Anda di halaman 1dari 34

TEKNIK MENGAJUKAN EKSEPSI

DALAM PERKARA PERDATA

Tatu Afifah, SH, MKn


• A. PENDAHULUAN
• Eksepsi adalah salah satu jenis jawaban tergugat selain
jawaban pokok perkara dan rekonvensi. Sebelum
memutus tentang eksepsi, hakim harus memeriksa
kebenarannya lebih dahulu. Pemeriksaan eksepsi adalah
pemeriksaan mengenai hal-hal di luar pokok perkara.
Dengan demikian seorang tergugat yang dikabulkan
eksepsinya menjadi pihak yang menang dalam perkara.
Dengan kata lain, tergugat dapat menang di pengadilan
walaupunsebenarnya pokok perkara yang dihadapi
lemah, karena putusan yang memenangkan eksepsi
belum mempertimbangkan dan/ atau belum memutus
pokok perkara.
• Bagi seorang advokat / sarjana hukum, adalah
wajib untuk mampu mengajukan eksepsi saat
membela tergugat. Makin mahir dalam pengajuan
eksepsi, makin berkualitas advokat yang
bersangkutan
• Eksepsi merupakan salah satu upaya hukum
melawan gugatan.
PENGERTIAN EKSEPSI

Eksepsi adalah bantahan tergugat untuk menangkis


tuntutan penggugat, yang tidak mengenai pokok
perkara, akan tetapi jika berhasil dapat menyudahi
pemeriksaan, atau mengandaskan gugatan.

