Anda di halaman 1dari 64

Trauma Dada dan Abdomen

Ns. Fitri Mailani, M.Kep


Trauma Thorax
Mekanisme nya antara lain:
• Karena trauma langsung (direct blow) misalnya fraktur kosta
• karena trauma deselerasi (deceleration injury)
• Karena kompresi (compression injury)

Karekteristik
• Trauma tumpul thorax tersering menyebabkan fraktur kosta
• Bila terjadi fraktur scapula, sternum, atau kosta 1 adalah akibat kekuatan yang besar
(massive force of injury)

Trauma tumpul thorax (Blunt chest trauma) salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas pada kasus emergensi .

Kontusio paru terjadi trauma dinding yang berat (severe of blunt chest wall injury)
a.l pada kasus flail chest atau akibat gelombang ledak (blast wave injury).
Mekanisme Cedera
KASUS trauma pada kecelakaan lalu lintas
Trauma thorax – anatomi fisiologi - klinis
Trauma dinding dada
• Fraktur costa
• Fraktur sternum

• Trauma pembuluh
darah besar
• Perdarahan
medistinum

• Kontusio
jantung • Penumothorax
• Tamponade • Hematothorax
jantung • Kontusio paru

Trauma organ solid


intraabdomen
(hepar,lien) perdarahan
intraabdomen 5
Kasus trauma thorax terbanyak
FRAKTUR KOSTA PNEUMOTHORAX HEMATOTHORAX
Klinis tergantung Klinis tergantung Klinis tergantung jumlah
• jumlah fraktur (>3 • Tertutup dibedakan perdarahan
unilateral, > 3 bilateral, berdasarkan luas Keluhan bervariasi : tidak ada
Gawat darurat flail chest) pneumothorax ( < 15%, keluhan, keluhan sesah
terbanyak 30-50%, Gawat
• lokasi fraktur (anterior, darurat : Tension
ditambah keluhas sesuai
lateral, posterior). pneumothorax) jumlah kehilangan darah
(gawat darurat : Hematothorax
• Terbuka (open pneumothorax massif)
Keluhan : Nyeri, Sesak Gawat darurat)
Keluhan bervariasi, discomfort
(luas < 15%) , asimetris bentuk dan
gerak, sesak ( pd Tension disertai
gangguan hemodinamik)

6
Hemothorax and
Hemopneumothorax

• Pneumothorax, hemothorax, and hemopneumothorax.


FRAKTUR KOSTA

Robekan
Fraktur parenkim
Kostovertebral paru

Flail chest

fraktur
kostokondral

Fraktir
kondrosternal
PENYEBAB KEMATIAN PADA 2
TRAUMA SAAT PENILAIAN AWAL
(Primary survey) 3
Lethal six”
1. Airway obstruction
2. Tension pneumothorax 4 5 6
3. Cardiac tamponade
4. Open pneumothorax
5. Massive hemothorax
6. Flail chest

9
Tension Pneumotoraks
• Akibat trauma, udara bocor masuk rg pleura setiap
inspirasi dan tdk bisa keluar, sehingga tekanan intra
pleura akan sangat tinggi
• Paru2 kolaps, asimetris dinding dada (klinis sesak)
• pembuluh drh balik (VCS,VCI) kolaps darah ke jantung
terhambat, (klinis tekanan jugular meningkat)
• isi jantung kurang (klinis tekanan darah menurun).
• Mediastinum terdorong termasuk trakhea kearah
berlawanan (klinis trachea tidak digaris tengah)
• Dagnosis; berdasakan pemeriksaan klinis bukan
radiologis
• Tindakan pertama; tindakan dekompresi segera
(needle thoracostomy),
Tamponade Jantung
• Hemopericardium, krn perikard kaku maka
terjadi
• Gangguan gerakan jantung. (klinis bunyi jantung
menjauh)
• Darah tidak bisa masuk ke jantung (klinis terjadi
bendungan vena jugularis)
• Gangguan gerakan jantung (tekanan darah turun)
• Diagnosis : klinis ketiganya disebut TRIAS BECK.
• Tindakan : perikardiostomi (tusuk dg jarum
besar/abocath 14-16F dgn spuit, pada ujung
proc. Xiphoideus arah ujung skapula kiri 45,
hati2 bedakan darah intraperikard atau dari
dalam jantung, pasang EKG monitor)
Hematotoraks Masif
• Hematotoraks : Perdarahan dalam rg
pleura.
• Paru kolaps , hipoksia,
• Kehilangan darah, tanda syok hipovolemik,
anemis.

