TUGAS 3
Dengan tunai dimaksudkan bahwa perbuatan pemindahan hak dan pembayaran harganya
dilakukan secara serentak. Oleh karena itu, maka tunai mungkin berarti bahwa harga
tanah dibayar secara kontan, atau baru dibayar sebagian (tunai yang dianggap tunai).
Dalam hal pembeli tidak membayar sisanya, maka penjual tidak dapat menuntut atas
dasar terjadinya jual beli tanah, akan tetapi atas dasar hukum hutang piutang.
“Jadi keterngan tersebut sekan-akan harus diikuti pula semacam “levering”, sebelum hak
milik tersebut berpindah”. Pertimbangan dari Mahkamah Agung adalah, bahwa dengan
surat Notaris dan surat di bawah tangan serta yang disimpan pada Notaris yang
dimaksudkan dalam putusan judex facti, walaupun didalamnya disebutkan bahwa fihak-
fihak yang bersangkutan menerangkan menjual belikan tanahnya, namun belum lagi dapat
diterima bahwa sebenarnya telah terjadi pemindahan atau penyerahan hak milik oleh
yang dinamakan penjual kepada yang dinamakan pembeli.”
Biasanya, pada jual lepas, maka calon pembeli akan memberikan suatu tanda pengikat
yang lazim disebut “panjer”. Akan tetapi didalam kenyataannya “panjer” tersebut yang
merupakan tanda jadi, tidak terlalu mengikat, walaupun ada akibatnya bagi calon pembeli
yang tidak jadi melaksanakan pembelian tanah dikemudian hari (artinya “panjer” nya
menjadi miliki calon penjual).
b. Jual gadai
Jual gadai merupakan suatu perbuatan pemindahan hak atas tanah kepada fihak lain
(yakni pribadi kodrat) yang dilakukan secara terang dan tunai sedemikian rupa sehingga
fihak yang melakukan pemindahan dan mempunyai hak untuk menebus kembali tanah
tersebut. Dengan demikian, maka pemindahan hak atas tanah pada jual gadai bersifat
sementara, walaupun kadang-kadang tidak ada patokan tegas mengenai sifat sementara
waktu tersebut. Ada kecendrungan untuk membedakan antara gadai biasa dengan gadai
jangka waktu, dimana yang terakhir cenderung untuk memberikan semacam patokan
pada sifat sementara dari perpindahan hak atas tanah tersebut. Pada gadai biasa, maka
tanah dapat ditebus oleh penggadai setiap saat. Pembatasannya adalah satu tahun panen,
atau apabila di atas tanah masih terdapat tumbuh-tumbuhan yang belum dipetik hasil-
hasilnya. Dalam hal ini, maka penerima gadai tidak berhak untuk menuntut,
agarpenggadai menebus tanahnya pada suatu waktu tertentu. Untuk melindungi
kepentingan penerima gadai, maka dia dapat melakukan paling sedikit dua tindakan, yakni
:
menganak gadaikan (“onderverpanden”) dimana penerima gadai menggadaikan tanah
tersebut kepada fihak ketiga. Dalam hal ini terjadi dua hubungan gadai, yakni pertama
antara penggadai pertama dengan penerima gadai pertama, dan kedua antara penggadai
kedua (yang merupakan penerima gadai pertama) dengan fihak ketiga (sebagai penerima
gadai kedua).
Memindah gadaikan (“doorverpanden”), yakni suatu tindakan dimana penerima gadai
menggadaikan tanah kepada pihak ketiga, dan fihak ketiga tersebut menggantikan
kedudukan sebagai penerima gadai untuk selanjutnya berhubungan langsung dengan
penggadai. Dengan demikian, maka setelah terjadi pemindahan gadai, maka hanya
terdapat hubungan antara penggadai dengan penerima gadai yang baru.
Pada gadai jangka waktu, biasanya dibedakan antara gadai jangka waktu larang tebus
dengan gadai jangka waktu wajib tebus, adalah sebagai berikut :
Gadai jangka waktu larang tebus terjadi apabila antara penggadai dengan penerima gadai
ditentukan, bahwa untuk jangka waktu tertentu penggadai dilarang untuk menebus
tanahnya. Dengan demikian , maka apabila jangka waktu tersebut telah lalu, gadai ini
menjadi gadai biasa.
Gadai jangka waktu wajib tebus, yakni gadai dimana oleh penggadai dan penerima gadai
ditentukan, bahwa setelah jangka waktu tertentu, tanah harus ditebus oleh penggadai.