• Ada beberapa jenis eksekpsi. Berikut ini disajikan


jenis-jenis eksepsi yang dikelompokkan menurut
pengaturan dan sifat eksepsi.
JENIS EKSEPSI MENURUT
PENGATURANNYA
• A. EKSEPSI PROSESUIL eksepsi yang didasarkan menurut
sifatnya/prosesnya. eksepsiiniterdiri dari:
• 1. Eksepsi Peremtoir (Premptoire exceptie,eksepsi yang bersifat
menyudahi,memutuskan),misalnya tergugat menyatakan
gugatan res judicata (satuperkara tidak boleh diajukan dua kali),
• 2. Eksepsi Deklinatoir (declinatoire exceptie, eksepsi yang
bersifat mengelakkan), umpama eksepsi yangmenyatakan
bahwa gugatan diajukan pada pengadilan (hakim) yang tidak
berwenang, baik tidak berwenang mengadili menurut
kompetensi absolute (Pasal 134 HIR) maupun kompetensi
relative (Pasal 133 HIR). Di sini tergugat mengelak dari
kompetensi pengadilan (hakim).
• 3. Eksepsi Diskualifikatoir(disqualificatoire
exceptie, eksepsi yang sifatnya mendiskualifikasi
kedudukan pihak berperkara, dengan mangatakan
penggugat dan/ atau tidakmempunya ikedudukan
sebagaimana yang dimaksudkan dalam
gugatan),umpama penggugat menggugat atas nama
suatu perseroan terbatas,padahal ia bukan
direkturnya,makatergugat dapat mengajukan
eksepsi, bahwa penggugat tidak berwenang
mewakili; contoh lain tergugat digugat
padahalbukan ia yang pinjam melainkan
saudaranya.
• Contoh mengenai hal ini adalah Gugatan Melawan
Hukum pada Pengadilan Negeri Semarang dalam
Perkara Nomor 73/Pdt.G/2010/PN.SMG. yang
diputus pada tanggal 15 Juli 2010. Di dalam perkara
ini Penggugat telah keliru merumuskan pihak
penggugat serta salah dalam merumuskan pihak
tergugat.
• Termasuk disqualifikatoire excseptie adalah eksepsi
yang menyatakan gugatan penggugat kurang dalam
menyebut pihak penggugat dan/atau tergugat, yaitu
apabila dalam sengketa tersebut terdapat subyek
hukum yang belum dimasukkan sebagai pihak
penggugat dan/atau pihak tergugat.
• 4. Eksepsi obscuur libel (obscure libel exceptie) yaitu
eksepsi yang didasarkan pada dalil gugatan
penggugat gelap atau samar-samar. Menurut Rv
suatu surat gugat terdiri dari dua bagian,
yaitu fundamentum petendi (yang berisi uraian
peristiwa dan dasar hukum gugatan)
serta petitum (apa yang dituntut). Fundamentum
petendi harus memenuhi syarat jelas dan lengkap,
sidang petitum harus memenuhi syarat terang dan
pasti.Apabila fundamentum petendi tidak jelas dan
tidak lengkap, dan/ atau petitum tidak terang dan
tidak pasti, maka gugatan tersebut adalah obscuur
libel (gelap atau samar-samar);
• Contoh mengenai hal ini adalah Gugatan Melawan
Hukum pada Pengadilan Negeri Semarang dalam
Perkara Nomor 73/Pdt.G/2010/PN.SMG. yang
diputus pada tanggal 15 Juli 2010. Putusan ini telah
mencapai kekuatan hukum pasti (in kracht van
gdewijsde), karena terhadap putusan tersebut tidak
diajukan upaya hukum. Dalam putusan disebutkan
bahwa penyebutan pihak penggugat yang tidak
konsisten, mengakibatkan gugatan gelap/ samar-
samar atau obscuur libel.
• Apakah mungkin dalam acara menurut HIR gugatan
dinyatakan obscuur libel? Bukankah ada kewajiban
bagi Ketua Pengadilan Negeri untuk memberi
nasehat dan pertolongan saat gugatan tertulis
dimasukkan (Pasal 119) atau mencatat/ menyuruh
mencatat gugatan yang diajukan secara lisan (Pasal
120)?
• Dalam hal gugatan diajukan secara lisan memang tidak
mungkin ada gugatan yang obscuur libel, karena Ketua
Pengadilan Negeri maupun hakim yang ditunjuk
mempunyai kemampuan memformulasikan gugatan
menurut syarat yang harus dipenuhi.
Kemungkinan obscuur libel terjadi dalam halgugatan
diwakili oleh seorang Sarjana Hukum (advokat), di dalam
praktek kota-kota besar pada umumnya Ketua
Pengadilan Negeri tidak pernah memberi nasehat dan
pertolongan saat gugatan tertulis diajukan oleh advokat.
Praktek demikian dapat dibenarkan, bukankah seorang
Sarjana Hukum apalagi berprofesi sebagai advokat sudah
selayaknya ahli dalam menyusun gugatan? Jadi kalau
sampai gugatannya tidak memenuhi syarat, itu adalah
risiko profesi
• 5. Eksepsi chicaneus process (chicaneus process
exceptie, eksepsi yang manyatakan proses apus-
apusan) berupa gugatan yang diajukan dengan
tanpa adanya sengketa hukum yang melandasi
gugatan tersebut. Dengan kata lain antara
penggugat dengan tergugat tidak pernah terjadi
sengketa hukum.
B. EKSEPSI MATERIIL

• Eksepsi ini didasarkan pada ketentuan Hukum Materiil.


• Jenis eksepsi ini adalah:
• 1. Dilatoire exceptie (eksepsi dilatoir) yaitu eksepsi yang
sifatnya menunda atau menangguhkan. Misalnya
mengajukan eksepsi yang berbunyi:Gugatanbelum tiba
saatnya,karenatergugatharusmengembalikanpinjamantan
ggal1 Agustus, sekarang baru 1 April sudahdigugat.
• 2. Eksepsi Peremtoir (Premptoire exceptie),eksepsi yang
bersifat menyudahi,memutuskan, umpama tergugat
menyatakan gugatan sudah lewat
waktu(daluwarsa).Apabila hakim menyetujui maka
perkara selesai dan tergugat tidak bisa menggugat lagi.
3. Gugatan penggugat tidak didukung oleh fakta atau
peristiwa, sifat eksepsi ini adalah Eksepsi chicaneus
process (chicaneus process exceptie, eksepsi yang @
manyatakan proses apus-apusan). Jika antara
penggugat dengan tergugat tidak pernah terjadi
peristiwa atau perbuatan sebagaimana diuraikan
dalam gugatan, maka tergugat dapat mengajukan
eksepsi ini.
• NB. Mengenai daluwarsa (verjaaring) ada yang
memasukkannya ke dalam kategori pokok perkara,
bukan eksepsi.
JENIS DALUAWARSA (LEWAT WAKTU)

