Anda di halaman 1dari 3

Kelas Sosial Dalam Pergaulan Remaja

Perjalanan sejarah manusia sudah banyak mengalami perubahan. Hubungan antar individu
dan perkembangannya juga mengalami beberapa perubahan. Hal ini tentu dipengaruhi oleh
kemajuan pembangunan teknologi dan kemudahan kemudahan sekarang ini yang dapat
memudahkan dan mempercepat informasi guna meningkatkan kualitas setiap insan. Namun
bagi sebagian kelompok masyarakat, hal terrsebut belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya
karena keterbatasan-keterbatasan yang mereka miliki. Akibatnya, lahirlah kesenjangan sosial
yang ada di masyarakat. Laporan Global Wealth Report dari Boston Consulting Group 2018,
mencatat bahwa 10 persen orang terkaya di Indonesia menguasai 75 persen dari total
kekayaan penduduk Indonesia. Hanya dilihat dari bidang ekonomi saja, kesenjangan yang
terjadi sudah sangat besar. Kesenjangan sosial ini bagai tembok yang memisahkan golongan
atau kelompok masyarakat tertentu dengan yang lain. Pemisahan tersebut tanpa disadari
menciptakan juga kelas-kelas sosial, yang membedakan karakteristik tiap kelompok
masyarakat yang ada.

Menurut Pitrim A. Sorokin yang dimaksud dengan kelas sosial adalah “Pembedaan penduduk
atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarchis). Dimana perwujudannya
adalah lapisan-lapisan atau kelas-kelas tinggi, sedang, ataupun kelas-kelas yang rendah ”.
(unknown, 2012)
Kelas sosial yang tercipta sangat mempengaruhi hubungan tiap individu dalam tiap kelas
yang ada. Efek paling besar dirasakan pada remaja. Pergaulan remaja sendiri memiliki kelas-
kelas sosial di dalamnya. Pengelompokkan dalam pergaulan ini dapat mempengaruhi tingkah
laku, kebiasaan, dan pola pikir individu yang bersangkutan. Kelas-kelas yang terjadi ini kerap
bersifat vertikal. Jadi, terdapat kelas dari kalangan atas sampai bawah. Menurut Soerjono
Soekanto hal itu disebut Stratifikasi Sosial.
Menurut saya sendiri, hierarki yang ada dalam kelas-kelas pergaulan remaja bisa terjadi
karena banyak hal. Seperti perbedaan keamampuan beradaptasi agar dapat berinteraksi atau
bersosialisasi dengan banyak karakter orang yang berbeda, rasa percaya diri, pengetahuan,
minat atau kesukaan. Hal tersebut mungkin merupakan faktot yang berasal dari diri sendiri.
Menurut saya faktor seperti ras,agama,golongan,ekonomi dan latar belakang keluarga
merupakan faktor yang berasal dari luar. Namun hal tersebut malah lebih berpengaruh secara
signifikan dalam terciptanya hirarki pada kelas sosial. Koentjaraningrat berpendapat bahwa
terdapat tujuh alasan terciptanya stratifikasi sosial yaitu: kualitas; kekuasaan; pangkat;
kekayaan; kedewasaan; sifat; relasi. Dalam kasus remaja, stratifikasi ini akan membentuk
pola perilaku yang berbeeda pada tiap kelasnya. Pada pergaulan remaja kelas atas mungkin
akan menimbulkan dampak negatif seperti gaya hidup foya-foya, sifat konsumtif yang
berlebih, arogansi dan lain sebagainya. Sedangkan pengaruh negatif dalam pergaulan remaja
kelas bawah dapat mengarah pada tindakan kriminalitas seperti yang sedang marak yaitu
klitih atau begal. Namun yang saya sebutkan diatas adalah pengaruh kelas sosial di bidang
ekonomi yang sering terlihat. Pengelompokkan kelas dalam pergaulan remaja tidak hanya
tercipta dalam perbedaan ekonomi saja. Seperti yang disebutkan Koentjaraningrat, kualitas
seorang remaja dalam hal ini kemampuan intelektual juga berperan dalam pembentukan
kelas-kelas sosial. Remaja dengan kemampuan intelektual tinggi cenderung akan bergaul
dengan remaja yang berintelektual tinggi lainnya.

Dalam kehidupan remaja, adanya kelas-kelas tersebut justru akan merugikan mereka sendiri.
Masa remaja erat kaitannya dengan pencarian. Dengan terbukanya lingkungan pergaulan
antar kelompok, akan menghasilkan pengetahuan dan pengalaman baru yang tidak mereka
dapatkan pada pergaulan mereka sebelumnya ,serta terjadinya penyesuaian-penyesuaian baru.
Tentunya hal tersebut akan mempercepat proses integrasi sosial pada masa mendatang saat
mereka sudah dewasa. Idianto Muin menjelaskan bahwa penyesuaian antara unsur-unsur
yang berbeda dalam masyarakat akan menghasilkan integrasi sosial. Sikap terbuka dan
toleransi perlu ditingkatkan dalam pergaulan remaja. Kurikulum yang menekankan toleransi
dapat diterapkan oleh Pemerintah, demi membentuk pribadi remaja yang lebih berpikiran luas
dengan tidak hanya memikirkan dirinya atau kelompoknya sendiri. Orangtua juga tidak
terlepas dari pengaruh terciptanya stratifikasi tersebut. Sifat orangtua yang terlalu etnosentris
atau bahkan fanatis dapat menularkan keburukan tersebut kepada anaknya dan secara tidak
langsung menghambat proses integrasi sosial.

Remaja memang merupakan fase yang sulit untuk diatur, tetapi remaja membutuhkan arahan
petunjuk yang benar dari generasi atasnya. Sehingga mereka dapat menyadari tiap
kelemahannya dan menlihat bahwa mereka hidup dalam masyarakat yang plural dan
multikultural. Pengelompokkan kelas dalam stratifikasi pergaulan mereka hanya menghambat
perkembangan integrasi yang dibutuhkan bangsa. Oleh sebab itu, seluruh lapisan masyarakat
terutama generasi terdahulu, diharapkan dapat membimbing generasi baru menuju masa
depan yang lebih baik lagi. Agar permasalahan kesenjangan akibat adanya hierarki dapat
segera terleburkan.

Anda mungkin juga menyukai