Anda di halaman 1dari 13

PLKH MOOT

COURT PERDATA
Materi - 4
Oleh
Farahdinny Siswajanthy, S.H,M.H.
Proses Persidangan (1)
1. Pencabutan gugatan (Ps.271 Rv)
Tidak diatur dalam HIR dan RBg, tetapi terdapat RV.
Kemungkinana-kemungkinan dicabutnya surat gugatan,
antara lain :
a. Tuntutan hak telah dipenuhi oleh tergugat sebelum
adanya putusan atau adanya perdamaian
b. Ada kesalahan atau ketidaklengkapan dalam gugatan
c. Penggugat tidak mau melanjutkan tuntutan haknya,
dengan lain perkataan penggugat melepaskan
haknya.
Pencabutan dilakukan :
a. Sebelum pemeriksaan atau sebelum ada jawaban
Jadi pada dasarnya belum diketahui oleh tergugat
dan secara resmi bagi tergugat belum ada tuntutan
apa-apa dari penggugat, maka pencabutan tidak perlu
ada persetujuan dari tergugat (Ps. 271 Rv)
b. Kalau pemeriksaan sedang berjalan , tergugat sudah
mengetahui atau gugatan telah dijawab, berarti
tergugat telah mengeluarkan biaya dsb., maka pencabutan
harus ada ijin atau prsetujuan tergugat (Ps. 271 (2) Rv).
Akibat hukum pencabutan gugatan dalam hal sudah
ada perlawanan tergugat, maka beberapa sarjana
berpendapat bahwa penggugat telah malepaskan haknya
dan tidak dapat dituntut lagi. Kalau ternyata tergugat dituntut
lagi, maka dapat dieksepsi oleh tergugat (E Materiel –
peremptoir)
2. Perubahan gugatan (Ps.127 Rv)
Kemungkinan surat gugatan yang telah didaftar salah
atau tidak lengkap. HIR tidak mengatur mengenai boleh
atau tidaknya surat gugatan diubah, demikian juga RBg.
Melakukan suatu gugatan artinya membela suatu hak, maka
surat gugatan harus disusun secara teliti dan lengkap. Akan
tetapi, apabila sudah didaftar masih ada kesalahan atau
tidak lengkap, maka demi hukum hal ini harus dapat dirubah
apabila meragukan. Bagi tergugat, surat gugatan ini penting
untuk menyusun pembelaan atau jawaban secara
matang.Kalau dirubah-rubah, maka tidak ada kepastian bagi
pihak tergugat dan akan meragukan. Perubahan isi gugatan
mempunyai pengaruh pada kepentingan penggugat maupun
tergugat.
Pasal 127 Rv. Menyatakan bahwa perubahan
gugatandibolehkan sepanjang pemeriksaan (tahap konstata-
tasi), asal tidak mengubah atau menambah tuntutan
(onderwerp van den eis) – pokok tuntutan/petitum.
HIR dan RBg tidak mengatur, karena keadaan waktu
itu dan adanya prinsip bahwa hakim itu aktif, jadi dapat
memberi petunjuk atau nasehat padapenggugat. Berlawanan
dengan RV yang menganut prinsip hakim pasif, jadi
secara impisit HIR dan RBg membolehkan diadakannya
perubahan surat gugatan. Karena petitum berdasarkan
fundamentum petendi, maka berarti perubahan atau
penambahan petitum akan merubah fundamentum petendi.
Menurut Wryono Prodjodikoro, boleh merubah
gugatan, tetapi pengadilan harus mempertimbangkan
kepentingan kedua belah pihak.
Put. MA No 454 K/Sip/1970 tanggal 11-3-1971
menyatakan boleh, asal tdk melampaui/melebihi batas2
materi pokok pertama yang dapat merugikan hak pembela -
an tergugat.
Put. MA No 546 K/Sip/1970 tanggal 28-10-1970
bahwa perubahan surat gugatan tidak dibenarkan pada
tngkat pemeriksaan perkara hampir selesai.
Putusan MA No. 209 K/Sip/1970 tanggal 6-3 1971
mengatakan bahwa :
a. Suatu tuntutan baru (rekonvensi) tdak dapat diajukan
dalam tingkat kasasi.
b. Suatu perubahan tuntutan tidak bertentangan
dengan azas-azas HAP, asal tidak mengubah atau
menyimpang dari kejadian materi; walaupun tidak ada
tuntutan subsider seperti : untuk peradilan yang
adil....... .
3. Kehadiran Para Pihak
a. Penggugat tidak hadir, Tergugat hadir (Ps.124 &
126 HIR )
Penggugat pada sidang pertama sudah dipanggil
secara sah tetapi tidak hadir (secara pribadi) dan tidak
mengutus kuasa/wakilnya. Yang sah, maka sikap hakim :
1) Gugatannya diputuskan gugur dan penggugat
dihukum membayar biaya perkara, tetapi penggugat
dapat mengajukan gugatannya lagi dengan membayar biaya
baru (Ps. 124 HIR ,Ps. 148 RBg)
2) Pilihan hakim yang ke=2 , bahwa penggugat dapat
dipanggil lagi untuk hadir pada sidang yang akan
datang. Bagi tergugat cukup suatu pemberitahuan tentang
penundaan sidang dan pemberitahuan ini merupakan
panggilan resmi (Ps. 126 HIR).
b. Tergugat tidak hadir, penggugat hadir (Ps.125 &
126 HIR)
Meskipun sudah dipanggil secara patut/resmi,
tergugat tidak hadir atau mengirimkan kuasa/wakilnya,
maka :
1) Gugatan penggugat dikabulkan dengan verstek.
