Anda di halaman 1dari 7

PSIKOLOGI PERKAWINAN

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG


Semester 4 Periode 2023/2024
Dosen : Dr. NAWANG WARSI WULANDARI , S.Psi., M.Si. Psikolog

Nama : Angel Cristina Lantu


NIM : 21090000260
Prodi : S1 Psikologi
Kelas : E

SUMMARY
“PSIKOLOGI PERKAWINAN”
1. Pengantar Psikologi Perkawinan
A. Definisi Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria & wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga yg bahagia & kekal berdasarkan Ketuhanan yang
Maha Esa (UU Perkawinan No. 1 th 1974) Perkawinan adalah komitmen emosional &
hukum dari 2 orang untuk membagi kedekatan emosional & fisik, berbagi bermacam
tugas & sumber2 ekonomi (Olson and deFrain, 2006). Perkawinan adl suatu hubungan
antara pria & wanita yang diakui secara sosial, menyediakan hubungan seksual &
pengasuhan anak yg sah, dan di dalamnya terjadi pembagian hubungan kerja yang jelas
bagi masing-masing pihak (suami & istri) (Duvall dan Miller , 1985)

Maka secara garis besar, perkawinan merupakan penyatuan dua orang (pria dan wanita)
dalam satu ikatan pernikahan yang diakui secara hukum dan social, yang mana bertujuan
untuk membentuk sebuah keluarga yang sah dan di dalamnya mengandung kelekatan
emosional dan komitmen untuk bersama serta tanggung jawab peran masing-masing
pihak serta.

B. Tujuan Perkawinan
Perkawinan dilakukan dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal
dengan dasar Ketuhanan yang Maha Esa serta menjadikan keluarga yang di dalamnya
tidak terdapat goncangan atau pertengkaran yang tidak berarti demi mewujudkan
keluarga yang bahagia.

C. Asas Yang Prinsip dalam UU Perkawinan


Asas yang mengatur tentang perkawinan terdapat pada Undang-Undang RI Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Beberapa hal yang menjadi topik penting yang termuat di dalamnya yaitu :
a. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. (Pasal 1)
b. suatu perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masingmasing
agamanya dan kepercayaannya itu, serta tiap-tiap perkawinan “harus dicatat” menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Pasal 2)
c. Undang-undang ini menganut asas monogami. Hanya apabila ia dikehendaki oleh yang
bersangkutan, karena hukum dan agama dari yang bersangkutan mengijinkan seorang suami
dapat beristri lebih dari seorang. (Pasal 3)
d. Menganut prinsip bahwa calon suami istri harus telah masak jiwa raganya untuk dapat
melangsungkan perkawinan (pasal 7)
e. Undang-undang ini menganut prinsip untuk mempersulit terjadinya perceraian. (Bab 8)
f. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami, baik dalam
kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan masyarakat, sehingga dengan demikian
segala sesuatu dalam keluarga dapat dirundingkan dan diputuskan bersama oleh suami istri.
(Bab 6)

D. Alasan Melakukan Perkawinan


Menurut Turner dan Helms (1991)
a. Komitmen untuk dapat memiliki seseorang secara sepenuhnya
b. Memberikan dukungan secara emosional yang diekspresikan dengan kasih saying,
kepercayaam dan hubungan keintiman.
c. Komitmen untuk bersama.
d. Adanya rasa cinta.
e. Ingin meraih kebahagiaan.
f. Adanya dasar legitimasi seksual dan memperoleh keturunan.

