Nim : 1900024268
Kelas : ANSOS B
JAWABAN UAS
1.
a. Analisis sosial adalah sebuah skema tentang interaksi antar faktor dalam rangka memecahkan
masalah sosial.
b. Analisis sosial dapat dilakukan oleh siapapun. Analsisis sosial akan mempunyai makna yang dalam jika
dilakukan oleh mereka yang “terlibat langsung” sehingga dimungkinkan terjadi proses transformasi
kesadaran.
2.
Historis: dengan mempertimbangkan konteks struktur yang saling berlainan dari periode periode
berbeda, dan tugas strategis yang berbeda dalam tiap periode.
Struktural: dengan menekankan pentingnya pengertian tentang bagaimana masyarakat dihasilkan dan
dioperasikan, serta bagaimana pola lembaga-lembaga sosial saling berkaitan dalam ruang sosial yang
ada.
Pemilihan sasaran masalah harus berdasarkan pada pertimbangan rasional dalam arti realitas yang
dianalsis merupakan masalah yang memiliki signifikansi sosial dan sesuai dengan visi atau misi
organisasi.
Untuk dapat menganalisis masalah secara utuh, maka perlu didukung dengan data dan informasi
penunjang yang lengkap dan relevan, baik melalui dokumen media massa, kegiatan observasi maupun
investigasi langsung dilapangan. Re-cek data atau informasi mutlak dilakukan untuk menguji validitas
data.
Merupaka tahap menganalisis objek berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Pemetaan beberapa
variable, seperti keterkaitan aspek politik, ekonomi, budaya dan agama dilakukan pada tahap ini.
Melalui analisis secara komphrehensif diharapkan dapat memahami subtansi masalah dan menemukan
saling keterkaitan antara aspek.
4. Mengembangkan presepsi
Setelah di identifikasi berbagai aspek yang mempengaruhi atau terlibat dalam masalah, selanjutnya
dikembangkan presepsi atas masalah sesuai cara pandang yang objektif. pada tahap ini akan muncul
beberapa kemungkinan implikasi konsekuensi dari objek masalah, serta pengembangan beberapa
alternative sebagai kerangka tindak lanjut.
5. Menarik kesimpulan
Pada tahap ini telah diperoleh kesimpulan tentang; akar masalah, pihak mana saja yang terlibat, pihak
yang diuntungkan dan dirugikan, akibat yang dimunculkan secara politik, sosial dan ekonomi serta
paradigma tindakan yang bisa dilakukan untuk proses perubahan sosial.
3.
a. Teori dan fakta berjalan secara simultan, teori sosial merupakan refleksi dari fakta sosial, sementara
fakta sosial akan mudah di analisis melalui teori-teori sosial. Teori sosial melibatkan isu-isu mencakup
filsafat, untuk memberikan konsepsi-konsepsi hakekat aktifitas sosial dan prilaku manusia yang
ditempatkan dalam realitas empiris. Charles lemert (1993) dalam Social Theory; The Multicultural And
Classic Readings menyatakan bahwa teori sosial memang merupakan basis dan pijakan teknis untuk bisa
survive.Teori sosial merupakan refleksi dari sebuah pandangan dunia tertentu yang berakar pada
positivisme
Teori Struktural Fungsional ini disebut juga sebagai teori konsensus. Secara garis besar, teori Struktural
Fungsional menganggap masyarakat senantiasa berubah secara berangsur-angsur dengan tetap
memelihara keseimbangan. Setiap peristiwa dan setiap struktur yang ada, fungsional bagi sistem sosial
itu. Demikian pula semua institusi yang ada, diperlukan oleh sistem sosial itu, bahkan kemiskinan serta
kepincangan sosial sekalipun. Masyarakat dilihat dalam kondisi: dinamika dalam keseimbangan.
Teori Konflik
Teori ini merupakan pertentangan secara langsung terhadap Teori Struktural Fungsional. Konsep utama
teori ini adalah wewenang dan posisi. Inti tesisnya berbunyi: Distribusi kekuasaan dan wewenang secara
tidak merata tanpa kecuali menjadi faktor yang menentukan konflik sosial secara sistematis. Perbedaan
wewenang adalah suatu tanda dari adanya berbagai posisi dalam masyarakat.
4.
a. judul : MAKALAH TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA YANG MENJADI TREND DI
INDONESIA
I. latar belakang :
Hukum merupakan suatu alat negara yang mempunyai tujuan untuk menertibkan, mendamaikan,
dan menata kehidupan suatu bangsa demi tercapainya suatu keadilan dan keseimbangan antara hak
dan kewajiban. Hukum merupakan himpunan peraturan perundang-undangan yang berisi tentang
perintah dan larangan-larangan yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan oleh karena itu
harus ditaati oleh masyarakat itu sendiri. Pada prinsipnya hukum merupakan kenyataan dan
pernyataan yang beraneka ragam untuk menjamin adanya penyesuaian kebebasan dan kehendak
seseorang dengan orang lain, yang pada dasarnya hukum mengatur hubungan manusia dalam
masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip yang beraneka ragam pula.
