Anda di halaman 1dari 7

Upaya Pemerintah Meminimalisir Tindak Kekerasan Gender Di Kalangan

Masyarakat Urban
(Studi Kasus terhadap Aksi Kekerasan Dalam Rumah
Tangga pada Masyarakat Kampung Tongan Kota Malang)

BAB I PENDAHULUAN

A. KONTEKS PENELITIAN
Kualitas penduduk dalam studi sosiologi adalah kondisi penduduk dalam
aspek fisik dan nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan,sebagai ukuran
dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia
yang bertakwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak. (UU No.
52 tahun 2009 Pasal 1 butir kelima)
Dalam kehidupan sehari-hari, individu selalu melakukan hubungan sosial
dengan individu lain atau kelompok-kelompok tertentu. Hubungan sosial yang terjadi
antar individu maupun antar kelompok tersebut juga dikenal dengan istilah interaksi
sosial. Interaksi antara berbagai segi kehidupan yang sering kita alami dalam
kehidupan sehari-hari itu akan membentuk suatu pola hubungan yang saling
mempengaruhi sehingga akan membentuk suatu sistem sosial dalam masyarakat.
Keadaan inilah yang dinamakan proses sosial (Thohirul, 2019:76).
Proses sosial yang terjadi dalam masyarakat tentunya tidak selalu berjalan
dengan tertib dan lancar, karena masyarakat pendukungnya memiliki berbagai macam
karakteristik. Demikian pula halnya dengan interaksi sosial atau hubungan sosial
yang merupakan wujud dari proses-proses sosial yang ada. Keragaman hubungan
sosial itu tampak nyata dalam struktur sosial masyarakat yang majemuk, contohnya
seperti Indonesia.
Keragaman hubungan sosial dalam suatu masyarakat bisa terjadi karena
masing-masing suku bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, bahkan dalam
satu suku bangsa pun memiliki perbedaan. Namun, perbedaan-perbedaan yang ada itu
adalah suatu gejala sosial yang wajar dalam kehidupan sosial. Berdasarkan hal itulah
maka didapatkan suatu pengertian tentang keragaman hubungan sosial, yang
merupakan suatu pergaulan hidup manusia dari berbagai tipe kelompok yang
terbentuk melalui interaksi sosial yang berbeda dalam kehidupan masyarakat (Habibi,
2019:45).
Keragaman hubungan sosial dapat menimbulkan ketidakharmonisan,
pertentangan, pertikaian antarsuku bangsa maupun intern suku bangsa. Jika
keselarasan tidak ditanamkan sejak dini, terutama dalam masyarakat majemuk seperti
Indonesia yang memiliki keragaman hubungan sosial, maka dampak negatif tersebut
akan menjadi kenyataan. Sebaliknya jika keselarasan dipupuk terutama dalam
masyarakat majemuk, maka dampak negatif tersebut tidak akan terjadi, bahkan
keragaman kebudayaan dalam masyarakat majemuk akan menjadi suatu aset budaya
yang tak ternilai harganya.
Kimball Young dan Raymond W. Mack mengemukakan bahwa interaksi
sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial
tidak akan mungkin ada kehidupan bersam (Soekanto. 2001:144). Lebih lanjut John J.
Macionis (2008:14) menyatakan bahwa interaksi sosial merupakan suatu proses
dimana individu bertingkah laku dan bereaksi dalam hubungan dengan individu lain.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu
hubungan timbal-balik antara dua atau lebih individu manusia, di mana ide,
pandangan dan tingkah laku individu yang satu saling mempengaruhi, mengubah atau
memperbaiki individu yang lain, atau sebaliknya. Rumusan ini dengan tepat
menggambarkan kelangsungan timbal-baliknya interaksi sosial antara dua manusia
atau lebih. Hubungan timbal-balik tersebut dapat berlangsung antara individu dengan
individu, antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok
untuk mencapai suatu tujuan.
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menurut tipenya
terbagi atas dua yaitu keluarga batih yang merupakan satuan keluarga yang terkecil
yang terdiri atas ayah, ibu, serta anak (nuclear family) dan keluarga luas (extended
family). Lihat juga UU No 52 Tahun 2009 Pasal 1 butir keeenam yang menyatakan
bahwa Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri,
atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya Dalam
sosiologi keluarga biasanya dikenal adanya pembedaan antara keluarga bersistem
konsanguinal yang menekankan pada pentingnya ikatan darah seperti hubungan
antara seseorang dengan orang tuanya cenderung dianggap lebih penting daripada
ikatannya dengan suami atau istrinya dan keluarga dengan sistem conjugal
