f. Rapat Permusyawaratan
Dalam hukum acara perdata tidak dikenal Rapat permusyawaratan. Dalam
hukum acara PTUN, ketentuan ini diatur pasal 62 UU PTUN.
g. Pemeriksaan Persiapan
Dalam hukum acara PTUN juga dikenal Pemeriksaan persiapan yang juga
tidak dikenal dalam hukum acara perdata. Dalam pemeriksaan persiapan
hakim wajib member nasehat kepada pengugat untuk memperbaiki gugatan
dalam jangka waktu 30 hari dan hakim memberi penjelasan kepada badan
hukum atau pejabat yang bersangkutan.
h. Putusan Verstek
Kata verstek berarti bahwa pernyataan tergugat tidak dating pada hari
sidang pertama. Apabila verstek terjadi maka putusan yang dijatuhkan oleh
hakim tanpa kehadiran dari pihak tergugat. Ini terjadi karena tergugat tidak
diketahui tempat tinggalnya. PTUN tidak mengenal Verstek.
i. Pemeriksaan Cepat
Dalam hukum acara PTUN terdapat pada pasal 98 dan 99 UU PTUN,
pemeriksaan ini tidak dikenal pada hukum acara perdata. Pemerikasaan
cepat dilakukan karena kepentingan penggugat sangat mendesak, apabila
kepentingan itu menyangkut KTUN yang berisikan misalnya perintah
pembongkaran bangunan atau rumah yang ditempati penggugat.
j. Sistem Hukum Pembuktian
Sistem pembuktian vrij bewijsleer) dalam hukum acara perdata dilakukan
dalam rangka memperoleh kebenaran formal, sedangkan dalam hukum
acara PTUN dilakukan dalam rangka memperoleh kebenaran materiil
(pasal 107 UU PTUN).
k. Sifat Ega Omnesnya Putusan Pengadilan
Artinya berlaku untuk siapa saja dan tidaka hanya terbatas berlakunya bagi
pihak-pihak yang berperkara, sama halnya dalam hukum acara perdata.
l. Pelaksanaan serta Merta (executie bij voorraad)
Dalam hukum acara PTUN tidak dikenal pelaksanaan serta merta
sebagaimana yang dikenaldalam hukum acara perdata. Ini terdapat pada
pasal 115 UU PTUN.
m. Upaya pemaksa Agar Putusan Dilaksanakan
Dalam hukum acara perdata apabila pihak yang dikalahkan tidak mau
melaksanakan putusan secara sukarela, maka dikenal dengan upaya emaksa
YAYASAN WAKAF SELAMAT RAHAYU
UNIVERSITAS SELAMAT SRI (UNISS)
FAKULTAS HUKUM
(SK MENRISTEKDIKTI NOMOR 156/KPT/I/2016)
Jl. Soekarno – Hatta, Km. 03, Kendal, Jateng, Telp. (0294) 3690577
Website : www.uniss.ac.id – Email : admin@uniss.ac.id
1) Banding administrasi
Apabila penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara tersbut dilakukan oleh instasi
lain dari Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang menerbitkan Keptusan Tata Usaha
Negara yang bersangkutan.
2) Keberatan
Apabila penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara tersebut harus dilakukan sendiri oleh
Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara
tersebut.
4. Jelaskan arti Keputusan Tata Usaha Negara fiktif Negatif ?
Jawab
Keputusan Fiktif negatif adalah apabila ada permohonan mengajukan (perizinan)
kepada pejabat pemerintahan untuk mengeluarkan sebuah keputusan atau tindakan,
YAYASAN WAKAF SELAMAT RAHAYU
UNIVERSITAS SELAMAT SRI (UNISS)
FAKULTAS HUKUM
(SK MENRISTEKDIKTI NOMOR 156/KPT/I/2016)
Jl. Soekarno – Hatta, Km. 03, Kendal, Jateng, Telp. (0294) 3690577
Website : www.uniss.ac.id – Email : admin@uniss.ac.id
tetapi pejabat pemerintah yang bersangkutan hanya diam saja, maka dianggap
permohonan itu ditolak. Asas fiktif negatif yang dianut UU PTUN (vide pasal 3 UU
PTUN). Apabila ada pemohon mengajukan permohonan (perizinan) untuk melakukan
tindakan atau keputusan kepada pejabat pemerintah. Selanjutnya pejabat pemerintah
yang bersangkutan hanya diam tidak melakukan tindakan apapun. Maka, permohonan
itu dianggap diterima atau dikabulkan. Namun pemohon harus mendapatkan penetapan
dari PTUN terlebih dahulu. Pemohon harus membuktikan apa yang dimohonkannya itu
di PTUN. Sikap diam Pemerintah, tentunya setelah lewat jangka waktu yang ditetapkan,
dalam konteks UU Peradilan Tata Usaha Negara diartikan sebagai penolakan atau
disebut sebagai KTUN Fiktif Negatif.
5. Bagaimana tanggapan anda tentang tes TWK di KPK yang dinilai sebagai
alat untuk menyingkirkan sebagaian pegawai KPK ? apakah hasilnya
bisa di gugat di PTUN ? jelaskan !
Jawab
Dalam tes itu, 75 pegawai dianggap tidak lolos. Dari jumlah itu, 51
dinonjobkan. Sedangkan 24 pegawai lainnya bisa diangkat menjadi Aparatur
Sipil Negara asalkan mau mengikuti pelatihan.
TWK diduga dianggap melanggar hak atas perlakuan yang adil dalam
hubungan kerja sesuai Pasal 28D ayat (2) UUD 1945, serta Pasal 38 ayat (2)
UU HAM. Dalam aturan UU maupun PP, hingga peraturan KPK, tidak
disebutkan bahwa lulus TWK adalah syarat bagi pegawai jika ingin diangkat
menjadi ASN.
Tindakan tersebut diduga melanggar HAM karena tidak sesuai dengan
jaminan konstitusi yaitu Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat
imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
Pelaksanaan Tes Wawasan Kebangsaan juga dinilai diskriminatif, karena
beberapa orang mendapatkan pertanyaan yang cenderung berbeda. Selain itu,
meskipun ada pegawai yang menjawab sama, tetapi tetap tidak lulus.