Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

YANG MENJADI TREND DI INDONESIA

Di susun:
Aulia Munawaroh 1900024268
Kelas ANSOS B
Fakultas Hukum
Universitas Ahmad Dahlan
Pendahuluan

I. Latar Belakang

Hukum merupakan suatu alat negara yang mempunyai tujuan untuk menertibkan, mendamaikan,
dan menata kehidupan suatu bangsa demi tercapainya suatu keadilan dan keseimbangan antara hak
dan kewajiban. Hukum merupakan himpunan peraturan perundang-undangan yang berisi tentang
perintah dan larangan-larangan yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan oleh karena itu
harus ditaati oleh masyarakat itu sendiri. Pada prinsipnya hukum merupakan kenyataan dan
pernyataan yang beraneka ragam untuk menjamin adanya penyesuaian kebebasan dan kehendak
seseorang dengan orang lain, yang pada dasarnya hukum mengatur hubungan manusia dalam
masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip yang beraneka ragam pula.

Hubungan antar manusia tentu tidak selurus jalan tol. Akan banyaknya warga Indonesia yang terdiri
dari jutaan jiwa juga beragamnya suku dan budaya yang tentu membuat atau membentuk karakter
seseorang berbeda-beda. Kadang perbedaan itulah menimbulkan kesalapahaman sampai pertikaian
bahkan kekerasan. Sikap ini timbul karena kuatnya keinginan seseorang dan tingginya nafsu dan ego
yang digunakan.

Tindak kekerasan dalam masyarakat sebenarnya bukan suatu hal yang baru. Berbagi pendapat,
persepsi, dan definisi mengenai kekerasan dalam rumah tangga berkembang dalam masyarakat.
Pada umumnya orang berpendapat bahwa KDRT adalah urusan intern keluarga dan rumah tangga.
Berbagai kasus berakibat fatal dari kekerasan orang tua terhadap anaknya, suami terhadap istrinya,
majikan terhadap rumah tangga, terkuak dalam surat kabar dan media massa. Kekerasan dalam
rumah tangga sebenarnya bukan merupakan hal yang baru. Namun, selama ini selalu dirahasikan
atau ditutup-tutupi oleh keluarga, maupun oleh korban sendiri atau keluarga. Kekerasan yang
terjadi dalam rumah tangga mengandung sesuatu yang spesifik atau khusus. Kekhususan tersebut
terletak pada hubungan antara pelaku dan korban, yaitu hubungan kekeluargaan atau hubungan
pekerjaan (majikan-pembantu rumah tangga).

II. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud KDRT


2. Faktor yang menjadikan KDRT
3. Dampak KDRT bagi korban
4. Cara agar meminimalisir terjadinya KDRT

III. Kesimpulan
Pembahasan

1. Pengertian KDRT

Sebelum kita berbicara tentang faktor penyebab KDRT. Ada baiknya kita mengenai pengertian
dari KDRT itu apa. Kekerasan Dalam Rumah Tangga merupakan sesuatu perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan yang dilakukan oleh pasangannya (suami), yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Sebagian besar korban
KDRT adalah kaum perempuan (istri) dan pelakunya adalah suami, walaupun ada juga korban
justru sebaliknya, atau orang-orang yang tersubordinasi di dalam rumah tangga itu. Pelaku atau
korban KDRT adalah orang yang mempunyai hubungan darah, perkawinan, persusuan,
pengasuhan, perwalian dengan suami, dan anak bahkan pembatu rumah tangga yang tinggal
dalam sebuah rumah tangga. Tidak semua tindakan KDRT dapat ditangani secara tuntas karena
korban sering menutup- nutupi dengan alasan ikatan struktur budaya, agama, dan belum di
pahaminya sistem hukum yang berlaku. Padahal perlindungan oleh negara dan masyarakat
bertujuan untuk memberi rasa aman terhadap korban serta menindak pelakunya.

