STATUS PASIEN
AUTOANAMNESA
Keluhan Utama:
Keluhan Tambahan:
Sesaat sebelum dibawa ke IGD pasien mengalami pembacokan pada dada kiri.
Setiba di IGD pasien mulai berangsur-angsur merasa sesak napas. TKP :
Superindo Ciaul
Riwayat asma +
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan Darah
: 90/60 mmHg
Nadi
: 66 kali/menit
Pernapasan
: 24 kali/menit
Suhu
: 360C
STATUS GENERALIS
Kepala
Kepala
Mata
Thorax
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
Genitalia
PRIMARY SURVEY
A : Clear, artikulasi jelas, benda asing (-), retraksi otot intercostal / supraclavicula (-),
stridor (-)
D : GCS 15
E : 36C
STATUS LOKALIS
FOTO THORAX
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb
: 11 g/dL
Leukosit
: 31.100/ul
Ht
: 32,8 %
Trombosit
: 192.000/ul
RESUME
Pasien laki-laki, usia 17 tahun datang dengan keluhan luka tusuk akibat pembacokan
pada dada kiri. Pasien mengeluh adanya sesak napas yang muncul perlahan-lahan dan
semakin memberat setelah pasien tiba di IGD.
Tanda-tanda vital
Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
: 66 kali/menit
Pernapasan
: 24 kali/menit
Suhu
: 360C
: Compos mentis
: 90/60 mmHg
Thorax
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja :
PENATALAKSANAAN
O2
IVFD RL 20 tpm
Medikamentosa
Pro WSD
LAPORAN OPERASI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Trauma thorax adalah luka atau cedera mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang
disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan
gawat thorax akut.2
Trauma thorax dapat meliputi kerusakan pada dinding dada, vertebra
thoracalis, jantung, paru-paru, aorta thoracalis dan pembuluh darah besar, namun
jarang mengenai esofagus. 3
2.2 Anatomi
Thorax (atau dada) adalah daerah tubuh yang terletak diantara leher dan
abdomen. Thorax rata dibagian depan dan belakang tetapi melengkung di bagian
samping. Rangka dinding thorax yang dinamakan cavea thoracis dibentuk oleh
columna vertebralis di belakang, costae dan spatium di bagian samping, serta
sternum dan cartilage costalis di depan. Di bagian atas, thorax berhubungan
dengan leher dan di bagian bawah dipisahkan dengan abdomen oleh diaphragma.
Cavea thoracis melindungi paru dan jantung dan merupakan tempat perlekatan
otot-otot thorax, ekstremitas superior, abdomen dan punggung.1
Cavitas thoracis (rongga thorax) dapat dibagi menjadi: bagian tengah yang
disebut mediastinum dan bagian lateral yang ditempati pleura dan paru. Paru
diliputi oleh selapis membrane tipis yang disebut pleura viceralis, yang beralih di
hilus pulmonalis (tempat saluran udara utama dan pembuluh darah masuk ke
paru-paru) menjadi pleura parietalis dan menuju ke permukaan dalam dinding
thorax. Dengan cara ini terbentuk dua kantong membranosa yang dinamakan
cavitas pleuralis pada setiap sisi thorax, diantara paru-paru dan dinding thorax.1
Kerangka rongga thorax, meruncing pada bagian atas dan berbentuk
kerucut terdiri dari sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang berakhir
di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang yang melayang. Kartilago
dari 6 iga memisahkan articulasio dari sternum, kartilago ketujuh sampai sepuluh
berfungsi membentuk tepi kostal sebelum menyambung pada tepi bawah sternum.