• Hematothorax massif
• initial drain > 1,000 cc
• Atau perdarahan kontinyu 200
cc/jam dalam 2 jam berturut.

• Tindakan :
Pasang chest tube (WSD), bila perdarahan >
200 cc/ jam (dalam 2-4 jam pertama) indikasi
torakotomi penghentian sumber perdarahan.

7/14/2018 TWM- PIT PDUI 12


Open Pneumotoraks
• Defek pada dinding dada dgn
diameter > 2/3 trakhea shg
udara masuk melalui dinding
dada lbh bsr d.p masuk
trachea , paru kolaps (klinis ;
sesak)

• Tindakan
Tutup dgn kasa steril 3 sisi

7/14/2018 TWM- PIT PDUI 13


Flail chest

• # kosta lebih dari 2 pada 1 level (segmental)

• Klinis : pernafasan paradoksal, nafas cepat, nyeri,


disertai pneumotoraks, hematotoraks, kontusio
paru. Sering dgn distress pernafasan.

• Tindakan : pemasangan chest tube, analgetika,


kemungkinan intubasi dgn ventilasi mekanik.
Major thoracic trauma

Lethal six” Hidden six”

• Airway obstruction • Pulmonary contusion


• Tension pneumothorax • Tracheobronchial rupture
• Cardiac tamponade
• Blunt cardiac injury
• Open pneumothorax
• Massive hemothorax • Diaphragmatic tear
• Flail chest • Aortic rupture
• Esophageal perforation
Kontusio paru
Risiko pada kontusio paru Diagnostik & manajemen
• Kontusio paru berisiko terhadap factor • Diagnosis : pemeriksaan fisik , foto
terjadinya thorax ( 6 jam pasca trauma
• Acute lung injury (ALI), Pa O2/FiO2 : 201-300 penting).
mmHg
• ARDS (Pa O2/ FiO2 < 200 mmHg) • Separuh kasus : asymptomatic pada
• Pulmonary failure. awalnya , keluhan bertambah
memburuk dalam 3-4 jam pasca
Pada kontusio yang berat dapat memburuk trauma.
dalam beberapa hari dan mungkin
menyebabkan kematian bila tidak dilakukan
penanganan Hypoventilasi krn kontusi • Keluhan dengan respirasi
memerlukan manajemen cairan dan oksigenasi yg tidak adekuat, perlu
ventilatory support, bila diperlukan intubasi dan penggunaan ventilasi
mekanik
Flail chest – kontusio paru
FLUID THERAPY

• Pemberian terapi cairan pada kontusio paru – kontroversi , karena :


• hypervolemia (excessive fluid) dapat memperburuk hipoksia pada edema
paru ,
• hypovolemia (low blood volume memperburuk keadaan pada pasien dgn
syok hipovolemik).

• Edema paru terjadi karena peningkatan cairan di paru setelah 72 jam


akan memperburuk oksigenasi dan menyebabkan hipoksia
Ruptur Diafragma
• Akibat trauma terjadi mekanisme
Paper bag effect (efek kantung
kertas), kiri lbh sering

• Organ dalam abdomen bisa masuk


(gaster, kolon, ileum) ke rongga
thorax

• Klinis sesak. Bising usus di rongga


toraks, pasang NGT buat X ray

• Koreksi dengan pembedahan


Ruptura Trakhea - Bronkhus
• Ruptur trakhea,
bronkhus sering
didaerah karina
(percabangan), bila
ruptur total bisa fatal

• Klinis
• hemoptisis,
• sianosis,
• empisema subkutis,
• intubasi sulit karena
distorsi trakhea.
Ruptur Aorta
• Sering bersifat fatal, bila partial/ kecil akan terdapat hematom
di mediastinum dapat menjadi sumbat sementara

• Klinis
• Tampak jejas pada dada,
• Tekanan darah tidak pernah membaik,
• Pada X ray terdapat gambaran pelebaran mediastinum (curigai ruptur
aorta)

• Diagnostik aortografi, tindak pembedahan khusus di RS


dengan fasilitas lengkap
Indications for Angiography
• X ray thorax:
terdapat gambaran
pelebaran mediastinum
(>8cm)
CHEST TRAUMA SCORE
AGE SCORE <45 1
45-65 2
>65 3
Pulmonary
None 0
contusion score Unilateral minor 1
Bilateral minor 2
Unilateral major 3
Bilateral major 4
Rib score <3 rib 1
3-5 rib 2
>5 rib 3

Bilateral rib
No 0
fractures yes 2
Sistem skoring
• Banyak Sistem skoring pada trauma yang digunakan