menekankan pada pentingnya hubungan perkawinan (antara suami dan istri), ikatan
dengan suami atau istri cenderung dianggap lebih penting daripada ikatan dengan
orang tua.
Ikatan yang mempertalikan suami dan istri dalam perkawinan kadangkala
rapuh dan bahkan putus sehingga terjadi perpisahan atau bahkan perceraian. Dengan
terjadinya perceraian maka dengan sendirinya fungsi keluarga akan mengalami
gangguan dan pihak yang bercerai maupun anak-anak harus menyesuaikan diri
dengan situasi yang baru. Peningkatan angka perceraian dalam masyarakat pun
membawa gaya hidup khas keluarga bercerai misalnya hidup sendiri menjada atau
menduda, adanya anak yang harus hidup dengan salah satu orang tua saja, dan
bahkan mungkin hidup terpisah dengan saudara kandung sendiri.
Kasus perceraian sering dianggap sebagai suatu peristiwa tersendiri dan
menegangkan dalam kehidupan keluarga, tetapi yang perlu direnungkan dalam kasus
ini adalah akibat dan pengaruh yang ditimbulkan pada diri anak khususnya dalam hal
penyesuaian diri.Banyak analisis sosial menunjukan adanya persamaan antara
penyesuaian diri baik cerai yang sebabkan oleh kematian maupun perceraian hidup.
Pengalaman universal yang dialami pada perceraian kematian maupun yang
bercerai hidup adalah penghentian kepuasan seksual, hilangnya persahabatan atau
kasih sayang dan rasa aman, hilangnya model peranan orang dewasa untuk diikuti
anak, penambahan dalam beban rumah tangga bagi pasangan yang ditinggalkan
terutama dalam menangani anak, penambahan persoalan ekonomi terutama jika si
suami meninggal dunia atau meninggalkan rumah dan pembangian kembali tugas-
tugas rumah tangga dan tanggung jawab sebagai orang tua tunggal. Pengasuhan
orang tua tunggal adalah salah satu fenomena di zaman modern sekarang. Fenomena
ini memiliki serangkaian masalah khusus, hal ini disebabkan karena hanya ada satu
orang tua membesarkan dan melakukan sosialisasi terhadap anak.
Kajian-kajian tentang perceraian dan kemelut orang tua tunggal telah banyak
diteliti seperti yang dilakukan menyimpulkan kategori keluhan yang diajukan sebab
terjadinya perceraian yaitu karena pasangan sering mengabaikan kewajiban terhadap
rumah tangga misalnya kemelut keuangan, adanya penyiksaan fisik terhadap
pasangan, pasangan sering mengeluarkan kata-kata kasar yang menyakitkan, tidak
setia (selingkuh), mabuk, penjudian dan keterlibatan pihak ketiga dalam keluarga
sebagai pemicu keretakan rumah tangga.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perceraian selalu berdampak buruk
bagi anak-anak, sehingga anak yang orang tuanya bercerai sering hidup menderita,
khususnya dalam hal keuangan dan secara emosional kehilangan rasa aman, sehingga
mereka merasa malu dengan perceraian tersebut, anak-anak tersebut inferior terhadap
anak-anak lain sehingga ketika terjadi hal seperti ini maka keluarga tersebut di
anggap gagal.
Perselisihan yang terjadi dalam keluarga mengakibatkan pasangan suami
isteri menjadi depresi, merasa gagal, tidak berharga, memiliki harapan yang tidak
pasti, dan minum minuman keras yang dapat memicu terjadinya perceraian yang
juga membawa dampak yang sangat kompleks terhadap anak, yaitu: prestasi
akademik/sekolah yang rendah, kenakalan dan agresivitas yang tinggi, tingkah laku
yang maladaptive, depresi dan cemas, keterampilan interpersonal yang rendah, dan
masalah dalam hubungan heteroseksual yang dapat merusak sendi-sendi dalam
keluarga.
Hetherington (dalam Khusairi, 2019:76) mengadakan penelitian terhadap
anak-anak usia empat tahun pada saat kedua orang tuanya bercerai. Hasil
menunjukkan bahwa kasus perceraian itu akan membawa trauma pada setiap tingkat
usia anak, meski dengan kadar berbeda. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
Wallerstein dan Joan Kelly menemukan bahwa anak usia belum sekolah akan
mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri menghadapi situasi yang baru.
Sementara anak usia remaja dilaporkan mereka mengalami trauma yang
mendalam.Kondisi ini dapat memunculkan penilaian dalam masyarakat yang
umumnya beranggapan bahwa kualitas lingkungan keluarga dapat mencerminkan
kualitas anggotanya. Lingkungan keluarga yang utuh akan memberi pengaruh yang
baik, sebaliknya lingkungan keluarga yang bercerai akan berpengaruh buruk terhadap
anggotanya.
Tugas pemerintah untuk meningkatkan kualitas keluarga Indonesia