5
Perluasan rongga pleura di atas klavicula dan di atas organ dalam abdomen
penting untuk dievaluasi pada luka tusuk.2
Musculus pectoralis mayor dan minor merupakan muskulus utama dinding
anterior thorax. Muskulus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan muskulus
gelang bahu lainnya membentuk lapisan muskulus posterior dinding posterior
thorax. Tepi bawah muskulus pectoralis mayor membentuk lipatan/plika aksilaris
posterior.2
Dada berisi organ vital paru dan jantung, pernafasan berlangsung dengan
bantuan gerak dinding dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan
yaitu muskulus interkostalis dan diafragma, yang menyebabkan rongga dada
membesar sehingga udara akan terhisap melalui trakea dan bronkus.Pleura adalah
membran aktif yang disertai dengan pembuluh darah dan limfatik. Disana
terdapat pergerakan cairan, fagositosis debris, menambal kebocoran udara dan
kapiler. Pleura visceralis menutupi paru dan sifatnya sensitif, pleura ini berlanjut
sampai ke hilus dan mediastinum bersama sama dengan pleura parietalis, yang
melapisi dinding dalam thorax dan diafragma. Pleura sedikit melebihi tepi paru
pada setiap arah dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru paru normal,
hanya ruang potensial yang ada.2
Diafragma bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga keenam
kartilago kosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal, bagian
muskuler melengkung membentuk tendo sentral. Nervus frenikus mempersarafi
motorik dari interkostal bawah mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik
setinggi putting susu, turut berperan dalam ventilasi paru paru selama respirasi
biasa / tenang sekitar 75%.2
2.3 Etiologi
1. Trauma tembus (tajam)
Pada trauma tembus terjadi diskontinuitas dinding toraks (laserasi) langsung
akibat penyebab trauma, terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca,
peluru, dsb). Sekitar 10-30% dari trauma tembus memerlukan operasi
torakotomi.4
2. Trauma tumpul
Pada trauma tumpul tidak terjadi diskontinuitas dinding toraks. Penyebabnya
antara lain kecelakaan lalu lintas, terjatuh, cedera olahraga, dsb. Kelainan
6
tersering akibat trauma tumpul toraks adalah kontusio paru. <10% trauma jenis
ini memerlukan operasi torakotomi.4
2.4 Epidemiologi
Secara keseluruhan angka mortalitas trauma thorax adalah 10 %, dimana
trauma thorax menyebabkan satu dari empat kematian karena trauma yang terjadi
di Amerika Utara. Banyak penderita meninggal setelah sampai di rumah sakit dan
banyak kematian ini seharusnya dapat dicegah dengan meningkatkan kemampuan
diagnostik dan terapi. Kurang dari 10 % dari trauma tumpul thorax dan hanya 15
30 % dari trauma tembus thorax yang membutuhkan tindakan torakotomi.
Mayoritas kasus trauma thorax dapat diatasi dengan tindakan teknik prosedur
yang akan diperoleh oleh dokter yang mengikuti suatu kursus penyelamatan kasus
trauma thorax.2
2.5 Patofisiologi
Pada dasarnya patofisiologi yang terjadi pada trauma thorax adalah akibat dari
kegagalan ventilasi, kegagalan pertukaran gas pada tingkat alveolar dan kegagalan
sirkulasi karena perubahan hemodinamik.5
Hipoksia, hiperkarbia dan asidosis sering disebabkan oleh trauma thorax.
Hipoksia jaringan merupakan akibat dari tidak kuatnya pengangkutan oksigen ke
jaringan oleh karena hipovolemia (kehilangan darah), pulmonary ventilation /
perfusion mismatch (contoh kontusio, hematoma, kolaps alveolus) dan perubahan
dalam tekanan intrathorax (contoh tension pneumothorax, pneumothorax terbuka).
Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi akibat
perubahan tekanan intrathorax atau penurunan tingkat kesadaran.
Asidosis
Fraktur sternum dan scapula secara umum disebabkan oleh benturan langsung,
trauma tumpul jantung harus selalu dipertimbangkan bila ada asa fraktur
sternum. Yang paling sering mengalami trauma adalah iga bagian tengah (iga
ke -4 sampai ke -9).2
Flail Chest
Terjadi ketika segmen dinding dada tidak lagi mempunyai kontinuitas
dengan keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga
multiple pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur.
Adanya segmen flail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan
pada pergerakan dinding daad. Jika kerusakan parenkin paru di bawahnya
terjadi sesuai dengan kerusakan pada tulang makan akan menyebabkan
hipoksia yang serius.2
Kesulitan utama pada kelainan flail chest yatu trauma pada parenkim
paru yang mungkin terjadi (kontusio paru).