• 1.Jangka panjang; seorang menempati


sebidangtanahdapat menjadi pemilik tanah tersebut
kalausudahmenempatinya selama 30 tahun tanpa ada
gangguan [Pasal 1963 jo. 1967KUH Perdata]
• 2.Jangkapendek, misalnya orang menginap dan makan
pada suatu rumah penginapan sekaligus rumah
makan. Tuntutan pembayaran hanya dapat diajukan
dalam waktu satu tahun. [Pasal 1968 (2) KUH Perdata]
• Daluwarsa tersebut dikenal dalam Hukum Perdata
Barat (KUH Perdata) namun tidak dikenal dalam
Hukum Adat.
III. JENIS-JENIS EKSEPSI MENURUT SIFATNYA:

• 1. Eksepsi deklinatoir (Declinatoire exceptie)


eksepsi yang bersifat mengelakkan. Di sini tergugat mengelak
dari kompetensi (relative maupun absolute) pengadilan,
dengan jalan mengajukan eksepsi Hakimtidakberwenang
(Pasal133,134),Jika eksepsi benar maka gugatan penggugat
diputus tidakdapatditerima (niet ontvankelijk verklaard),
penggugat dapat mengajukan gugatan baru pada pengadilan
yang berwenang.
• 2. Eksepsi Dilatoir(Dilatoire exceptie)
•  eksepsi yang sifatnya menangguhkan, menunda. Contoh
tergugat menyatakan bahwa gugatan diajukanterlalu
pagi,belum saatnya. Kalau gugatan penggugat dinyatakan
tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard), pengguga
• 3. Eksepsi Peremtoir (Premptoire exceptie)
eksepsi yang bersifat menyudahi,memutuskan.
• Contoh, eksepsi yang menyatakan gugatan penggugat res
judicata(perkara yang disengketakan sudah pernah diputus,
jadi tidak boleh diajukan gugatan lagi). Contoh lain adalah:
gugatan sudah daluwarsa.
• Kalau oleh hakim diputus"gugatan ditolak (weigeren)”,maka
penggugat tidak dapat mengajukan gugatan lagi.
• 4.Eksepsi Diskualifikatoir(Disqualificatoire exceptie) 
• eksepsi yang sifatnya mendiskualifikasi kedudukan pihak
dalam perkara, dengan mengatakan penggugat
dan/tergugat tidak mempunyai kedudukan yang dimaksud
dalam gugatan.
• Contoh penggugat menggugat sebagai wali,
direktur,dsb,sedangkan ia tidak mempunyai kedudukan itu.
• Dalam contoh di atas,jika hakim memutusgugatan salah
alamat sehingga diputus gugatan dinyatakan tidak dapat
diterima (niet ontvankelijk verklaard), maka penggugat
dapat menggugat terhadap orang lain yang mempunyai
kedudukan itu,atauorangyang mempunyai
kedudukanitumaju sebagai penggugat.
5. Eksepsi obscuur libel (obscure libel exceptie) yaitu
eksepsi yang didasarkan pada dalil gugatan penggugat
gelap atau samar-samar, contoh gugatan yang dalam
uraian peristiwanya tidak jelas dan tidak lengkap, atau
dalam menyususn tututan nya tidak terang dan tidak
pasti. Kalau ekseepsi ini diterima, maka gugagtan diputus
dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijk
verklaard), dan penggugat dapat menggugat lagi dengan
memperbaiki bunyi gugatan.
6. Eksepsi chicaneus process (chicaneus process
exceptie)
•  eksepsi yang manyatakan proses apus-apusan,
contoh gugatan yang tidak didukung oleh fakta atau
peristiwa. Termasuk di dalam pengertian chicaneus
process adalah gugatan yang diajukan tanpa adanya
sengketa yang melandasi gugatan tersebut. Kalau
eksepsi benar dan diterma oleh hakim, maka
gugatan diputus ditolak (weigeren), dan penggugat
tidak dapat mengajukan gugatan baru.
IV. TEKNIK MENGAJUKAN EKSEPSI
1. Menentukan kompetensi