Hubungan antar manusia tentu tidak selurus jalan tol. Akan banyaknya warga Indonesia yang terdiri
dari jutaan jiwa juga beragamnya suku dan budaya yang tentu membuat atau membentuk karakter
seseorang berbeda-beda. Kadang perbedaan itulah menimbulkan kesalapahaman sampai pertikaian
bahkan kekerasan. Sikap ini timbul karena kuatnya keinginan seseorang dan tingginya nafsu dan ego
yang digunakan.
Tindak kekerasan dalam masyarakat sebenarnya bukan suatu hal yang baru. Berbagi pendapat,
persepsi, dan definisi mengenai kekerasan dalam rumah tangga berkembang dalam masyarakat.
Pada umumnya orang berpendapat bahwa KDRT adalah urusan intern keluarga dan rumah tangga.
Berbagai kasus berakibat fatal dari kekerasan orang tua terhadap anaknya, suami terhadap istrinya,
majikan terhadap rumah tangga, terkuak dalam surat kabar dan media massa. Kekerasan dalam
rumah tangga sebenarnya bukan merupakan hal yang baru. Namun, selama ini selalu dirahasikan
atau ditutup-tutupi oleh keluarga, maupun oleh korban sendiri atau keluarga. Kekerasan yang
terjadi dalam rumah tangga mengandung sesuatu yang spesifik atau khusus. Kekhususan tersebut
terletak pada hubungan antara pelaku dan korban, yaitu hubungan kekeluargaan atau hubungan
pekerjaan (majikan-pembantu rumah tangga).
Pada hakikatnya secara psikologis dan pedagogis ada dua pendekatan yang dapat
dilakukanuntuk menangani KDRT yaitu, pendekatan kuratif dan pendekatan preventif.
Pendekatan kuratif
Pendekatan Preventif
Memberikan sanksi secara edukatif kepada pelaku KDRT sesuai dengan jenis dantingkat
berat atau ringannya pelanggaran yang dilakukan, sehingga tidak hanya berarti bagi pelaku
KDRT saja, tetapi juga bagi korban dan anggota masyarakat lainnya.
Memberikan incentive bagi setiap orang yang berjasa dalam mengurangi, mengeliminir,dan
menghilangkan salah satu bentuk KDRT secara berarti, sehingga terjadi proseskehidupan
yang tenang dan membahagiakan.
Menentukan pilihan model penanganan KDRT sesuai dengan kondisi korban KDRT dannilai-
nilai yang ditetapkan dalam keluarga, sehingga penyelesaiannya memilikiefektivitas yang
tinggi.
Membawa korban KDRT ke dokter atau konselor untuk segera mendapatkan
penanganansejak dini, sehingga tidak terjadi luka dan trauma psikis sampai serius.
Menyelesaikan kasus-kasus KDRT yang dilandasi dengan kasih sayang dan
keselamatankorban untuk masa depannya, sehingga tidak menimbulkan rasa dendam bagi
pelakunya.
Mendorong pelaku KDRT untuk sesegera mungkin melakukan pertaubatan diri kepadaAllah
swt, akan kekeliruan dan kesalahan dalam berbuat kekerasan dalam rumah tangga,sehingga
dapat menjamin rasa aman bagi semua anggota keluarga.
Pemerintah perlu terus bertindak cepat dan tegas terhadap setiap praktek KDRT
denganmengacu pada UU tentang PKDRT, sehingga tidak berdampak jelek bagi
kehidupanmasyarakat. Pilihan tindakan preventif dan kuratif yang tepat sangat tergantung
padakondisi riil KDRT, kemampuan dan kesanggupan anggota keluarga untuk keluar
dari praketk KDRT, kepedulian masyarakat sekitarnya, serta ketegasan pemerintah
menindak praktek KDRT yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
c. kesimpulan : Setiap keluarga pada awalnya selalu mendambakan kehidupan rumah tangga yang
aman,nyaman, dan membahagiakan. Secara fitrah perbedaan individual dan lingkungan sosial
budaya berpotensi untuk menimbulkan konflik. Bila konflik sekecil apapun tidak segera dapat diatasi,san
gatlah mungkin berkembang menjadi KDRT. Kejadian KDRT dapat terwujud dalam bentukyang ringan
sampai berat, bahkan dapat menimbulkan korban kematian, sesuatu yang seharusnyadihindari. Untuk
dapat menyikapi KDRT secara efektif, perlu sekali setiap anggota keluargamemiliki kemampuan dan
keterampilan mengatasi KDRT, sehingga tidak
menimbulkan pengorbanan yang fatal. Tentu saja hal ini hanya bisa dilakukan bagi anggota keluarga yan
gsudah memiliki usia kematangan tertentu dan memiliki keberanian untuk bersikap dan
bertindak.Sebaliknya jika anggota keluarga tidak memiliki daya dan kemampuan untuk menghadapi
KDRT,