E. Latar Belakang Perkawinan


a. Teori Kebutuhan
- Kebutuhan fisiologis : makan, minum seksual dan udara segar
- Kebutuhan psikologis : rasa aman, kasih saying, harga diri
- Kebutuhan social : kebutuhan yang berkaitan dengan interaksi sosial
- Kebutuhan religious : kebutuhan untuk berhubungan dengan sang pencipta
b. Teori David Knox (1975)
Alasan Positif :
- Emosional security : kebutuhan untuk mendapatkan keamanan secara afeksi
atau emosional
- Companionship : kebutuhan akan pendamping
- Desire to be a parent : keinginan untuk menjadi orang tua
Alasan negative:
- Physical attractiveness : ketertarikan secara fisik
- Economic security : keamanan dalam hal finansial
- Pressure from parents, peers, partners or pregnancy : tekanan daripada orang
tua, masyarakat atau pasangan atau kehamilan (diluar pernikahan)
- Escape : perkawinan sebagai saran untuk melarikan diri
- Rebellion or rescue : perkawinan sebagai bentuk pemberontakan atau usaha
menyelamatkan diri.
c. Teori Turner dan Helms (1983)
Faktor Pendorong : untuk melakukan perkawinan adalah cinta, konformitas,
legitimasi seks dan anak
Faktor Penarik : untuk melakukan perkawinan adalah persahabatan, berbagi rasa
dan komunikasi.

F. Syarat Dalam Perkawinan


a. Persyaratan umum – sesuai UU perkawinan bab 2
b. Persyaratan khusu – tergantung pada individu yang bersangkutan

2. Teori Keluarga Makro


A. Family Ecology Theory
~pendahuluan : teori ekologi keluarga meneliti bagaimana keluarga dipengaruhi dan
memengaruhi lingkungan yang lebih luas di mana mereka berfungsi.
Dikemukakan oleh Urie Brofenbrenner, terdapat 4 lingkungan yang dipengaruhi dan
mempengruhi individu yakni :
a) Microsystem (lingkungan yang paling dekat)
Adalah lingkungan tempat individu hidup. Mencakup keluarga, teman sebaya,
sekolah, dan lingkungan sekitar. Dalam mikrosistem terjadi interaksi langsung
antara individu dengan orang tua (lingkup keluarga), guru (lingkup sekolah)
dan teman sebaya (lingkup pertemanan). Dalam melakukan interaksi, individu
tidak dianggap sebagai penerima yang pasif yang hanya menerima pengaruh
dari lingkungan sekitarnya, tetapi disini, individu juga ikut membangun dan
mempengaruhi lingkungan dimana individu berada.
b) Mesosystem
Terdiri dari relasi antar mikrosistem. Yang termasuk kedalam nya adalah
relasi pengalaman baik di dalam keluarga dengan sekolah, sekolah dengan
keagamaan, keluarga dengan teman sebaya, dsb.
Contoh : relasi yang kurang baik antara orang tua dan individu akan
memungkinkan anak mengalami kesulitan untuk mengembangkan relasi
positif antara individu dengan guru.
c) Exosystem
Berisi kaitan antara lingkungan sosial dimana individu tidak memiliki peran
sosial dimana individu tidak memiliki peran aktif dan konteks individu itu
sendiri.
Contoh : pengalaman anak di rumah mungkin dipengaruhi oleh pengalaman
ibu di tempat kerjanya (lingkungan sosial, dimana anak tidak memiliki kaitan
langsung atau interaksi langsung didalamnya). Tingginya tuntutan pekerjaan
ibu di tempat kerja dapat mempengaruhi pola interaksi antara ibu dengan
anaknya.
d) Macrosystem (lingkungan terluas)
Adalah budaya tempat individu hidup. Budaya merujuk pada pola perilaku,
keyakinan dan semua produk dari sekelompok manusia yang diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya akan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan
manusia.

B. Structural Functionalism Theory


~pendahuluan : menjelaskan bagaimana masyarakat bekerja, bagaimana keluarga
bekerja dan bagaimana keluarga berhubungan dengan masyarakat yang lebih luas.
~menggunakan analogi pohon dalam menggambarkan keluarga. Yang mana
didalamnya memiliki berbagai macam struktur dan fungsi nya masing-masing. Dan
apabila salah satu bagian nya tidak berfungsi, maka itu akan merusak fungsi pohon itu
sendiri.

C. Conflict Theory
~pendahuluan : mengasumsikan bahwa individu-individu dalam pernikahan dan
keluarga berada dalam konflik satu sama lain. Karena merupakan individu yang
berbeda. Perbedaan-perbedaan dalam individu ini biasanya yang akan menimbulkan
konflik.
Namun konflik tidak selalu berdampak negative, sepanjang keluarga dapat memilih
cara-cara yang konstruktif dan mengedepankan kepentingan bersama. Apabila
keluarga menggunakan cara-cara yang destruktif, nantinya malah akan berujung
perpecahan dalam keluarga.
Dalam emmecahkan konflik, terdapat empat sumber penting kekuasaan yaitu :
legitimasi, uang, paksaan fisik, dan cinta.