Verstek adalah : “pernyataan bahwa tergugat tidak
hadir meskipun sudah dipanggil dengan sah, pada hari
sidang pertama”.
Meskipun tergugat tidak hadir, belum tentu putusan
yang dijatuhkan oleh hakim mengalahkan tergugat, hal
ini dalam hal :
a) Ternyata gugatan penggugat melawan hak atau
tidak beralasan (Ps. 125 (1) HIR
kalimat pertama, maka putusannya tidak diterima
atau ditolak.
b) Tergugat tidak hadir tetapi mengirimkan jawaban yang
berisi eksepsi (relatif atau absolut); setelah mendengar
penggugat, hakim harus memeriksa eksepsi tsb. Kalau benar
hakim akan memutuskan atau menyatakan tidak berwenang
tetapi bila eksepsi tidak beralasan, maka putusan menolak
atau menyatakan eksepsi tidak diterima, kemudian putusan
mengenai pokok perkara.
2) Kalau pada sidang pertama tergugat tidak hadir,
hakim dapat tidak memutuskan dengan pernyataan
tergugat tidak hadir, tetapi dapat memerintahkan
pemanggilan untuk ke-2 kalinya supaya hadir pada sidang
yang akan datang, artinya sidang diundur. (Ps 126 HIR)
Penafsiran Ps 125 HIR
1)“Ten dage dienende” diartikan sebagai “pada hari sidang
pertama”
2) “Ten dage dienende” yang diartikan ”ten dage dat de zaak
dient”, yang berarti tidak hanya hari sidang pertama saja.
Ini ditafsirkan oleh SEMA No. 9/1964 tqnggql 13 April
1964, dimana Ps. 164 HIR (Ps. 130 RBg) memberi kelonggaran
untuk dipanggil sekali lagi (jadi menunjuk kepada Ps. 126 HIR).
c. Para Tergugat tidak hadir, Penggugat hadir
Apabila tergugat ada beberapa orang dan pada sidang
pertama hanya 1 orang tergugat yang hadir, sedangkan
penggugat hadir, maka sidang ditunda dan para tergugat yang
tidak hadir dipanggil kembali; sedangkan tergugat dan
penggugat yang hadir diberitahukan pada waktu persidangan
untuk hadir pada persidangan yang akan datang dan
merupakan panggilan yang resmi (Ps. 127 HIR)
Apabila pada sidang berikutnya ada tergugat yang tidak
hadir, maka perkara akan diperiksa dan diputus secara
kontradiktor, jadi bukan putusan verstek.
Putusan verstek dan hak verzet
Kalau putusan verstek ternyata mengalahkan
tergugat, maka putusan ini harus diberitahukan secara resmi
kepada tergugat yang dikalahkan, dan untuk itu tergugat
mempunyai hak untuk melakukan verzet (perlawanan).
Verzet dapat dilakukan apabila tergugat sudah menerima re -
sume.
Ps. 125 ayat (3) HIR menyatakan : jika surat gugat
diterima, maka atas perintah ketua diberitahukan keputusan
pengadilan negeri kepada orang yang dikalahkan itu serta
menerangkan pula kepadanya, bahwa ia berhak mengajukan
perlawanan (verzet) dalam tempo dan dengan cara yang
ditentukan pada Ps. 129 tentang keputusan itu di muka
pengadilan juga.
Ps. 129 (2) HIR menyatakan :
1. Tenggang waktu untuk memasukkan verzet adalah 14 hari
setelah ada pemberitahuan.
2. Kalau yang menerima pemberitahuan bukan tergugat
sendiri, maka tenggang waktunya adalah 8 hari setelah ada
teguran.
3. Apabila telah dipanggil dengan patut tidak juga menghadap,
maka tenggang waktunya 8 hari sesudah surat perintah kedua
diterima.
Teguran (aanmaning) dilakukan dengan surat resmi dari
ketua pengadilan. Dalam verzetprocedure, yang melakukan
verzet/perlawanan disebut pelawan opposant dan dia tetap
berstatus tergugat dan terlawan tetap berstatus penggugat
seperti perkara semula. Perkara verzet diperiksa dengan acara
biasa, bila ada verzet maka eksekusi/pelaksanaan putusan
verstek ditunda, karena harus diperiksa dahulu
perlawanannya , kecuali jika putusan tsb. dinyatakan
uit voerbaar bij voorraad (Ps. 129 (4) HIR), jadi verzet
menghentikan pelaksanaan putusan verstek.
Bisa juga terjadi penggugat/terlawan tidak hadir pada
waktu memeriksa verzet, maka hakim akan memeriksa
perkara tsb. secara contradiktor. Dapat juga terjadi
tergugat/yang melakukan perlawanan/verzet tidak hadir pada
waktu diperiksa verzetnya, maka hakim akan memutus secara
verstek yang mengalahkan pihak tergugat dan menyatakan
verzet tidak dapat diterima.
Bila terjadi demikian, maka yang melakukan verzet
tidak boleh melakukan verzet lagi (baca Ps 129 (5) HIR).
Kalau tergugat dipanggil secara sah tapi pada sidang pertama
tidak hadir karena meninggal dunia, perkara dilanjutkan oleh
ahli waris. Bila tergugat mempergunakan jasa pengacara,
dengan meninggalnya tergugat maka surat kuasa tsb berakhir
(Ps 1813 BW) dan harus memakai kuasa baru.

Anda mungkin juga menyukai