I. PENDAHULUAN
Orang atau badan hukum yang digugat secara perdata, maka diberi hak untuk mengajukan
jawaban / tangkisan, dan salah satunya adalah mengajukan eksepsi, baik eksepsi
kompetensi, eksepsi prosessual maupun eksepsi hukum materil.
Dalam proses berperkara tidak jarang dalam praktek di pengadilan, ditemui hambatan-
hambatan, baik yang dialami para pihak maupun oleh hakim sendiri.
Kesulitan yang sama dialami juga oleh sebagian hakim, sehingga akan timbul masalah pada
saat menjawab eksepsi, Karenatidak semua eksepsi harus dijawab pada saat sebelum pokok
perkara diperiksa lebih lanjut seperti eksepsi terhadap kompetensi. Persoalannya apakah
jenis eksepsi yang selainnyanya harus dijawab tersendiri sebelum memeriksa pokok perkara,
atau diperiksa bersama-sama dengan pokok perkara.Kemudian timbul masalah lagi, apakah
dijawab pada saat jawab menjawab, ataukah pada saat setelah selesai pembuktian.
Masalah lain adalah adanya perbedaan pemahaman dalamm menangani eksepsi, seperti
pada saat adanya eksepsi kewenangan terhadap lembaga arbitrase.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka narasi ini akan membahas hal-hal yang berkaitan
dengan masalah eksepsi.
A. Sub Tema:
4. Analisa kritis terhadap kasus yang ada eksepsinya atau yang potensial ada eksepsi
B. Target
3. Peserta dapat memahami kapan hakim harus menjawab berbagai jenis dan
macam-macam eksepsi;
1
4. Peserta mampu mengkritisi perkara yang ada eksepsinya atau yang potensial ada
eksepsi.
E. Bahan Bacaan
e. HIR
f. KUHPerdata (BW)
g. RV
II. EKSEPSI
A. Pengertian eksepsi
Menurut bahasa:
Exeptie menurut bahasa Belanda atau Exception menurut bahasa Inggris secara
pengertian umum berarti pengecualian.
Menurut istilah:
2
“pembelaan (plea)” yang diajukan Tergugat terhadap materi pokok gugatan
Penggugat. (Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata hal. 418),
Eksepsi Syarat Formil adalah Eksepsi di luar Eksepsi Kompetensi (Absolut dan atau
Relatif), yang meliputi beberapa macam atau bentuk eksepsi:
b. Error in Persona
Eksepsi dalam hal Penggugat tidak mempunyai kapasitas atau hak untuk
mengajukan perkara atau yang digugat tidak mempunyai urusan dalam perkara
atau pihak Tergugat tidak lengkap.
3
c. Nebis In Idem (Exeptio Res Judicata)
Perkara yang diajukan sudah pernah diajukan dan sudah berkekuatan hukum
yang tetap serta putusan bersifat litis, seperti menolak atau mengabulkan.
d. Obscuur Libel
Daluarsa atau lewat waktu bisa menjadi sebagai landasan untuk memperoleh
sesuatu atau membebaskan seseorang dari suatu perikatan.
4
3) Exceptio doli mali
4) Exceptio metus
Eksepsi ini berkaitan dengan ketentuan Pasal 1323 KUHPerdata. Paksaan atau
ancaman yang mengakibatkan ketakutan baik teradap orangnyamaupun
harta kekayaannya.
6) Exceptio dominii
Eksepsi terhadap obyek barang yang bukan milik Penggugat tetapi milik orang
lain atau Tergugat.
Eksepsi terhadap perkara yang sama yang sedang diperiksa pengadilan, atau
masih tergantung karena sedang diperiksa oleh pengadilan (aanhaanging).
Kasus ini bisa perkara yang sedang proses banding atau kasasi, bisa juga
sedang diadili ditingkat pertama baik lingkungan perdailan yang sama
maupun peradilan yang berbeda.
1) Pengakuan (bekentenis)
a) Pengakuan murni
5
Tergugat memberikan jawaban yang membenarkan seluruh dalil- dalil
gugatan, menurut ketentuan Pasal 164 HIR dan Pasal 1866 KUHPerdata
“pengakuan merupakan bukti yang sempurna”, “pengakuan tidak dapat
dicabut kembali” (Pasal 174 HIR dan Pasal 1925KUHPerdata).
Pengajuan eksepsi diatur dalam Pasal 125 ayat (2), Pasal 133, Pasal 134, dan Pasal 136
HIR.
a. Dapat diajukan setiap saat (Pasal 134 HIR dan Pasal 132 Rv). Artinya selama
proses persidangan setiap saat sebelum perkara diputus, eksepsi atas
kewenangan absolut dapat dilakukan.
b. Secara Ex-Officio Hakim harus menyatakan tidak berwenang (Pasal 132 Rv)
6
Artinya hakim karena jabatannya tanpa adanya permohonan eksepsi dari
Tergugat / Termohon, dan diketahui bahwa perkara a- quo tidak termasuk
kepada kewenangan Pengadilan Agama, harus menyatakan tidak berwenang
mengadili perkara a-quo.
Catatan:
1) Pengajuan Eksepsi Secara Lisan (Oral) diatur dalam Pasal 133 HIR
Pengajuan eksepsi secara lisan dibenarkan, dan harus ditulis secara lengkap
dalam Berita Cara Sidang.