sebagaimana amanat UU no 52 tahun 2008 Pasal 7 (1) Pemerintah menetapkan
kebijakan dan program jangka menengah dan jangka panjang yang berkaitan dengan
pengelolaan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga. (2) Kebijakan
dan program jangka menengah dan jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diintegrasikan dalam pembangunan jangka menengah dan jangka panjang
nasional.
Peningkatan kualitas keluarga itu dalam pandangan Ilung (2019:56) bisa
meminimalisir kejadian dan frekuensi tindak kekerasan dalam rumah tangga yang
acapkali terjadi dan sayangnya jarang terendus oleh media dan masyarakat pada
umumnya. Kekerasan dalam rumah tangga adalah tindakan kekanak-kanakan dan
wujud rendahnya kualitas perfomance pelaku dalam ranah etis dan nilai keagamaan.
Persoalan kekerasan gender dalam sepuluh dasa warsa terakhir ini menjadi kajian
utama pemerhati persoalan gender karena intensitas kejadiannya semakin sering
terjadi dengan modus kejahatan yang semakin beragam pula. Oleh karena itu penting
untuk mengkaji keterkaitan kekerasan dalam rumah tangga kaitannya dengan pola
kualitas keluarga dalam hidup kesehariannya.
Kekerasan rumah tangga seringkali dilakukan dan menyasar pada masyarakat
level menengah ke bawah, dikarenakan tingkat pendidikan dan level spiritualitas
mereka kurang memadai. Terlebih pada masyarakat urban, sebuah masyarakat yang
multi nilai, multi etnis, multi level ekonomi, multi level pendidikan dan multi segala-
galanya. Pada masyarakat jenis ini nilai-nilai tradisional seperti tenang, tentram,
harmonis, teposeliro, saling menghargai, sopan, saling mengagungkan sesama dan
lain-lain, yang nilai-nilai seperti ini sangat mengakar kuat pada masyarakat pedesaan
tidak diketemukan lagi di masyarakat urban. Masyarakat urban cenderung hedonis,
materialistis, dan serba individualis bahkan dalam kondisi tertentu sangat permisif
terhadap segala bentuk pelanggaran kemanusiaan. Sehingga sangat sulit mencegah
tindak kekerasan pada masyarakat urban ini.
Salah satu masyarakat urban di Kota Malang ini adalah kampung Tongan,
sebuah kampung yang sangat padat penduduknya sekaligus sarat dengan beragam
persoalan sosial. Berdasarkan hasil observasi awal ditemukan beberapa data yang
berkaitan dengan tindak kekerasan dalam rumah tangga di kalangan keluarga di
sekitar masyarakat kampung Tongan. Beragam kekerasan gender seringkali
dilaporkan oleh korban baik ke ketua RT, Ketua RW, Kelurahan hingga pihak
kepolisian namun hingga kini penanganan terhadap masalah ini masih belum
membuahkan hasil yang maksimal. Di antara bentuk kekerasan berbasis gender yang
dapat diidentifikasi itu antara lain : makian, hujatan dan bulliying suami terhadap
isteri atau korban dengan menggunakan kata-kata yang tidak senonoh, kasar dan
melukai harkat martabat kemanusiaan. Seperti hasil lacakan dokumentasi berupa
laporan kekerasan rumahtangga yang sempat direkam oleh pengurus RT 02 RW 03
Kelurahan Tongan yang tercatat ada 10 kejadian pasangan suami isteri melakukan
tindak kekerasan selama 1 tahun ini. Selain kata-kata yang merendahkan status
seorang isteri, acapkali kekerasan dilakukan dalam bentuk kekerasan fisik di
antaranya pemukulan, menampar hingga melukai yang menyebabkan luka berdarah
pada beberapa warga kampung Tongan. Berdasarkan data yang tersedia di laporan
administrasi RT terdapat 17 pasangan keluarga yang aktif melakukan tindak
kekerasan fisik dari 100 pasangan yang berdomisili di RT tersebut. Begitu juga
berdasarkan data yang tersimpan di kapolsek setempat terbaca ada 40 kasus tindak
kekerasan yang dilaporkan berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga. Kondisi
seperti ini tentu saja sangat berdampak pada kualitas kehidupan warga kampung
Tongan sehingga perlu ada kajian dan penanganan lintas sektoral untuk
meminimalisir kejadian serupa pada masa yang akan datang.
Berdasarkan data-data tersebut di atas, maka sangat urgen dan menarik untuk
dilakukan sebuah penelitian yang cermat dan mendalam tentang Upaya Pemerintah
Meminimalisir Tindak Kekerasan Gender Di Kalangan Masyarakat Urban (Studi
Kasus terhadap Aksi Kekerasan Dalam Rumah Tangga pada Masyarakat Kampung
Tongan Kota Malang).
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan situasi dan data-data sebagaimana yang dipaparkan pada paragraf