Banyak orang (entah itu Si Pelaku maupun korban) tidak mengerti, apa saja tindakan yang
dikategorikan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Seperti yang diatur dalam Undang-undang
No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), jenis
kekerasan yang termasuk KDRT adalah:

1. KekerasanTerbuka (overt) yakni kekerasan fisik yang dapat dilihat, seperti perkelahian,
pukulan, tendangan, menjambak, mendorong, sampai pada membunuh.
2. Kekerasan Tertutup (covert) biasanya dikenal dengan kekerasan psikis atau emosional.
Kekerasan ini sifatnya tersembunyi, seperti ancaman, hinaan, atau cemooh yang kemudian
menyebabkan korban susah tidur, tidak percaya diri, tidak berdaya, terteror, dan memiliki
keinginan bunuh diri.
3. Kekerasan Seksual merupakan kekerasan yang dilakukan untuk memuaskan hasrat seks
(fisik) dan verbal (fisik). Secara fisik misalnya pelecehan seksual (meraba, menyentuh organ
seks, mencium paksa, memaksa berhubungan seks dengan pelaku atau orang ketiga,
memaksa berhubungan intim. Sedangkan verbal seperti membuat komentar, julukan, atau
gurauan porno yang sifatnya mengejek, juga membuat ekspresi wajah, gerakan tubuh, atau
pun perbuatan seksual lain yang sifatnya melecehkan dan atau menghina korban.
4. Kekerasan Finansial atau Definisi Kekerasan yang dilakukan dalam bentuk eksploitasi,
memanipulasi, dan mengendalikan korban dengan tujuan finansial. Serta memaksa korban
bekerja, melarang korban bekerja tapi menelatarkannya, atau mengambil harta pasangan
tanpa sepengetahuan.

2. Penyebab KDRT
Menurut Pakar Bidang Penelaah KekerasanZastrow & Browker (1984) menyatakan bahwa ada
tiga teori utama yang mampumenjelaskan terjadinya kekerasan, yaitu teori biologis, teori
frustasi- agresi, dan teori kontrol.

Pertama, teori biologis menjelaskan bahwa manusia, seperti juga hewan, memiliki suatu

instinkagressif yang sudah dibawa sejak lahir. Sigmund Freud menteorikan bahwa manusia

mempunyai suatu keinginan akankematian yang mengarahkan manusia-manusia itu untuk


menikmati tindakan melukaidan membunuh orang lain dan dirinya sendiri. Robert Ardery yang

menyarankan bahwa manusia memiliki instink untukmenaklukkan dan mengontrol wilayah,

yang sering mengarahkan pada perilakukonflik antar pribadi yang penuh kekerasan. Konrad
Lorenz menegaskan bahwa agresi dan kekerasan adalah sangat berguna untuksurvive. Manusia
dan hewan yang agresif lebih cocok untuk membuat keturunan dansurvive, sementara itu
manusia atau hewan yang kurang sagresif memungkinkanuntuk mati satu demi satu

Kedua, teori frustasi-agresi menyatakan bahwa kekerasan sebagai suatu cara untuk
mengurangiketegangan yang dihasilkan situasi frustasi. Teori ini berasal dari suatu pendapat
yang masukakal bahwa sesorang yang frustasi sering menjadi terlibat dalam tindakan agresif.
Orang frustasisering menyerang sumber frustasinya atau memindahkan frustasinya ke orang
lain. Diakui bahwasebagian besar tindakan agresif dan kekerasan nampak tidka berkaitan
dengan frustasi. Misalnya, seorang pembunuh yang pofesional tidak harus menjadi frustasi
untuk melakukan penyerangan.Teori ini menjelaskan bahwa orang-orang yang hubungannya
dengan orang lain tidakmemuaskan dan tidak tepat adalah mudah untuk terpaksa berbuat
kekerasan ketika usaha-usahnya untuk berhubungan dengan orang lain menghadapi situasi
frusstasi. Teori ini berpegang bahwa orang-orang yang memiliki hubungan erat dengan orang
lain yang sangat berarti cenderung lebih mampu dengan baik mengontrol dan mengendalikan
perilakunya yang impulsif. Travis Hirschi memberikan dukungan kepada teori ini melalu
temuannya bahwa remaja puterayang memiliki sejarah prilaku agresif secara fisik cenderung
tidak memiliki hubungan yangdekat dengan orang lain. 