Pengajuan Eksepsi secara tertulis dapat dilakukan secara tertulis (vide Pasal
125 ayat (2) HIR Jo. Pasal 121 HIR.
7
Pasal 121 HIR menyatakan: “dalam surat jawaban, Tergugat dapat
mengajukan eksepsi kompetensi relative yang menyatakan perkara yang
disengketakan tidak termasuk kewenangan relativePengadilan Negeri (dalam
hal ini harus dibaca Pengadilan Agama) a-quo.”
Menurut ketentuan Pasal 125 ayat (2) HIR, pengajuan Eksepsi Kewenangan
Relatif (Relative Competentie) harus diajukan pada sidang pertama, artinya
tidak dibenarkan mengajukan eksepsi terhadap kewenangan relative setelah
terjadi jawab menjawab dan seterusnya, dan kalaupun ada ekspesi a-quo,
maka hakim tidak perlu menjawabnya.
• Kesimpulan, yang berisi pernyataan singkat eksepsi dan sikap terhadap poko
perkara
8
eksepsi a-quo, apabila eksepsi dikabulkanputusan menjadi putusan akhir,
sedangkan apabila ditolak menjadi putusan sela.
Dalam Eksepsi:
2). Eksepsi ditolak pokok perkara dikabulkan / ditolak/ tidak diterima: Dalam
Eksepsi:
Banyak kasus dimana Tergugat mengajukan eksepsi dengan berbagai bentuk eksepsi
atau sebagiannya (eksepsi kewenangan absolut atau relatif, eksepsi prosessual maupun
terhadap pokok perkara) sepertikerancuan dalam menyusun eksepsi yang berbeda-beda
tersebut, misalnya dalam eksepsi sendiri sudah diajukan, lalu dalam pokok perkara
ternyata eksepsi yang sama diulang kembali. Dalam hal ini menyulitan sebagian hakim
untuk menempatkan waktu kapan harus menjawab eksepsi a-quo,sulit membedakan
terutama mengenai eksepsi prosessual dan pokok perkara, ada pula kasus dimana
hakim tidak menyadari bahwa sebenarnya dalam kasus yang ditanganinya ada
mengandung sengketa kewenangan absolut, sehingga perkara tetap diperiksa dan
bahkan sampaidiputus, padahal seharusnya apabila ada sengketa kewenangan absolut,
maka hakim Ex-Officio karena jabatannya, harus menyatakan tidak berwenang
mengadili perkara tersebut.
Dalam kasus lain Tergugat mengajukan jawaban dan sekaligus mengajukan eksepsi,
namun hakim tetap melanjutkan pemeriksaan terhadap pokok perkara dan sampai
diputus dan ternyata dalam jawaban ada eksepsi mengenai kewenangan relative,
(mungkin eksepsi tersebut tidak terbaca terlupakan oleh hakim), kalau sudah seperti ini
akhirnya menjadi masalah, mau menjawab eksepsi kewenangan relative sudah tidak
mungkin karena pemeriksaan sudah ke pokok perkara, jawab menjawab, pembuktian
dan bahkan mungkin sudah kesimpulan, dan bukan hal yang tidak mungkin sudah
diputus tanpa menjawab eksepsi.
Agar peserta tidak mengalami hal-hal krusial seperti itu,, maka di bawah akan diberikan
beberapa pelatihan yang harus peserta pecahkan.
Beberapa contoh kasus yang pernah terjadi dan dialami oleh hakim dalam menangani
perkara dan harus didiskusikan oleh para peserta mengenai bagaimana hakim dalam
menyikapi dan menyelesaikan kasus yang dihadapinya:
B. Gugatan waris sudah diajukan ke Pengadilan Negeri (pada saat setelah berlakunya
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama dan sebelum
lahirnya Undang-undang Nomor 3 tahun 2006), dimana saat itu Para pihak yang
beragama Islam untuk menyelesaikan sengketa waris masih memiliki hak opsi akan
diselesaikan di Pengadilan Agama atau Pengadilan Negeri (lihat penjelasan UU
Nomor 7 Tahun 1989). Perkara sudah diputus dan sudah berkekuatan hukum tetap
(inkrcht Van Gewisde). Setelah lahir Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006,
Penggugat mengajukan gugatan waris ke Pengadilan Agama, atas gugatan tersebut,
Tergugat mengajukan jawaban atas dalil-dalil gugatan Penggugat sekaligus
mengajukan eksepsi bahwa perkara a-quo tidak termasuk dalam kewenangan
Pengadilan Agama tetapi masuk dalam yurisdiksi / kewenangan Pengadilan Negeri
karena ada pihak ketiga yang sudah membeli tanah dan bangunan tersengketa dan
dijadikan sebagai Tergugat, selain itu Tergugat juga mengajukan eksepsi bahwa
perkara sudah nebis in idem.
4. Kalau saudara mengabulkan eksepsi apa alasan saudara? (boleh lebih dari satu
alasan eksepsi)
Catatan:
Kedua kasus di atas sebagai tugas untuk didiskusikan dalam class room oleh
masing-maing kelompok A dan B, hasilnya (KKP V pok A dan B) diemail kepada
dosen pengampu paling lambat hari Kamis tanggal 20 Nopember 2020I).
11