Anda di halaman 1dari 7

PAPER TEORI INTERAKSI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Keperawatan Keluarga Disusun Oleh : Hani Tuasikal Septiana Marifah Efi Yuli F Andi Ayu Octo R Dhania Oxiana I Zuniati Efni Rahma S Dessy Restu I Nike Novita Purwanita G2B009010 G2B009020 G2B009033 G2B009042 G2B009054 G2B009066 G2B009077 G2B009085 G2B008056 G2B008073

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2011

TEORI INTERAKSI
A. TEORI INTERAKSI IMOGENE F.KING (1971)

Pendapat King tentang teori keperawatan bahwa klien atau pasien sebagai sistem perorangan (personal system) di dalam lingkungan, pasien sebagai makhluk yang mempunyai daya bereaksi (reacting beings), makhluk yang berorientasi pada waktu (timeoriented beings), dan makhluk sosial (social beings) yang memilki kemampuan untuk berpikir, memilih, menetapkan tujuan dan memiliki kegiatan untuk mencapai tujuan, serta membuat keputusan. King melihat keperawatan sebagai aksi, interaksi, reaksi, dan transaksi dari proses interpersonal. Definisi King tentang keperawatan adalah proses interaksi manusia (process of human interaction) antara perawat dan klien yang berkomunikasi untuk menentukan tujuan, mengeksplorasi sumber yang diperlukan untuyk mencapai tujuan, serta menyepakati sumber-sumber yang digunakan untuk mencapai tujuan1. B. JENIS-JENIS TEORI INTERAKSI 1. Teori Interaksi Simbolik George Herbert Mead (1969) dalam ... menjelaskan bahwa orang bergerak untuk bertindak berdasarkan makna yang diberikan pada orang, benda, dan peristiwa. Maknamakna tersebut tercipta dalam bahasa yang digunakan orang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri, ataupun pikiran pribadinya. Ia juga berpendapat bahwa bahasa memungkinkan orang untuk mengembangkan perasaan mengenai diri dan untuk berinteraksi dengan orang lainnya dalam sebuah komunitas. Raph LaRossa dan Donald C.Reitzes(1993) dalam...menjelaskan teori interaksi Simbolik yang berhubungan dengan keluarga bahwa ada 7 asumsi mendasari SI dan bahwa asumsi-asumsi ini memperlihatkan 3 tema besar2: a. Pentingnya makna bagi perilaku manusia Penjelasan: Teori SI berpegang bahwa individu membentuk makna melalui proses komunikasi karena makna tidak bersifat interinsik terhadap apa pun. Dibutuhkan konstruksi interpretif di antara ornag-orang untuk menciptakan makna. Bahkan, tujuan dari interaksi, menurut SI adalah untuk menciptkan makna yang

sama. Hal ini penting karena tanpanya makna yang sama berkomunikasi akan menjadi sangat sulit, atau bahkan tidak mungkin. b. Pentingnya konsep diri Penjelasan: seperangkat persepsi yang relatif stabil yang dipercayai orang untuk mengenal dirinya sendiri. c. Hubungan antara individu dan masyarakat Penjelasan : tema ni berkaitan dengan hubungan antara kebebasan individu dan batasan sosial. Mead dan Blummer mengambil posisi di tengah untuk pertanyaan ini. Mereka mencoba untuk menjelaskan baik mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial. 2. Teori Interaksi Sosial Mauss (1954), Homans (1961), dan Blau (1964) mengartikan interaksi sosial terjadi akibat hukum pertukaran barang dan jasa. Berbeda halnya dengan Simmons (1945) yang mengemukakan bahwa kunci untuk mempertahankan status sosial seorang lansia didasarkan pada kemampuan lansia itu sendiri untuk terus menjalin interaksi sosial atas dasar kemampuannya untuk melakukan tukar-menukar. Sedangkan Menurut Dowd (1980), interaksi antara pribadi dan kelompok adalah upaya dalam meraih keuntungan sebesar-besarnya dengan menekan kerugian hingga sesedikit mungkin3.
C. TEORI GOAL ATTAINMENT