• Salah satu jenis eksepsi adalah eksepsi deklinatoir (eksepsi
mengelak-an). Maksudnya dengan mengajukaneksepsi jenis
ini maka tergugat mengelak dari kompetensi pengadilan. Di
sini tertugat menyatakan bahwa pengadilan yang memeriksa
tidak mempunyai kompetensi (wewenang mengadili).
• Kompetensi ada dua, yaitu kompetensi absolut dan
kompetensi relatif. Kompetensi asbsolut
(kompetensi atributief) adalah wewenang mengadili yang
didasarkan pada jenis lembaga peradilan dan tingkat
pengadilan.Setiap lembaga peradilan mempunyai
kompetensi menyelesaikan perkara berdasar jenis perkara
dan orang yang terlibat perkara (orang yang bersengketa).
• Kompetensi relatif (kompetensi distributief) adalah
wewenang mengadili berdasar wilayah hukum pengadilan
yang sejenis (berada dalam satu lingkungan peradilan) dan
sejajar (sama tingkatan pengadilannya). Kompetensi relatif
pengdilan negeri diatur dalam Pasal 118 HIR (ada tujuh
pengadilan negeri yang berwenang mengadili).
• Pengajuan eksepsi deklinatoir kompetensi relatif,
terikatketentuan Pasal 133 HIR, yaitu harus diajukan sebagai
jawaban nomor satu, tidak boleh didahului oleh jawaban
yang lain. Bilamana didahului oleh jawaban yang lain, maka
eksepsi tersebut akan ditolak karena terlambat (tardieft). Jadi
ketentuan tentang waktu pengajuan eksepsi deklinatoir
kompetensi relatifharus diperhatikan. Karena hanya
melanggar saat (waktu) pengajuannya, eksepsi deklinatoir
kompetensi relatif tersebutakanditolak tanpa
mempertimbangkan benar salahnya isi eksepsi tersebut.
• Hal tersebut berbeda dengan eksepsi deklinatoir
kompetensi absolut. Ketentuan pokok tetang kompetensi
absolut diatur dalam Pasal 25 UU No. 48 Th 2009. Eksepsi
deklinatoir kompetensi absolut dapat diajukan kapan pun,
sampai dengan perkara menjelang diputus, eksepsi ini
masih dapat diajukan. Pengajuan eksepsi deklinatoir
kompetensi absolut tidak tergantung pada waktu
tertentu.Bahkan apabila pihak tergugat tidak mengajukan
eksepsi deklinatoir kompetensiabsolut, dan pengadilan
negeri memang tidak berwenang mengadili perkara yang
bersangkutan, maka atas jabatan hakim harus menyatakan
dirinya tidak berwenang (Pasal 134 HIR)
2. Menganalisis isi gugatan
• Menurut Hukum Acara Perdata, gugatan terdiri dari dua
bagian, yaitu fundamentum petendidan petitum
• a.fundamentum petendi
• Fundamentum petendi memuat uraian peristiwa dan dasar
hukum gugatan. Menurut Hukum Acara Perdata uraian
tentang peristiwa dan dasar hukum gugatan itu harus
memenuhi syarat jelas dan lengkap.
• b.petitum
• Petitum merupakan bagian gugatan yang memuat apa yang
dituntut. Menurut Hukum Acara Perdata, suatu petitum harus
memenuhi syarat isi yaitu terang dan pasti. 
• Dengan demikian apabila dari hasil analisis disimpulkan bahwa
suatu gugatan yang isi (uraian) fundamentum petendinya tidak
jelas dan tidak lengkap, dan/ atau petitumnya tidak terang dan
tidak pasti, maka tergugat dapat mengajukan eksepsi yang
isinya gugatana obscure libel (gugatan gelap/samar-samar).
3. Menganalisis pihak
• a.Pencantuman pihak secara lengkap
• Analisis terhadap kelengkapan penye butan pihak adalah
menganalisis apakah semua pihak terkait sudah dicantumkan