• Penerapan sistem skoring utk prediksi mortality dn morbidity

• Diperlukan terutama untuk mengetahui baik buruknya satu


system pelayanan di fasilitas kesehatan
ASUHAN KEPERAWATAN

Primary Survey

•A airway dengan kontrol servikal


•B breathing, menjaga pernafasan dan
ventilasi
•C circulation dengan kontrol perdarahan
•D Disability : status neurologis
•E exposure/enviromental control :
membuka pakaian pasien dan mencegah
hipotermia
PENGKAJIAN
Waktu terjadi cedera
Mekanisme cedera
Keluhan pasien : Dyspnea, Dysphagia
Tanda-Tanda Vital
Apakah menggunakan alkohol atau obat-obatan
Tindakan yang sudah dilakukan pada pra hospital
PEMERIKSAAN FISIK
INSPEKSI :
 dinding dada
 keadekuatan nafas, kedalaman, RR
 Pergerakan dada simetris atau tidak
 Tanda trauma leher (ekhimosis, swelling, hematom, airway obstruksi
 swelling daerah leher atau wajah dapat menjadi indikasi injuri
mediastinum, esophagus, dan trakheobronkhial)
 Lihat vena jugularis
 peningkatan JVP merupakan indikasi adanya tension pneumothorak atau
tamponade jantung
 Periksa tanda-tanda syok
Penurunan TD dapat menunjukan adanya syok hipovolemik atau
masalah lain tension pneumothoraks atau tampnade jantung
 Lihat abdomen bagian atas kemungkinan adanya trauma tumpul
atau tembus
PEMERIKSAAN FISIK

AUSKULTASI :
Suara nafas penurunan suara nafas indikasi adanya
pneumothorak atau hemothorak
Auskultasi dada bowel sound ruptur diafragma
Heart sound bunyi jantung menjauh dan kecil
indikasi tamponade jantung
Neck bruit indikasi vaskular injury
PERKUSI :
Dullness indikasi adanya hemothorak
Hiperesonan indikasi adanya pneumothorak
PEMERIKSAAN FISIK

PALPASI :
Posisi trakhea
Palpasi terhadap nyeri tekan
Daerah leher, dada, dan clavikula terhadap adanya :
tenderness, swelling, hematoma, emphisema sub kutis
Amati adanya krepitasi
Secondary Survey

• Jangan dimulai jika survey primer belum lengkap, resusitasi


belum dimulai dan pasien belum dinilai kembali
• Anamnesa AMPLE (alergi, medikasi, past illness, last meal,
event/environtment)
• Mekansime cedera/perlukaan
• Head to toe (trauma ditempat lain)
• Reevaluasi
• Neurologic score
PEMERIKSAN DIAGNOSTIK

Radiologi
Thorak foto
Esophagoscopy
Brokhoscopy dan laringoscopy
CT Scan
Lab
Lain-lain : EKG, CVP, Ekhokardiography
DIAGNOSA KEPERAWATAN & OUTCOME
Pola nafas tidak efektif b.d nyeri, kolaps paru,
kerusakan muskuloskeletal, ketidakstabilan segmen
dinding dada

OUTCOME
Pola nafas efektif, kriteria evaluasi :
RR, kedalaman, pola pernafasan normal
Pengembangan dada simetris
Tidak tampak stridor, dispnea, sianosis
Suara nafas bersih & sama antara paru kanan dan kiri
Hasil AGD dalam batas normal
Trakhea mid line
Gangguan pertukaran gas b.d tidak efektif pola nafas,
tertahannya sekret, akumulasi darah di dalam ruang
thoraks, penurunan inspirasi, kontusio paru, syok

OUTCOME
Pertukaran gas adekuat, kriteria evaluasi :
Hasil AGD dalam batas normal
Warna kulit normal, hangat dan kering
Tingkat kesadaran meningkat
RR, kedalaman, dan pola nafas reguler
Defisit volume cairan b.d hemoragi, kerusakan pembuluh
darah besar

OUTCOME
Volume sirkulasi efektif, kriteria evaluasi :
TTV normal dan stabil
Urine output 1 cc/kgBB/jam
Nadi perifer teraba kuat
Tingkat kesadaran meningkat
Warna kulit normal, hangat, kering
Hb, HCT normal
CVP normal
Perdarahan terkontrol
Penurunan cardiac output b.d hipovolemik syok, kompresi jantung dan
pembuluh darah besar, penurunan pengisian jantung dan ejeksi jantung