Apabila tanah tersebut tidak ditebus, maka hilanglah hak penggadai atas tanahnya,
sehingga terjadi jual lepas.
Jual tahunan :
Jual tahunan merupakan suatu perilaku hukum yang berisikan penyerahan hak atas
sebidang tanah tertentu kepada subyek hukum lain, dengan menerima sejumlah uang
tertentu dengan ketentuan bahwa sesudah jangka waktu tertentu, maka tanah tersebut
akan kembali dengan sendirinya tanpa melalui perilaku hukum tertentu. Dalam hal ini,
terjadi peralihan hak atas tanah yang bersifat sementara waktu. Menurut S.A. Hakim,
maka jual tahunan sebenarnya adalah sama dengan sewa tanah yang uang sewanya telah
dibayarkan terlebih dahulu. Apabila jangka waktu yang telah ditetapkan berakhir, maka
dengan sendirinya tanah itu akan kembali kepada pemeberi sewa.
d. Jual gengsur
Pada jual gengsur ini, maka walaupun telah terjadi pemindahan hak atas tanah kepada
pembeli, akan tetapi tanah masih tetap berada ditangan penjual. Artinya bekas penjual
masih tetap mempunyai hak pakai, yang bersumber pada ketentuan yang disepakati oleh
penjual dengan pembeli. Mengenai hal pemberian tanah, maka subyek hukum yang
melakukannya harus benar-benar menguasai dan memiliki tanah tersebut. Dengan
memberikan tanah tersebut, maka hak iliki atas tanah akan berpindah seketika itu juga. Di
Minahasa dan Sulawesi Selatan, misalnya, tanah pertanian mungkin diberikan sebagai
tanda pengangkatan anak, atau mungkin sebagai jujur, dan seterusnya. Tanah-tanah
tersebut kadang-kadang mempunyai nama yang menunjuk pada asalnya.
Pasal 1457 KUH Perdata Mengatur Tentang Jual Beli Tanah Hak Barat
HUKUM PERDATA
Pasal 1457 KUH Per mengatur bahwa yang diperjualbelikan dalam jual beli tanah adalah
hak yang sesuai dengan ketentuan hukum barat (tanah hak barat).
Pada zaman sekarang seseorang warga negara Indonesia rapat dengan relatif muda untuk
melakukan jual-beli tanah. Artinya adalah seseorang dapat membeli tanah milik orang lain
maupun menjual tanahnya kepada orang lain. Jual-beli tanah tersebut sudah dilindungi
oleh perundang-undangan di Republik Indonesia. Namun Apakah semua tanah dapat di
perjual belikan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut hendaknya kita merujuk pada kitab
undang-undang hukum perdata, khususnya adalah apa yang tercantum dalam pasal 1457.
Dalam pasal 1457 kitab undang-undang hukum perdata mengatur tentang jual beli tanah,
secara rinci pasal 1457 kitab undang-undang hukum perdata tersebut mengatur bahwa
yang diperjualbelikan dalam jual beli tanah tersebut adalah hak yang sesuai dengan
ketentuan hukum barat, atau yang lebih kita kenal sebagai tanah hak Barat. Adapun yang
termasuk sebagai Tanah hak Barat adalah diantaranya hak eigendom, hak Erfpacht, hak
opstal dan Barat lainnya.
Jadi dari sini dapat kita simpulkan bahwa tidak semua tanah dapat diperjual belikan
dengan bebas, karena yang dapat diperjual belikan dengan bebas adalah tanah-tanah yang
sesuai dengan ketentuan hukum barat saja.
Tanah yang merupakan objek tidak bergerak, memiliki proses jual beli yang lebih rumit
dibandingkan dengan jual beli objek lainnya. Dalam prosesnya, ada syarat yang harus
dipenuhi agar hak milik dapat berpindah nama. Selain itu, kamu juga harus teliti dengan
jenis tanah tersebut karena setiap tanah memiliki alur atau tata cara jual beli yang
berbeda. Jangan sampai nantinya ada sengketa.
Jual beli tanah memiliki dasar hukumnya sendiri dan harus dilakukan di hadapan pejabat
negara. Oleh karena itu ada tahapan-tahapan yang harus diikuti agar jual beli tanah sah di
mata hukum. Berikut ini ada syarat dan tata cara jual beli tanah beserta dengan
aturannya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998, PPAT disebut sebagai pejabat
umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan
hukum tertentu terkait hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.