sebagai pihak dalam perkara. Misalnya gugatan berdasar
wanprestasi dari D (debitor) yang dijamin dengan jaminan
perseorangan (borgtocht) oleh B, maka yang harus dicantumkan
seabgai tergugat adalah D dan B. Jika dalam gugatan hanya
dicantumkan B saja sebagai tergugat, maka tergugat dapat
megnajukan eksepsi gugatan kurang dalam menyebut pihak.
• b.Kedudukan hukum para pihak
• Siapa yang dicantumkan sebagai pihak dalam gugatan
(penggugat maupuntergugat) haruslah dilihat apakah seseorang
bertindah sendiri untuk dirinya sendiri (di dalam Hukum
Perdata biasa disebut dengan istilah bertindak secara in
persoon) ataukah bertindak sebagai wakil.
• Dalam hal seseorang bertindak secara in persoon, maka
penyebutannya dalam gugatan baik sebagai penggugat
maupun sebagai tergugat adalah relatif mudan dan
sederhana.
• Bilamana seseorang bertindak sebagai wakil, maka perlu
diperhatikan apakah orang tersebut memang mempunyai
kedudukan hukum untuk mewakili sebagai pihak dalam
perkara. Untuk mengetahui hal ini harus diperhatikan
ketentuan tentang perwakilan (vetegen woodiging).
MenurutHukum Perdata, perwakilan terjadi dalam hal
seorang yang tidak cakap berbuat hukum
(onbekwaan), orang yang meninggalkan urusannya, dan
perkumpulan.Untuk menjadi pihak dalam suatu perkara,
seorang yang tidak cakap berbuat hukum harus diwakili.
• . Bagi orang yang ditaruh di bawah pengampuan (curatele),
wakilnya adalah pengampu. Hal ini berbeda dengan orang yang
tidak cakap karena belum cukup umur (belum dewasa). Tentang
pada usia berapa seseorang dikatakan dewasa adalah tergantung
pada ketentuan Hukum Perdata tentang Orang dan Keluarga.
Pada saat ini di Indonesia terdapat beberapa (pluralisme)
ketentuan Hukum Perdata yang mengatur tentang kedewasaan,
yaitu Hukum Perdata Adat, Hukum Perdata Barat, Hukum
Perdata Islam, Undang-Undang Perkawinan (UUP) dan Kompilasi
Hukum Islam (KHI). Menurut Hukum Perdata Adat, Hukum
Perdata Barat dan Hukum Perdata Islam seorang anak yang
belum dewasa yang tali perkawinan orang tuanya masih utuh,
dalam hal melakukanperbuatan hukum anak tersebut diwakili
oleh ayahnya. Hal ini berbeda degnan ketentuandalam UUP dan
KHI. Menurut kedua ketentuan ini, anak yang belum dewasa dan
tali perkawinan orang tuanya masih utuh diwakili oleh
orangtuanya (ayah dan ibunya)
• Bagi perkumpulan, wakilnya adalah siapa yang
menurut anggaran dasar atau ketentuan dasar
diberi wewenang bertindak.untuk dan atas nama
perkumpulan yang bersangkutan.
• Apabila dalam gugatan disebut orang yang tidak
mempunyai kedudukan mewakili baik sebagai
penggugat maupun sebagai tergugat, maka pihak
tergugat dapat mengajukan eksepsi diskualifikator.
4. Menganalisis perumusan pihak
• Perumusan pihak yang menjadi pihak (penggugat atau
tergugat) tanpa diwakili oleh orang lain, adalah mudah,
cukup disebut nama, pekerjaan dan alamat. Perumusan
pihak perlu mendapat perhatian lebih apabila dalam
suatu perwakilan, khususnya perwakilan perkumpulan.
Dalam hal perkumpulan, maka harus dibedakan antara
perkumpulan yang berbadan hukum dengan
perkumpulan bukan badan hukum. Perkumpulan badan
hukum jika diibaratkan orang maka orang tersebut
adalah orang yang cakap melakukan perbuatan hukum