Teori King adalah sekumpulan konsep yang memiliki hubungan dalam praktik keperawatan. Dalam teori king terdapat teori goal attainment atau teori pencapaian tujuan. Teori ini berfokus pada sistem interpersonal dan interaksi yang terjadi antar perawat-klien (dyad). Teori pencapaian tujuan yang dikemukakan King ini memiliki tujuh hipotesis, yaitu4:
1. Kesesuaian persepsi dalam interaksi perawat-klien akan meningkatkan penetapan tujuan

bersama.
2. Komunikasi mendukung penetapan tujuan bersama antara perawat dan klien serta

menghasilkan keputusan.
3. Kepuasan perawat dan klien meningkatkan pencapaian tujuan. 4. Pencapaian tujuan mengurangi stres dan kecemasan dalam situasi keperawatan.

5. Pencapaian tujuan meningkatkan pembelajaran klien dan kemampuan koping dalam

situasi keperawatan.
6. Konflik peran yang dialami oleh klien, perawat, atau keduanya mengurangi transaksi

dalam interaksi perawat-klien.


7. Kesesuaian antara peran yang diharapkan dan peran yang ditampilkan meningkatkan

transaksi dalam interaksi perawat-klien. Delapan prediksi proporsi yang dikembangkan dalam teori pencapaian tujuan4 :
1. Jika persepsi yang akurat ada dalam interaksi perawat-klien transaksi akan terjadi. 2. Jika perawat dan klien melakukan transaksi, tujuan akan tercapai. 3. Jika tujuan tercapai kepuasan akan terjadi. 4. Jika tujuan tercapai, keefektifan asuhan keperawatan akan terjadi. 5. Jika

transaksi dilekukan di dalam interaksi perawat-klien, pertumbuhan dan

perkembangan akan baik.


6. Jika perawat dan klien merasakan kesesuaian antara peran yang diharapkan dan peran

yang ditampilkan transaksi akan terjadi.


7. Jika konflik peran dialami oleh perawat atau klien atau keduanya, stres dalam interaksi

perawat-klien akan terjadi.


8. Jika perawat memiliki pengetahuan dan ketrampilan komunikasi informasi yang sesuai

dengan klien, penetapan dan pencapaian tujuan bersama akan terjadi. D. MODEL KELUARGA INTERAKSIONAL SATIR Menurut Virginia Satir (1972) kesehatan interaksi keluarga bergantung pada kemampuan untuk saling berbagi perasaan, kebutuhan, dn pola perilaku antar anggota keluarga. Komunikasi sehari-hari akan membantu anggota keluarga untuk mengenali diri mereka sendiri, ini bisa ditemui pada keluarga yang sehat dan saling menyayangi. Percaya diri dan nilai diri setiap anggota keluarga dapat ditingkatkan dengan komunikasi. Keluarga yang sehat merupakn keluarga yang aktif dalam mencari tau hal-hal yang diberikan masyarakat, saling percaya diri, dan penuh harapan. Keluarga berorientasi pada realitas dan berfungsi dalam pertumbuhan anggotanya. Semua anggota keluarga memahi semua aturan yang ada dikeluarga dan semua anggota membina ikatan dengan masyarakat melalui berbagai

