Anda di halaman 1dari 14

PENDIIDIKAN DAN LATIHAN

KEMBAHIRAN HUKUM (PLKH)


(Moodcourt Peradilan Perdata)
Pertemuan 9 Materi : Jawaban Tergugat
(Tambahan Materi)

Oleh :
Nandang Kusnadi, SH.,MH.
JAWABAN TERGUGAT

Pada dasarnya jawaban bukanlah suatu kewajiban yang


harus diberikan oleh Tergugat di dalam persidangan.
Melainkan adalah hak Tergugat untuk membantah dalil-dalil
yang Penggugat sampaikan di surat gugatannya.

Hakikatnya pemberian hak bagi Tergugat mengajukan


jawaban ini sesuai dengan asas audi alteram partem atau
auditur et altera pars, yaitu pemberian hak yang sama
kepada tergugat untuk mengajukan pembelaan
kepentingannya
Jawaban tergugat, rekonvensi dan eksepsi merupakan
persoalan yang harus dibahas secara bersama dan sekaligus,
oleh karena ketiga persoalan tersebut erat sekali
hubungannya dan pada umumnya diajukan secara
bersamaan dengan jawaban tergugat. Jawaban diajukan
setelah upaya perdamaian yang dilakukan hakim tidak
berhasil.

Pasal 121 ayat (2) HIR jo. Pasal 145 ayat (2) RBg
menentukan bahwa pihak tergugat dapat menjawab gugatan
penggugat baik secara tertulis maupun lisan. Namun dalam
perkembangannya, jawaban diajukan oleh pihak tergugat
secara tertulis.
Jawaban tergugat dapat terdiri dari 2 macam, yaitu:

1. Jawaban yang tidak langsung mengenai pokok perkara,


yang disebut dengan tangkisan atau eksepsi.

2. Jawaban yang langsung mengenai pokok perkara ( verweer


ten principale) Jawaban mengenai pokok perkara dapat
dibagi lagi atas dua kategori, yaitu: a. Jawaban tergugat
berupa pengakuan Pengakuan berarti membenarkan isi
gugatan penggugat, baik sebagian maupuan seluruhnya.
Pengakuan merupakan jawaban yang membenarkan isi
gugatan b. Jawaban tergugat berupa bantahan Bila
tergugat membantah, maka pihak penggugat harus
membuktikannya. Bantahan (verweer) pada dasarnya
bertujuan agar gugatan penggugat ditolak.
Eksepsi :
Eksepsi merupakan suatu tangkisan atau bantahan dari
pihak tergugat terhadap gugatan penggugat yang tidak
langsung menyentuh pokok perkara. Eksepsi ditujukan
kepada hal-hal yang menyangkut syarat-syarat atau
formalitas gugatan; yaitu jika gugatan yang diajukan
mengandung cacat atau pelanggaran formil yang
mengakibatkan gugatan tidak sah yang karenanya gugatan
tidak dapat diterima (inadmissible). Tujuan pokok pengajuan
eksepsi yaitu agar pengadilan mengakhiri proses
pemeriksaan tanpa lebih lanjut memeriksa materi pokok
perkara. Pengakhiran yang diminta melalui eksepsi bertujuan
agar pengadilan menyatakan gugatan tidak dapat diterima
(niet ontvankelijk).
Jenis Eksepsi

(1) Pasal 125 ayat (2), 132 dan 133 HIR hanya
memperkenalkan eksepsi kompetensi absolut dan relatif.
Namun, Pasal 136 HIR mengindikasikan adanya beberapa
jenis eksepsi. Dilihat dari Ilmu Hukum, jenis eksepsi terbagi
atas :

1. Eksepsi Prosesual (Processuele Exceptie)


2. Eksepsi Prosesual di Luar Eksepsi Kompetensi
3. Eksepsi Hukum Materiil (Materiele Exceptie)
Add. 1. Eksepsi Prosesual (Processuele Exceptie)

Yaitu jenis eksepsi yang berkenaan dengan syarat formil


gugatan. Eksepsi Prosesual dibagi dua bagian, yaitu:

1. Eksepsi Yang Menyangkut Kompetensi Absolut


Eksepsi yang menyatakan bahwa Pengadilan Negeri yang
sedang melakukan pemeriksaan perkara tersebut dinilai
tidak berwenang untuk mengadili perkara tersebut, karena
persoalan yang menjadi dasar gugatan tidak termasuk
wewenang pengadilan negeri tersebut melainkan wewenang
badan peradilan lain, misalnya PTUN atau Pengadilan
Agama. Eksepsi ini dapat diajukan setiap waktu selama
pemeriksaan perkara berlangsung, bahkan hakim pun wajib
pula mengakuinya karena jabatannya (Ps. 134 HIR).
2. Eksepsi Yang Menyangkut Kompetensi Relatif