(bekwaam), sedangkan perkumpulan yang bukan badan
hukum ibaratnya adalah orang yang tidak cakap
melakukan perbuatan hukum (onbekwaam). 
• Bagi orang yang cakap berbuat hukum, maka dirinya
dapat maju sendiri sebagai penggugat atau
tergugat, namun bagi orang yang tidak cakap
berbuat hukum apabila tersangkut perkara di
pengadilan maka dirinya harus diwakili. Hal
demikian berlaku pula bagi perkumpulan.
Perkumpulan yang berbadan hukum dapat maju
sendiri atau diwakili sebagai penggugat atau
diajukan sebagai tergugat. Bagi perkumpulan yang
bukan badan hukum harus diwakili.
• Berikut ini diberikan contoh perumusan
perkumpulan sebagai tergugat bagi PT A yang sudah
berbadan hukum.
• a. maju sendiri sebagai pihak @
• PT A yang didirikan berdasar Akta Nomor 245
dibuat oleh Sumarwoto, Sarjana Hukum Notaris di
Semarang,yang sudah disahkan oleh yang berwajib
dan diumumkan dalam Berita Negara Tahun 2006
Nomor 23 Tambahannya Nomor 2567, beralamat di
Jalan Teuku Umar Nomor 29080 Semarang, yang
dalam hal ini diwakili oleh ......dst
• b. diwakili sebagai pihak
• Nama: Ir Sumargomo
• Pekerjaan : Swasta
• Alamat: Jl Gatot Subroto, Nomor 6784 Semarang
• Dalam kedudukannya selaku Direktur Utama
Perseroan yang akan disebut, berdasar
ketentuanPasal 10 (2) Anggaran Dasar Perseroan,
bertindak untuk dan atas nama serta
sah mewakili Perseroan PT A ........dst.
• Umpama yang menjadi tergugat adalah PT A yang
belum berdasar hukum, maka perumusan pihaknya
hanya dapat dilakukan dengan cara kedua (diwakili
sebagai pihak)
5. Menganalisis pokok perkara
• a.prestasi sudah opeisbaar
• Salah atu syarat agar suatu gugatan berhasil adalah gugatan
diajukan tepat pada waktunya. Dalam menganalisis gugatan,
maka tergugat juga harus menganalisis apakah gugatan yang
diajukan tersebut sudah saatnya untuk diajukan, misalnya
debitor wajib membayar utangnya pada tanggal 1 Desember,
baru tanggal 27 Agustus sudah digugat oleh kreditor untuk
membayar utangnya. Dalam hal ini tergugat dapat mengajukan
eksepsi dilatoir.
• b.Gugatan belum verjaar
• Verjaaring (lewat waktu, daluwarsa) dikenal dalam Hukum
Perdata Barat (Pasal 1963, 1967, 1968 KUH Perdata), namun
tidak dikenal dalam Hukum Perdata Adat. Apabila gugatan
diajukan setelah terjadinya daluwarsa, maka tergugat dapat
mengajukan eksepsi peremtoir.
b.Gugatan belum verjaar
• Verjaaring (lewat waktu, daluwarsa) dikenal dalam
Hukum Perdata Barat (Pasal 1963, 1967, 1968 KUH
Perdata), namun tidak dikenal dalam Hukum
Perdata Adat. Apabila gugatan diajukan setelah
terjadinya daluwarsa, maka tergugat dapat
mengajukan eksepsi peremtoir.
• c.Res judicata
• Satu perkara tidak boleh digugat dua kali. Apabila
gugatan diajukan untuk perkara yang sudah pernah
diajukan dan diadili oleh pengadilan, maka tergugat
dapat mengajukan eksepsi peremtoir.
• d.Gugatan beralasan
• Menurut Hukum Acara Perdata, agar berhasil suatu
gugatan harus didukung oleh peristiwa yang
diuraikan dalam bagian fundamentum
petendi untuk mendukung petitum. Apabila
dalam fundamentum petendi tidak ada uraian
peristiwa atau ada uraian peristiwa namun tidak
mendukung petitum, maka tergugat dapat
mengajukan eksepsi obscuur libel.

Anda mungkin juga menyukai