D. Feminist Perspective
~memberikan fokus orientasi untuk mempertimbangkan perbedaan gender yang
berkaitan dengan masalah keluarga dan sosial.
Perhatian pada gender mengarah pada studi laki-laki, bidang di mana para ahli
meneliti bagaimana maskulinitas dan sosialisasi laki-laki membentuk pengalaman
laki-laki, termasuk kehidupan keluarga mereka.

3. Teori Keluarga Mikro


A. Symbolic Interaction Theory
~ melihat bagaimana orang saling berinteraksi satu sama lain. Dalam hal ini interaksi
yang dimaksudkan adalah tindakan timbal balik, kata-kata dan tindakan sehari-hari
yang terjadi di antara orang-orang. Interaksi ini dapat terjadi antara satu orang dengan
seorang lainnya, bisa terjadi dengan satu individu dengan kelompok atau kelompok
dengan kelompok.
Supaya interaksi terjadi, setidaknya harus ada dua orang yang bertindak dan
menanggapi satu sama lain. Dilakukan melalui kata-kata dan juga dapat dilakukan
melalui symbol, atau gerak tubuh yang mewakili sesuatu yang lain.

B. Social Exchange Theory


C. Family Development Theory
D. Family System Theory

4. Tahapan Perkawinan
Tahapan perkawinan berdasarkan teori Dawn Lipthrott, LCSW (Konselor pasangan atau
pernikahan di Florida, Amerika Serikat)
1. Tahap Pertama : Romantic Love
Tahap di mana pasangan baru saja menikah, Biasanya pasangan merasakan gelora
cinta yang menggebu-gebu. Biasanya disebut sebagai fase honeymoon atau bulan
madu. Pada tahapan ini pasangan kebanyakan melakukan aktivitas secara
bersama-sama dalam situasi yang romantic dan penuh cinta.
2. Tahap Kedua : Dissappointment atau Distress
Pada tahapan ini, pasangan mulai saling menyalahkan, memiliki rasa amarah dan
kekecewaan terhadap pasangannya. Masing-masing pihak akan berusaha untuk
menang atau lebih benar daripada pasangannya.
Ada kalanya, ketika dalam tahapan ini, salah satu nya memilih untuk mengalihkan
perasaan stress nya dengan mencurahkan perhatiannya kepada pekerjaan, anak
atau hal lainnya ketimbang memikirkan hubungan pernikahannya, sesuai dengan
minat dan kebutuhan masing-masing.

Menurut dawn, pasangan yang dalam tahap ini dapat membawanya kedalam
situasi yang sudah tidak tertahankan lagi bagi masing-masing pihak. Sehingga
tidak jarang memilih untuk berpisah dengan pasangannya.

3. Tahap Ketiga : Knowledge and Awareness


Setelah dapat melewati fase sulit sebelumnya, pasangan suami istri akan lebih
memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Masing-masing dari pasangan
juga mulai sibuk untuk lebih fokus untuk mengenal pasangannya dengan
menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan dapat terbentuk.
4. Tahap Keempat : Transformation
Suami istri pada tahap ini akan mencoba melakukan hal-hal yang berkenan di hati
pasangannya. Salah satu nya akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang
tepat bagi pasangannya. Pemahaman secara menyeluruh pada pasangan serta cara
untuk menyikapi perbedaan sudah makin berkembang dalam tahapan ini. Saat itu,
pasangan akan saling menunjukkan penghargaan dan empati dan ketulusan untuk
mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tenteram.
5. Tahap Kelima : Real Love
Di tahap ini pasangan akan Kembali penuh dengan kebahagiaan dan kemesraan
bersama pasangannya, waktu yang dimiliki saat ini seolah digunakan untuk saling
memberikan perhatian kepada satu sama lain. Masing-masing pihak akan
menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap.

Selanjutnya, tahapan perkembangan hubungan perkawinan berdasarkan teori Andrew G.