Secara Umum, Dalam lingkup keluarga, KDRT umumnya terjadi karena :

 Kurang komunikasi, Ketidakharmonisan.


 Alasan Ekonomi.
 Ketidakmampuan mengendalikan emosi.
 Ketidakmampuan mencari solusi masalah rumah tangga apapun.
 Kondisi mabuk karena minuman keras dan narkoba.
 Latar budaya patriarki dan ideologi gender yang berpengaruh.
3. Dampak bagi korban KDRT

Terhadap korban perempuan

Mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak,
rasa tidak berdaya, trauma berkepanjangan

Terhadap korban anak

Mengenai dampak pada korban anak dibagi menjadi beberapa klasifikasi, sebagai berikut:

Dampak pada bayi

Bayi yang menjadi korban KDRT akan mengalami ketidaknormalan dalam pertumbuhan
dan perkembangannya yang sering
kali diwujudkan dalam problem emosinya, bahkan sangat terkaitdengan persoalan kelancaran
dalam berkomunikasi.

Terhadap anak kecil

Dampak KDRT terhadap anak usia muda (anak kecil) sering digambarkan dengan
problem perilaku, seperti seringnya sakit, memiliki rasa malu yang serius, memiliki self-esteem
Yang rendah, dan memiliki masalah selama dalam pengasuhan, terutama masalah sosial,
misalnya memukul, menggigit, dan suka mendebat.

  Dampak terhadap  Anak usia  pra sekolah

KDRT berdampak terhadap kompetensi perkembangan sosial-kognitif anak usia prasekolah.

Dampak terhadap Anak usia SD

kelompok anak-anak yang secara historis mengalami kekerasan dalam rumah tangganya
cenderung mengalami problem perilaku pada tinggi batas ambang sampai tingkat berat,memiliki
kecakapan adaptif di bawah rata-rata, memiliki kemampuan membaca di bawah usia
kronologisnya, dan memiliki kecemasan pada tingkat menengah sampai dengan tingkat tinggi.

  DampakTerhadapRemaja

kekerasan yang ada dalam rumah tangga, tidak sepenuhnya kekerasan itu berdampak
kepadasemua anak remaja, tergantung ketahanan mental dan kekuatan pribadi anak remaja
tersebut.Dari banyak penelitian menunjukkan bahwa konflik antar kedua orangtua yang
disaksikan olehanak-anaknya yang sudah remaja cenderung berdampak yang sangat berarti,
terutama anakremaja pria cenderung lebih agresif, sebaliknya anak remaja wanita cenderung
lebih dipresif.

4. Cara menanggulangi KDRT dengan memakai teori sosial

Pada hakikatnya secara psikologis dan pedagogis ada dua pendekatan yang dapat
dilakukanuntuk menangani KDRT yaitu, pendekatan kuratif dan pendekatan preventif.

Pendekatan kuratif
a. Menyelenggarakan pendidikan orangtua untuk dapat menerapkan cara mendidik
danmemperlakukan anak-anaknya secara humanis. 
b. Memberikan keterampilan tertentu kepada anggota keluarga untuk secepatnyamelaporkan
ke pihak lain yang diyakini sanggup memberikan pertolongan, jika sewaktu-waktu terjadi
KDRT.
c. Mendidik anggota keluarga untuk menjaga diri dari perbuatan yang mengundangterjadinya
KDRT.
d. Membangun kesadaran kepada semua anggota keluarga untuk takut kepada akibatyang
ditimbulkan dari KDRT.
e. Membekali calon suami istri atau orangtua baru untuk menjamin kehidupan yangharmoni,
damai, dan saling pengertian, sehingga dapat terhindar dari perilaku KDRT.
f. Melakukan filter   terhadap media massa, baik cetak maupun elektronik, yang menampilkan
informasi kekerasan.
g. Mendidik, mengasuh, dan memperlakukan anak sesuai dengan jenis kelamin, kondisi,dan
potensinya.h. Menunjukkan rasa empati dan rasa peduli terhadap siapapun yang terkena
KDRT,tanpa sedikitpun melemparkan kesalahan terhadap korban KDRT.i. Mendorong dan
menfasilitasi pengembangan masyarakat untuk lebih peduli danresponsif terhadap kasus-
kasus KDRT yang ada di lingkungannya.