Walaupun ketidak-stabilan
disebabkan nyeri yang mengakibatkan gerakan dinding dada yang tertahan dan
trauma jaringan parunya. Flail chest mungkin tidak terlihat pada awalnya,
karena splinting (terbelat) dengan dinding dada. Gerakan pernafasan menjadi
buruk dan toraks bergerak secara asimetris dan tidak terkoordinasi. Palpasi
gerakan pernafasan yang abnormal dan krepitasi iga atau fraktur tulang rawan
membantu diagnosis. Dengan foto toraks akan lebih jelas karena akan terlihat
fraktur iga yang multiple, akan terapi terpisahnya sendi costochondral tidak
akan terlihat.2
Pemeriksaan analisis gas darah yaitu adanya
hipoksia akibat
kerusakan parenkim paru pada flail chest, maka akan sangat sensitif terhadap
kekurangan ataupun kelebihan
resusitasi cairan.
memperbaiki
diagnosis dan pola trauma yang terjadi pada penderita tersebut ditemukan
secara lengkap. Penilaian hati-hati dari frekuensi pernafasan, tekanan oksigen
arterial dan penilaian kinerja pernafasan akan memberikan suatu indikasi
timing / waktu untuk melakukan intubasi dan ventilasi.2
Kontusio paru
Kontusio paru adalah kelainan yang paling sering ditemukan pada
golongan potentially lethal chest injury. Kegagalan bernafas dapat timbul
perlahan dan berkembang sesuai waktu, tidak langsung
terjadi setelah
yang
optimal. Jika kondisi penderita memburuk dan perlu ditransfer maka harus
dilakukan intubasi dan ventilasi terlebih dahulu.2
Pneumothorax
Pneumothorax diakibatkan masuknya udara pada ruang potensial
antara pleura visceral dan parietal. Dislokasi fraktur veterbra juga dapat
ditemukan bersama dengan pneumotoraks. Laserasi paru merupakan
penyebab tersering dari pneumotoraks akibat trauma tumpul. Dalam keadaan
normal rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru yang pengembangannya
9
sampai dinding dada oleh karena adanya tegangan permukaan antara kedua
permukaan pleura. Adanya udara di dalam rongga pleura akan menyebabkan
kolapsnya jaringan paru. Gangguan ventilasi-perfusi terjadi karena darah
menuju paru yang kolaps tidak mengalami ventilasi sehingga tidak ada
oksigenasi. Ketika pneumotoraks terjadi, suara nafas menurun pada sisi yang
terkena dan pada perkusi hipersonor. Fototoraks pada saat ekspirasi
membantu menegakkan diagnosis.2
Terapi terbaik pada pneumotoraks adalah dengan pemasangan chest
tube pada sela iga ke 4 atau ke 5, anterior dari garis mid-aksilaris. 7 Bila
pneumotoraks adalah dengan dilakukan observasi atau aspirasi saja, maka
akan mengandung resiko. Sebuah selang dada dipasang dan dihubungan
dengan WSD dengan atau tanpa penghisap, dan foto toraks dilakukan untuk
mengkonfirmasi pengembangan kembali paru-paru.
ventilasi dengan tekanan positif tidak boleh diberikan pada penderita dengan
peneumotoraks traumatic atau pada penderita yang mempunyai resiko
terjadinya dapat menjadi life thereatening tension pneumotorax, terutama jika
awalnya tidak diketahui dan ventilasi dengan tekanan positif diberikan.
Toraks penderita harus dikompresi sebelum penderita ditransportasi / rujuk.2
Pneumothorax terbuka (Sucking chest wound)
Pneumothorax terbuka defek atau luka yang besar pada dinding dada
yang terbuka menyebabkan pneumotorax terbuka. Tekanan di dalam rongga
pleura akan segera menjadi sama dengan tekanan atmosfir. Jika defek pada
dinding dada mendekati 2/3 dari diameter trakea maka udara akan cenderung
mengalir melalui defek karena mempunyai tahanan yang kurang atau lebih
kecil dibandingkan dengan trakea.2
Akibatnya ventilasi terganggu sehingga menyebabkan hipoksia dan
hiperkapnia. Langkah awal adalah menutup luka dnegan kasa steril yang
diplester hanya pada 3 sisinya saja. Dengan penutupan seperti ini diharapkan
akan terjadi efek flutter type valve dimana saat inspirasi kasa penutup akan
menutup luka, mencegah kebocoran udara dari dalam. Saat ekspirasi kasa
penutup terbuka untuk menyingkirkan
udara keluar.