OUTCOME
Fungsi sirkulasi adekuat, kriteria avaluasi :
Nadi perifer teraba kuat
Frekuensi nadi 60 – 100 x/menit
Suara jantung normal
EKG normal
Tidak ada distensi vena jugularis
Trakhea mid line
Kulit normal, hangat dan kering
Tingkat kesadaran meningkat
CVP normal
Nyeri akut b.d trauma dinding dada, iritasi pleura, prosedur
invasif

OUTCOME
Nyeri terkontrol, kriteria avaluasi :
Tingkat nyeri berkurang
Tidak ditemukan tanda-tanda fisiologi nyeri seperti : takhikardi,
takhipnea, pallor, diaphoresis, peningkatan TD
Tidak ada tanda non verbal nyeri
Pasien kooperatif terhadap perawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN

Kontrol servikal dan jalan nafas jika ditemukan masalah


Perbaiki posisi : sewifowler
Bebaskan jalan nafas/pertahankan jalan nafas
Tutup defek dengan bahan yang ada atau dengan kasa +
veseline yang diplester pada ketiga sisinya pada open
pneumothorak
Stabilisasi impaled object jika terdapat benda asing yang
menancap
Pasang pulse oksimetri atau monitor EKG
Observasi TTV dan respon pasien
Mempertahankan keseimbangan cairan
Ajarkan teknik manajemen nyeri non farmakologis :
relaksasi
Berikan dukungan psikologis
Monitor chest tube drainase :
Perhatikan dan catat warna, konsistensi dan jumlah cairan
Perawatan chest tube :
• Ubah posisi pasien setiap 2 jam untuk mencegah obstruksi,
dan meningkatkan pengeluaran udara dan cairan/darah
• Bila terdapat bekuan regangkan selang dan perbaiki posisi
selang untuk meningkatkan gravitasi
• Pijat untuk melepaskan secara perlahan bekuan ke arah
botol drainase
• Bila drainase tetap tidak efektif maka segera laporkan untuk
perbaikan pemasangan chest tube
Kolaborasi :
pemberian terapi oksigen
pemberian cairan infus dan resusitasi cairan pada kasus
hemothoraks massif dengan syok hipovolemik
Needle thorakosintesis pada tension pneumothorak
persiapkan untuk pemasangan chest tube
persiapan pemasangan needle perikardiosintesis pada kasus
tamponade jantung
AGD, koreksi, analgetika, AB dan ventilator
Dokumentasi keperawatan
TRAUMA ABDOMEN
Abdominal Injuries

• First Take Standard Precautions.


Cover the dressed wound to maintain warmth. Secure the covering with tape or cravats tied
above and below the position of the exposed organ.
Tanda dan Gejala
• Nyeri, awalnya ringan tetapi dengan cepat menjadi
tidak dapat ditoleransi
• kram
• Mual
• Kelemahan
• Haus
• Laserasi yang jelas dan luka tusukan di perut

continued on next slide


ETIOLOGI
• Paksaan /benda tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum.
• Jatuh
• Kekerasan fisik atau pukulan,
• Kecelakaan kendaraan bermotor
• Cedera akibat berolahraga
• Benturan
• Ledakan
• Deselarasi
• Kompresi atau sabuk pengaman.
• Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
• Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga
peritoneum.
• Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka tembak.
PENILAIAN / assessment
Riwayat trauma
1. Trauma tumpul (kecepatan, jenis benda), posisi korban pasca
trauma, pada KLL kerusakan kendaraan yang terjadi .
2. Trauma Penetrans: dipengaruni jenis senjata dan jarak.

Pemeriksaan fisik
• Inspeksi, Auskultasi, Perkusi, Palpasi
• Pemeriksaan luka (eksplorasi oleh dokter bedah).
• Menilai stabilitas tulang pelvis.
• Pemeriksaan perineal, rektal dan penis.
• Pemeriksaan vaginal dan luteal.
Diagnostic methods

Abdominal US (FAST) FAST


(Focused Assessment with
DPL Sonography for
Trauma)

Abd. CT DPL
(Diagnostic Peritoneal
Lavage)

DL
(Diagnostic Laparoscopy)
Diagnostic Peritoneal Lavage
PEMASANGAN TUBE/ KATETER
• Pemasangan NGT (Kontra indikasi pemasangan
NGT→fraktur basis kranii)

• Pemasangan kateter urine ( sering dilakukan sebagai


bagian dari tahapan resusitasi. Kontraindikasi : bila
ruptur uretra). Kegunaan untuk
- monitor diuresis
- dekompresi v. urinaria ( bila akan dilkukan DPL)
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS trauma