sebelumnya, maka muncul beberapa persoalan menarik untuk dicarikan alternatif solusi

penyelesaiannya. Adapun persoalan yang mengemuka dengan kondisi masyarakat setempat

adalah :

1. Bagaimana Bentuk Kekerasan Gender pada Masyarakat Urban....

2. Bagiamana Faktor yang melatarbelakangi beragam Kekerasan.........

3. Bagaimana Upaya dan Strategi Pemerintah.....

C. Tujuan Penelitian

Penelitian tentang upaya pemerintah dalam meminimalisir tingkat kekerasan gender

dalam rumah tangga ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan Bentuk Kekerasan Gender pada Masyarakat Urban....

2. Mendeskripsikan Faktor yang melatarbelakangi beragam Kekerasan.........

3. Mendeskripsikan Upaya dan Strategi Pemerintah.....

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang dapat diperoleh dengan dilakukannya penelitian yang cermat

dan mendalam yang tertuang dalam laporan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritis

2. Kegunaan Praktis

(misal : Dengan berakhirnya laporan penulisan skripsi ini diharapkan bisa bermanfaat

bagi peneliti untuk digunakan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan

strata satu (S1) pada program studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Agama Islam

Unisma. Sekaligus dapat berguna untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam dengan

keahlian berupa seperangkat teori dan praktek dalam ranah hukum keluarga Islam

E. Definisi Operasional
Dalam rangka memberi kejelasan dan panduan dalam memahami isi laporan

penelitian skripsi ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul

skripsi ini, antara lain : (tanpa rujukan tapi berdasarkan persepsi mahasiswa sendiri)

Upaya adalah .......................


Tindak Kekerasan Gender adalah .....................
Masyarakat Urban adalah ...........................

F. Ruang Lingkup ( Tentatif )


G. Sistematika Penulisan ( Tentatif )

Anda mungkin juga menyukai