sesegera mungkin dipasang selang dada yang harus berjauhan dari luka
primer. Menutup seluruh sisi luka akan menyebabkan terkumpulnya udara di
dalam rongga pleura yang akan menyebabkan tension pneumothorax kecuali
jika selang dada sudah terpasang. Kasa penutup sementara yang dapat
10
ketika
terjadi
one-way-valve
(fenomena
ventil),
kebocoran udara yang berasal dari paru-paru atau melalui dinding dada masuk
ke dalam rongga pleura dan tidak dapat keluar lagi (one-way-valve). Akibat
udara yang masuk ke dalam rongga pleura yang tidak dapat keluar lagi, maka
tekanan di intrapleural akan meninggi, paru-paru menjadi kolaps, mediastinum
terdorong ke sisi berlawanan dan menghambat pengembalian darah vena ke
jantung (venous return); ini yang mengakibatkan kematian serta akan menekan
paru kontralateral.6
Penyebab terseringdari tension pneumothorax adalah
komplikasi
menyebabkan tension pneumothorax, jika salah cara menutup defek ata luka
tersebut dengan pembalut (occhusive dressings) yang kemudian akan
menimbulkan mekanisme flap-valve. Tension pneumothorax jua dapat terjadi
pada fraktur tulang belakang toraks yang mengalami pergeseran (displaced
thoracic spine fractures).
Diagnosis tension pneumotorax ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
dan tetapi tidak boleh terlambat oleh karena menunggu konfirmasi radiologi.
Bila ada kemungkinan tension pneumothorax sebaiknya tidak menunggu foto
Rontgen.Dengan pungsi darurat rongga thorax berupa tusukan sederhana
dengan jarum di ruang antariga II, penderita dapat diselamatkan.6 Tension
pneumothorax ditandai dengan gejala nyeri dada, sesak, distress pernafasan,
takikardi, hipotensi, deviasi trakea, hilangnya suara nafas pada satu sisi dan
distensi vena leher. Sianosis merupakan manifestasi lanjut. Karena ada
kesamaan gejala antara tension pneumothorax dan tamponade jantung maka
sering membingungkan pada awalnya tetapi perkusi yang hipersonor dan
11
pneumothorax
membutuhkan
dekompresi
segera
dan
penanggulangan awal dengan cepat berupa insersi jarum yang berukuran besar
pada sela iga dua garis midclavicular pada hemitoraks yang emngalami
kelainan.
status
fisiologi dan volume darah yang keluar dari selang dada merupakan faktor
utama.2
Hemothorax kecil, yaitu yang tampak sebagai bayangan kurang dari
15% pada foto Rontgen, cukup diobservasi dan tidak memerlukan tindakan
khusus. Hemothorax sedang, artinya tampak bayangan yang menutup 15-35%
pada foto Rontgen, dipungsi dan penderita diberi transfusi. Pada pungsi
sedapat mungkin dikeluarkan semua cairan. Jika ternyata terjadi kambuhan,
perlu dipasang penyalir sekat air. Pada hemothorax besar (lebih dari 35%)
dipasang penyalir sekat air dan diberikan transfusi.6
12
Sebagai patokan bila darah yang dikeluarkan secara cepat dari selang
dada sebanyak 1.500 ml, atau bila darah yang keluar lebih dari 200 ml tiap
jam untuk 2 sampai 4 jam, atau jika membutuhkan transfusi darah terus
menerus, eksplorasi bedah harus dipertimbangkan.2
Hemotoraks masif ( >750 cc) yang terjadi kurang dari satu jam setelah
trauma adalah indikasi untuk operasi. Sebelum operasi sebaiknya ditentukan
organ mana yang dicurigai sehingga teknik pembedahan dapat disesuaikan.
Perdarahan yang terjadi akibat fraktur iga biasanya tidak banyak dan dapat
berhenti sendiri. Namun harus tetap diwaspadai akan adanya perdarahan dari
arteri interkostalis yang robek. Monitoring untuk semua kasus perdarahan
dalam rongga toraks setelah pemasangan water sealed drainage (WSD) adalah
sebagai berikut:7
dalam 3 jam.........operasi
3-5 cc/Kg BB/jam..................................operasi
I
II
III
IV
aktivitas
jantung
dan
mengganggu
pengisian
jantung,
paradoxus tidak selalu ditemukan, lagi pula sulit mendeteksinya dalam ruang
gawat darurat. Tambahan lagi, jika terdapat tension pneumothorax, terutama
sisi kiri, maka akan sangat mirip dengan tamponade jantung. Tanda Kussmaul
(peningkatan tekanan vena pada saat inspirasi biasa) adalah kelainan
paradoksal tekanan vena yang sesungguhnya dan menunjukkan adanya
temponande jantung.2
PEA pada keadaan tidak ada hipovolemia dan tension pneumothorax
harus dicurigai adanya temponande jantung.
metode non invasif yang dapat membantu penilaian pericardium, tetapi banyak
penelitan yang melaporkan angka negative yang lebih tinggi yaitu sekitar 50
% (medlinux). Pada penderita trauma tumpul dengan hemodinamik abnormal
boleh dilakukan pemeriksaan USG abdomen, yang sekaligus dapat mendeteksi
cairan di kantung perikard, dengan syarat tidak menghambat resusitasi.
Evakuasi cepat darah dari perikard merupakan
indikasi bila
penderita
tambahan.2
Metode sederhana untuk mengeluarkan cairan dari perikard adalah
dengan perikardiosintesis. Kecurigaan yang tinggi adanya tamponade jantung
pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap usaha resusitasi,
merupakan indikasi untuk melakukan tindakan
metode subksifoid.
perikardiosintesis melalui
melakukan operasi
Walaupun
kecurigaan
besar
akan
adanya
Monitoring
kecelakaan.
Trauma
tumpul
di
daerah
thoraks
inferior
akan
organ-organ lain (intra thoraks atau intra abdominal). Ruptur umumnya terjadi
di puncak kubah diafragma, ataupun kita bisa curigai bila terdapat luka
tusuk dada yang didapatkan pada: dibawah ICS 4 anterior, didaerahh ICS 6
lateral, didaerah ICS 8 posterior. Kejadian ruptur diafragma lebih sering terjadi
di sebelah kiri daripada sebelah kanan. Kematian dapat terjadi dengan cepat
setelah terjadinya trauma oleh karena shock dan perdarahan pada cavum
pleura kiri.
2.7 Penanganan Trauma Toraks
Torakosentesis Jarum
Prosedur ini untuk tindakan penyelamatan pada tension pneumothorax. Jika
tindakan ini dilakukan pada penderita bukan tension pneumothorax, dapat terjadi
pneumothorax dan/atau kerusakan pada parenkim paru.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pindahkan Luer-Lok dari kateter dan dengar keluarnya udara ketika jarum
memasuki pleura parietal, menandakan tension pneumothorax telah diatasi
10.
18
B.Chest Tube
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
rongga pleura
Cari adanya fogging pada chest tube pada saat ekspirasi atau dengar
aliran udara
Sambung ujung tube torakostomi ke WSD
Jahit tube di tempatnya
Tutup dengan kain/kasa dan plester.8
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell R.S. Dinding Thorax. Dalam Anatomi Klinik Bagian ke Satu. Jakarta: EGC,
1998.
2. Trauma Thorax. Available from: http://medlinux.blogspot.com/2008/06/traumathorax.html. tertanggal 7 Agustus 2010.
3. Brunicardi F.C. Schwartzs Principles Of Surgery. Edisi ke Delapan. McGrawHills, 2004
4. Trauma Thorax. Website Bedah Toraks Kardiovaskular Indonesia.2009. Diakses
dari:www.bedahtkv.com/index.php?/e-Education/Toraks/Trauma-Toraks-IUmum.html.p:1tertanggal 7 Agustus 2009
5. Trauma Thorax. Website Bedah Toraks Kardiovaskular Indonesia.2009. Diakses
dari:www.bedahtkv.com/index.php?/e-Education/Toraks/Trauma-Toraks-IIKelainan- spesifik.html. tertanggal 7 Agustus 2009.
6. Sjamsuhidajat R., de Jong W. Dinding Toraks dan Pleura. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Bedah. Jakarta: EGC, 2005
7. Rachmad K.B. Penanganan Trauma Toraks. Jakarta: Subbagian Bedah Toraks
Bagian Ilmu Bedah FKUI/RSUPNCM, 2002.
8. American College of Surgeons. Trauma Toraks. Dalam: Advanced Trauma Life
Support.Chicago:American College of Surgeons,2004; p. 111-27.
19
20