Meski demikian, tak semua daerah memiliki PPAT. Untuk daerah-daerah yang belum
memiliki PPAT, camat dapat berperan sebagai PPAT sementara. Hal ini juga diatur dalam
PP No. 37 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “PPAT Sementara adalah pejabat
Pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan
membuat akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT.”
mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan
dengan mendaftar dalam buku khusus;
membukukan surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian
sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan;
melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;
memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta;
membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
membuat akta risalah lelang.
Syarat sah jual beli tanah menurut hukum perdata
Ini Tata Cara Jual Beli Tanah yang Sah di Mata Hukum
Ada 4 syarat yang dikemukakan oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1320
agar suatu persetujuan dikatakan sah, yaitu:
Dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) pasal 5, pengertian jual beli tanah yang sah
mengacu pada pengertian jual beli tanah menurut hukum adat. Di dalamnya terdapat dua
konsep utama, yaitu terang dan tunai.
Terang maksudnya pemindahan hak dilakukan di hadapan kepala adat, yang berperan
sebagai pejabat, dalam hal ini PPAT. Sedangkan tunai mengacu pada pemindahan hak
yang dilakukan secara serentak.
Mengutip tulisan dari Erza Putri yang berjudul Peran PPAT dalam Peralihan Hak atas
Tanah, ada dua syarat utama dalam jual beli tanah, yakni:
1. Syarat Materiil
2. Syarat Formil
Syarat formil berupa jual beli yang dilakukan di hadapan PPAT dan dipenuhi setelah syarat
materiil terpenuhi. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
Pembuatan akta dihadiri oleh pihak-pihak yang melakukan jual beli dan disertai oleh dua
orang saksi. Pihak yang berhalangan hadir diharuskan untuk mengirim perwakilan yang
ditunjukkan dengan pembuatan surat kuasa.
Akta asli dibuat dalam dua rangkap. Satu untuk PPAT dan sisanya diberikan kepada Kantor
Pertanahan untuk pendaftaran tanah.
Setelah ditandatangani, PPAT wajib menyerahkan akta beserta dokumen yang
bersangkutan ke Kantor Pertanahan paling lambat tujuh hari setelah penandatanganan.
Status tanah yang ideal untuk diperjualbelikan biasanya mengacu pada tiga hal, yakni free,
clean dan clear. Free maksudnya tanah bebas dari sengketa. Nama pemilik tertera di
sertifikat tanah yang asli. Clean berarti tanah sedang tidak digunakan untuk kegiatan
apapun, atau ditempati oleh orang lain yang tidak memiliki hak. Dan Clear merujuk pada
batasan-batasan tanah yang ada di lapangan sesuai dengan yang ada di sertifikat.
Langkah selanjutnya adalah mengecek keaslian sertifikat tanah. Pembeli dapat berinisiatif
untuk mengajak penjual mengecek keaslian sertifikatnya ke Badan Pertanahan Nasional.
BPN akan mengecek keaslian sertifikat berdasarkan peta pendaftaran, daftar tanah, surat
ukur dan buku tanah.
Langkah terakhir adalah membawa AJB ke pihak BPN. AJB perlu diserahkan ke BPN paling
lambat tujuh hari setelah penandatanganan. Berkas ini juga sudah disertai dengan surat
permohonan balik nama.Proses jual beli tanah akan selesai bila nama penjual dalam buku
tanah dan sertifikat sudah dicoret dengan tanda tangan dari kepala kantor pertanahan.
Adapun berkas-berkas yang perlu dibawa untuk permohonan balik nama, seperti sertifikat
hak atas tanah, bukti lunas BPHTB, dan bukti lunas PPh.
Ketika membeli salah satu kavling, pembeli tidak berurusan lagi dengan pengembang,
melainkan langsung ke Badan Pertanahan Nasional. Adapun tata cara yang perlu
diperhatikan ketika membeli tanah yang kavling, yaitu:
Pastinya yang menjadi hal utama dan terpenting adalah memastikan tanah kavling yang
akan dibeli sudah memiliki sertifikat. Tanyakan juga tentang status kepemilikan tanahnya
kepada penjual, apakah masih HGB (Hak Guna Bangunan) atau sudah SHM (Sertifikat Hak
Milik).
Apabila masih HGB, kamu patut bertanya kepada penjual atau pengembang terkait siapa
yang nantinya akan menanggung biaya perubahan hak menjadi SHM. Tanah kavling yang
berstatus SHM kedudukannya lebih kuat secara hukum, dan bisa dibeli secara kredit.