kelompok. Keluarga yang sehat menurut Model Satir terdiri dari 4 konsep yaitu nilai diri, aturan, komunikasi, dan masyarakat. Penunjukkan tingginya penghargaan dan nilai diri anggota keluarga dan unit keluarga melalui perilaku kejujuran, memperlihatkan integritas, tanggungjawab, cinta, dan persahabatan. Perilaku diatas berasal dari setiap individu dan terdapat rasa percaya pada semua anggota keluarga. Keluarga yang sehat setiap anggotanya menerima kelemahan dan kekuatan yang mereka miliki dan kekuatan serta kelemahan yang dimiliki anggota keluarga yang lain. anggota keluarga yang memiliki nilai diri rendah akan membangun dinding ketidakpercayaan, kesendirian dan isolasi. Anggota keluarga yang memiliki nilai diri rendah takut jika orang lain akan membohongi, melangkahi atau memperdayai dirinya. Ketakutan yang dimilki anggota keluarga dengan nilai diri rendah akan mengakibatkan terbentuknya interaksi keluarga yang tidak sehat. Hubungan antara anggota keluarga dipengaruhi oleh komunikasi secara langsung. Komunikasi langsung dapat dilakukan dengan berbagai pola yaitu gerakan tubuh, intonasi suara, postur, dan kata-kata yang diucapkan. Keluarga yang sehat memiliki komunikasi yang jelas, jujur, dan terbuka. Anggota keluarga menghargai ucapan anggota keluarga yang lain dan mendukung kegiatan yang dilakukan anggota keluarga yang lain secara fisik ataupun verbal. Anggota keluarga juga menerima dan mendorong semua kebutuhan dan perasaan anggota keluarga lain secara terbuka dan jujur. Keluarga yang tidak sehat akan memberikan pesan ambigu atau tidak memperhatikan komunikasi dari anggota keluarga yang lain yang mengakibatkan adanya ketidakpercayaan serta nilai diri yang rendah sesama anggota keluarga. Setiap keluarga pasti memiliki aturan yang telah dibuat dan dipatuhi bersama serta bisa secara eksplisit atau implisit. Ada asumsi yang tidak selalu benar dari setiap keluarga bahwa setiap orang akan mengetahui adan memahami aturan yang ada dikeluarga. Ada banyak aturan yang dalam keluarga. Aturan-aturan yang ada bisa menentuakn tindakan yang sesuai, memadu cara pengungkapan perasaan, dan membentu mencapai serta menghambat tujuan. Aturan yang ada tidak semuanya modern tapi ada beberapa hal yang tidak jelas, tidak sesuai dan ketinggalan zaman. Keluarga yang sehat semua anggota mengetahui semua aturan yang ada sehingga mendorong adanya diskusi antar anggota keluarga. Keluarga yang tidak

sehat mempunyai aturan implisit yang membatasi keinginan anggota keluarga dan tidak fleksibel sehingga pertumbuhan anggota keluarga terhambat. Ikatan anggota dan unit keluarga dengan masyarakat dilakukan melalui pertemanan dan organisasi. Sekolah, kelompok politik, klub-klub, lembaga keagamaan dan kelompok rekreasi merupakan cakupan dari ikatan keorganisasian. Ikatan antara teman bisa terbentuk karena adanya minat yang sama. Ikatan ini akan membuat anggota keluarga dan keluarga terlibat akif dalam komunitas dan menjalin hubungan sosial dengan dunia luar. Keluarga yang sehat berkeyakinan masyarakat memberikan kontribusi yang banyak pada anggota keluarga dan kelompok yang anggota pilih memilki interaksi yang positif. Keluarga yang sehat yakin kalau masyarakat memberikan pilihan dan perubahan pada anggota keluarga serta memberikan pertumbuhan dan perkembangan. Keluarga yang tidak tidak percaya kepada orang lain dan takut terkena nilai-nilai orang lain. Keluarga tidak sehat menghindari untuk terlibat berorganisasi dan memilih tetap terisolasi serta tidak menerima pengalaman di luar rumah. Model Keluarga Interaksi Satir terbatas karena hanya meengedepankan 4 konsep psikologis utama dan tidak mencakup struktur keluarga, tingkat perkembangan keluarga, dan fungsi keluarga. Model Keluarga Interaksi Satir bisa diimplikasikan pada setiap tipe keluarga, tetapi diperlukan adanya model tambahan untuk melakukan pendekatan komprehensif dalam pelaksanaan proses keperawatan5.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kusnanto. 2003. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC 2. Public Relation. 2009. Teori Interaksi Simbolik. www.scribd.com/doc/60611087/Teori-

Interaksi-Simbolik, diakses 02 november 2011


3. Maryam, R.Siti. dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba

Medika
4. Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC 5. Christensen, Paula. 2009. Proses Keperawatan: Aplikasi Model Konseptual edisi

4.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai