajukan kepada pengadilan.

DAFTAR PUSTAKA

https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/index/pengadilan/pn-
bandung/kategori/tanah-1.html. diakses pada tanggal 8 Desember 2021, 19:26.

Anda mungkin juga menyukai