Selain mengecek kepemilikan sahnya, kamu juga harus memastikan jika sertifikat tanah
kavling yang dijual adalah sertifikat pecahan, bukan induknya. Mintalah penjual untuk
menunjukkan masing-masing salinan sertifikat tanah. Setelah itu, pastikan lokasi dan
nomor seri setiap sertifikat tidak sama. Jika sama, sertifikat tersebut kemungkinan adalah
sertifikat induk. Berhati-hatilah jika yang kamu temukan adalah sertifikat induk, karena
tanah tidak bisa dijual dengan sertifikat ini. Tanah baru dapat dijual jika menggunakan
sertifikat yang sudah dipecah.
Jika kamu kurang yakin dengan sertifikat yang ada, kamu dapat mengecek keabsahan
sertifikat penjual ke BPN atau kelurahan setempat. Jangan lupa untuk membawa
salinannya juga.
Langkah terakhir adalah bertanya ke bank, khususnya bank yang bekerja sama dengan
pengembang penjual tanah tersebut. Poin yang perlu ditanyakan adalah bisa tidaknya
tanah yang dimaksud dibeli secara KPR. Hal ini penting untuk menguji surat-surat tanah
yang dimaksud sudah lengkap dan resmi atau belum. Karena bank tidak akan memberikan
kredit untuk tanah yang statusnya ilegal atau belum resmi.
Ada dua cara dalam mengkonversi tanah adat menjadi tanah negara, yakni dengan cara
sistematis atau sporadik. Cara sistematis atau pemutihan dilakukan secara serentak di
suatu wilayah dan ditetapkan oleh menteri. Sedangkan cara sporadik adalah pendaftaran
inisiatif dari pemilik tanah adat.
Jika kamu ingin menjual tanah yang belum bersertifikat, maka kamu perlu
mendaftarkannya secara sporadik. Berikut persyaratanya yang perlu diperhatikan:
1. Surat permohonan dari pemilik tanah untuk melakukan pensertifikatan tanah miliknya.
3. Identitas pemilik tanah (pemohon) yang sudah dilegalisir oleh pejabat umum yang
berwenang (umumnya notaris).
Surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan peraturan swapraja yang
bersangkutan.
Sertifikat hal milik yang diterbitkan berdasarkan PMA No. 9/1959.
Surat keputusan pemberian hak milik dari pejabat yang berwenang, baik sesudah ataupun
sebelum berlakunya Undang Undang Pokok Agraria.
Petok pajak bumi/Landrete, girik, pipil, ketitir dan Verbonding Indonesia sebelum
berlakunya PP No. 10/1961.
Akta pemindahan hak yang dibuat di bawah tangan dan sudah dibubuhi tanda kesaksian
oleh Kepala Adat/Kepala Desa/kelurahan.
Akta ikrar wakaf/akta pengganti ikrar/wakaf yang disertai alasan hak yang diwakafkan.
Surat penunjukkan atau pembelian kavling tanah pengganti tanah yang diambil oleh
Pemerintah Daerah.
Risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang, yang tanahnya dibukukan
dengan disertai alasan hak yang dialihkan, atau
Surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi
dan Bangunan dan disertai alas hak yang dialihkan dan dilegalisir oleh Pejabat yang
berwenang, atau
Lain-lain berupa alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sesuai dengan yang
dimaksud dalam Pasal II, Pasal VL, dan Pasal VII ketentuan konversi Undang-Undang Pokok
Agraria, atau
Surat-surat bukti kepemilikan lainnya yang terbit dan berlaku sebelum berlakunya UUPA.
Sudah dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang, dalam hal ini Lurah setempat, atau
Bukti-bukti lainnya, jika tidak ada bukti kepemilikan, yang berupa: Surat Pernyataan
Penguasaan Fisik lebih dari 20 tahun secara terus menerus dan surat keterangan Kepala
Desa/Lurah yang disaksikan oleh 2 orang tetua adat/penduduk setempat.
5. Surat pernyataan telah memasang tanda batas.
7. Fotokopi SK Izin Lokasi dan surat keterangan lokasi (jika pemohon merupakan Badan
Hukum).
2. Dapat, setelah terjadinya jual beli yang sah antara Pak Alex dan Fathan, pak alex kemudian
dapat mengajukan pembuatan sertipikat baru melalui PPAT kepada BPN atas dasar jual beli.
Kemudian BPN dapat mengeluarkan sertipikat baru atas nama pak alex.