Eksepsi yang menyatakan bahwa suatu pengadilan negeri


tertentu tidak berwenang untuk mengadili perkara tersebut,
karena tempat kedudukan atau obyek sengketa tidak
berada dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri yang
sedang memeriksa atau mengadili perkara tersebut.
Eksepsi ini tidak diperkenankan diajukan setiap waktu,
melainkan harus diajukan pada permulaan sidang, yaitu
sebelum diajukan jawaban menyangkut pokok perkara.
Putusan dituangkan dalam bentu k:
- Putusan sela (interlocutoir), apabila eksepsi ditolak;
- Putusan akhir, apabila eksepsi dikabulkan.
Add. 2. Eksepsi Prosesual di Luar Eksepsi Kompetensi

Eksepsi prosesual di luar eksepsi kompetensi terdiri dari


berbagai bentuk atau jenis. Yang terpenting dan yang paling
sering diajukan dalam praktik, antara lain :
1.Eksepsi Surat Kuasa Khusus Tidak sah
2.Eksepsi Error in Persona Tergugat dapat mengajukan
eksepsi ini, apabila gugatan mengandung cacat error in
persona.
3.Eksepsi Res Judicata atau Ne Bis In Idem Eksepsi
terhadap perkara yang sama yang telah pernah diputus
hakim dan putusannya telah memiliki kekuatan hukum
tetap.
4.Eksepsi Obscuur Libel Yang dimaksud dengan obscuur
libel, surat gugatan penggugat kabur atau tidak terang
(onduidelijk).
Add. 3. Eksepsi Hukum Materiil (Materiele Exceptie)

Jenis eksepsi materiil (Materiele Exceptie) :

1.Eksepsi dilatoir (dilatoria exceptie) Adalah eksepsi yang


menyatakan bahwa gugatan penggugat belum dapat
dikabulkan, dengan kata lain gugatan penggugat belum dapat
diterima untuk diperiksa sengketanya di pengadilan karena
masih prematur (terlampau dini).
2.Eksepsi peremptoir (exceptio peremptoria) Adalah eksepsi
yang menghalangi dikabulkannya gugatan, misalnya oleh
karena gugatan telah diajukan lampau waktu (Kadaluwarsa)
atau bahwa utang yang menjadi dasar gugatan telah
dihapuskan.
Cara Pengajuannya : diajukan bersama-sama dengan
jawaban mengenai pokok perkara.

Cara Penyelesaiannya : diperiksa dan diputus bersama-


sama dengan pokok perkara. Oleh karena itu, putusannya
tidak berbentuk putusan sela, tetapi langsung sebagai satu
kesatuan dengan putusan pokok perkara dalam putusan
akhir.
REKONVENSI

Rekonvensi adalah gugatan yang diajukan tergugat sebagai


gugat balasan (gugat balik) terhadap gugatan yang
diajukan penggugat kepadanya [Pasal 132a ayat (1) HIR].
Pada dasarnya gugatan rekonvensi harus diajukan bersama-
sama dengan jawaban tergugat (Pasal 132b HIR jo 158
RBg).
Tujuan rekonvensi antara lain:
1.Menegakkan Asas Peradilan Sedehana
2.Menghemat biaya perkara
3.Mempercepat penyelesaian sengketa
4.Mempermudah pemeriksaan
5.Menghindari putusan yang saling bertentangan
Komposisi para pihak dihubungkan dengan Gugatan
Rekonvensi :
a.Komposisi Gugatan Gugatan Penggugat disebut gugatan
konvensi (gugatan asal), sedangkan Gugatan tergugat
disebut gugatan rekonvensi (gugatan balik)
b.Komposisi para Pihak Penggugat asal sebagai Penggugat
Konvensi pada saat yang bersamaan berkedudukan menjadi
Tergugat Rekonvensi.
Sedangkan Tergugat Asal sebagai Penggugat Rekonvensi
pada saat yang bersamaan berkedudukan sebagai Tergugat
Konvensi.
Baik gugatan konvensi (gugat asal) maupun gugatan
rekonvensi (gugat balasan) pada umumnya diperiksa
bersama-sama dan diputus dalam satu putusan hakim.
Pertimbangan hukumnya memuat dua hal, yaitu
pertimbangan hukum dalam konvensi dan pertimbangan
hukum dalam rekonvensi.

Anda mungkin juga menyukai