• Pemeriksaan Rutin (Pemeriksaan rontgen standar


ATLS) :
- Foto servikal lateral
- Toraks AP
- Pelvis AP
• Pemeriksaan Tambahan
- Foto abdomen AP + kontras
- CT Scan abdomen
DIAGNOSTIK KHUSUS
• Trauma tumpul
• DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage)
• USG
• CT scan
• Trauma penetrans
• Anterior → eksplorasi luka
• Posterior → foto rontgen + kontras.
INDIKASI OPERASI
Indikasi berdasarkan evaluasi abdomen
1.Trauma tumpul abdomen dengan DPL +
2.Trauma tumpul abdomen dengan hipotensi berulang setelah
resusitasi cairan
3.Peritonitis difusa
4.Hipotensi dengan luka tembus
5.Perdarahan dari gaster, anus, tr. urinarius akibat luka tembus
6.Luka tembak melalui rongga peritonium atau retroperitoneum
7.Eviscerasi
PENUNJANG DIAGNOSTIK
PADA TRAUMA TUMPUL ABDOMEN
DPL USG CT
Indikasi Diagnostik perdarahan Diagnostik ada koleksi Diagnostik cedera
bila tekanan darah turun cairan bila tekanan organ intra abdomen
darah turun bila tekanan darh
normal

Keuntungan Diagnosis cepat Diagnosis cepat; Sspesifik untuk


sensitif; tidak invasif dan dapat cedera;
akurasi 98% diulang; akurasi 92%-98%
akurasi 86%-97%
Kerugian Invasif, Tergantung Membutuhkan biaya &
Tidak dapat utk kemampuan operator waktu lebih lama,
mengetahui cedera sulit bila terdapat gas Pasien harus dalam
diafragma atau cedera usus dan udara keadaan stabil
retroperitoneum dibawah kulit.
Patient Assessment
• Luka robek dan tusukan pada panggul, dan punggung
tengah dan bawah
• Indikasi trauma tumpul
• Indikasi berkembangnya syok
• Batuk atau muntah darah
• Perut kaku dan/atau nyeri tekan
• Perut buncit
• Pasien harus imobilisasi
Patient Care
• Tetap waspada untuk muntah; menjaga jalan napas
tetap terbuka.
• Tempatkan pasien terlentang dengan kaki tertekuk di
lutut untuk mengurangi ketegangan pada otot perut.
• Berikan oksigen konsentrasi tinggi.
• Perhatikan tanda-tanda syok
• Jangan memberikan apa pun kepada pasien melalui
mulut.
• Pantau tanda-tanda vital secara terus menerus.
• Transportasi sesegera mungkin.
continued on next slide
Patient Care
• Langkah tambahan untuk cedera perut terbuka
- Kendalikan pendarahan luar dan balut semua
luka.
- Jangan menyentuh, mencabut jika ada luka tusuk
atau berusaha memasukkan organ yang keluar dari
abdomen.
- Balut luka dengan pembalut steril yang dibasahi
dengan saline steril di atas lokasi luka.
- Stabilkan dengan perban pembalut besar di area
cidera.
- . Biarkan kaki pasien pada posisi yang ditemukan
untuk menghindari gerakan otot yang dapat
memindahkan objek yang tertusuk

continued on next slide


PENANGANAN PRE HOSPITAL DAN HOSPITAL
Pre Hospital
• Penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak
berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
1. Airway
• Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat
dagu, periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan
tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah atau benda asing
lainnya.
2. Breathing
• Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ‘lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk
memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan
pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat
tidaknya pernapasan).
3. Circulation
• Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-
sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika
tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera.
Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30 kali
kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).

Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul)


1. Stop makanan dan minuman
2. Imobilisasi
3. Kirim kerumah sakit.
Penetrasi (trauma tajam)
1. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya)
tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
2. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan
kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga
tidak memperparah luka.
3. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang
keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
4. Imobilisasi pasien.
5. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekan.
7. Kirim ke rumah sakit.
Hospital
1. Trauma penetrasi
• Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli bedah
yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan
dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka
keluar yang berdekatan.
a. Skrinning pemeriksaan rontgen
b. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning: Ini di lakukan untuk mengetahui
jenis cedera ginjal yang ada.
c. Uretrografi.
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
d. Sistografi: Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada
kandung kencing, contohnya pada fraktur pelvis dan trauma non-penetrasi
KESIMPULAN
• Penting mengetahui mekanisme trauma.
• Trauma organ sebagian besar berupa trauma multiple
• Penanganan harus berpedoman pada penanganan trauma (primary
survey, secondary survey, tertiary survey)
• Assesment dan penanganan dapat berjalan simultan pada kasus
gawat darurat.
TRAUMA MULTIPEL

Anda mungkin juga menyukai