Pendekatan Preventif

Memberikan sanksi secara edukatif kepada pelaku KDRT sesuai dengan jenis dantingkat
berat atau ringannya pelanggaran yang dilakukan, sehingga tidak hanya berarti bagi pelaku
KDRT saja, tetapi juga bagi korban dan anggota masyarakat lainnya.
Memberikan incentive bagi setiap orang yang berjasa dalam mengurangi, mengeliminir,dan
menghilangkan salah satu bentuk KDRT secara berarti, sehingga terjadi proseskehidupan
yang tenang dan membahagiakan.
Menentukan pilihan model penanganan KDRT sesuai dengan kondisi korban KDRT dannilai-
nilai yang ditetapkan dalam keluarga, sehingga penyelesaiannya memilikiefektivitas yang
tinggi.
Membawa korban KDRT ke dokter atau konselor untuk segera mendapatkan
penanganansejak dini, sehingga tidak terjadi luka dan trauma psikis sampai serius.
Menyelesaikan kasus-kasus KDRT yang dilandasi dengan kasih sayang dan
keselamatankorban untuk masa depannya, sehingga tidak menimbulkan rasa dendam bagi
pelakunya.
Mendorong pelaku KDRT untuk sesegera mungkin melakukan pertaubatan diri kepadaAllah
swt, akan kekeliruan dan kesalahan dalam berbuat kekerasan dalam rumah tangga,sehingga
dapat menjamin rasa aman bagi semua anggota keluarga.
Pemerintah perlu terus bertindak cepat dan tegas terhadap setiap praktek KDRT
denganmengacu pada UU tentang PKDRT, sehingga tidak berdampak jelek bagi
kehidupanmasyarakat. Pilihan tindakan preventif dan kuratif yang tepat sangat tergantung
padakondisi riil KDRT, kemampuan dan kesanggupan anggota keluarga untuk keluar
dari praketk KDRT, kepedulian masyarakat sekitarnya, serta ketegasan pemerintah
menindak praktek KDRT yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

IV. Kesimpulan
Setiap keluarga pada awalnya selalu mendambakan kehidupan rumah tangga yang aman,nyaman, dan
membahagiakan. Secara fitrah perbedaan individual dan lingkungan sosial
budaya berpotensi untuk menimbulkan konflik. Bila konflik sekecil apapun tidak segera dapat diatasi,san
gatlah mungkin berkembang menjadi KDRT. Kejadian KDRT dapat terwujud dalam bentukyang ringan
sampai berat, bahkan dapat menimbulkan korban kematian, sesuatu yang seharusnyadihindari. Untuk
dapat menyikapi KDRT secara efektif, perlu sekali setiap anggota keluargamemiliki kemampuan dan
keterampilan mengatasi KDRT, sehingga tidak
menimbulkan pengorbanan yang fatal. Tentu saja hal ini hanya bisa dilakukan bagi anggota keluarga yan
gsudah memiliki usia kematangan tertentu dan memiliki keberanian untuk bersikap dan
bertindak.Sebaliknya jika anggota keluarga tidak memiliki daya dan kemampuan untuk
menghadapiKDRT, secara proaktif masyarakat, para ahli, dan pemerintah perlu mengambil inisiatif
untukikut serta dalam penanganan korban KDRT, sehingga dapat segera menyelamatkan
danmenghindarkan anggota keluarga dari kejadian yang tidak diinginkan.
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/9305737/Makalah_KDRT

http://repository.unissula.ac.id/6647/4/BAB%20I_1.pdf

https://doc.lalacomputer.com/makalah-kdrt/

Anda mungkin juga menyukai