Marshall (Author and Marital Therapist)
1. Tahap Menyatu (12-18 bulan)
Dimulai saat pasangan suami istri mulai menyatukan kedua belah pribadi yang
sesungguhnya berbeda, tetapi dalam tahapan ini kebutuhan pribadi belum begitu
tampak atau terlihat, karena masing-masing pihak masig dikuasai oleh perasaan
ingin menyenangkan pasangannya.
2. Tahap Bersarang (2-3 tahun)
Pada tahapan ini pasangan suami istri biasanya sudah memiliki kehidupan yang
lebih ajeg atau tetap, Sebagian besar sudah memiliki anak sehingga kebutuhan
untuk memiliki “sarang” yang nyaman, serta kemapanan dalam hal finansial.

Beberapa persoalan umum yang muncul dalam tahapan ini adalah pembagian
peran antara suami dan istri dalam keluarga, munculnya konflik karena perbedaan
pribadi, munculnya kembali kebutuhan untuk dekat dengan teman dan keluarga
besar, dan lainnya. Sehingga pasangan suami istri dituntut untuk dapat mengelola
perbedaan, serta menangani pertengkaran-pertengkaran kecil maupun besar
karena pertimbangan- pertimbangan pribadi mulai bermunculan dengan cara
fokus untuk mencari solusi bukan dengan menekankan pada kegelisahan sampai
meledak menjadi kemarahan. Harus mampu untuk bernegosiasi dan
bermusyawarah untuk membantu pasangan menyelesaikan konflik dengan baik.
3. Tahap Kebutuhan Pribadi (3-4 tahun)
Di tahapan ini, kebutuhan pribadi mulai terasa semakin kuat. Tantangan khas
pada tahap ini adalah menjaga keseimbangan antara kebutuhan pribadi nya
dengan kebutuhuan keluarga.
4. Tahap Kolaborasi (tahun ke 5-14)
Karena sudah merasa yakin dengan komitmen kepada pasangan, suami/istri
biasanya menjadi pribadi yang mengalami kemajuan dalam bidang-bidang hidup
lainnya. Suami/istri sudah menemukan cara untuk bekerjasama dan memberikan
dukungan kepada pasangannya. Tantangan yang muncul adalah bagaimana tetap
berbesar hati untuk tidak saling mengungkung, dan terus menjalin komunikasi
yang baik agar jarak antara kedua pihak tidak semakin melebar.
5. Tahap Penyesuaian (tahun ke 15-24)
Di tahap ini, pasangan suami-istri sibuk untuk menyesuaikan diri dengan
tantangan hidup yang baru. Biasanya suami/istri sudah menerima pasangan apa
adanya, dan sudah menemukan cara menghadapi halhal yang tidak disukai dari
pasangannya. Di masa ini, pasangan sudah melalui banyak persoalan hidup
bersama-sama. Namun di sisi lain, hal ini seringkali memunculkan persoalan
baru, yakni saling menggampangkan dan saling menuntut. Tantangan tahap ini
adalah memahami bahwa kehidupan membawa telah banyak perubahan bagi
kedua pasangan. Suami/ istri perlu menghindari sikap merasa benar sendiri dan
merasa paling tahu situasi. Untuk itu diperlukan keterampilan menjadi pendengar
yang baik.
6. Tahap Pembaruan (tahun 25 keatas)
Banyak pasangan lanjut usia yang menunjukkan kedekatan emosi yang kuat, dan
hubungan yang romantis. Ini terjadi karena setelah 25 tahun, pasangan suami-istri
sudah menjalani manis-pahitnya kehidupan perkawinan bersama-sama. Mereka
menemukan kembali rasa bahagia karena memiliki cinta yang teruji dan pasangan
jiwa yang bisa diandalkan. Tantangan di masa ini adalah menjaga kesabaran
dalam menghadapi pasangan. Kadangkala kebiasaankebiasaan lama di masa muda
muncul kembali, dan ini menimbulkan ketegangan di antara pasangan.
Ketegangan ini perlu dikelola dengan baik dengan mengingat komitmen dan
kedekatan emosi.

Anda mungkin juga menyukai